Anda di halaman 1dari 23

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah

Usia remaja adalah masa transisi dari usia kanak-kanak ke usia dewasa. Individu

yang mencapai usia tersebut akan diwarnai dengan berbagai masalah penyesuaian,

baik dalam aspek fisik maupun psikologis. Kemampuan remaja dalam mengatasi

masalah-masalah penyesuaian tersebut akan berpengaruh pada masa-masa kehidupan

selanjutnya sehingga remaja perlu mendapatkan dukungan agar dapat mengenali diri

dan potensinya untuk dikembangkan secara optimal.

Remaja adalah usia di mana banyak tuntutan penyesuaian diri yang harus

dilakukan. Tuntutan dari lingkungan masyarakat hanyalah sebagian dari penyesuaian

diri yang harus dilakukan oleh remaja karena sesungguhnya remajapun harus

melakukan penyesuaian diri kepada dirinya sendiri. Penyesuaian diri terhadap dirinya

sendiri terjadi karena adanya perubahan pada perkembangan fisik dan psikis seperti

dijelaskan oleh Havighurst (dalam Monks dkk, 1999) yaitu mampu menguasai

perkembangan biologis, menerima peranan dewasa berdasarkan pengaruh kebiasaan

masyrakat sendiri, mendapat kebebasan emosional dari orangtua dan dewasa lainnya,

mendapat pandangan hidup sendiri, merealisasi suatu identitas sendiri, dan dapat

mengadakan partisipasi dalam kebudayaan. Pekembangan fisik dan psikis yang

dialami remaja seringkali muncul dengan begitu cepat sehingga mereka harus mampu

menyesuaiakn diri dengan perubahan-


2

Remaja memiliki penghayatan mengenai siapakah mereka dan apa yang

membedakan dirinya dengan orang lain. Penghayatan mengenai diri dan keunikan

yang dikembangkan oleh seorang remaja dapat memotivasi hidupnya. Meskipun di

masa remaja individu menjadi lebih introspektif, pemahaman diri ini tidak

sepenuhnya bersifat internal namun merupakan sebuah konstruksi social-kognitif,

dengan demikian perkembangan kapasitas kognitif remaja berinteraksi dengan

pengalaman sosio-budaya dan mempengaruhi pemahaman dirinya (Santrock, 2007).

Pengenalan dan pemahaman diri mengenai ‘siapa saya’ , ‘apa kekuatan dan

kelemahan saya’ , ‘akan jadi apa saya’ mengarahkan remaja pada potensi dirinya

sehingga remaja dapat merencanakan langkah-langkah yang berkaitan dengan masa

depan dan karirnya. Pengenalan diri ini tidak mudah dilakukan bahkan cenderung

individu lebih mudah menilai diri orang lain dibandingkan dirinya sendiri.

Pengenalan diri juga membantu individu memperoleh self-knowledge dan self-insight

yang akan berguna dalam proses penyesuaian diri yang baik dan membangun mental

yang sehat (Depdiknas, 2008).

Siswa-siswa SMA masih banyak mengalami masalah dalam pengenalan diri

sehingga kesulitan dalam menentukan jurusan yang akan mereka pilih di bangku

Perguruan Tinggi atau bahkan karir yang akan mereka jalani kelak. Pengaruh teman

sebaya atau tekanan dari orangtua seringkali mengakibatkan mereka kurang tepat

dalam memilih jurusan sehingga pendidikan tinggi yang ditempuh tidak sesuai

dengan minat dan kemampuan siswa, akibatnya hasil belajar juga tidak maksimal dan

akan menimbulkan masalah baru di bangku Perguruan Tinggi


3

B. Perumusan Masalah

Para siswa sekolah menengah yang berada di usia remaja dengan tugas

perkembangan mengembangkan konsep diri positif kerapkali belum memahami

kekuatan dan kelemahan dirinya sehingga memilih jurusan di Perguruan Tinggi

menjadi masalah dalam pengembangan karir selanjutnya. Tumbuhnya pengenalan diri

dan konsep diri yang positif diharapkan dapat mendorong siswa mengembangkan

pilihan-pilihan jurusan sesuai potensi dirinya.

C. Tujuan Pengabdian Masyarakat

Memberikan pelatihan agar siswa dapat mengenali dirinya, mengembangkan

konsep diri yang positif agar dapat menentukan jurusan yang sesuai dengan

kemampuan serta minatnya sehingga diharapkan dapat mencapai prestasi yang baik.

D. Manfaat Kegiatan Pengabdian Masyarakat

Meningkatkan pemahaman bagi siswa tentang kekuatan dan kelemahan

dirinya sehingga mampu menentukan jurusan yang tepat di Perguruan tinggi serta

menumbuhkan rasa percaya diri dan harga diri yang baik.


4

BAB II
LANDASAN TEORI

Pengenalan diri atau pemahaman diri adalah representatif kognitif remaja

mengenai diri, substansi dan isi dari konsep diri remaja (Santrock, 2007). Depdiknas

(2008) menyebutkan bahwa pengenalan diri akan mengarahkan individu pada

penerimaan diri yaitu sejauhmana individu dapat menyadari dan mengakui

karakteristik pribadi dan menggunakannya dalam menjalani kelangsungan hidupnya.

Sikap penerimaan diri ditunjukkan dengan adanya pengakuan individu terhadap

kelebihannya sekaligus menerima kelemahan-kelemahannya tanpa menyalahkan

orang lain dan berkeinginan untuk terus mengembangkan diri.

Pengenalan diri aadalah salah satu cara untuk membentuk konsep diri yaitu

persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri, baik secara fisik, psikis, social maupun

moral. Persepsi tersebut meliputi sesuatu yang dicita-citakan, maupun keadaan yang

sesungguhnya. Aspek fisik yang dipersepsi meliputi peniaian terhadap tubuh,

pakaian, benda miliknya, dsb. Aspek social meliputi bagaimana peranan individu

dalam masyarakat. Sementara aspek moral meliputi nilai dan prinsip yang member

arti dan arah dalam kehidupan individu. Konsep diri yang positif pada akhirnya akan

membentuk harga diri yang kuat. (Chapman, 2003), Harga diri merupakan penilaian

tentang keberartian diri dan nilai individu yang didasarkan atas proses pembuatan

konsep dan penumpulan informasi tentang diri beserta pengalamannya. Oleh karena

itu orang dengan konsep diri positif akan lebih tepat memberikan nilai keberartian
5

dirinya, sebaliknya orang dengan harga diri rendah menyebabkan kurang percaya diri

sehingga tidak efekif dalam pergaulan sosial (Santrock, 2007).

Joseph Luft dan Harrington Ingham mengembangkan konsep Johari Window

sebagai perwujudan bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain yang

digambarkan sebagai sebuah ‘jendela’, terdiri dari matriks empat sel, masing-masing

sel menunjukkan daerah self (diri) baik yang terbuka maupun yang disembunyikan.

Keempat sel tersebut adalah daerah publik, daerah buta, daerah tersembunyi dan

daerah yang tidak disadari. (Chapman, 2003). Matriks tersebut Nampak dalam

gambar berikut :

Tahu tentang diri Tidak tahu tentang diri


Diketahui orang lain
Daerah Publik Daerah buta
(Public area) (Blind area)
A B

Tidak diketahui orang lain Daerah Tersembunyi Daerah Tak disadari


(Hidden area) (Unconsciuos area)
C D

Gambar 1
Matriks Johari Window

Pengenalan diri dapat dilakukan melalui 2 tahap, yaitu pengungkapan diri dan tahap

menerima umpan balik. Tahap pengungkapan diri, individu akan memperluas daerah

C sedangkan untuk memperluas daerah dibutuhkan umpan balik dari orang lain

sehingga akhirnya akan mempunyai daerah A yang semakin luas. Semakin luas

daerah A dapat dikatakan individu mempunyai konsep diri yang positif, tahu baik
6

dalam kualitas maupun kuantitas kelemahan dan kekuatan dirinya dan menjadi

pribadi yang matang, percaya diri, tidak takut gagal dan siap menghadapi tantangan.

(Chapman, 2003).
7

BAB III
MATERI DAN METODE

A. Kerangka Pemecahan Masalah

Pengenalan terhadap kemampuan atau potensi pribadi diperlukan agar

individu dapat menggali kemampuan tersebut dan mengarahkannya secara optimal.

Setiap individu memiliki kapasitas yang berbeda dalam mengarahkan potensinya,

terutama pada remaja yang masih berada dalam proses pencarian identitas dan jati

diri, kadang diperlukan bimbingan agar hal tersebut dapat dilakukan dengan tepat

sehingga masalah yang kerapkali menghambat studi dapat diminimalisir.

Pengenalan kemampuan, minat dan potensi diri lainnya sangat diperlukan

untuk menentukan pilihan jurusan di perguruan tinggi. Bagi siswa SMA perencanaan

studi ini harus dilakukan karena akan mendukung keberhasilan siswa dalam

menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Keberhasilan ini tentunya akan

mendukung pengembangan karir di masa datang.

Melihat permasalahan yang dialami siswa strategi yang digunakan untuk

melakukan pengenalan diri dan minat adalah sebagai berikut :

a. Menjelaskan tentang wilayah-wilayah dalam diri

b. Menjelaskan tentang potensi dan minat

c. Melakukan tes minat

d. Mendiskusikan tentang wilayah dalam diri, potensi dan minat serta

keterkaitan antara pengambilan keputusan dalam pengambilan jurusan di

Perguruan Tinggi dengan aspek-aspek tersebut.


8

B. Realisasi Pemecahan Masalah

Kegiatan pengabdian ini memiliki keterkaitan dengan siswa-siswi SMAN 14

Semarang karena menurut pihak sekolah masih banyak siswa yang belum memahami

minat dan potensi dirinya sehingga masih sulit mengambil keputusan dalam

menentukan jurusan yang akan diambil di Perguruan Tinggi. Melihat kondisi tersebut

Pelatihan untuk pengenalan diri dalam hal minat dan potensi perlu diberikan sehingga

siswa dapat mengeksplorasi kapasitas mereka untuk dikembangkan secara optimal.

Pelatihan ini dilaksanakan dengan ceramah untuk meningkatkan pemahaman

siswa terhadap kapasitas dan potensi diri serta diskusi untuk lebih mengeksplorasi

kapasitas tersebut.

C. Khalayak Sasaran Antara yang Strategis

Siswa-siswa kelas 12 SMAN 14 Semarang yang mengalami hambatan dalam

pengenalan potensi dirinya dan kesulitan dalam menentukan jurusan yang sesuai di

Perguruan Tinggi. Siswa yang mengikuti kegiatan ini adalah siswa kelas XII IPS 3

sebanyak 21 orang dan kelas XII Bahasa sebanyak 10 orang.

D. Metode Pelatihan

Metode pelatihan berupa :

a. Ceramah : Penjelasan mengenai “Johari Window”

b. Tes Minat

c. Permainan : “Siapa aku”


9

d. Diskusi : Tanya jawab dan hubungan interaktif siswa dengan pelaksana

kegiatan dan umpan balik sebagai refleksi kegiatan.

e. Evaluasi dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan terbuka

berkaitan dengan Pengenalan Diri, kelemahan dan kelebihan yang dimiliki

dan umpan balik untuk mengetahui sejauh mana peserta memahami materi

yang diberikan serta saran dari siswa untuk pelaksanaan pengabdian

(Lampiran)
10

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Program pelatihan singkat yang diberikan kepada siswa kelas XII SMAN 14

mendapat respon yang positif dari siswa maupun guru. Metode yang dilakukan juga

sesuai dan dapat diikuti dengan baik oleh siswa.

Pada awal pelatihan siswa diberikan materi berupa konsep pengenalan diri

melalui Johari Window. Siswa diminta juga melakukan eksplorasi tentang kelebihan

dan kelemahan yang mereka miliki. Selain kelemahan dan kelebihan yang mereka

ketahui secara kelompok antar siswa juga memberikan masukan mengenai kelemahan

dan kelebihan yang dimiliki rekan sekelas mereka. Berdasarkan hal tersebut

dilanjutkan lagi penjelasan mengenai potensi-potensi yang dapat mereka gali

berdasarkan kelebihan yang dimiliki.

Sesi berikutnya adalah tes minat. Melalui tes minat Rothwell – Miller inventori

para siswa dipandu untuk memahami minat mereka sebenarnya berdasarkan beberapa

aktivitas dan pekerjaan yang ada dalam daftar inventori. Hasilnya kemudian

didiskusikan untuk melihat kesesuaian dengan pekerjaan yang mungkin dapat

menjadi karir di masa depan.

Dalam pergaulan kerap ditemui orang yang persepsi tentang dirinya sendiri tidak

sesuai dengan kenyataan. Tapi umumnya orang mengatakan, saya paham betul siapa

dirinya.  Semakin tua orang diharapkan semakin matang, tak perlu topeng, sehingga

hidupnya lebih enak, lebih ringan, karena menjadi diri sendiri. 

Manfaat kegiatan pengabdian ini adalah :


11

a. Bagi siswa : dengan mengikuti pelatihan ini maka diharapkan dapat mengerti dan

memahami bahwa diperlukan proses pengenalan diri untuk mencapai konsep diri

yang positif agar dapat menggali potensi dan memanfaatkannya secara optimal.

b. Bagi pihak sekolah : terjalin kerja sama yang berkesinambungan antara fakultas

psikologi USM dengan sekolah yang bersangkutan serta membantu pendampingan

pada siswa.

c. Bagi Universitas Semarang : membuka kesempatan universitas dan fakultas

psikologi untuk melakukan pengenalan dan kegiatan yang bermanfaat langsung

pada pihak-pihak di lingkungan sekitar USM.


12

DAFTAR PUSTAKA

Chapman, Allan, 2003, Johari Window a Model of Self-awareness, personal


development, group development and understanding relationship, www.
Businessball.com

Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Peningkatan Mutu Tenaga Pendidik dan


Kependidikan, Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008, Pengenalan Diri,
Makalah, tidak diterbitkan.

Monks, F.J, Knoers, A. M. P, Haditono, S.R, 1999, Psikologi Perkembangan,


Pengantar Dalam berbagai Bagiannya, Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.

Santrock, JW, 2007, Remaja, Ed. 11, Jilid 1 (alih bahasa Benedictine Widyasinta),
Jakarta : Erlangga
13

LAMPIRAN

MATERI PELATIHAN
14

No Materi Tujuan Waktu

1 Perkenalan Menjelaskan tujuan kegiatan 30 menit


dan para pelaksana
2 Pengenalan Diri melalui Johari Window Mengenali area-area dalam diri 30 menit
individu
3 Diskusi Menggali pemahaman siswa 30 menit
mengenai Johari Window
4 Permainan ‘Siapa Aku’ Mengajak siswa mengeksplorasi 60 menit
kelemahan dan kelebihan diri
5 Umpan balik Menggali umpan balik dari 60 menit
lingkungan social mengenai diri
6 Penutup Refleksi dan evaluasi kegiatan 30 menit

PENGENALAN DIRI MELALUI JOHARI

WINDOWS
15

Retno Ristiasih Utami


Purwaningtyastuti

Fakultas Psikologi Universitas Semarang

Pengabdian pada Masyarakat


Juni 2013

Dalam pergaulan kerap ditemui orang yang persepsi tentang dirinya sendiri
tidak klop dengan kenyataan. Tapi umumnya orang mengatakan, saya paham betul
siapa dirinya.  Semakin tua orang diharapkan semakin matang. Bisa diibaratkan
seperti bawang, yang terkelupas kulitnya satu per satu, sehingga tidak perlu
membentengi dirinya dengan segala macam kebohongan atau kepura-puraan. Ia tak
perlu topeng, sehingga hidupnya lebih enak, lebih ringan, karena menjadi diri
sendiri.  Tapi tidak demikian dengan Bu Intan. Ia tak pernah menampilkan diri apa
adanya. Wanita pintar berambut lebat ini lebih suka menarik diri dari pergaulan
karena tidak bisa berbahasa Inggris.

“Dibanding teman-teman, saya bukan apa-apa,” katanya. Ia minder, merasa dirinya


tidak pantas diperhitungkan dan tempatnya di belakang, karena tidak pernah bisa
16

berkomunikasi jika ada tamu bule. Maka Bu Intan selalu menyingkir atau pura-pura
sakit jika harus bertemu orang dari negara lain.

Padahal teman-temannya tidak pernah menganggapnya remeh. Bu Intan bahkan


sangat disukai dan dihormati, karena ia orang yang paling teliti dalam pekerjaan. Ia
juga pendengar yang baik, sehingga menjadi tempat curhat teman-temannya.

Sayangnya hal-hal positif itu tidak dianggapnya penting, dan dia lebih menampilkan
dirinya sebagai orang yang nilainya lebih rendah. Padahal, banyak orang lain yang
tidak bisa bahasa Inggris tetap sukses dalam pekerjaan dan pergaulan.
Ini berkebalikan dengan Pak Badu, sebutlah begitu. Anak muda yang belum lama
masuk dunia politik ini, menilai dirinya terlalu besar. Dengan posisi politik dan
kedudukannya sebagai anggota DPR, ia mengira bisa mengatur negara dan
menentukan ini itu seperti yang diinginkannya. 

Di hadapan rekan-rekannya dalam suatu acara reuni misalnya, dia bisa berkata, “Oh,
gampang itu. Saya akan atur nanti supaya si Itu dilepaskan dari kabinet dan diganti
dengan si Ini.” 

Dalam acara dengar pendapat dengan seorang penegak hukum yang reputasi,
integritas, dan moralnya sangat bagus dia berkata, “Saya ingin menguji Saudara….,”
atau bahkan, “Saya ingin menasihati Saudara….” 

Mendengar itu semua, teman yang mengenal Pak Badu terheran-heran. “Dia itu siapa,
kok, berani-beraninya bicara begitu kepada orang tua yang sangat disegani itu.”
Temannya yang lain berkomentar, “Kasihan betul Badu ini, dia sudah tidak kenal lagi
siapa dirinya.”

Kenyataan dan Asumsi


Mengapa orang bisa seperti itu? Mengapa harus membohong terus? Mungkin mereka
dan bahkan kita sendiri mencoba tampil seperti yang kita kira bagus, tapi sebetulnya
tidak sesuai dengan kenyataan diri kita. 

Lalu, siapa diri kita sebenarnya? Apa yang kita tahu betul tentang diri kita? Apakah
kita tahu tentang kelemahan dan kekuatan kita? Dan apa yang kita kira kita tahu
tentang diri sendiri itu lantas terbukti atau sesuai dengan kenyataan? Kalau itu
kelebihan, apakah orang lain juga mengakuinya? Dan kalau itu kita kira sebagai
kekurangan, apakah orang lain juga mengakui itu kekurangan kita?

Semakin mendekati jarak antara kenyataan dengan apa yang kita asumsikan tentang
diri kita, itu berarti baik karena kita mengenal diri sendiri. Begitu pula sebaliknya.
17

Semakin jauh jarak antara kenyatan dengan apa yang kita perkirakan tentang diri
sendiri, artinya buruk sekali pengenalan diri kita.  

Apa akibatnya jika orang tidak kenal dirinya, sehingga jarak antara asumsi dan
kenyataan tentang diri sendiri begitu jauh? Tak bisa lain, orang itu harus terus
berusaha mengingkari kenyataan tentang dirinya.  Barangkali dalam kenyataan
sehari-hari muncul dan sering kita temui dalam bentuk over compensation, membual,
melebih-lebihkan, atau bahkan mengecilkan orang lain untuk meninggikan diri
sendiri, berbohong dan seterusnya jika merasa dirinya paling hebat. Ia tidak berpijak
pada kenyataan, sehingga dalam bekerja biasanya hanya omong doang. 

Begitu pula sebaliknya orang yang mengira diri sendiri negatif, akan sangat minder,
menarik diri dari pergaulan, mengurung diri, tidak mau melakukan apa pun. “Apalah
artinya saya, siapa yang mau mendengarkan saya,” adalah contoh ungkapan yang
sering diucapkan orang dengan persepsi diri negatif. Orang ini sebetulnya sangat
tertekan pada kelemahan dirinya.

Baik yang menilai dirinya terlalu tinggi maupun terlalu rendah, keduanya tidak sesuai
kenyataan dan itu berarti jelek. Hal ini secara mental atau psikologis tidak sehat.
Orang yang selalu pakai kedok akan capek, lalu memberikan stres yang besar pada
diri sendiri.

Solusi
Dalam psikologi ada konsep yang disebut Johari Window atau Jendela Johari, yang
menggambarkan pengenalan diri kita. Ada empat jendela dalam Jendela Johari. 

Tahu tentang diri Tidak tahu tentang diri


Diketahui orang lain Daerah Publik Daerah Buta
(Public area) (Blind area)
C C

Tidak diketahui orang lain Daerah Tersembunyi Daerah Tak disadari


(Hidden area) (Unconsciuos area)
C D
18

Gambar 1
Matriks Johari Window

(1) Jendela terbuka. Hal-hal yang kita tahu tentang diri sendiri, tapi orang lain pun
tahu. Misalnya keadaan fisik, profesi, asal daerah, dan lain-lain.
(2) Jendela tersebunyi. Hal-hal mengenai diri kita yang kita tahu tapi orang lain tidak
tahu. Misalnya isi perasaan, pendapat, kebiasaan tidur, dan sebagainya.
(3) Jendela buta. Hal-hal yang kita tidak tahu tentang diri sendiri, tapi orang lain tahu.
Misalnya hal-hal yang bernilai positif dan negatif pada kepribadian kita.
(4) Jendela gelap. Hal-hal mengenai diri kita, tapi kita sendiri maupun orang lain
tidak tahu. Ini adalah wilayah misteri dalam kehidupan.

Semakin besar daerah/jendela terbuka kita akan semakin baik, karena berarti kita
mengenal diri secara baik. Orang yang memiliki daerah tertutup lebih besar akan
mengalami kesulitan dalam pergaulan. Adapun mereka yang memiliki daerah buta
sangat besar, bisanya akan membuat orang lain merasa kasihan.  

Kepada orang yang kita kenal dekat, jendela itu harus dibuka semakin besar, juga bila
kita ingin bekerjasama dengan orang lain. Bagaimana membuka jendela? Bagaimana
kita bisa kenal diri sendiri? Bagaimana kita memiliki jendela terbuka yang semakin
besar?

1. Bersedia menerima umpan balik, secara verbal maupun non-verbal.

a. Bersedialah untuk menerima kritik, saran dan pendapat dari orang lain tentang diri
kita. Kalau ada orang yang memberikan kritik sangat pedas, ada baiknya dikaji. Jika
merasa tidak benar, tanyakan, mengapa dia mengungkapkan hal itu, cari klarifikasi,
dan bukan membalas menghajarnya atau mengkritik balik. Kritik adalah bentuk
umpan balik yang berisi informasi negatif tentang diri kita, yang mungkin kita anggap
kelemahan. Harusnya kritik itu berisi saran, karena kritik itu berarti menunjukkan
kesalahan dan harus bisa memberitahu bagaimana jalan keluarnya

b. Kita juga harus mau lebih membuka diri. Ungkapkan kalau ada uneg-uneg,
kekesalan, kejengkelan dan sebagainya. Bisa lisan bisa tertulis harus diungkapkan
terus terang. Bisa juga kita membuka  kekuatan atau kelemahan diri kita,dibagi kalau
berupa kekuatan. Ini cara supaya orang lain lebih mengenali diri kita, dan kita pun
makin tahu tentang diri sendiri. Kita tidak mungkin mengenali diri sendiri hanya dari
muka cermin, tapi juga melalui orang lain supaya kita mendapat gema atau echo dari
orang lain.

2. Bagaimana cara kita membuka diri? Banyak bergaul, berteman baik,


memperluas hubungan interpersonal dan berkomunikasi. Dengan cara ini kita akan
19

mendapat masukan dari banyak orang. Semakin luas pergaulan akan mendapat
masukan lebih banyak mengenai diri kita.

EVALUASI

REFLEKSI
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas berdasarkan apa

yang terjadi pada diri anda sendiri.


20

1. Deskripsikan dengan singkat “Siapa Diri Saya”

2. Sebutkan sebanyak mungkin kelemahan anda.

3. Sebutkan sebanyak mungkin kelebihan anda.

4. Menurut orang lain apakah anda memiliki kelemahan tersebut? Jelaskan

jawaban anda.

5. Menurut orang lain apakah anda memiliki kelebihan tersebut? Jelaskan

jawaban anda.

6. Lebih mudah menyebutkan kelemahan atau kelebihan?

7. Apa yang sekarang anda rasakan dalam mengenali diri anda?

FOTO KEGIATAN
21

BIODATA KETUA PELAKSANA


22

1 Nama Retno Ristiasih Utami, M.Si, psikolog


2 Jabatan Fungsional Asisten Ahli
3 Jabatan Struktural Sekretaris Program Studi Psikologi
4 NIS/NIDN 06557000699015 / 0603057101
5 Tempat dan Tanggal Lahir Semarang, 03 Mei 1971
6 Alamat rumah Jl. Lamongan Barat I/5 Semarang
7 No Telp/HP 08156541803
8 Alamat e-mail ririez03@yahoo.com
9 Mata Kuliah yang diampu 1. Psikologi Perkembangan 2
2. Psikologi Forensik
3. Psikodiagnostik 3 (Wawancara)
4. Statistika Lanjut
5. Psikogerontologi

Pengalaman penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir

Pendanaan
No Tahun Judul Penelitian
Sumber Jumlah (Rp)
1 2009 Metode relaksasi untuk Menurunkan
LPPM USM 5000000
Kecemasan Menjelang Persalinan
2 2010 Efektivitas pelatihan Soft Skill untuk
Meningkatkan Komunikasi LPPM USM 2500000
Interpersonal
3 2010 Uji Validitas Prediktif TPA
Berdasarkan Kriteria IPK Mahasiswa LPPM USM 2500000
USM
4 2010 Tingkat Depresi Pada Narapidana
Wanita (Studi Deskriptif pada
LPPM USM 2500000
Narapidana Lapas Kls II A
Semarang)
5 2011 Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Kenakalan Remaja pada Anak Didik LPPM USM 2500000
LPA Kutoarjo
6 2011 Kohesivitas Karyawan USM
Tinjauan dari Gender dan Bidang LPPM USM 2500000
Kerja
7 2012 Profil Kepribadian Anak Didik
LPPM USM 2500000
Lapas Anak Kls II A Kutoarjo

Pengalaman Pengabdian Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir

No Tahun Judul Pengabdian Lokasi Pendanaan


23

Sumber Jumlah (Rp)

1 2010 Mempersiapkan Diri SMK Palebon LPPM USM 1500000


dalam Memasuki dunia Semarang
Kerja
2 2011 Mengatasi Permasalahan TK ABA LPPM USM 1500000
Pada Anak Pucanggading
3 2011 Berpikir Positif Untuk Lapas Wanita LPPM USM 1500000
Menurunkan Stres Kelas II A
Semarang
4 2012 Meningkatkan Interaksi MI An Nuur LPPM USM 1500000
Sosial siswa Penggaron,
Semarang

Semarang, 3 Juni 2013

Ketua Pengabdian Kepada Masyarakat

Retno Ristiasih Utami, M.Si. psikolog


NIS. 06557000699015

Anda mungkin juga menyukai