Anda di halaman 1dari 13

MEMBANGUN HELPING RELATIONSHIP MELALUI TIOC ( THREE IN

ONE COMMUNITY) DALAM MENINGKATKAN KUALITAS


PELAYANAN KONSELING
Oleh : Galuh Wijayanti * )

Abstrak. Kemajuan ilmu dan teknologi pada era sekarang


menuntut setiap profesi untuk semakin memperkokoh konsep
dasar keilmuan yang menjadi dasar pijakan praksis
profesionalnya, termasuk bagi konselor. Hal ini sangat penting
agar pelayanan konseling yang diberikan lebih bermakna, yakni
dapat memfasilitasi perkembangan potensi peserta didik secara
optimal meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Dalam
pelayanan konseling kualitas hubungan konselor, peserta didik
dan pihak terkait merupakan pintu sekaligus alat utama.
Hubungan yang bersifat membantu (helping relationship) adalah
pola hubungan yang memungkinkan peserta didik dan pihak
terkait memiliki perasaan nyaman untuk mampu tumbuh dan
berkembang, mampu mengekspresikan perasaan serta mampu
membuat keputusan.TIOC adalah strategi yang dilaksanakan
guru BK berupa berupa Helping relationship akan terwujud jika
konselor memiliki empat perilaku sebagai berikut (1) perlakuan
empati (2) penerimaan dan penghargaan (3) kehangatan dan
perhatian (4) keterbukaan dan ketulusan.

Kata kunci : Helping Relationship, Kualitas Pelayanan konseling

Pelayanan konseling di sekolah merupakan usaha membantu peserta


didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan
belajar serta pengembangan karir. Pelayanan konseling bertujuan untuk
memfasilitasi pengembangan peserta didik dilaksanakan dalam bentuk
individual, kelompok dan atau klasikal berdasarkan hasil dari need

Guru BK SMA 12 Semarang


assessment. Jika dalam permendiknas No: 54 tahun 2013 dirumuskan
bahwa Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kompetensi yang
harus dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran, maka
kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan
konseling adalah kompetensi kemandirian untuk mewujudkan diri (self
actualization) dan pengembangan kapasitasnya (capacity development)
dalam mendukung pencapaian kompetensi lulusan.
Peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses
berkembang kearah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai
kematangan tersebut, memerlukan bimbingan agar pemahaman atau
wawasan tentang diri dan lingkungannya dalam menentukan arah
kehidupannya lebih baik. Proses perkembangan peserta didik tidak selalu
berlangsung secara mulus atau bebas dari masalah, dengan kata lain
dalam perjalanan perkembangan tidak selalu berjalan dalam alur linier,
lurus atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang yang
dianut. Hal ini mempertegas layanan konseling di sekolah mutlak
diperlukan di sekolah.
Pelaksanaan layanan konseling secara fungsional memiliki arti
strategis, apabila dilaksanakan dengan baik akan memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap pencapaian tujuan pendidikan. Secara
fenomenologis, konseling merupakan proses interaksi yang selalu
berhadapan dengan kepribadian manusia yang sedang berada proses
menemukan jati diri. Dengan demikian, layanan konseling perlu memiliki
berbagai bentuk intervensi yang memungkinkan siswa menjadi pribadi
yang mandiri dan bertanggung jawab sebagaimana terangkum dalam
kompetensi kemandirian peserta didik .
Kekhasan dari pelayanan konseling adalah hubungan interpersonal
yang amat intens. Hal ini mengisyaratkan bahwa hubungan konselor dan
peserta didik merupakan alat utama dalam konseling. Apapun teori dan
pendekatan yang digunakan konselor dalam konseling, peranan
hubungan antara konselor dan peserta didik tetap memegang peranan
yang sangat menentukan proses maupun hasil pelayanan konseling. Yang

Guru BK SMA 12 Semarang


menjadi pertanyaan adalah hubungan yang bagaimana yang seharusnya
dikembangkan konselor agar pelayanan konseling mencapai tujuan?
Kualitas Pelayanan Konseling
Merujuk pada konsep mutu yang komprehensif, mutu atau kualitas
pelayanan konseling meliputi proses dan produk layanan konseling
terhadap harapan peserta didik, masyarakat dan pemerintah. Dalam dunia
pendidikan, proses yang berkualitas mengacu pada kemampuan lembaga
pendidikan dalam mengintegrasikan, mendistribusikan, mengelola dan
mendayagunakan sumber daya pendidikan secara optimal untuk
mewujudkan tujuan. Berdasarkan konsep proses pendidikan yang
bermutu maka proses pelayanana konseling yang berkualitas adalah
pelayanan konseling yang mampu mengitegrasikan, mendistribusikan,
mengelola dan mendayagunakan program, fasilitas, personil serta
pembiayaan secara optimal agar dapat membentu pengembangan
potensi siswa secara utuh dan optimal.
Salah satu faktor yang menentukan kualitas pelaksanaan
pelayanan konseling terletak pada unjuk kerja konsekor. Unjuk kerja
konselor adalah proses perilaku kerja konselor agar dapat menghasilkan
sesuatu yang menjadi tujuan pelayanan konseling yang diberikan. Unjuk
kerja konselor pada dasarnya merupakan perwujudan profesional yang
secara sadar dan terarah melaksanakan layanan yang mencakup dimensi
filosofis, konseptual, operasional dan personal. Konseling merupakan
sistem dan proses bantuan untuk mengentaskan masalah yang terbangun
dalam suatu hubungan tatap muka antara individu yang bermasalah dan
konselor. Konseling melibatkan interaksi dan komunikasi secara verbal
maupun non verbal dengan pola hubungan yang dinamis sehingga
memungkinkan terciptanya kepercayaan.
Kriteria atau patokan yang dipakai untuk menilai keberhasilan
pelaksanaan layanan konseling di sekolah mengacu pada terpenuhi atau
tidaknya kebutuhan-kebutuhan, harapan siswa dan pemangku
kepentingan meliputi: guru, orangtua, masyarakat, sekolah dan
pemerintah. Dalam kontek sekolah, indikator kualitas pelayanan konseling

Guru BK SMA 12 Semarang


ditunjukkan oleh adanya kepuasan atas bantuan yang diberikan guru
pembimbing sehingga siswa mampu mengembangkan seluruh potensi
siswa meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.
Helping Relationship
Beberapa penelitian menemukan adanya kesenjangan antara
peranan guru pembimbing yang diharapkan siswa dengan perlakuan yang
mereka terima ,bahkan terkadang bertentangan dengan harapan
( Sheitzer dan Stone 1980 :128). Kualitas hubungan antara konselor
dengan peserta didik dalam pelayanan konseling merujuk kepada kondisi
yang diperlukan untuk terjadinya perubahan perilaku peserta didik
( Prayitno, 1980 :76). Selanjutnya disebutkan bahwa kualitas hubungan
tersebut merupakan sesuatu yang mutlak sebagai sarana pokok untuk
mewujudkan perubahan diri.
Dari uraian tersebut, jelas bahwa kualitas hubungan yang tercipta
dalam proses pelayanan konseling merupakan bagian yang esensial bagi
tercapainya tujuan konseling. Terkait dengan hal ini secara tegas Shertzer
dan Stone (1980 :255) mengemukakan bahwa konselor merupakan fihak
yang paling bertanggung jawab dan kunci untuk berinisiatif dan
mengembangkan kualitas hubungan. Perpaduan dari ketrampilan
konselor dalam melakukan teknik- teknik konseling dengan faktor personal
konselor menentukan terjadinya kualitas hubungan.
` Hubungan yang bersifat membantu (helping relationship)
memungkinkan peserta didik untuk mampu tumbuh dan berkembang yaitu
dengan munculnya perasaan tentram, mampu mengekspresikan perasaan
serta kemampuannya dalam membuat keputusan. Hubungan dapat
dikatakan sebagai hubungan yang bersifat membantu apabila : (a)
hubungan itu memfasilitasi peserta didik untuk tumbuh (b) ada
persetujuan antara konselor dan peserta didik dan (c) hubungan itu
memenuhi kebutuhan peserta didik. Lebih jauh lagi hubungan yang
bersifat membantu, dilakukan untuk membantu peserta didik
mengaktualisasikan diri dengan penuh kebahagiaan dan bermakna baik
bagi dirinya maupun bagi lingkungannya. Beberapa hal yang perlu

Guru BK SMA 12 Semarang


dilakukan konselor untuk membangun helping relationship sebagai berikut
:
1. Perlakuan empati
Empati merupakan kemampuan untuk memahami dan mengerti
perasaan peserta didik. Konselor menempatkan diri pada sudut pandang
peserta didik. Tolok ukur keberhasilan empati adalah kemampuan peserta
didik untuk menggunakan pemahaman empati konselor untuk memahami
dirinya sendiri. Menurut Brammer ada lima perilaku empati konselor yang
dapat dikembangkan konselor : pertama, konselor selalu meninjau
permasalahan dari sudut pandang peserta didik, konselor berusaha
menempatkan diri pada posisi dan kerangka pikir peserta didik. Kedua,
konselor merasa bersama dengan peserta didik sehingga peduli terhadap
setiap perkembangan diri peserta didik. Ketiga, adanya kesungguhan
untuk memahami permasalahan yang dialami. Keempat, konselor tetap
konsisten terhadap jati dirinya. Kelima, konsekor mampu menafsirkan
ungkapan peserta didik secara tepat.
2.Penerimaan dan penghargaan
Penerimaan dan penghargaan pada peserta didik sebagaimana
adanya akan menempatkan peserta didik sebagai individu fungsional,
yaitu dengan sikap yang tidak memberikan penilaian, mengembangkan
komunikasi yang tulus. Penghargaan positif merupakan penghargaan
sebagai pribadi yang unik dan bermakna, yaitu menghormati dan
menerima peserta didik apa adanya tanpa membedakan nilai, agama dan
pandangan. Apabila konselor mampu menghargai secara positif maka
peserta didik akan merasakan dan mengapresiasi dirinya, kondisi ini akan
mendorong terwujudnya hubungan baik antara konselor dan peserta didik.
3. Kehangatan dan perhatian
Kehangatan dan perhatian adalah suatu kondisi penuh
persahabatn yang ditunjukkan dengan ekspresi non verbal seperti:
senyuman, kontak mata, gesture tubuh dan lainnya sehingga peserta didik
akan merasa aman, nyaman dan tentram untuk mengadakan interaksi
selanjutnya. Sikap dan responsif terhadap peserta didik merupakan hal

Guru BK SMA 12 Semarang


yang essensial. Ekspresi wajah yang familiar tidak formal, tidak kaku, tidak
dingin menjadi pribadi yang menyenangkan dengan memperlakukan
peserta didik dengan penuh persahabatan, menunjukkan kepedulian,
membantu melancarkan ungkapan dan mengungkapkan kembali
pernyataan peserta didik secara tepat.
4. Keterbukaan dan ketulusan
Keterbukaan adalah perilaku yang menunjukkan keaslian tidak
melebih-lebihkan, tidak menutup-nutupi serta memiliki sikap terbuka
terhadap pujian ataupun kritik. Hal ini mengandung pengertian bahwa
keterbukaan sebagai suatu pernyataan dimana kata-kata konselor
konsisten dengan perilakunya. Keterbukaan ini bisa terwujud jika diawali
dengan kepercayaan dan kejujuran.
Untuk menunjukkan keterbukaan ada beberapa rambu- rambu
sebagai berikut: (1) tidak formal-profesional (2) berbuat spontan tetapi
tidak sembarangan (3) tidak menunjukkan sikap terlalu mempertahankan
diri (4) berusaha tetap konsisten (5) bijaksana (6) mau berbagi
pengalaman dengan peserta didik. Keterbukaan dan ketulusan dapat
diukur dengan menganalisis beberapa indikator: (a) memberikan
kebebasan pada peserta didik untuk berekspresi dalam mengungkapkan
ide dan perasaannya (b) menumbuhkan kepercayaan bahwa konselor
dapat membantunya dalam memecahkan masalahnya
(c) menampilkan perilaku yang tidak dibuat-buat (d) menanggapi sifat
yang negative dan positif secara bijaksana dan konstruktif dan e)
berupaya untuk konsisten antar perbuatan dan perkataannya.
Kompetensi Konselor dalam Helping Relationship
Kepribadian konselor merupakan penentu dari pendekatan
mana yang digunakan karena pendekatan yang dipakai pada hakekatnya
merupakan refleksi dari kepribadiannya bahkan Corey (1979 : 24)
menyimpulkan bahwa faktor pribadi konselor merupakan faktor utama
dalam proses helping relationship. Brammer (!982 : 2-9) menekankan
terdapat lima karakteristik konselor yaitu: (1) empatik (2) tenang (3) siap

Guru BK SMA 12 Semarang


mendiskusikan segala hal (4) mampu membangkitkan semangat dan (5)
tindakannya penuh tujuan.
Kualitas pribadi konselor merupakan faktor yang sangat penting
dalam konseling. Dalam kenyataan di lapangan sering terjadi, siswa
enggan datang ke konselor bukan karena konselornya kurang
keilmuannya dalam bidang konseling, namun siswa memiliki kesan bahwa
konselornya bukan sosok yang hangat dan ramah. Beberapa karakteristik
yang menunjukkan kualitas konselor adalah :
1.Pemahamana diri (self knowledge)
Pemahaman diri berarti konselor memahami diri sendiri dengan
baik, memahami secara pasti apa yang harus dilakukan, mengapa
melakukan dan masalah apa yang harus diselesaikan. Beberapa alasan
pentingnya pemahaman diri bagi konselor :
a. Konselor yang memiliki persepsi yang akurat tentang diri cenderung
memiliki persepsi yang akurat pada orang lain .
b. Konselor yang trampil memahami diri, maka dia akan trampil pula
memahami diri orang lain.
c. Konselor yang bisa memahami dirinya, maka dia akan mampu
mengajarkan cara memahami diri kepada orang lain.
d. Pemahaman tentang diri memungkinkan konselor untuk dapat merasa
dan berkomunikasi secara jujur pada saat konseling berlangsung.
2. Kompeten ( competent)
Yang dimaksud kompeten adalah memiliki kualitas fisik, intelektual,
emosional, sosial dan moral sebagai pribadi yang berguna. Konselor yang
senantiasa berusaha meningkatkan kualitas kompetensinya, akan
menampilkan kualitas perilaku sebagai berikut :
a. Secara terus menerus meningkatkan kompetensinya tentang tingkah
laku dan teori konseling
b. Menemukan pengalaman hidup untuk mempertajam kompetensi dan
mengembangkan ketrampilan konseling.
c. Mencoba gagasan- gagasan baru atau pendekatan baru, senantiasa
mencari cara yang tepat atau berguna dalan membantu siswa.

Guru BK SMA 12 Semarang


d. Mengevaluasi efektifitas konseling yang dilakukan dengan menelaah
setiap pertemuan konseling agar dapat lebih produktif.
e. Melakukan kegiatan tindak lanjut hasil evaluasi untuk mengembangkan
atau memperbaiki proses konseling.

3. Kesehatan psykologis
Konselor dituntut untuk memiliki kesehatan psikologis, hal ini
penting karena akan mendasari pemahamannya terhadap perilaku.
Kesehatan psikologis konselor yang baik akan berguna bagi hubungan
konseling, Konselor yang kurang sehat psikologisnya akan terkontaminasi
oleh kebutuhan diri, persepsi yang subyektif, nilai yang keliru dan
kebingungan. Konselor yang memilki kesehatan pyikologis baik, memiliki
kualitas sebagai berikut :
a.Dapat mengatasi masalah pribadi
b.Memiliki perasaan aman, dapat menikmati hidup secara nyaman dengan
melakukan aktifitas yang positif, menyadari kelemahan atau keterbatasan
kemampuan diri
c.Tidak hanya berjuang untuk hidup tetapi juga menciptakan kehidupan
yang lebih baik.
4. Dapat dipercaya (trustworthiness)
Mengandung arti bahwa konselor tidak menjadi ancaman atau
penyebab kecemasan bagi siswa. Beberapa alasan faktor kepercayaan
penting dalam layanan konseling :
a. Esensi tujuan konseling adalah mendorong siswa untuk
mengungkapkan masalah secara mendalam.
b. Siswa perlu memiliki kepercayaan terhadap karakter dan motivasi
konselor untuk mau membantu.

Guru BK SMA 12 Semarang


c. Apabila siswa mendapat penerimaan dan kepercayaan dari konselor,
maka akan berkembang dalam dirinya sikap percaya terhadap dirinya.
Untuk itu konselor hendaknya memiliki kualitas sikap dan perilaku sebagai
berikut ;
- memiliki pribadi yang konsisten
- dapat dipercaya baik, ucapan maupun perbuatanya
- bertanggung jawab, mampu merespon secara utuh dan membantu
secara penuh.
5. Jujur ( honesty)
Yang dimaksud jujur adalah konselor bersikap terbuka dan asli.
Alasan penting bagi konselor adalah
-sikap terbuka dan jujur memungkinkan dapat terbangun komunikasi dan
hubungan relasi psikologis.
-kejujuran memungkinkan konselor dapat memberikan umpan balik secara
obyektif pada klien
6. Kepekaan ( sensitivity )
Konselor menyadari tentang adanya dinamika yang tersembunyi
atau sifat-sifat mudah tersinggung. Konselor yang memiliki sensitifitas
akan mampu mengungkap atau menganalisis apa masalah sebenarnya
yang terjadi. Konselor yang memiliki sensitivitas memiliki kualitas perilaku
sebagai berikut :
a. Sensitif terhadap reaksi dirinya sendiri
b. Mengetahui kapan, dimana dan berapa lama melaksanakan konseling
Untuk dapat membangun helping relationship dibutuhkan sosok
utuh kompetensi konselor seperti yang tertuang dalam Permendiknas
Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Konselor yang mencakup kompetensi akademik, professional,
pedagogis dan kepribadian. Unjuk kerja konselor sangat dipengaruhi oleh
kualitas penguasaan keempat kompetensi tersebut. Terkait dengan
permasalahan diatas maka kinerja konselor merupakan perwujudan
kemampuan. Kemampuan yang dimaksud merujuk pada kompetensi
konselor dalam mengembangkan hubungan yang bersifat membantu.

Guru BK SMA 12 Semarang


Kemampuan pribadi, sosial dan professional diyakini sebagai kemampuan
yang esensial dalam membangun hubungan yang bersifat membantu.
Unsur-unsur pokok kompetensi konselor menurut Rochman
Natawijaya, seyogyanya memiliki :
1. Penampilan atau tingkah laku nyata (performance) yaitu keseluruhan
kemampuan yang dinyatakan dalam perilaku dalam membantu
menyelesaikan permasalahan siswa.
2. Penguasaan masalah yang berkaitan dengan siswa. Hal ini berkenaan
dengan pemahaman siswa sebagai individu dan sebagai kelompok dalam
perkembangannya.
3. Penguasaan profesional dan kode etik konselor
4. Penguasaan proses konseling yang diterapkan pada saat
melaksanakan tugasnya
5. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan tugas dengan
kehidupan siswa yang dibantunya
6. Kemampuan untuk mengembangkan sikap dan kepribadian sebagai
konselor sesuai dengan nilai sosial budaya yang berlaku
Konselor harus mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang
diperlukan dalam proses konseling yang antara lain : attending,
kemampuan mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian berupa
perilaku verbal maupun non verbal. Perhatian yang dimaksud
dikomunikasikan malalui : ekspresi muka,gerakan atau bahasa tubuh dan
respon verbal.
Mayoritas siswa, mengharapkan konseling akan menghasilkan
pemecahan masalah yang dialami. Para siswa yang diliputi rasa tertekan
menganggap konseling dapat memberikan rasa lega, bebas dari rasa
tertekan. Mereka yang sangat bimbang membuat keputusan mengharap
konseling akan menghasilkan suatu pilihan yang tepat.
Pelayanan konseling yang efektif adalah pelayanan konseling yang
didasarkan atas kebutuhan siswa sesuai dengan tingkat perkembangan.
Pelayanan konseling dapat dikatakan sesuai dengan harapan siswa
manakala pelayanan konseling sudah sejalan dengan harapan siswa

Guru BK SMA 12 Semarang


disinilah sebenarnya hakekat efektifitas pelayanan konseling. Melalui
proses interaksi dalam pelayanan konseling itu dalam diri siswa terbentuk
persepsi terhadap konselor. Harapan dan persepsi ini akan sangat berarti
bagi kelangsungan konseling yang sesungguhnya.
Simpulan
1. Membangun helping relationship mutlak dilakukan oleh konselor
sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas layanan bimbingan
konseling.
2. Hubungan yang bersifat membantu (helping relationship) adalah
hubungan yang memungkinkan peserta didik untuk mampu tumbuh dan
berkembang, mampu mengekspresikan perasaan serta kemampuannya
dan mampu membuat keputusan.
3. Helping relationship akan efektif jika konselor memiliki empat perilaku
sebagai berikut (1) perlakuan empati (2) penerimaan dan penghargaan (3)
kehangatan dan perhatian (4) keterbukaan dan ketulusan.
4. Dibutuhkan sosok utuh konselor untuk mampu membangun helping
relationship yang baik, yaitu yang memiliki kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial dan profesional.
Saran
1. Konselor senantiasa berusaha membangun helping relatinship agar
layanan konseling yang diselenggarakan lebih berkualitas.
2. Diharapkan dinas terkait, sekolah dan konselor selalu meningkatkan
kompetensi baik pedagogic, kepribadian, sosial maupun profesionalnya
agar dapat membangun helping relationship
Daftar Pustaka
Achmad Juntika. 2007. Bimbingan dan Konseling.Bandung : PT Refika
Aditama.
Depdiknas. 2003. Pedoman pelayanan Bimbingan dan Konseling SMA.
Jakarta : Balitbang.
Depdiknas. 2007. Rambu-Rambu Bimbingan Konseling dalam Jalur
Pendidikan Formal. Jakarta, Dirjen PMPTK.

Guru BK SMA 12 Semarang


Gerald Correy. 2005.Teori dan Praktek Konseling dan Psykoterapi.
Bandung : PT Rafika Aditama.
Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008. Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Konselor. Jakarta. Dirjen PMPTK.
Permendibud Nomor 111 Tahun 2013. Bimbingan dan Konseling dalam
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Permenpan dan RB Nomor 16 Tahun 2009. Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya
Prayitno.1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Padang.
Balai Pustaka.
Suherman. 2008. Konsep dan Aplikasi Bimbingan dan Konseling.Bandung
: UPI
Syamsu Yusuf. 2008. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya. .

Guru BK SMA 12 Semarang


BIODATA PENULIS

Nama : Dra. Galuh Wijayanti, M Pd

NIP : 19661229 199003 2 004

TTL : Semarang, 29 Desember 1966

Tugas : Guru BK

Unit kerja : SMA 12 Semarang

Alamat : Jl. Raya Gunung pati Semarang

Golongan : IV/ b

Hp/ telp : 081904300839 / 6932224

Guru BK SMA 12 Semarang

Anda mungkin juga menyukai