PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masih
rendahnya kualitas pendidikan. Hal tersebut disebabkan oleh lemahnya proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, mahasiswa kurang di dorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas adalah salah satu
tahap yang sangat menentukan keberhasilan belajar mahasiswa. Belajar mengajar pada
dasarnya adalah interaksi atau hubungan balik antara pengajar dan mahasiswa dalam
situasi pendidikan (Sudjana, 2014). Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya. Pembelajaran eksperiensial didasarkan pada proses
transformasi pembelajaran dengan menggunakan keterampilan tertentu atau melalui
pengalaman (Hedin, 2010; Lisko & O'Dell, 2010).
Pendidikan tinggi keperawatan memiliki tujuan dengan menghasilkan perawat yang
professional. Dalam hal ini, perguruan tinggi sangat berperan dalam membina sikap,
pandangan dan kemampuan professional dari lulusan, sehingga diharapkan mampu
bersikap dan berpandangan secara professional, mempunyai wawasan keperawatan yang
luas, serta mempunyai pengetahuan yang ilmiah tentang keperawatan yang memadai dan
mampu menguasai kemampuan professional dengan baik dan benar. Dalam menerapkan
pembelajaran perawat yang professional dapat tercipta dengan didukung pemilihan metode
pembelajaran yang tepat (Nursalam, 2012). Keperawatan adalah seperti ilmu terapan
lainnya karena membutuhkan keterampilan langsung dan pemikiran kritis dan pemecahan
masalah (Hedin, 2010). Melalui pembelajaran pengalaman, pengetahuan dan ketrampilan
dikembangkan melalui penekanan pada pengalaman yang dihadapi mahasiswa (Hedin,
2010).
Menurut Chan (2012), pembelajaran eksperimental yang aktif dan praktis cenderung
memfasilitasi pemahaman mendalam. Peningkatan kualitas pembelajaran dapat
dilakukan melalui upaya pembelajaran yang inovatif. Implementasi pembelajaran yang
inovatif ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya melalui implementasi
strategi pembelajaran untuk mendorong mahasiswa menjadi student centre. Studeng Center
Learning (SCL) merupakan suatu strategi pembelajaran dimana menempatkan mahasiswa
sebagai peserta didik aktif dan mandiri, dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap
pembelajaran. Pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa mengalihkan focus dari
pendidik ke peserta didik. Dalam pembelajaran SLC melibatkan factor kognitif dan
metakognitif, factor afektif dan metavasional, factor perkembangan dan social serta
perbedaan individu.Karakteristik dalam pembelajaran SCL, yaitu dapat membantu pendidik
untuk mengembangkan suatu strategi yang dapat memberi manfaat dalam pembelajaran
mahasiswa. Dalam hal ini, mendorong mahasiswa secara aktif, membangun pengetahuan,
berfikir secara mendalam dan kreatif, adanya motivasi dari dalam diri, mampu
menyelesaikan masalah dalam dunia nyata, serta mampu belajar secara kolaboratif
(Santrock, 2009). Strategi pembelajaran untuk mendorong mahasiswa menjadi student
centre sangatlah perlu diterapkan pada setiap pembelajaran (Sinambela, 2015). Metode
pembelajaran yang dapat memberikan banyak kesempatan kepada mahasiswa untuk aktif
terlibat antara lain adalah metode role playing dan simulasi (Sudjana, 2014).
Dalam konteks pendidikan keperawatan, metode role play dan simulasi sebagai
penyediaan dari rangkaian layanan kesehatan, untuk memberikan pengalaman kepada
mahasiswa untuk melakukan praktik keperawatan klinis. Role play adalah seperangkat
keadaan yang terstruktur yang menggambarkan dalam kehidupan yang nyata dimana
peserta didik bertidak sesuai instruksi. Role play merupakan metode pembelajaran yang
efeltif dan membantu peserta didik menyadari bahwa pentingnya suatu peran yang mereka
perankan. Role play telah terbukti meningkatkan pembelajaran, mengekspos mahasiswa ke
situasi yang kompleks, dapat meningkatkan keterlibatan dan membantu mahasiswa
menstransfer pngetahuan yang merekan dapatkan ke setting klinis. Metode role play adalah
metode yang efektif untuk membantu dalam pembelajaran mahasiswa, menggabungkan
role play dan simulasi akan meningkatkan pembelajaran yang lebih lanjut lagi (Wheeler &
McNelis, 2014).
Simulasi adalah strategi pengajaran yang melengkapi pelatihan tradisional dan
memungkinkan mahasiswa dan profesional kesehatan untuk belajar dengan cara yang
menghilangkan berbagai risiko pada pasien (Wellard et al, 2007). Menurut Reilly dan Spratt
(2007), tujuan dari simulasi adalah untuk menumbuhkan kepercayaan saat peserta didik
menanamkan diri dalam situasi yang realistis, dinamis, kompleks, membutuhkan
kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan Bagaimana metode
pembelajaran Role Play and Simulation dalam pendidikan keperawatan?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
a. Mengetahui definisi role play dan simulasi dalam pendidikan keperawatan.
b. Mengetahui tujuan role play dan simulasi dalam pendidikan keperawatan.
c. Mengetahui kelebihan dan kekurangan Role play dan simulasi dalam pendidikan
keperawatan.
d. Mampu melakukan analisis hasil riview literature dengan metode pembelajaran Role
Play and Simulation dalam pendidikan keperawatan.
D. Pertanyaan Klinis
P : Nursing education
I : Role Play and Simulation
C:-
O : Effektivitas Role play dan simulation .
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Role play
1. Defiinisi
Role play didefinisikan sebagai suatu desain atau kegiatan yang paling menarik.
Dengan kegiatan ini, kita menyadari bahwa kita siap menghadapi situasi dan menyadari
bagaimana melakukannya dan setidaknya kita mengetahui bagaimana kita bertindak
(Chauhan, 2000 dalam Riera 2010)
Menurut Nelson & Blenkin (2007), role play adalah mengambil suatu karakter
atau peran, role play berarti berperannya orang yang lain selain diri sendiri. Role play
sangatlah penting, karena dengan bermain peran kita dapat melihat dan menghadapi
situasi yang berbeda yang mungkin akan di alami.
Bermain peran merupakan cara yang paling tepat untuk menghadapi situai yang
sangat mirip dan sesuai dengan kenyataan. Bermain peran adalah tentang situasi yang
diamati, mempraktikkan diskusi, peran realistis dan peran Implementasi dengan aspek
kurikulum lainnya. Aspek-aspek yang tidak lazim dalam bermain peran mencakup
respons negatif emosional dan menguat yang mengingat situasi permainan peran yang
tidak realistis (Nastel & Tierney, 2007).
Bermain peran adalah tehnik belajar suatu pengalaman dnegan peserta didik yang
melakukan peran di dalam skenario untuk memberikan latihan dan umpan balik untuk
melatih keterampilan. Bermain peran biasanya digunakan karena menetapkan peran
motivasi peserta didik untuk berpartusupasi dalam diskusi dan menguji kemampuan
dalam pemecahan masalah mereka sendiri. Dengan menggunakan role play para
peserta didik secara kritis memikirkan skenario dan meningkatkan kesadaran mereka
terhadap isu-isu yang harus mereka hadapi selama simulasi berlangsung (Kanner,
2007).
2. Tujuan Role play
Role play bertujuan untuk meningkatkan kesadaran diri dan melibatkan diri sendiri
untuk mencapai proses pembelajaran yang lebih dalam. Role play membuat peserta
didik semakin menyadari konsekuensi dari tingkah lakunya. Saat seseorang berperan
sebagai orang lain akan menghasilkan suatu proses yang dinamik dan menjadi proses
belajar refleksi (Nelson & Blenkin, 2007).
B. Simulasi
1. Definisi
Simulasi adalah kegiatan melihat dan meniru bukan hanya dari benda seperti
manekin, tetapi juga dengan role play, scenario settings, studi kasus. Dengan silumasi
dapat membantu terbatasnya aktifitas dilahan praktik harangnyan kasus yang
ditemukan. Simulasi juga dapat melatih cara berkomunikasi, cara pengkajian,
managemen perilaku, dan melatih keterampilan (Websters, 2003 dalam Sanford,
2010).
Menurut Anitah, dkk (2007) dalam pembelajaran kelompok metode pembelajaran
yang dapat digunakan, salah satunya adalah metode simulasi. Proses pembelajaran yang
menggunakan metode simulasi cenderung kepada objeknya bukan benda atau kegiatan
yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura.
Simulasi adalah salah satu metode pembelajaran yang inovatif dan efektif yang
sesuai dengan dunia pendidikan keperawatan dan perawatan kesehatan modern yang
berubah dengan cepat seiring perkembangan zaman modern (Lasater, 2008). Bahwa
pendekatan simulasi mempromosikan pembelajaran aktif melalui kolaborasi dan kerja
tim (Horan, 2009; Schlairet, 2011;). Simulasi juga terbukti menjadi metode
pembelajaran yang efektif untuk mencapai hasil program dari pandangan American
Association of Colleges of Nursing (Davis, 2011).
Simulasi merupakan metode pembelajaran dalam pendidikan keperawatan,
pemberian skenario yang meniru realitas dilungkungan klinis dari seorang fasilitator.
Simulasi berpusat pada mahasiswa, dengan pendidik berperan sebagai fasilitator dalam
proses pembelajaran. Simulasi mendorong siswa untuk mengembangkan ketrampilan
psokomotor, kognitif dan afktif, sebelum memasuk praktik klinis yang nyata. Seorang
pendidik perawat menjadi fasilitator dan memiliki kesempatan untuk menilai dan
malakukan evaluasi pada tingkat keterampina dan kemampuan dari peserta didik untuk
memenuhi hasil belajar (Campbell 2010). Simulasi juga sebagai alat evaluasi yang
efektif, dan untuk mengukur kinerja peserta didik dan kemampuan mereka untuk tampil
dalam situasi kehidupan nyata, metode yang berharga untuk remediasi pertunjukan
klinis, mempertahankan keterampilan klinis, dan kemampuan untuk mengelola krisis
serta melakukan kajian literatur tentang penggunaan simulasi dalam pendidikan
keperawatan (Sanford, 2010).
2. Tujuan
Tujuan dari simulasi yaitu untuk melakukan suatu keterampilan klinik pada situasi
yang dibuat untuk mempersiapkan peserta didik pada situasi tertentu agar keamanan
pasien tetap terjaga (Sanford, 2010).
Menurut Reilly dan Spratt (2007), tujuan simulasi untuk menghilangkan
ketidakpercayaan saat menanamkan diri dalam situasi yang realistis, dinamis,
kompleks, membutuhkan kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan.
PEMBAHASAN