Anda di halaman 1dari 5

Retno Ristiasih Utami

Fakultas Psikologi Universitas Semarang

Permainan sesungguhnya sangat penting untuk kehidupan dan pendidikan, khususnya untuk
manusia dalam fase kanak-kanak. Frederick Wilhelm Froebel dan Maria Montessori
mengembangkan konsep pendidikan dengan unsur permainan (belajar dan bermain). Konsep
ini ternyata berhasil jika dilaksanakan dengan baik.
Bermain merupakan konsep terbesar dalam hidup anak-anak dan merupakan sesuatu yang
esensial bagi anak-anak untuk dapat memahami konsep, mengembangkan ketrampilan sosial
dan fisik, mengatasi situasi dan juga melakukan proses berbahasa. Melalui bermain anak-
anak belajar. Tanpa kesempatan untuk bermain dan tanpa lingkungan yang menunjang untuk
bermain kemampuan anak-anak terbatas. Program pembelajaran anak-anak yang
memberikan kesempatan untuk bermain ternyata meningkatkan dan memperluas kemampuan
belajar anak-anak. Ada pula teori yang menyatakan bahwa dengan cara bermain anak-anak
melepaskan energinya yang efeknya adalah menghilangkan frustrasi.
Dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak-anak membutuhkan perangsangan untuk
mengembangkan diri secara maksimum. Salah satu perangsangan yang diperlukan adalah
kesempatan bergerak. Dalam bermain, anak-anak melakukan pergerakan yang merupakan
rangsangan untuk perkembangan otak. Selain itu bergerak dapat mempengaruhi seluruh
aspek perkembangan anak dalam hal kognitif, motorik maupun afektif.
Pada tahun-tahun awal kehidupan, seorang anak mengembangkan kemampuan melakukan
gerakan motorik kasar (tengkurap, merangkak, berdiri dan berjalan). Semain bertambahnya
usia perkembangan kematangan otak dan proses belajar, anak bisa melakukan gerakan
motorik halus seperti memegang dengan ibu jari dan telunjuk, mencoret, menggambar, dll.
Pada tahap selanjutnya anak dapat mengembangkan gerakan sensori dan motorik yang lebih
kompleks seperti naik sepeda, memanjat dan berenang. Bergerak juga mempengaruhi
perkembangan kognitif dan afektif anak-anak. Melalui bermain ada dua aspek yang dapat
berkembang yaitu kemampuan berpikir kritis dan kecerdasan emosi. Berpikir kritis dalam
diri anak-anak dapat timbul dlam bentuk pertanyaan yang menunjukkan keingintahuannya :
“Mengapa begitu? Mengapa begini?” Kecerdasan emosi menyangkut kemampuan mengenali
emosi diri, kemampun mengatur dan mengekspresikan emosi dengan tepat, kemampuan
memotivasi diri, kemampuan untuk mengenali emosi orang lain dan kemampuan untuk
menjalin hubungan dengan orang lain.

Fungsi Bermain
Permainan memperluas interaksi sosial dan mengembangkan ketrampilan sosial yaitu belajar
bagaimana berbagi, hidup bersama, mengambil peran, belajar hidup dalm masyarakat secara
umum. Permainan meningkatkan perkembangan fisik, koordinasi tubuh dan mengembangkan
serta memperhalus ketrampilan motorik kasar dan halus. Permainan juga membantu anak-
anak memahami tubuhnya, fungsinya dan bagaimana menggunakannya dalam belajar. Anak-
anak mengetahui bahwa bermain itu menyegarkan, menyenangkan dan memberi kepuasan.
Permainan dapat membantu perkembangan kepribadian dan emosi karena anak-anak
mencoba melakukan berbagai peran, mengungkapkan perasaan, menyatakan diri dalam
suasana yang tidak mengancam dan juga memperhatikan peran orang lain. Melalui
permainan anak-anak bisa belajar mematuhi peraturan dan menghargai orang lain.
Bermain dan Kemampuan Intelektual
Fungsi bermain terhadap kemampuan intelektual dapat dilihat pada beberapa hal berikut ini :
1. Merangsang perkembangan kognitif. Melalui bermain sensori-motor (indra-
pergerakan) anak-anak dapat mengenal permukaan lembut, kasar atau kaku.
Permainan fisik akan mengajarkan kepada anak batas ekmampuannya sendiri.
Permainan juga meningkatkan kemampuan abstraksi (imajinasi dan fantasi) sehingga
anak-anak semakin jelas mengenal konsep besar-kecil, atas-bawah, penuh-kosong.
Melalui permainan anak-anak dapat menghargai aturan, keteraturan dan logika.
2. Membangun struktur kognitif. Melalui permainan, anak-anak akan memperoleh
informasi yang lebih banyak sehingga pengetahuan dan pemahamannya akan lebih
kaya dan lebih dalam. Bila informasi baru ini ternyata berbeda dengan yang selama
ini diketahinya anak dapat mengubah informasi yang lama sehingga ia mendapatkan
pemahaman atau pengetahuan yang lebih baru. Jadi, melalui bermain struktur kognitif
anak terus diperkaya, diperdalam dan diperbaharui sehingga akan semakin sempurna.
3. Membangun kemampuan kognitif. Kemampuan kognitif mencakup kemampuan
mengidentifikasi, mengelompokkan, mengurutkan, mengamati, membedakan,
membuat peramalan, menentukan hubungan sebab-akibat, membandingkan, menarik
kesimpulan. Permainan akan mengasah kepekaan anak akan keteraturan, urutan dan
waktu. Permainan juga meningkatkan kemampuan logika.
4. Belajar memecahkan masalah. Di dalam permainan anak-anak akan menemui
berbagai masalah sehingga permainan memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengetahui bahwa ada beberapa kemungkinan untuk memecahkan masalah. Anak
juga mungkin bertahan lebih lama menghadapi kesulitan agar persoalan yang
dihadapi dapat dipecahkan. Proses pemecahan masalah ini mencakup adanya
imanjinasi aktif anak-anak. Imajinasi aktif akan mencegah timbulnya kebosanan yang
merupakan pencetus kerewelan pada anak.
5. Mengembangkan rentang konsentrasi. Apabila tidak ada konsentrasi atau rentang
perhatian yang memadai, seorang anak tidak mungkin dapat bertahan lama bermain
peran (pura-pura menjadi dokter, ayah-anak-ibu, guru, dll). Ada hubungan yang dekat
antara imajinasi dan kemampuan konsentrasi. Imajinasi membantu meningkatkan
kemampuan konsentrasi. Anak-anak yang tidak imajinatif memiliki rentang perhatian
(konsentrasi) yang pendek dan memiliki kemungkinan besar untuk berperilaku agresif
dan mengacau.
Bermain dan Perkembangan Bahasa
Dapat dikatakan bahwa kegiatan bermain merupakan “laboratorium bahasa” buat anak-
anak. Di dalam bermain, anak bercakap-cakap satu dengan yang lain, berargumentasi,
menjelaskan dan meyakinkan. Jumlah kosa kata yang dikuasai anak dapat meningkat
karena mereka dapat menemukan kata-kata baru.
Bermain dan Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial yang terjadi melalui proses bermain adalah sebagai berikut ;
1. Meningkatkan sikap sosial. Ketika bermain anak harus memperhatikan sudut pandang
teman bermainnya dan dengan demikian akan mengurangi sikap egosentrisnya.
Dalam permainan itu pula anak dapat belajar bagaimana bersaing dengan jujur,
sportif, tahu akan haknya dan peduli akan hak orang lain. Anak juga dapat belajar apa
artinya sebuah tim dan semangat tim.
2. Belajar berkomunikasi. Agar dapat melakukan permainan seorang anak harus dapat
mengerti dan dimengerti oleh teman-temannya. Karena itu melalui permainan anak
dapat belajar bagaimana mengungkapkan pendapatnya dan mendengarkan pendapat
orang lain. Di sini pula anak belajar untuk menghargai pendapat orang lain dan
perbedaan pendapat.
3. Belajar mengorganisasi. Permainan sering menghendaki adanya peran yang berbeda
dan karena itu dalam permainan ini anak dapat belajar berorganisasi berkaitan dengan
penentuan siapa yang akan menjadi apa. Melalui permainan anak dapat belajar
bagaimana mengharagi harmoni dan mau melakukan kompromi.
Bermain dan Perkembangan Emosi
Emosi akan selalu terkait dalam bermain, entah itu senang sedih, marah, takut, cemas.
Oleh karena itu bermain merupakan suatu tempat pelampiasan emosi dan juga relaksasi.
1. Kestabilan emosi. Adanya tawa, senyum dan ekspresi kegembiraan lain mempunyai
pengaruh jauh di luar wilayah bermain itu sendiri. Ada kegembiraan atau perasaan
senang yang dirasakan bersama ini dapat mengarah pada kestabilan emosi anak.
2. Rasa kompetensi dan percaya diri. Bermain menyediakan kesempatan kepada anak
untuk mengatasi situasi. Kemampuan ini membuat anak merasa kompeten dan
berhasil. Rasa mampu ini pula yang akan mengembangkan percaya diri anak . Selain
itu anak dapat membandingkan kemampuan pribadinya dengan teman-temannya
sehingga dia dapat memandang dirinya lebih wajar (mengembangkan konsep diri
yang realistis).
3. Menyalurkan keinginan. Dalam bermain anak dapat menentukan pilihan ingin
menjadi apa dia. Bisa saja ia ingin menjadi “ikan”, menjadi “komandan” dsb.
4. Menetralisir emosi negatif. Bermain dapat menjadi “katup” pelepasan emosi negatif
anak, misalnya rasa takut, marah, cemas dan memberi anak kesempatan untuk
mengatasi pengalaman traumatik.
5. Mengatasu konflik. Dalam bermain sangat boleh jadi timbul konflik antara satu anak
dengan anak yang lain, oleh karena itu anak dapat belajar memilih alternatif untuk
menyikapi atau menangani konflik yang ada.
6. Menyalurkan agresivitas secara aman. Bermain memberi kesempatan anak
menyalurkan agresivitasnya secara aman. Dengan menjadi “raksasa” misaknya anak
dapat merasa “mempunyai kekuatan” dan dengan demikian anak dapat
mengekspresikan emosinya yang intens yang mungkin ada, tanpa merugikan
siapapun.
Bermain dan Perkembangan Fisik
Melalui bermain kemampuan motorik anak dapat berkembang dari kasar ke halus.
1. Mengembangkan kepekaan penginderaan. Bermain dapat membuat anak mengenal
berbagai bentuk, merasakan tekstur halus, kasar, lembut; mengenal bau, suara bahkan
rasa. Anak juga bisa mengenali kekerasan banda, suhu, warna dsb.
2. Mengembangkan ketrampialn motorik. Dengan berman anak dapat menembangkan
kemampuan motorik seperti berjalan, berlari, melompat, bergoyang, berguling,
mengangkat, menjinjing, melempar, menangkap, meluncur, memanjat, berayun,
menyeimbangkan diri. Selain itu anak dapat belajar merangkai, menyusun,
menumpuk, mewarna dan menggambar.
3. Menyalurkan energi fisik yang terpendam. Bermain dapat menyalurkan energi
berlebih yang ada dalam diri anak. Misalnya dengan bermain kejar-kejaran, bergelut
dsb. Energi berlebih yang tidak disalurkan dapat menyebabkan anak tegang, gelisah
dan mudah tersinggung.
Bermain dan Kreativitas
Di dalam bermain anak dapat berimajinasi dan imajinasi dapat megasah daya kreativitas
anak. Adanya kesempatan untuk berpikir lepas dari batas-batas dunia nyata menjadikan
anak dapat mengembangkan proses berpikir yang lebih kreatif yang akan sangat berguna
dalam kehidupan nyata sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai