2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran tujuan umum
tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan permasalahan yang dialami siswa yang
Tim Dosen Pengampu MKDK BK Universitas Negeri Semarang
mantap, terarah, dan berkelanjutan. Dalam fungsi ini hal-hal yang dipandang positif dijaga
agar tetap baik dan mantap. Dengan demikian siswa dapat memelihara dan
mengembangkan berbagai potensi dan kondisi yang positif dalam rangka perkembangan
dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
2. Orientasi Perkembangan
Orientasi perkembangan lebih menekankan pentingnya peranan perkembangan
yang terjadi pada saat ini dan yang akan terjadi pada diri siswa di masa yang akan datang.
Peranan bimbingan dan konseling adalah memberikan kemudahan-kemudahan bagi
gerak individu menjadi alur perkembangannya. Pelayanan bimbingan dan konseling
berlangsung dan dipusatkan untuk menunjang kemampuan inheren individu bergerak
menuju kematangan dalam perkembangannya. Perkembangan merupakan konsep inti
dan terpadukan, serta menjadi tujuan dari segenap layanan bimbingan dan konseling.
Permasalahan yang dihadapi oleh siswa harus diartikan sebagai terhalangnya
perkembangan, dan hal itu semua mendorong guru BK dan siswa bekerjasama untuk
menghilangkan penghalang itu serta mempengaruhi lajunya perkembangan siswa.
Menurut Thompson & Rudolph (1983) tugas bimbingan dan konseling adalah
menangani hambatan-hambatan perkembangan yang mungkin dialami siswa.
Perkembangan siswa dapat dilihat dari sudut perkembangan kognisi. Selama tahap
perkembangan siswa mungkin mengalami hambatan perkembangan kognisi yaitu:
a. Hambatan egosentrisme, yaitu ketidakmampuan melihat kemungkinan lain di luar apa
yang dipahaminya.
b. Hambatan konsentrasi, yaitu ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian pada lebih
dari satu aspek tentang semua hal.
c. Hambatan reversibilitas, yaitu ketidakmampuan menelusuri alur yang terbalik dari alur
yang dipahami semula.
d. Hambatan transformasi, ketidakmampuan meletakkan sesuatu pada susunan urutan
yang ditetapkan.
3. Orientasi Permasalahan
Hambatan dan rintangan seringkali dialami oleh siswa dalam menjalani kehidupan
dan proses perkembangannya. Hambatan dan rintangan dalam perjalanan hidup dan
proses perkembangan siswa tentunya akan mengganggu tercapainya kebahagiaan.
Padahal tujuan umum bimbingan dan konseling, sejalan dengan tujuan hidup dan
perkembangan itu sendiri, ialah kebahagiaan. Oleh karena itu maka perlu diwaspadai
kemungkinan timbulnya hambatan dan rintangan yang mungkin menimpa kehidupan
dan perkembangan. Kewaspadaan terhadap timbulnya hambatan dan rintangan itulah
yang melahirkan konsep orientasi masalah dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
Tim Dosen Pengampu MKDK BK Universitas Negeri Semarang
D. Implementasi
Awalya, dkk. (2016) menjelaskan bahwa guru mata pelajaran dalam layanan
bimbingan dan konseling adalah mitra kerja yang sangat penting dalam aktivitas
bimbingan di sekolah. Pendapat tersebut senada dengan gagasan Soetjipto dan Raflis
(2007) yang menyatakan bahwa layanan bimbingan di sekolah akan lebih efektif bila guru
dapat bekerjasama dengan pembimbing (Guru BK) di sekolah dalam proses pembelajaran.
Adanya keterbatasan dari kedua belah pihak (guru dan pembimbimbing) menuntut
adanya kerjasama tersebut. Dengan demikian, dibutuhkan kerjasama yang baik antara
guru BK dan guru mata pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal.
Secara umum tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu siswa untuk
mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan potensi yang mereka miliki. Untuk
mencapai tujuan tersebut, diperlukan upaya-upaya tertentu yang harus dilakukan oleh
guru BK secara kolaboratif dengan guru mata pelajaran dan beberapa pihak terkait.
Upaya-upaya yang dilakukan perlu memperhatikan sejumlah aspek, termasuk orientasi
dan fungsi bimbingan dan konseling. Sebagaimana dijelaskan oleh Datnow, dkk. dalam
Daniel, dkk. (2011) bahwa salah satu keuntungan utama dari hubungan kolaborasi adalah
memungkinkan sekolah untuk bersama membangun perbaikan di sekitar/ untuk
kebutuhan masing-masing sekolah, dari pada menggunakan program lain yang mungkin
tidak sesuai secara kontekstual. Gagasan tersebut diperkuat oleh Teti (2016) menyebutkan
Tim Dosen Pengampu MKDK BK Universitas Negeri Semarang
para guru bimbingan dan konseling melakukan kolaborasi dengan ahli lain yang terkait
dengan pelayanan bimbingan dan konseling, termasuk bekerjasama dengan guru mata
pelajaran dan wali kelas dalam melaksanakan program BK yang telah terjadwal atau
muatan bimbingan diberikan pada jadwal pelajaran umum.
Bimbingan dan konseling memiliki posisi strategis untuk membantu peserta didik
dalam mengatasi masalah yang dihadapinya dan mempunyai peranan dalam
memfasilitasi perkembangan serta potensi yang dimiliki peserta didik, sedangkan dalam
proses belajar-mengajar yang merupakan ranah dari guru mata pelajaran/wali kelas (Siti,
2013). Hal ini senada dengan tujuan, orientasi, dan fungsi dari bimbingan dan konseling.
Perkembangan siswa akan optimal apabila siswa, guru, wali kelas, Guru BK, dan pihak-
pihak terkait: (1) memiliki pemahaman atas diri dan lingkungan siswa, (2) melakukan
upaya pengembangan atas potensi yang dimiliki siswa, dan (3) bertindak mengatasi
hambatan atau kesulitan yang ditemui selama proses perkembangan siswa.
Lebih lanjut Siti (2013) menjelaskan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan oleh
guru bidang studi/wali kelas berjalan sangat efektif, apabila:
1. Bahan yang dipelajari dikaitkan langsung dengan tujuan-tujuan pribadi siswa tersebut,
yang berarti guru dituntut untuk memahami harapan-harapan dan kesulitan-kesulitan
siswa, selanjutnya guru dapat menciptakan situasi belajar atau iklim kelas yang
memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik;
2. Guru dengan memahami masalah-masalah dan lebih peka mengenai hal-hal yang
memperlancar dan mengganggu kelancaran kegiatan pembelajaran di kelas, guru
bidang studi mempunyai kesempatan lebih banyak untuk melakukan pengamatan
terhadap siswa yang diperkirakan memiliki permasalahan;
3. Guru memiliki kesempatan untuk memperhatikan perkembangan masalah atau
kesulitan yang dialami siswa, karena guru memiliki kesempatan secara terjadwal
bertatap muka dengan siswa, sehingga mampu memperoleh informasi yang lebih
banyak tentang keadaan siswa. Peran guru mata pelajaran ini sangat membantu
konselor dalam melaksanakan program bimbingan dan konseling. Jika dalam proses
pembelajaran guru mengalami kendala dan tidak mampu menyelesaikan permalasahan
yang dialami siswa, maka guru dapat melakukan referal kepada konselor.
Terkait dengan bentuk kerjasama konkret antara guru BK dan mata pelajaran,
beberapa peneliti telah melakukan studi yang hasilnya dapat dikaitkan dengan
implementasi fungsi dan orientasi bimbingan dan konseling. Fungsi pencegahan yang
merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah diberikan oleh guru BK
Tim Dosen Pengampu MKDK BK Universitas Negeri Semarang
(yang dapat dilakukan secara kolaboratif dengan guru mata pelajaran atau wali kelas)
agar siwa tidak sampai mengalami hambatan atau kesulitan di kemudian hari. Salah
satu bentuk kerjasama dalam mengimplementasikan fungsi pencegahan terkait
masalah belajar adalah memberikan program untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa. Ketika motivasi belajar meningkat, maka masalah-masalah belajar yang mungkin
terjadi dapat diminimalisir kemunculannya.
Gusrita (2014) melakukan penelitian untuk melihat kerjasama guru BK dan guru
mata pelajaran dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik di SMA Negeri 1
Talamau Kabupaten Pasaman Barat. Hasil menunjukkan bahwa kerjasama yang baik
antara guru BK dan guru mata pelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Salah satu bentuk kerjasama yang dilakukan adalah membimbing peserta didik untuk
mengenal keadaan pribadi dalam rangka mengoptimalkan prestasinya. Guru BK dan
guru mata pelajaran melakukan pertukaran informasi tentang keadaan siswa.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Azmani (2012) yang meneliti kerja sama guru
pembimbing dengan guru mata pelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar siswa
di SMP Negeri 34 Pekanbaru.
Implementasi fungsi pengembangan yang erat kaitannya dengan upaya
membantu siswa dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya
secara mantap, terarah, dan berkelanjutan juga dapat dilihat dalam kerjasama konkret
antara guru BK dan guru mata pelajaran. Penelitian mengenai kerjasama dalam
mengimplementasikan fungsi pengembangan juga telah ditemukan. Sari (2014)
meneliti tentang bentuk kerjasama guru BK dengan guru mata pelajaran dalam
membina moral peserta didik kelas IX di SMP Negeri 1 Painan. Penelitian serupa
dilakukan oleh Hastiani dan Rustam (2015), yaitu mengenai kerjasama guru BK dengan
guru matematika dalam pengembangan bakat akademik khusus matematika siswa
kelas cerdas istimewa SMA Negeri 3 Pontianak.
Bentuk kerjasama guru BK dan guru mata pelajaran mengimplementasikan
fungsi yang lain telah dikaji oleh sejumlah penulis, yaitu fungsi pengentasan. Fungsi
pengentasan menghasilkan solusi sehingga masalah yang dialami siswa dapat
teratasi/terselesaikan. Musyirifin (2015) menjelaskan tentang kolaborasi guru BK, guru
pendidikan agama islam, dan wali kelas dalam mengatasi perilaku bermasalah siswa.
Adapun kajian mengenai fungsi pengentasan yang secera spesifik diimplementasikan
dalam masalah khusus juga dilakukan Fitria (2012), Purba (2014), Happy (2015), dan
Tim Dosen Pengampu MKDK BK Universitas Negeri Semarang
E. DAFTAR PUSTAKA
Awalya, dkk. 2016. Bimbingan dan Konseling. Semarang: Unnes Press.
Azmani, N. 2012. Kerja Sama Guru Pembimbing dengan Guru Mata Pelajaran untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di SMP Negeri 34 Pekanbaru. Skripsi. Pekanbaru:
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN SUSKA Riau.
Daniel, M., dkk. 2011. Collaboration and Networking in Education. New York: Springer
Dordrecht.
Fitria. 2012. Kerjasama Guru Mata Pelajaran Dan Guru Pembimbing dalam Membantu Siswa
yang Mengalami Masalah Disiplin di Sekolah Menengah Pertama Negeri 20 Pekanbaru.
Skripsi. Pekanbaru: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN SUSKA Riau.
Fitriani, Y. 2017. Kolaborasi Guru BK dengan Wali Kelas dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa
Kelas VII di MTsN Babadan Baru Ngaglik Sleman Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta:
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Gusrita, W. 2014. Kerjasama Guru BK dan Guru Mata Pelajaran dalam Meningkatkan
Motivasi Belajar Peserta Didik di SMA Negeri 1 Talamau Kabupaten Pasaman Barat.
E Jurnal Bimbingan dan Konseling.
Happy, S. 2015. Kerjasama Guru BK dan Guru Mata Pelajaran dalam Membantu Peserta
Didik yang Under Achiever di SMA Negeri 1 Talamau Kabupaten Pasaman Barat.
Artikel Ilmiah: Padang: STKIP PGRI Sumatera Barat.
Hastiani dan Rustam. 2015. Kerjasama Guru Bimbingan dan Konseling dengan Guru
Matematika dalam Pengembangan Bakat Akademik Khusus Matematika Siswa
Kelas Cerdas Istimewa Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Pontianak. Artikel Ilmiah.
Pontianak: IKIP PGRI Pontianak.
Musyirifin, Z. 2015. Kolaborasi Guru BK, Guru Pendidikan Agama Islam, dan Wali Kelas
dalam Mengatasi Perilaku Bermasalah Siswa. Artikel Ilmiah.
Prayitno & Erman, A. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Purba, M. 2014. Kerjasama Guru Pembimbing dengan Guru Mata Pelajaran dalam
Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa di SMP Negeri 22 Jambi. Artikel Ilmiah. Jambi: FKIP
Universitas Jambi.
Sari, S. N. 2014. Bentuk Kerjasama Guru BK dengan Guru Mata Pelajaran dalam Membina
Moral Peserta Didik Kelas IX di SMP Negeri 1 Painan. E Jurnal Bimbingan dan
Konseling.
Siti, K. 2013. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Domain Pengembangan Diri Siswa.
Jurnal Konseling dan Pendidikan. Vol 1 (no 1, hal 67-72).
Soetjipto dan Raflis. 2007. Profesi Keguruan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Teti, R. 2016. Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMP Kota dan Kabupaten Bandung.
Jurnal Edukasi, Vol 1 (no 1, hal 1-17).
Thompson, C. L. & Rudolph, L. B. 1983. Counseling Children. Monterey, California:
Brooks/Cole Publishing Company.