Anda di halaman 1dari 4

PERAN KOMPETENSI SOSIAL GURU DALAM MENCIPTAKAN SUASANA

BELAJAR YANG MENYENANGKAN DI KELAS

Oleh:

Ainil Afifah

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

@ainilafifah2003@gmai.com

ABSTRAK

Kompetensi social merupakan aspek penting bagi guru dalam menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan. Hal ini dapat memberikan kegiatan positif yang dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan positif yang dapat meningkatkan prestasi.
Di dukung oleh komunikasi yang baik, guru akan lebih mudah menyampaikan berbagai
informasi khususnya pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Namun pada kenyataannya
kompetensi social dalam pembelajaran masih kurang diperhatikan oleh guru, karena sering
ditemukan dalam proses pembelajaran menunjukkan interaksi guru dan siswa yang kurang
menyenangkan, guru yang berprilaku asusila dan kekerasan. Sehingga sulit mencapai
pembelajaran yang menyenangkan. Oleh karena itu, kompetensi social sangat penting bagi guru.
Untuk itu, guru hendaknya meningkatkan komunikasi yang baik.

Kata Kunci : Kompetensi, social, menyenangkan, pembelajaran

ABSTRACT

Social competence is an important aspect for teachers in creating a pleasant learning


atmosphere. This can provide positive activities that can provide opportunities for students to
carry out positive activities that can improve achievement. Supported by good communication, it
will be easier for teachers to convey various information, especially the lessons that will be
taught to students. However, in reality, social competence in learning is still not paid enough
attention by teachers, because it is often in the learning process that teachers and students interact
less pleasantly, teachers who behave immorally and violently. Making it difficult to achieve
enjoyable learning. Therefore, social competence is very important for teachers. For this reason,
teachers should improve good communication.

Key words : competence, social , fun, learning


PENDAHULUAN

Pada hakikatnya guru merupakan factor paling dominan dalam pendidikan formal, bagi
peserta didik seorang guru dijadikan sebagai teladan dan panutan, peningkatan pengetahuan,
sikap dan keterampilan peserta didik. Dalam membina kemampuan peserta didik seorang guru
diharuskan memiliki kemampuan tersendiri. Adapun kemampuan yang harus dimiliki guru
meliputi kemampuan mengawasi, membina dan mengembangkan kemampuan peserta didik baik
dalam lingkup personal dan social.

Keberhasilan proses belajar siswa sangat ditentukan oleh kompetensi social guru. Hal ini
dikarenakan guru sebagai pemimpin pembelajaran, sebab guru adalah pemimpin pembelajaran,
fasilitator, dan sekaligus merupakan pusat inisiatif pembelajaran. Oleh karenanya, guru harus
senantiasa mengembangkan kemampuan diri. Guru perlu memiliki standar profesi dengan
menguasai mataeri serta strategi pembelajaran dan dapat mendorong siswanya untuk belajar
bersungguh-sungguh.

Menurut Undang-undang Republic Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan
dosen pasal 1 ayat 10, sebagaimana dikutip oleh Mulyasa (2012:227), “ Kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasa
oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.

Namun pada kenyataannya sampai saat ini guru belum dapat melaksanakan tugas dan
peranannya dengan baik sesuai yang diharapkan, hal tersebut terjadi karena adanya beberapa
factor penghambatnya adalah kurang memadahinya kemampuan seorang guru. Oleh karena itu,
guru harus senantiasa mengembangkan kemampuan dirinya.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode kualitatif. Metode kualitatif
merupakan metode yang focus pada pengamatan yang mendalam. Oleh karenanya, penggunaan
metode kualitatif dalam penelitian dapat menghasilkan kajian atas suatu fenomena yang lebih
komprehensif. Penelitian kualitatif yang memperhatikan humanisme atau individu manusia dan
perilaku manusia merupakan jawaban atas kesadaran bahwa semua akibat dari perbuatan
manusia terpengaruh pada aspek-aspek internal individu. Aspek internal tersebut seperti
kepercayaan, dan latar belakang social dari individu yang bersangkutan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kompetensi social guru mencakup kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dengan
siswa, orang tua, dan rekan kerja. Ini melibatkan keterampilan komunikasi yang baik, empati,
pemahaman terhadap kebutuhan siswa, dan kemampuan membangun hubungan yang positif
dalam lingkungan pembelajaran.

Kompetensi social juga dapat dilihat sebagai perilaku nprososial, altruistic, dan adapt
bekerjasama. Anak-anak sangat disuka dan yang dinilai berkompetensi social oleh orang tua dan
guru-guru pada umumnya mampu mengatasi kemarahan yang baik, mampu merespon secara
langsung, melakukan cara-cara yang dapat meminimalisasi konflik yang lebih jauh dan mampu
mempertahankan hubungannya. Berikut ini instrument pertanyaan :

No Indikator Daftar Pertanyaan


1 Kompetensi Sosial Menciptakan lingkungan kelas yang mendukung
interaksi social positif di antara siswa
2 Memahami dan merasakan Menangani situasi dimana guru harus bekerja
emosional sudut pandang sama dengan siswa yang memiliki pandangan
orang lain yang berbeda
3 Kemampuan guru dalam Memberikan motivasi kepada siswa agar semangat
manajemen kelas belajar

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru SMA Negeri 2 Bukit Batu selama
beberapa menit, mengataka bahwa:

Membangun interaksi social yang positif antara pendidik dan peserta didik dengan cara
pendidik harus paham psikologis peserta didiknya. Peserta didik ini apakah dia type serius,
santai, humoris, atau yang lainnya. Setelah pendidik harus selalu menanyakan kabar peserta
didik setiap memulai pembelajaran, pendidik juga harus memberikan kesempatan yang merata
kepada peserta didiknya. Pendidik juga bertanggung jawab untuk membantu mental seorang
peserta didik, misalnya ketika pendidik memberikan pertanyaan kepada pesera didik, dan yang
menjawa hanya itu-itu saja, maka pendidik harus berkata “kita kasih kesempatan kepada teman
yang lan dulu ya nak, biar semuanya bisa pintar seperti kamu, boleh ?” itu adalah hal sepele
tetapi harus diperhatikan dalam pendidikan. Memberi pengertian bahwa tidak ada peserta didik
yang lemah atau bodoh. Tapi belum mau berkembang, memberikan pengertian bahwa peserta
didik harus berteman denga siapa saja dan membantu temannya yang lemah agar bisa memahami
pelajaran yang baik.

Pernyataan pada pertanyaan kedua ini juga di dukung :

Melakukan kerjasama dengan peserta didik yang berbeda pandanga itu tidak masalah. Karena
semakin banyak pandangan atau pendapat maka akan memunculkan semakin banyak pilihan
untuk sesuatu yang sedang dikerjakan. Sebagai seorang pendidik tida boleh mementingkan ego
sendiri, pendidik juga harus mendengarkan pendapat dari peserta didik. Jika seandainya peserta
didik kekeh ingin jawabannya yang harus digunakan, maka seorang pendidik harus mengikuti
saja karena yang aka berproses adalah peserta didiknya buka pendidik. Jika ditengah jalan atau
diakhir kegiatan ternyata jawaban peserta didik salah, disana lah peran pendidik memberikan
pandangan lain dengan sangat baik agar peserta didik memahami apa yang benar dan apa yang
salah.

Pernyataan pada wawancara ketiga:

Memberikan motivasi kepada anak itu beragam, salah satu contoh yang harus dilakukan seorang
pendidik adalah mengapresiasi karya atau perbuatan maupun hasil kerja peserta didik, meskipun
kadang yang peserta didik lakukan tidak benar sepenuhnya. Seperti peserta didik yang menjawab
pertanyaan pendidik mengucapkan “ anak pintar” lalu memberi tepuk tangan dan memberi kata
pujian lainnya. Jika jawaban peserta didik belum sepenuhnya benar, maka seorang pendidik bisa
mengatakan “terima kasih sudah menjawab, tapi sepertinya jawaban masih kurang lengkap”.
Melakukan hal tersebut bisa memotivasi peserta didik untuk lebih berkembang dan bersaing
antara satu dan lainnya.

KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa Kompetensi social guru mencakup kemampuan untuk


berinteraksi secara efektif dengan siswa, orang tua, dan rekan kerja. Ini melibatkan keterampilan
komunikasi yang baik, empati, pemahaman terhadap kebutuhan siswa, dan kemampuan
membangun hubungan yang positif dalam lingkungan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 2008. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Al-
Gensindo.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta

Damsar. 2010. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media

Danim, Sudarwan. 2011. Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Prenada Media

Janawi. 2011. Kompetensi Guru: Citra Guru Profesional. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai