Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masih
rendahnya kualitas pendidikan. Hal tersebut disebabkan oleh lemahnya proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, mahasiswa kurang di dorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas adalah salah satu
tahap yang sangat menentukan keberhasilan belajar mahasiswa. Belajar mengajar pada
dasarnya adalah interaksi atau hubungan balik antara pengajar dan mahasiswa dalam
situasi pendidikan (Sudjana, 2014). Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya. Pembelajaran eksperiensial didasarkan pada proses
transformasi pembelajaran dengan menggunakan keterampilan tertentu atau melalui
pengalaman (Hedin, 2010; Lisko & O'Dell, 2010).
Pendidikan tinggi keperawatan memiliki tujuan dengan menghasilkan perawat yang
professional. Dalam hal ini, perguruan tinggi sangat berperan dalam membina sikap,
pandangan dan kemampuan professional dari lulusan, sehingga diharapkan mampu
bersikap dan berpandangan secara professional, mempunyai wawasan keperawatan yang
luas, serta mempunyai pengetahuan yang ilmiah tentang keperawatan yang memadai dan
mampu menguasai kemampuan professional dengan baik dan benar. Dalam menerapkan
pembelajaran perawat yang professional dapat tercipta dengan didukung pemilihan metode
pembelajaran yang tepat (Nursalam, 2012). Keperawatan adalah seperti ilmu terapan
lainnya karena membutuhkan keterampilan langsung dan pemikiran kritis dan pemecahan
masalah (Hedin, 2010). Melalui pembelajaran pengalaman, pengetahuan dan ketrampilan
dikembangkan melalui penekanan pada pengalaman yang dihadapi mahasiswa (Hedin,
2010).
Menurut Chan (2012), pembelajaran eksperimental yang aktif dan praktis cenderung
memfasilitasi pemahaman mendalam. Peningkatan kualitas pembelajaran dapat
dilakukan melalui upaya pembelajaran yang inovatif. Implementasi pembelajaran yang
inovatif ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya melalui implementasi
strategi pembelajaran untuk mendorong mahasiswa menjadi student centre. Studeng Center
Learning (SCL) merupakan suatu strategi pembelajaran dimana menempatkan mahasiswa
sebagai peserta didik aktif dan mandiri, dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap
pembelajaran. Pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa mengalihkan focus dari
pendidik ke peserta didik. Dalam pembelajaran SLC melibatkan factor kognitif dan
metakognitif, factor afektif dan metavasional, factor perkembangan dan social serta
perbedaan individu.Karakteristik dalam pembelajaran SCL, yaitu dapat membantu pendidik
untuk mengembangkan suatu strategi yang dapat memberi manfaat dalam pembelajaran
mahasiswa. Dalam hal ini, mendorong mahasiswa secara aktif, membangun pengetahuan,
berfikir secara mendalam dan kreatif, adanya motivasi dari dalam diri, mampu
menyelesaikan masalah dalam dunia nyata, serta mampu belajar secara kolaboratif
(Santrock, 2009). Strategi pembelajaran untuk mendorong mahasiswa menjadi student
centre sangatlah perlu diterapkan pada setiap pembelajaran (Sinambela, 2015). Metode
pembelajaran yang dapat memberikan banyak kesempatan kepada mahasiswa untuk aktif
terlibat antara lain adalah metode role playing dan simulasi (Sudjana, 2014).
Dalam konteks pendidikan keperawatan, metode role play dan simulasi sebagai
penyediaan dari rangkaian layanan kesehatan, untuk memberikan pengalaman kepada
mahasiswa untuk melakukan praktik keperawatan klinis. Role play adalah seperangkat
keadaan yang terstruktur yang menggambarkan dalam kehidupan yang nyata dimana
peserta didik bertidak sesuai instruksi. Role play merupakan metode pembelajaran yang
efeltif dan membantu peserta didik menyadari bahwa pentingnya suatu peran yang mereka
perankan. Role play telah terbukti meningkatkan pembelajaran, mengekspos mahasiswa ke
situasi yang kompleks, dapat meningkatkan keterlibatan dan membantu mahasiswa
menstransfer pngetahuan yang merekan dapatkan ke setting klinis. Metode role play adalah
metode yang efektif untuk membantu dalam pembelajaran mahasiswa, menggabungkan
role play dan simulasi akan meningkatkan pembelajaran yang lebih lanjut lagi (Wheeler &
McNelis, 2014).
Simulasi adalah strategi pengajaran yang melengkapi pelatihan tradisional dan
memungkinkan mahasiswa dan profesional kesehatan untuk belajar dengan cara yang
menghilangkan berbagai risiko pada pasien (Wellard et al, 2007). Menurut Reilly dan Spratt
(2007), tujuan dari simulasi adalah untuk menumbuhkan kepercayaan saat peserta didik
menanamkan diri dalam situasi yang realistis, dinamis, kompleks, membutuhkan
kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan Bagaimana metode
pembelajaran Role Play and Simulation dalam pendidikan keperawatan?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
a. Mengetahui definisi role play dan simulasi dalam pendidikan keperawatan.
b. Mengetahui tujuan role play dan simulasi dalam pendidikan keperawatan.
c. Mengetahui kelebihan dan kekurangan Role play dan simulasi dalam pendidikan
keperawatan.
d. Mampu melakukan analisis hasil riview literature dengan metode pembelajaran Role
Play and Simulation dalam pendidikan keperawatan.

D. Pertanyaan Klinis
P : Nursing education
I : Role Play and Simulation
C:-
O : Effektivitas Role play dan simulation .
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Role play
1. Defiinisi
Role play didefinisikan sebagai suatu desain atau kegiatan yang paling menarik.
Dengan kegiatan ini, kita menyadari bahwa kita siap menghadapi situasi dan menyadari
bagaimana melakukannya dan setidaknya kita mengetahui bagaimana kita bertindak
(Chauhan, 2000 dalam Riera 2010)
Menurut Nelson & Blenkin (2007), role play adalah mengambil suatu karakter
atau peran, role play berarti berperannya orang yang lain selain diri sendiri. Role play
sangatlah penting, karena dengan bermain peran kita dapat melihat dan menghadapi
situasi yang berbeda yang mungkin akan di alami.
Bermain peran merupakan cara yang paling tepat untuk menghadapi situai yang
sangat mirip dan sesuai dengan kenyataan. Bermain peran adalah tentang situasi yang
diamati, mempraktikkan diskusi, peran realistis dan peran Implementasi dengan aspek
kurikulum lainnya. Aspek-aspek yang tidak lazim dalam bermain peran mencakup
respons negatif emosional dan menguat yang mengingat situasi permainan peran yang
tidak realistis (Nastel & Tierney, 2007).
Bermain peran adalah tehnik belajar suatu pengalaman dnegan peserta didik yang
melakukan peran di dalam skenario untuk memberikan latihan dan umpan balik untuk
melatih keterampilan. Bermain peran biasanya digunakan karena menetapkan peran
motivasi peserta didik untuk berpartusupasi dalam diskusi dan menguji kemampuan
dalam pemecahan masalah mereka sendiri. Dengan menggunakan role play para
peserta didik secara kritis memikirkan skenario dan meningkatkan kesadaran mereka
terhadap isu-isu yang harus mereka hadapi selama simulasi berlangsung (Kanner,
2007).
2. Tujuan Role play
Role play bertujuan untuk meningkatkan kesadaran diri dan melibatkan diri sendiri
untuk mencapai proses pembelajaran yang lebih dalam. Role play membuat peserta
didik semakin menyadari konsekuensi dari tingkah lakunya. Saat seseorang berperan
sebagai orang lain akan menghasilkan suatu proses yang dinamik dan menjadi proses
belajar refleksi (Nelson & Blenkin, 2007).

3. Kelebihan dan Kekurangan Role Play


Role play dapat membantu dan memahami bagaimana bertindak dalam situasi
yang nyata dan bagaimana kita menilainya, bahkan jika dengan simulasi dan dengan
dasar pengetahuan tertentu akan lebih memudahkan kita dalam suatu tindakan yang
kita lakukan. Role play membantu mempersiapkan mahasiswa untuk menghadapi
situasi yang nyata dan dapat memberikan keterampilan untuk mengidentifikasi cara
terbaik dalam menghadapi situasi dari setiap individu, keluarga atau masyarakat dan
tergantung pada konteks dan budaya. Role play juga dapat merangsang proses
pembelajaran yang dapat membantu dan mengidentifikasi bahwa kerja tim sangatlah
penting dan memahami bahwa kelompok dapat membantuk dalam menganalisis dan
memotivasi dalam suatu pembelajaran (Chauhan, 2000 dalam Riera 2010).
Menurut Santoso (2010), beberapa kelebihan dan kekurangan Role Play yaitu
sebagai berikut:
Kelebihan:
a. Bermain peran yang dilakukan atau diperankan sendiri, dapat membantu dalam
memahami masalah-masalah yang sedang dihadapi.
b. Bagi seorang peserta yang memainkan peran sebagai orang lain, dapat menempatkan
dirinya seperti watak dari karakter yang dimainkannya.
c. Dengan bermain peran, dapat merasakan perasaan yang dialami oleh orang lain dan
mampu menumbuhkan sikap saling memperhatikan orang lain.
Kekurangan:
a. Jika dalam setiap sesi yang diadakan pelatih tidak menguasai metode role play dalam
sebuah pelatihan, maka akan metode ini tidak berhasil.
b. Langkah langkah dalam metode role play yang tidak dipahami trainer dengan baik,
dapat menimbulkan kekacauan selama kegiatan berlangsung.

B. Simulasi
1. Definisi
Simulasi adalah kegiatan melihat dan meniru bukan hanya dari benda seperti
manekin, tetapi juga dengan role play, scenario settings, studi kasus. Dengan silumasi
dapat membantu terbatasnya aktifitas dilahan praktik harangnyan kasus yang
ditemukan. Simulasi juga dapat melatih cara berkomunikasi, cara pengkajian,
managemen perilaku, dan melatih keterampilan (Websters, 2003 dalam Sanford,
2010).
Menurut Anitah, dkk (2007) dalam pembelajaran kelompok metode pembelajaran
yang dapat digunakan, salah satunya adalah metode simulasi. Proses pembelajaran yang
menggunakan metode simulasi cenderung kepada objeknya bukan benda atau kegiatan
yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura.
Simulasi adalah salah satu metode pembelajaran yang inovatif dan efektif yang
sesuai dengan dunia pendidikan keperawatan dan perawatan kesehatan modern yang
berubah dengan cepat seiring perkembangan zaman modern (Lasater, 2008). Bahwa
pendekatan simulasi mempromosikan pembelajaran aktif melalui kolaborasi dan kerja
tim (Horan, 2009; Schlairet, 2011;). Simulasi juga terbukti menjadi metode
pembelajaran yang efektif untuk mencapai hasil program dari pandangan American
Association of Colleges of Nursing (Davis, 2011).
Simulasi merupakan metode pembelajaran dalam pendidikan keperawatan,
pemberian skenario yang meniru realitas dilungkungan klinis dari seorang fasilitator.
Simulasi berpusat pada mahasiswa, dengan pendidik berperan sebagai fasilitator dalam
proses pembelajaran. Simulasi mendorong siswa untuk mengembangkan ketrampilan
psokomotor, kognitif dan afktif, sebelum memasuk praktik klinis yang nyata. Seorang
pendidik perawat menjadi fasilitator dan memiliki kesempatan untuk menilai dan
malakukan evaluasi pada tingkat keterampina dan kemampuan dari peserta didik untuk
memenuhi hasil belajar (Campbell 2010). Simulasi juga sebagai alat evaluasi yang
efektif, dan untuk mengukur kinerja peserta didik dan kemampuan mereka untuk tampil
dalam situasi kehidupan nyata, metode yang berharga untuk remediasi pertunjukan
klinis, mempertahankan keterampilan klinis, dan kemampuan untuk mengelola krisis
serta melakukan kajian literatur tentang penggunaan simulasi dalam pendidikan
keperawatan (Sanford, 2010).

2. Tujuan
Tujuan dari simulasi yaitu untuk melakukan suatu keterampilan klinik pada situasi
yang dibuat untuk mempersiapkan peserta didik pada situasi tertentu agar keamanan
pasien tetap terjaga (Sanford, 2010).
Menurut Reilly dan Spratt (2007), tujuan simulasi untuk menghilangkan
ketidakpercayaan saat menanamkan diri dalam situasi yang realistis, dinamis,
kompleks, membutuhkan kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan.

3. Kelebihan dan kekurangan Simulasi


Kelebihan simulasi yaitu melatih kemampuan berespon dalam situasi krisis,
meningkatkan kemampuan mengevaluasi dan refleksi terhadap tindakan yang
dilakukan dan dapat memprediksi peristiwa yang mungkin dapat terjadi. Sedangkan
kekurangan dari simulasi adalah menghabiskan waktu yang banyak dalam
mempersiapkan dan menciptakan skenario (Sanford, 2010).
Kelebihan menggunakan metode simulasi merupakan setting klinis evaluasi dan
refleksi kegiatan dilingkungan yang aman dan tidak mengancam dan kemampuan dari
peserta didik untuk menghadapi scenario yang mungkin bias terjadi didalam kehidupan
nyata (Horan, 2010).
BAB III

PEMBAHASAN

A. Analisis Hasil Riview Literatur

Berdasarkan hasil penelitian (Vizeshfar, Dehghanrad, Magharei, & Sobhani, 2016)


yang berjudul Effects of Applying Role Playing Approach on Nursing Students
Education penelitian dengan sebuah studi eksperimental di mana kelompok intervensi
diajarkan dengan menggunakan metode role play, sedangkan pada kelompok control
diajarkan menggunakan pendekatan tradisional. satu kelompok mahasiswa diajar
menggunakan permainan peran dan kelompok kontrol diajarkan menggunakan pendekatan
tradisional. Populasi statistik dari penelitian ini mencakup semua mahasiswa keperawatan
di Shiraz University dan 228 siswa keperawatan dilakukan secara acak dalam metode role
play dan kelompok pelatihan tradisional untuk berpartisipasi dalam lokakarya 4 jam.
Sebelum dan sesudah lokakarya keterampilan mahasiswa dinilai dan alat pengumpulan data
termasuk formulir evaluasi dan daftar periksa evaluasi untuk menilai kinerja mahasiswa.
Hasil uji t berpasangan menunjukkan bahwa skor role playing lebih banyak daripada tes
tulis (pendekatan tradisional) dan signifikan secara statistik signifikan (p = 0,000). Role
playing adalah metode yang efektif dan menarik dalam pendidikan mahasiswa dan sebagai
model pengajaran, selain asosiasi mahasiswa, juga meningkatkan semangat kerja kelompok
dan menyebabkan mahasiswa belajar antara satu dengan yang lainnya. Dengan
menggunakan metode ini dapat meningkatkan pembelajaran pada mahasiswa. Karena
metode ini bisa digunakan secara terpisah atau sebagai metode pelengkap.
Hal ini didukung oleh penelitian (Ramn, Riera, Cibanal, Jesus, & Mora, 2010) yang
berjudul Using Role Playing in the Integration Of Knowledge in the Teaching-
Learning Process in Nursing: Assessment of Students, menggunakan metodologi
kualitatif. Tujuan penelitian ini adakah untuk menilai role-playing sebagai metodologi
dalam proses belajar mengajar untuk jenjang keperawatan, mengidentifikasi sikap
keperawatan siswa terhadap role-playing, untuk menganalisa respon siswa terhadap proses
belajar mengajar mereka setelah bermain peran. Subjek dalam penelitian ini yaitu
mahasiswa kelas tiga dari Sekolah Perawat "X". Akademik tahun 2006-2007 dan 2007-
2008. Penelitian ini menunjukkan bahwa role play adalah alat metodologis yang penting
dan efektif untuk proses belajar mengajar dalam keperawatan, dengan bermain peran
memungkinkan siswa untuk menangani situasi perawatan dari perspektif individu dan
realistis. Role play adalah elemen yang mengintegrasikan teori dan praktik keperawatan.
Mahasiswa keperawatan menganggap bahwa penggunaan role-playing dalam proses
belajar mengajar sangat positif, meski pada awalnya menyebabkan resistensi dan
penolakan. Mahasiswa perawat mengakui bahwa role-playing memungkinkan mereka
mengatasi kecemasan, ketakutan, keraguan, dan lain-lain sebelum menghadapi situasi
kehidupan nyata di masa depan. Mahasiswa keperawatan sangat menghargai partisipasi
aktif dan interaksi dengan pengajar di proses belajar mengajar melalui rolep-laying. Kerja
tim dalam role-playing diidentifikasi oleh mahasiswa keperawatan sebagai aspek yang
sangat positif pada proses belajar mereka. Penggunaan video sebagai alat pendukung dalam
role playing sangat dihargai, kritik terhadap simulasi yang diwakili dinilai positif, freak
tahap adalah masalah utama yang diidentifikasi dalam pemberlakuan role-playing dan ada
kebutuhan untuk mempertahankan dan meningkatkan penggunaan role-playing dan
kapasitas integratifnya.
Hal ini sesuai dengan jurnal (Ramn et al., 2010) Role-Playing in Science
Education: An Effective Strategy for veloping Multiple Perspectives menggunakan
role-playing dalam pendidikan sains dapat bermanfaat dalam beberapa cara. Dalam hal ini
role-playing dapat menyebabkan pembelajaran yang lebih otentik, mengembangkan
banyak perspektif, dan membantu pengajar giat berlatih dan mempertajam kemampuan
presentasi mereka. Selain itu, role-playing sangat efektif dengan memasukkan kelompok
yang terkesampingkan ke dalam pengajaran sains, juga dapat membantu siswa
mengkonseptualisasikan sains dengan cara yang lebih inklusif dengan mengembangkan
empati dan pemahaman tentang tantangan dan peluang relatif hidup di era lain atau budaya
yang berbeda, bekerja dengan rintangan yang terus berlanjut yang akan mereka hadapi.
Role play merupakan metode yang digunakan sebagai pendekatan pedagogis selama
bertahun-tahun, terutama dalam pendidikan olahraga, teater, sejarah dan disiplin ilmu sosial
lainnya. Dengan memanfaatkan teknik drama, role-playing teaching adalah metode
pengajaran holistik yang menanamkan proses berpikir kritis, menghasut emosi dan nilai
moral, dan menginformasikan tentang data faktual. Pengajaran bermain peran
meningkatkan keefektifan pengalaman belajar dan akan membuat lebih beralasan dalam
suatu kenyataan (Bhattacharjee, 2014). Role play adalah pendekatan skematik dimana
interaksi interpersonal akan diamati, dianalisis dan ditafsirkan oleh orang lain. Role play
juga sebagai metode pembelajaran berbasis masalah meningkatkan kemampuan peserta
didik dalam menghadapi situasi, pengambilan keputusan, situasi interpretasi dan pemikiran
kritis. Belajar dengan bermain peran mengurangi kecemasan serta dapat meningkatkan
keandalan peserta didik (Khiri & Mohammad, 2016).
Di dalam jurnal (Ricketts, Merriman, & Stayt, 2012) yang bejudul Simulated
Practice Learning in A Preregistration Programme menunjukkan temuan bahwa untuk
simulasi yang disimulasikan lingkungan belajar yang digunakan oleh institusi pendidikan
tinggi (HEIs), dan untuk memenuhi Clust Skills Clusters (NMC, 2010a) untuk pendaftaran
sebagai bagian dari proses penjaminan mutu. Evaluasi dilakukan tempat lebih dari 2 hari,
dengan total 52 peserta, termasuk latihan mitra, mentor, praktisi pendidik, staf akademik
dan mahasiswa. Dari keempat cabang keperawatan (adult, mental health, learning disability
and children). Hasil menunjukkan bahwa dukungan langsung jam perawatan melalui
simulasi pembelajaran bisa memungkinkan mahasiswa untuk mempraktikkan keterampilan
klinis penting dalam rangkaiam keterampilan klinis. Pengalaman belajar juga dapat
memberikan hasil positif dan kesempatan untuk mempertahankan kemitraan bagi
mahasiswa, mitra penempatan, dan mentor.
Untuk mengevaluasi pengembangan kurikulum, dan mengidentifikasi bahwa
simulasi merupakan pembelajaran praktik dalam program perawatan preregistrasi
mendukung kesempatan belajar yang esensial di keempat program perawatan preregistrasi
dalam kemitraan dengan mitra praktik, mentor, mahasiswa dan staf akademik. Dukungan
perawatan langsung melalui simulasi dalam pembelajaran dapat memungkinkan mahasiswa
mempraktikkan keterampilan klinis sangat penting dalam rangkaian keterampilan klinis
dan pengalaman belajar yang dapat memberikan hasil positif dan peluang untuk
mempertahankan kemitraan bagi mahasiswa, mitra penempatan dan mentor. Mahasiswa
dapat belajar dari kesalahan mereka dan mendapatkan kepercayaan diri melalui simulasi
praktik sebelum memberikan perawatan langsung di lingkungan latihan (Ricketts et al.,
2012).
Dengan menerapkan metode simulasi, peserta didik mampu mempraktikkan
keterampilan dan pemikiran kritis bersamaan denan teknologi dan pengalaman dirancang
untuk meniru setting klinis (Florida Center for Nursing, 2010; Horan, 2009). Ketika peserta
didik keperawatan berpartisipasi dalam latihan simulasi dan melakukan simulasi secara
serius, peserta didik terbukti dapat mempertahankan pengetahuan yang dipelajari melalui
pengalaman tersebut, dan mampu menunjukkan keterampilan baru secara efektif, serta
meningkatkan tingkat kepercayaan diri mereka dan adanya peningkatan dalam
pembelajaran peserta didik (Center Florida untuk Keperawatan, 2010). Metode simulasi
cenderung meningkatkan antusiasme peserta didik untuk belajar, meningkatkan
kenyamanan dengan memberikan perawatan, menurunkan tingkat kecemasan pada diri
mereka dan mendorong penilaian klinis yang baik di lingkungan yang aman (Horan, 2009).
Implikasi metode pembelajaran role-playing dan simulasi dalam praktik pendidikan
keperawatan. Kombinasi role-playing dan simulasi dapat memberikan teknik pengajaran
yang penting untuk mempersiapkan mahasiswa keperawatan untuk praktik klinis. Manfaat
peneparan dengan menggabungkan metode pembelajaran role play dan simulasi telah
terbukti menjadi tehnik kombinasi yang efektif . Simulasi interaktif membuat teori yang
kompleks lebih jelas dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menerapkan
prinsip dan pendekatan teoritis, dan menggambarkan kemampuan dalam berfikir kritis
Tagarev, Stankov, dan Bizov (2009). Metode pembelajaran simulasi juga bermanfaat dalam
mendidik mahasiswa di beberapa bidang keperawatan. Penggunaan metode role play dalam
kombinasi dengan simulasi yaitu, untuk mengetahui kegunaan dari tehnik-tehnik yang
diterapkan dalam pembelajaran yang diterapkan kepada mahasiswa. Role play dan simulasi
merupakan alat yang efektif diterpakan dalam pendidikan keperawatan. Dengan
menggunakan metode role-playing dalam pengalaman simulasi klinis untuk mahasiswa
keperawatan, bahwa mahasiswa dapat menggunakan refleksi dan evaluasi diri. Selain itu,
pemikiran kritis dan integrasi materi yang telah dipelajari sebelumnya diidentifikasi sebagai
peningkatan melalui kombinasi dari role play dan simulasi. Metode role play dalam
kombinasi dengan simulasi juga digunakan sebagai sarana dalam pembelajaran kepada
mahasiswa keperawatan di dalam pendidikan keperawatan (Ertmer et al., 2010).
B. Kesimpulan
Dalam konteks pendidikan keperawatan, metode role play dan simulasi sebagai
penyediaan dari rangkaian layanan kesehatan, untuk memberikan pengalaman kepada
mahasiswa untuk melakukan praktik keperawatan klinis. Role play adalah seperangkat
keadaan yang terstruktur yang menggambarkan dalam kehidupan yang nyata dimana
peserta didik bertidak sesuai instruksi. Role play merupakan metode pembelajaran yang
efeltif dan membantu peserta didik menyadari bahwa pentingnya suatu peran yang mereka
perankan. Role play telah terbukti meningkatkan pembelajaran, mengekspos mahasiswa ke
situasi yang kompleks, dapat meningkatkan keterlibatan dan membantu mahasiswa
menstransfer pngetahuan yang merekan dapatkan ke setting klinis. Metode role play adalah
metode yang efektif untuk membantu dalam pembelajaran mahasiswa, menggabungkan
role play dan simulasi akan meningkatkan pembelajaran yang lebih lanjut lagi (Wheeler &
McNelis, 2014).Simulasi adalah strategi pengajaran yang melengkapi pelatihan tradisional
dan memungkinkan mahasiswa dan profesional kesehatan untuk belajar dengan cara yang
menghilangkan berbagai risiko pada pasien (Wellard et al, 2007).
Implikasi metode pembelajaran role-playing dan simulasi dalam praktik pendidikan
keperawatan. Kombinasi role-playing dan simulasi dapat memberikan teknik pengajaran
yang penting untuk mempersiapkan mahasiswa keperawatan untuk praktik klinis. Manfaat
peneparan dengan menggabungkan metode pembelajaran role play dan simulasi telah
terbukti menjadi tehnik kombinasi yang efektif . Penggunaan metode role play dalam
kombinasi dengan simulasi yaitu, untuk mengetahui kegunaan dari tehnik-tehnik yang
diterapkan dalam pembelajaran yang diterapkan kepada mahasiswa. Role play dan simulasi
merupakan alat yang efektif diterpakan dalam pendidikan keperawatan. Dengan
menggunakan metode role-playing dalam pengalaman simulasi klinis untuk mahasiswa
keperawatan, bahwa mahasiswa dapat menggunakan refleksi dan evaluasi diri. Selain itu,
pemikiran kritis dan integrasi materi yang telah dipelajari sebelumnya diidentifikasi sebagai
peningkatan melalui kombinasi dari role play dan simulasi. Metode role play dalam
kombinasi dengan simulasi juga digunakan sebagai sarana dalam pembelajaran kepada
mahasiswa keperawatan di dalam pendidikan keperawatan (Ertmer et al., 2010).
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai