Anda di halaman 1dari 10

Kelompok 4

Ahmad siddiq, S.Sos


Hasriani, S.Psi
FILSAFAT PENDIDIKAN MONTESSORI

A. Pengantar Biografis

Montessori (1870-1952) lahir di provinsi Ancona, Italia. Ayahnya seorang pejabat sipil yang berpengaruh namun
masih memegang ide-ide tradisional mengenai peran wanita di dalam masyarakat. Pada usia 26 tahun,
Montessori menjadi dokter wanita pertama di dalam sejarah Italia. Ketertarikan profesional pertama Montessori
adalah tentang keterbelakangan mental. Dia terkesan oleh sebuah program yang menginstitusionalisasikan
anak-anak terbelakang ini menjadi lapar akan pengalaman, dia merasa bahwa mereka bisa diajar layaknya
anak-anak normal jika kita dapat menemukan metode yang benar. Pada 1907 Montessori mengambil tanggung
jawab untuk mendidik anak-anak yang tinggal di perumahan kumuh San Lorenzo, salah satu pinggiran kota
Roma. Di sana dia mendirikan sebuah sekolah untuk mendidik lebih dari 50 anak-anak yang sangat miskin
putra-putri para pekerja yang dipecat, pengemis, pelacur dan penjahat jalanan. Di sekolah ini yang dinamainya
Casa dei Bambini, artinya Rumah Anak- anak. Montessori terus mengembangkan ide-ide dan teknik-tekniknya,
dan dia begitu berhasil sehingga pada 1913 menjadi salah satu wanita paling terkenal di koran-koran
B. Teori Perkembangan Montessori

1. Periode Kepekaan Akan Keteraturan

Selama periode kepekaan pertama ini, yang terjadi selama tiga tahun pertama, anak memiliki kebutuhan yang kuat
terhadap keteraturan. Setelah memasuki periode ini, mereka menyukai meletakkan objek di tempatnya semula
misalnya sebuah buku atau pena tergeletak bukan pada tempatnya, mereka akan segera menaruhnya kembali ke
tempat semula.

2. Periode Kepekaan Akan Detail

Antara usia satu sampai dua tahun, anak-anak memusatkan perhatian kepada detail selama bermenit-menit. .
Contohnya jika kita menunjukkan mereka gambar-gambar, maka mereka tampaknya tidak memedulikan objek-objek
utama yang bagi kita penting, dan memfokuskan diri kepada objek-objek kecil di latar belakangnya

3. Periode Kepekaan Bagi Penggunaan Tangan

Periode kepekaan ketiga berisi penggunaan tangan. Antara usia 18 bulan sampai 3 tahun, anak-anak suka memegang
objek-objek. Secara khusus mereka suka membuka dan menutup segala sesuatu, meletakkan objek ke dalam kotak,
menuangkannya keluar, lalu memasukkannya lagi.
4. Periode Kepekaan Untuk Berjalan

Periode kepekaan yang paling mudah dibaca adalah berjalan. Belajar berjalan, kata Montessori, adalah sejenis
kelahiran kedua anak berubah dari makhluk yang tak berdaya menjadi makhluk yang aktif. Anak-anak didorong
oleh impuls yang tidak bisa dilawan dalam upaya mereka untuk berjalan, dan mereka berjalan dengan bangga
seolah-olah mereka telah menemukan caranya.

5. Periode Kepekaan Terhadap Bahasa

Periode kepekaan kelima dan mungkin yang paling menakjubkan terdiri atas penguasaan bahasa. Apa yang
menakjubkan adalan kecepatan belajar anak dalam menguasai proses kompleks tersebu. Untuk mempelajari
sebuah bahasa, mereka harus belajar bukan hanya kata-kata dan maknanya, namun juga gramatikanya, sebuah
sistem aturan yang memberitahukan mereka tempat bermacam-macam bagian ujaran. Jika, contohnya kita
mengatakan, "The tumbler is on the table” (Gelas terletak di atas meja) maka arti yang kita berikan kepada kata-
kata tersebut berasal dari sebuah aturan yang membuat kita berkata demikian. Jika kita terbalik-balik
mengatakannya, contohnya seperti "On tumbler the is table the" (Di atas gelas terletak meja), maka artinya sulit
sekali kita pahami.
 
C. Pendidikan Dini Di Rumah
Di dalam berbagai periode kepekaan, anak-anak didorong oleh impuls batinnya untuk menguasai
pengalaman-pengalaman tertentu secara independen. Tujuan pendidikan adalah membantu proses ini. Karena
anak-anak tidak biasanya dirawat oleh babysiter atau masuk ke sekolah Montessori sampai mereka berusia
dua atau tiga tahun, maka orang tua dan kerabatnya adalah pendidik yang pertama kali buat mereka.

Sebagai contoh, Montessori bercerita tentang seorang pengasuh yang memasukkan bayi perempuan
asuhannya yang berusia lima bulan ke dalam kereta untuk dibawa jalan-jalan di taman setiap hari. Bayi kecil ini
sangat tertarik ketika melihat batu-batu marmer putih yang ditempelkan di sela-sela dinding abu-abu lama.
Kelihatannya si kecil ini sangat senang dengan penemuannya bahwa batu-batu itu selalu ada di tempat yang
sama, dia sedang mengembangkan perasaannya Akan ketertiban di dunia. Sang perawat memerhatikan
ketertarikan anak yang diasuhnya itu berhenti setiap hari di depan batu-batu itu dan mengijinkan si anak
mengamatinya. Sang perawat tidak memaksa si anak menurut pikirannya sendiri, melainkan membiarkan
ketertarikan spontannya membimbing si anak. Sang perawat tidak mengajari si anak seperti yang biasanya
dilakukan orang lain, melainkan berusaha bertindak untuk menjadi seperti guru yang ideal. Dia memberikan si
bayi kesempatan untuk membuat hubungan spontan dengan apa pun yang sedang dihadapinya
D. Sekolah Montessori

1. Independensi dan Konsentrasi

Tujuan pendidikan di sekolah sama dengan tujuan pendidikan di rumah. Guru tidak boleh berupaya untuk
mengarahkan, menginstruksikan, mendikte atau memaksa anak-anak. Sebaliknya, guru harus memberi anak-
anak kesempatan untuk menguasai kemampuan tertentu secara independent.

2. Pilihan Bebas

Pilihan bebas ini, kata mentossori biasanya membawa anak-anak pada pengerjaan tugas-tugas yang paling
berkesan bagi mereka. sebagai contoh, sebuah gelas berisi air jatuh dari tangan mereka, maka yang lain akan
berlari untuk mengumpulkan pecahannya dan menyapu lantai
3. Penghargaan Dan Penghukuman

Umumnya guru sering menemukan anak-anak yang tidak begitu antusias dengan hal-hal yang mereka minta untuk
dipelajari. Guru kemudian menerapkan sistem penghargaan dan penghukuman dari luar pujian, sanjungan,
ancaman, dan kritikan. Dan pemaksaan eksternal ini sering kali berhasil. akibatnya anak-anak akan menjadi begitu
peduli dengan penilaian dari luar-sangat takut menjawab dengan keliru dan terlihat bodoh-sehingga mereka tidak
bisa berkonsentrasi dengan baik pada pekerjaannya karena didorong tekanan semacam ini, mereka memang akan
belajar materi tertentu, namun mereka jadi mudah membenci sekolah dan proses belajar di dalamnya

4. Persiapan Bertahap

Montessori menemukan bahwa anak-anak tidak bisa belajar banyak keahlian dengan sekaligus. sebagai contoh,
anak-anak yang berusia empat tahun seringkali putus asa untuk belajar mengancingkan baju dan mengikat tali
sepatu mereka sendiri sebagai konsekuensi dari dorongan alamiah mereka menuju independensi, namun tugas-
tugas ini masih terlalu sulit bagi mereka. Mereka belum memiliki kecakapan motorik yang memadai.
5. Membaca Dan Menulis

Montessori melihat bahwa ketika memasuki usia empat tahun, anak-anak akan belajar membaca dan menulis
dengan sangat antusias. Ini karena mereka masih berada di dalam priode kepekaan umum terhadap masalah.
Mereka baru saja menguasai bahasa secara tidak sadar. Anak umur empat tahun biasanya akan menguasai
menulis sebelum membaca. Ini karena tulisan jauh lebih konkret dan bersentuhan dengan aktivitas indera
sehingga lebih cocok dengan gaya belajar anak kecil .

6. Tingkah Laku Menyimpang (Misbehavior)

Penyimpangan tingkah laku, menurut montessori biasanya mengindikasikan bahwa anak-anak tidak mendapat
kepenuhan didalam kerja mereka. Karena itulah tugas orang dewasa bukan memaksakan otoritasnya kepada
anak-anak melainkan mengamati setiap anak lebih dekat sehingga kita memiliki posisi yang lebih baik untuk
memperkenalkan materi-materi yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan perkembangan batiniahnya itu. Guru
pasti menghadapi sejumlah tingkah laku gelisah dan penarikan diri selama berhari-hari pertama anak-anak ini
masuk sekolah, namun sekali anak-anak itu asik dengan kerjaannya mereka jadi begitu terserap kedalamnya
sehingga disiplin jarang menjadi persoalan besar.
7. Fantasi

Montessori mengkritik tajam upaya-upaya untuk memperkaya kehidupan fantasi anak lewat dongeng sebelum
tidur, fabel-fabel dan cerita-cerita khayalan lainnya. Dia melihat fantasi sebagai produk pikiran yang sudah
kehilangan ikatannya dengan realistis. Sikap montessori terhadap fantasi sekilas tampak kontradiktif dengan
salah satu pandangan dasarnya: bahwa kita mestinya mengikuti kecenderungan alamiah anak-anak. Karena
anak-anak, kata montessori memiliki kecenderungan alamiah menuju fantasi
Sekian & Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai