BAB I
PENDAHULUAN
Usia remaja adalah masa transisi dari usia kanak-kanak ke usia dewasa. Individu
yang mencapai usia tersebut akan diwarnai dengan berbagai masalah penyesuaian,
baik dalam aspek fisik maupun psikologis. Kemampuan remaja dalam mengatasi
selanjutnya sehingga remaja perlu mendapatkan dukungan agar dapat mengenali diri
Remaja adalah usia di mana banyak tuntutan penyesuaian diri yang harus
diri yang harus dilakukan oleh remaja karena sesungguhnya remajapun harus
melakukan penyesuaian diri kepada dirinya sendiri. Penyesuaian diri terhadap dirinya
sendiri terjadi karena adanya perubahan pada perkembangan fisik dan psikis seperti
dijelaskan oleh Havighurst (dalam Monks dkk, 1999) yaitu mampu menguasai
masyrakat sendiri, mendapat kebebasan emosional dari orangtua dan dewasa lainnya,
mendapat pandangan hidup sendiri, merealisasi suatu identitas sendiri, dan dapat
dialami remaja seringkali muncul dengan begitu cepat sehingga mereka harus mampu
membedakan dirinya dengan orang lain. Penghayatan mengenai diri dan keunikan
masa remaja individu menjadi lebih introspektif, pemahaman diri ini tidak
Pengenalan dan pemahaman diri mengenai ‘siapa saya’ , ‘apa kekuatan dan
kelemahan saya’ , ‘akan jadi apa saya’ mengarahkan remaja pada potensi dirinya
depan dan karirnya. Pengenalan diri ini tidak mudah dilakukan bahkan cenderung
individu lebih mudah menilai diri orang lain dibandingkan dirinya sendiri.
yang akan berguna dalam proses penyesuaian diri yang baik dan membangun mental
sehingga kesulitan dalam menentukan jurusan yang akan mereka pilih di bangku
Perguruan Tinggi atau bahkan karir yang akan mereka jalani kelak. Pengaruh teman
sebaya atau tekanan dari orangtua seringkali mengakibatkan mereka kurang tepat
dalam memilih jurusan sehingga pendidikan tinggi yang ditempuh tidak sesuai
dengan minat dan kemampuan siswa, akibatnya hasil belajar juga tidak maksimal dan
B. Perumusan Masalah
Para siswa sekolah menengah yang berada di usia remaja dengan tugas
dan konsep diri yang positif diharapkan dapat mendorong siswa mengembangkan
konsep diri yang positif agar dapat menentukan jurusan yang sesuai dengan
kemampuan serta minatnya sehingga diharapkan dapat mencapai prestasi yang baik.
dirinya sehingga mampu menentukan jurusan yang tepat di Perguruan tinggi serta
BAB II
LANDASAN TEORI
mengenai diri, substansi dan isi dari konsep diri remaja (Santrock, 2007). Depdiknas
Pengenalan diri aadalah salah satu cara untuk membentuk konsep diri yaitu
persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri, baik secara fisik, psikis, social maupun
moral. Persepsi tersebut meliputi sesuatu yang dicita-citakan, maupun keadaan yang
pakaian, benda miliknya, dsb. Aspek social meliputi bagaimana peranan individu
dalam masyarakat. Sementara aspek moral meliputi nilai dan prinsip yang member
arti dan arah dalam kehidupan individu. Konsep diri yang positif pada akhirnya akan
membentuk harga diri yang kuat. (Chapman, 2003), Harga diri merupakan penilaian
tentang keberartian diri dan nilai individu yang didasarkan atas proses pembuatan
konsep dan penumpulan informasi tentang diri beserta pengalamannya. Oleh karena
itu orang dengan konsep diri positif akan lebih tepat memberikan nilai keberartian
5
dirinya, sebaliknya orang dengan harga diri rendah menyebabkan kurang percaya diri
digambarkan sebagai sebuah ‘jendela’, terdiri dari matriks empat sel, masing-masing
sel menunjukkan daerah self (diri) baik yang terbuka maupun yang disembunyikan.
Keempat sel tersebut adalah daerah publik, daerah buta, daerah tersembunyi dan
daerah yang tidak disadari. (Chapman, 2003). Matriks tersebut Nampak dalam
gambar berikut :
Gambar 1
Matriks Johari Window
Pengenalan diri dapat dilakukan melalui 2 tahap, yaitu pengungkapan diri dan tahap
menerima umpan balik. Tahap pengungkapan diri, individu akan memperluas daerah
C sedangkan untuk memperluas daerah dibutuhkan umpan balik dari orang lain
sehingga akhirnya akan mempunyai daerah A yang semakin luas. Semakin luas
daerah A dapat dikatakan individu mempunyai konsep diri yang positif, tahu baik
6
dalam kualitas maupun kuantitas kelemahan dan kekuatan dirinya dan menjadi
pribadi yang matang, percaya diri, tidak takut gagal dan siap menghadapi tantangan.
(Chapman, 2003).
7
BAB III
MATERI DAN METODE
terutama pada remaja yang masih berada dalam proses pencarian identitas dan jati
diri, kadang diperlukan bimbingan agar hal tersebut dapat dilakukan dengan tepat
untuk menentukan pilihan jurusan di perguruan tinggi. Bagi siswa SMA perencanaan
studi ini harus dilakukan karena akan mendukung keberhasilan siswa dalam
Semarang karena menurut pihak sekolah masih banyak siswa yang belum memahami
minat dan potensi dirinya sehingga masih sulit mengambil keputusan dalam
menentukan jurusan yang akan diambil di Perguruan Tinggi. Melihat kondisi tersebut
Pelatihan untuk pengenalan diri dalam hal minat dan potensi perlu diberikan sehingga
siswa terhadap kapasitas dan potensi diri serta diskusi untuk lebih mengeksplorasi
kapasitas tersebut.
pengenalan potensi dirinya dan kesulitan dalam menentukan jurusan yang sesuai di
Perguruan Tinggi. Siswa yang mengikuti kegiatan ini adalah siswa kelas XII IPS 3
D. Metode Pelatihan
b. Tes Minat
dan umpan balik untuk mengetahui sejauh mana peserta memahami materi
(Lampiran)
10
BAB IV
Program pelatihan singkat yang diberikan kepada siswa kelas XII SMAN 14
mendapat respon yang positif dari siswa maupun guru. Metode yang dilakukan juga
Pada awal pelatihan siswa diberikan materi berupa konsep pengenalan diri
melalui Johari Window. Siswa diminta juga melakukan eksplorasi tentang kelebihan
dan kelemahan yang mereka miliki. Selain kelemahan dan kelebihan yang mereka
ketahui secara kelompok antar siswa juga memberikan masukan mengenai kelemahan
dan kelebihan yang dimiliki rekan sekelas mereka. Berdasarkan hal tersebut
Sesi berikutnya adalah tes minat. Melalui tes minat Rothwell – Miller inventori
para siswa dipandu untuk memahami minat mereka sebenarnya berdasarkan beberapa
aktivitas dan pekerjaan yang ada dalam daftar inventori. Hasilnya kemudian
Dalam pergaulan kerap ditemui orang yang persepsi tentang dirinya sendiri tidak
sesuai dengan kenyataan. Tapi umumnya orang mengatakan, saya paham betul siapa
dirinya. Semakin tua orang diharapkan semakin matang, tak perlu topeng, sehingga
a. Bagi siswa : dengan mengikuti pelatihan ini maka diharapkan dapat mengerti dan
memahami bahwa diperlukan proses pengenalan diri untuk mencapai konsep diri
yang positif agar dapat menggali potensi dan memanfaatkannya secara optimal.
b. Bagi pihak sekolah : terjalin kerja sama yang berkesinambungan antara fakultas
pada siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Santrock, JW, 2007, Remaja, Ed. 11, Jilid 1 (alih bahasa Benedictine Widyasinta),
Jakarta : Erlangga
13
LAMPIRAN
MATERI PELATIHAN
14
WINDOWS
15
Dalam pergaulan kerap ditemui orang yang persepsi tentang dirinya sendiri
tidak klop dengan kenyataan. Tapi umumnya orang mengatakan, saya paham betul
siapa dirinya. Semakin tua orang diharapkan semakin matang. Bisa diibaratkan
seperti bawang, yang terkelupas kulitnya satu per satu, sehingga tidak perlu
membentengi dirinya dengan segala macam kebohongan atau kepura-puraan. Ia tak
perlu topeng, sehingga hidupnya lebih enak, lebih ringan, karena menjadi diri
sendiri. Tapi tidak demikian dengan Bu Intan. Ia tak pernah menampilkan diri apa
adanya. Wanita pintar berambut lebat ini lebih suka menarik diri dari pergaulan
karena tidak bisa berbahasa Inggris.
berkomunikasi jika ada tamu bule. Maka Bu Intan selalu menyingkir atau pura-pura
sakit jika harus bertemu orang dari negara lain.
Sayangnya hal-hal positif itu tidak dianggapnya penting, dan dia lebih menampilkan
dirinya sebagai orang yang nilainya lebih rendah. Padahal, banyak orang lain yang
tidak bisa bahasa Inggris tetap sukses dalam pekerjaan dan pergaulan.
Ini berkebalikan dengan Pak Badu, sebutlah begitu. Anak muda yang belum lama
masuk dunia politik ini, menilai dirinya terlalu besar. Dengan posisi politik dan
kedudukannya sebagai anggota DPR, ia mengira bisa mengatur negara dan
menentukan ini itu seperti yang diinginkannya.
Di hadapan rekan-rekannya dalam suatu acara reuni misalnya, dia bisa berkata, “Oh,
gampang itu. Saya akan atur nanti supaya si Itu dilepaskan dari kabinet dan diganti
dengan si Ini.”
Dalam acara dengar pendapat dengan seorang penegak hukum yang reputasi,
integritas, dan moralnya sangat bagus dia berkata, “Saya ingin menguji Saudara….,”
atau bahkan, “Saya ingin menasihati Saudara….”
Mendengar itu semua, teman yang mengenal Pak Badu terheran-heran. “Dia itu siapa,
kok, berani-beraninya bicara begitu kepada orang tua yang sangat disegani itu.”
Temannya yang lain berkomentar, “Kasihan betul Badu ini, dia sudah tidak kenal lagi
siapa dirinya.”
Lalu, siapa diri kita sebenarnya? Apa yang kita tahu betul tentang diri kita? Apakah
kita tahu tentang kelemahan dan kekuatan kita? Dan apa yang kita kira kita tahu
tentang diri sendiri itu lantas terbukti atau sesuai dengan kenyataan? Kalau itu
kelebihan, apakah orang lain juga mengakuinya? Dan kalau itu kita kira sebagai
kekurangan, apakah orang lain juga mengakui itu kekurangan kita?
Semakin mendekati jarak antara kenyataan dengan apa yang kita asumsikan tentang
diri kita, itu berarti baik karena kita mengenal diri sendiri. Begitu pula sebaliknya.
17
Semakin jauh jarak antara kenyatan dengan apa yang kita perkirakan tentang diri
sendiri, artinya buruk sekali pengenalan diri kita.
Apa akibatnya jika orang tidak kenal dirinya, sehingga jarak antara asumsi dan
kenyataan tentang diri sendiri begitu jauh? Tak bisa lain, orang itu harus terus
berusaha mengingkari kenyataan tentang dirinya. Barangkali dalam kenyataan
sehari-hari muncul dan sering kita temui dalam bentuk over compensation, membual,
melebih-lebihkan, atau bahkan mengecilkan orang lain untuk meninggikan diri
sendiri, berbohong dan seterusnya jika merasa dirinya paling hebat. Ia tidak berpijak
pada kenyataan, sehingga dalam bekerja biasanya hanya omong doang.
Begitu pula sebaliknya orang yang mengira diri sendiri negatif, akan sangat minder,
menarik diri dari pergaulan, mengurung diri, tidak mau melakukan apa pun. “Apalah
artinya saya, siapa yang mau mendengarkan saya,” adalah contoh ungkapan yang
sering diucapkan orang dengan persepsi diri negatif. Orang ini sebetulnya sangat
tertekan pada kelemahan dirinya.
Baik yang menilai dirinya terlalu tinggi maupun terlalu rendah, keduanya tidak sesuai
kenyataan dan itu berarti jelek. Hal ini secara mental atau psikologis tidak sehat.
Orang yang selalu pakai kedok akan capek, lalu memberikan stres yang besar pada
diri sendiri.
Solusi
Dalam psikologi ada konsep yang disebut Johari Window atau Jendela Johari, yang
menggambarkan pengenalan diri kita. Ada empat jendela dalam Jendela Johari.
Gambar 1
Matriks Johari Window
(1) Jendela terbuka. Hal-hal yang kita tahu tentang diri sendiri, tapi orang lain pun
tahu. Misalnya keadaan fisik, profesi, asal daerah, dan lain-lain.
(2) Jendela tersebunyi. Hal-hal mengenai diri kita yang kita tahu tapi orang lain tidak
tahu. Misalnya isi perasaan, pendapat, kebiasaan tidur, dan sebagainya.
(3) Jendela buta. Hal-hal yang kita tidak tahu tentang diri sendiri, tapi orang lain tahu.
Misalnya hal-hal yang bernilai positif dan negatif pada kepribadian kita.
(4) Jendela gelap. Hal-hal mengenai diri kita, tapi kita sendiri maupun orang lain
tidak tahu. Ini adalah wilayah misteri dalam kehidupan.
Semakin besar daerah/jendela terbuka kita akan semakin baik, karena berarti kita
mengenal diri secara baik. Orang yang memiliki daerah tertutup lebih besar akan
mengalami kesulitan dalam pergaulan. Adapun mereka yang memiliki daerah buta
sangat besar, bisanya akan membuat orang lain merasa kasihan.
Kepada orang yang kita kenal dekat, jendela itu harus dibuka semakin besar, juga bila
kita ingin bekerjasama dengan orang lain. Bagaimana membuka jendela? Bagaimana
kita bisa kenal diri sendiri? Bagaimana kita memiliki jendela terbuka yang semakin
besar?
a. Bersedialah untuk menerima kritik, saran dan pendapat dari orang lain tentang diri
kita. Kalau ada orang yang memberikan kritik sangat pedas, ada baiknya dikaji. Jika
merasa tidak benar, tanyakan, mengapa dia mengungkapkan hal itu, cari klarifikasi,
dan bukan membalas menghajarnya atau mengkritik balik. Kritik adalah bentuk
umpan balik yang berisi informasi negatif tentang diri kita, yang mungkin kita anggap
kelemahan. Harusnya kritik itu berisi saran, karena kritik itu berarti menunjukkan
kesalahan dan harus bisa memberitahu bagaimana jalan keluarnya
b. Kita juga harus mau lebih membuka diri. Ungkapkan kalau ada uneg-uneg,
kekesalan, kejengkelan dan sebagainya. Bisa lisan bisa tertulis harus diungkapkan
terus terang. Bisa juga kita membuka kekuatan atau kelemahan diri kita,dibagi kalau
berupa kekuatan. Ini cara supaya orang lain lebih mengenali diri kita, dan kita pun
makin tahu tentang diri sendiri. Kita tidak mungkin mengenali diri sendiri hanya dari
muka cermin, tapi juga melalui orang lain supaya kita mendapat gema atau echo dari
orang lain.
mendapat masukan dari banyak orang. Semakin luas pergaulan akan mendapat
masukan lebih banyak mengenai diri kita.
EVALUASI
REFLEKSI
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas berdasarkan apa
jawaban anda.
jawaban anda.
FOTO KEGIATAN
21
Pendanaan
No Tahun Judul Penelitian
Sumber Jumlah (Rp)
1 2009 Metode relaksasi untuk Menurunkan
LPPM USM 5000000
Kecemasan Menjelang Persalinan
2 2010 Efektivitas pelatihan Soft Skill untuk
Meningkatkan Komunikasi LPPM USM 2500000
Interpersonal
3 2010 Uji Validitas Prediktif TPA
Berdasarkan Kriteria IPK Mahasiswa LPPM USM 2500000
USM
4 2010 Tingkat Depresi Pada Narapidana
Wanita (Studi Deskriptif pada
LPPM USM 2500000
Narapidana Lapas Kls II A
Semarang)
5 2011 Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Kenakalan Remaja pada Anak Didik LPPM USM 2500000
LPA Kutoarjo
6 2011 Kohesivitas Karyawan USM
Tinjauan dari Gender dan Bidang LPPM USM 2500000
Kerja
7 2012 Profil Kepribadian Anak Didik
LPPM USM 2500000
Lapas Anak Kls II A Kutoarjo