Anda di halaman 1dari 5

Menyimak Sebelum Membaca

Oleh: Untari Kartika Yekti

Suatu hari, Deri, seorang siswa kelas 5 sekolah dasar bertanya pada Mama tentang PR
matematika dalam bentuk soal cerita yang diberikan oleh gurunya hari itu.
“Ma, ini apa jawabannya?” tanya Deri saat selesai membaca soal.
“Coba dibaca baik-baik soalnya.” Ibunya meminta Deri membaca ulang soal sampai
paham.
Dibacalah soal itu oleh Deri. Namun, tetap tidak ia mengerti. Kejadian ini sudah
sering terjadi. Membuat Ibu Deri menjadi kesal karena anaknya sulit mengerti soal cerita
yang sebenarnya mudah. Ibu Deri langsung berpikir bahwa mungkin anaknya memang tidak
pandai mengerjakan soal matematika.
Namun, sadarkah kalau kesalahan itu bisa saja karena faktor lain? Jawabannya, ya,
mungkin saja Deri tidak bisa menjawab soal cerita yang terbilang mudah karena ia tidak
paham maksud dari kalimat yang dibaca.
Hal ini bisa terjadi karena banyak faktor, salah satunya bisa saja karena ia tidak
diajarkan cara membaca yang benar dan tepat. Belajar membaca dilakukan olehnya dengan
hanya sekedar belajar merangkai huruf menjadi kata. Salah satu caranya adalah dengan
drilling.
Seorang anak yang diajarkan membaca dengan cara yang salah, penuh tekanan, dan
tidak menyenangkan maka ia hanya mampu membaca kata tapi akan sulit memahami maksud
dari kata tersebut. Selanjutnya adalah anak tidak mampu memahami rangkaian kata dalam
suatu kalimat. Efek buruknya adalah anak tersebut menjadi tidak suka dengan kegiatan
membaca karena sulit dan membosankan.
Sebenarnya banyak metode yang bisa diterapkan untuk belajar membaca. Ada yang
memilih menggunakan metode yang cepat dengan alasan mengejar usia anak sebelum masuk
jenjang sekolah dasar. Padahal jika anak di berikan banyak pengalaman dan kesempatan
untuk melakukan kegiatan-kegiatan pramembaca dengan menyenangkan, maka keterampilan
membaca akan meningkat. Hanya saja konsekuensinya, guru dan orang tua harus sabar
dengan proses tersebut.
Sekarang akan dibahas tahap awal dari proses belajar membaca pada anak. Perlu
diketahui bahwa keterampilan berbahasa pada manusia bukan hanya membaca. Terdapat
empat keterampilan berbahasa. Bromley dalam Dhieni menyebutkan empat keterampilan
bahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Semua keterampilan tersebut
membutuhkan proses panjang dan saling terkait satu sama lain.
Keterampilan berbahasa dikelompokkan menjadi dua, yaitu bahasa reseptif dan
ekspresif. Iskandarwassid dan Sunendar mendefinisikan bahwa keterampilan menyimak
adalah satu bentuk keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Bersifat reseptif karena
menyimak merupakan keterampilan dalam menerima bahasa melalui proses mendengarkan
informasi dan kemudian diproses di otak agar informasi yang diterima tersebut dapat
dipahami dan selanjutnya di ekspresikan.
Salah satu keterampilan bahasa yang sangat penting sebelum keterampilan lainnya
berkembang adalah keterampilan menyimak. Setiawati dalam bukunya menjelaskan bahwa
keterampilan berbahasa yang pertama kali dimiliki manusia adalah menyimak. Sejak di
dalam kandungan, janin sudah mampu menyimak kondisi di luar rahim. Janin sudah bisa
diajak berkomunikasi. Komunikasi dilakukan dengan menerima informasi dari suara-suara
seperti suara Ibu, Ayah, musik, atau lantunan ayat suci. Janin mampu merespon dengan
gerakan-gerakan sebagai bentuk komunikasinya. Artinya, manusia dari sebelum lahir sudah
mampu menerima bahasa.
Sebelum mampu mengekspresikan bahasa, maka anak harus mampu menangkap
berbagai bunyi bahasa yang terungkapkan secara verbal. Hasil dari proses tersebut adalah
anak akan menyimpannya di otak, diproses, kemudian menirukannya sebagai bentuk
mengekspresikan bahasa. Akhadiah dalam Sutari mendefinisikan menyimak adalah suatu
proses yang mencangkup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi,
menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya.
Contohnya, saat seorang Ibu mengajarkan anak cara meminta sesuatu seperti, “Adek
mau minum”. Ibu mengucapkan sambil mencontohkan kegiatan dari kalimat tersebut dengan
menunjukkan botol atau gelas yang biasa digunakan oleh anaknya saat minum. Jika
dilakukan berulang, maka anak akan paham dan menirukan kalimat tersebut jika akan minta
minum.
Lalu, pertanyaannya adalah apa hubungannya keterampilan menyimak yang baik
dengan keterampilan membaca anak?
Setelah memahami pentingnya keterampilan menyimak, maka akan mudah
mengaitkannya dengan proses belajar membaca. Membaca juga merupakan keterampilan
bahasa yang bersifat reseptif. Anak membaca berarti ia sedang melakukan aktivitas menyerap
informasi dari kata-kata yang dibacanya. Sehingga, membaca tidak cukup hanya sekedar
mengucap kata tetapi lebih jauh dari itu adalah memahami kata yang dibacanya tersebut.
Melalui kegiatan menyimak, anak akan menangkap bunyi dari setiap huruf. Anak
akan paham bahwa setiap kata memiliki makna. Makna tersebut dapat dipahami dengan
cara menyimak secara seksama.
Lantas, bagaimana cara mengajari anak keterampilan membaca melalui keterampilan
menyimak?
Beberapa hal berikut ini harus dipahami terlebih dahulu sebelum menuju pada proses
kegiatan membaca. Pertama, adalah orang tua, guru, atau orang dewasa lainnya harus paham
dan sadar bahwa setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Sebisa mungkin
untuk tidak membandingkan anak yang satu dengan anak yang lain. Namun, terimalah
kondisi anak secara utuh.
Kedua, ciptakan kondisi yang nyaman untuk anak dan sealami mungkin. Dunia anak
adalah dunia bermain. Sebisa mungkin anak tidak merasa bahwa ia sedang diajari membaca.
Penting untuk membuat suasana yang gembira sehingga anak lebih mudah menerima segala
sesuatu yang akan diberikan.
Ketiga, pahami bahwa proses belajar membaca itu butuh kesabaran. Lamanya waktu
yang dibutuhkan untuk belajar sampai anak mampu membaca lancar itu relatif, tidak sama
pada setiap anak. Sabar dan ikhlas dalam menjalankan proses ini. Sebaiknya tidak perlu
target harus cepat, dan cepat. Namun, targetkan anak paham sampai ia menjadi gemar
membaca.
Keempat, berikan apresiasi atas usaha yang telah dilakukan oleh anak. Anak pada
dasarnya senang diberikan pujian atau penghargaan atas usaha yang telah dilakukan. Hal ini
dilakukan untuk membangun semangat dan energi positif dalam diri anak saat belajar
membaca.
Setelah empat hal tersebut dicermati dan diterima, maka mulailah proses belajar
membaca. Jika anak masih bayi sampai usia 2 tahun, maka perbanyaklah kegiatan yang dapat
meningkatkan keterampilan menyimak. Contoh kegiatannya adalah bernyanyi, mengucapkan
syair, bercerita, menjelaskan lingkungan sekitar, dan lain-lain.
Intinya segala kegiatan yang dilakukan harus disertai dengan penjelasan guna
menambah kosa kata anak dan tidak lupa untuk menyampaikan secara ekspresif sehingga
anak paham secara logika dan juga rasa.
Misalnya, “Wah, lihatlah langitnya sangat cerah. Warnanya biru muda dan ada awan
yang berwarna putih. Indah sekali ya, Nak,” atau “Ayo sekarang kita duduk di kursi warna
biru ini. Ini kursi warnanya biru. Bagus ya.” Sampaikan sambil tersenyum senang sehingga
anak paham jika langit cerah itu indah, indah itu menyenangkan, atau kursi biru itu bagus,
bagus itu membuat senang.
Saat memasuki usia 3-6 tahun, pengenalan simbol huruf dapat dilakukan melalui
berbagai metode dan media. Misalnya rutin menyanyikan lagu alfabet sambil diperlihatkan
bentuk hurufnya. Anak menyimak bunyi huruf serta bentuknya, kemudian informasi tersebut
diolah sehingga anak paham simbol bersamaan dengan bunyi huruf tersebut.
Mengenalkan kosa kata benda-benda di sekitar menggunakan flash card. Anak akan
menyimak gambar dan kata yang tertera pada kartu. Orang tua atau guru membantu mengeja
setiap huruf dari suatu kata. Kemudian anak menirukannya sampai informasi itu tersimpan di
dalam memorinya. Contohnya, pada gambar apel, terdapat tulisan kata apel yang tersusun
dari huruf a-p-e-l sehingga berbunyi apel.
Selain itu, orang tua dapat menempelkan kata pada benda-benda yang ada di rumah.
Misalnya menempalkan kata “pintu” pada setiap pintu yang ada di rumah. Saat anak
membuka atau menutup pintu ia akan melihat tulisan kata “pintu”. Orang tua perlu untuk
mengucapkan kata pintu saat akan membuka atau menutup pintu sehingga anak dapat
menerima informasi dan menyimpannya dalam memori bahwa pintu itu memiliki rangkaian
huruf p-i-n-t-u.
Kegiatan lainnya adalah membaca buku bersama. Berikan anak kesempatan untuk
membaca buku yang ia suka dan menceritakan isi buku dengan melihat gambar-gambar di
dalamnya. Jika saat anak mengucapkan kata yang ada di buku tersebut segera tunjukkan kata
yang ia ucapkan. Ia akan menyimak kata yang ditunjuk dan menyimpannya dalam memori
bahwa kata yang diucapkannya memiliki rangkaian huruf tertentu.
Lebih jauh lagi, jika anak sudah mampu membaca dan memahami kosa kata yang
sederhana maka akan mudah untuk mempelajari kata yang lebih rumit bahkan
merangkaikannya menjadi kalimat sederhana. Selalu berikan kesempatan kepada anak untuk
banyak menyimak karena dengan menyimak anak akan banyak menyimpan kosa kata
sehingga akan memudahkannya untuk membaca.
Kesimpulannya adalah bahwa proses membaca itu adalah proses yang panjang. Butuh
kesabaran dalam melakukannya. Hal terpenting dalam belajar adalah keseluruhan prosesnya
bukan hanya terpaku pada hasil. Cepat belum tentu tepat. Anak butuh untuk paham bukan
hanya sekedar bisa.
***
Referensi:
Dhieni, Nurbiana, dkk. 2014. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Iskandarwassid, Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung:
Rosdakarya.
Setiawati, Lis. 2014. Menyimak. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tarigan. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Profil singkat:
Untari Kartika Yekti, S.Pd., Gr. biasa dipanggil Untari
saat ini berdomisili di Klaten, Jawa Tengah. Pernah
berprofaesi sebagai guru TK sebelum akhirnya memutuskan
untuk fokus menjadi ibu rumah tangga. Sangat mencintai
dunia anak-anak sehingga saat ini masih terus berusaha
untuk berkarya salah satunya melalui tulisan khususnya
cerita anak. Karyanya pernah terpilih dalam sayembara antologi dongeng
fabel dan sudah diterbitkan. Saat ini ada beberapa tulisan yang sedang
dalam proses penerbitan. Selain itu, penulis juga aktif menulis di situs
nulisbareng.com Penulis juga senang membuat berbagai macam kreasi media
pembelajaran seperti pop up book, big book, boneka, dan menciptakan
berbagai variasi kegiatan bermain untuk anak. Penulis dapat dihubungi
melalui email: kartikauntari@gmail.com
instagram: @untarikartika
facebook: Untari Kartika yekti

Anda mungkin juga menyukai