Anda di halaman 1dari 5

MATERI KULIAH LANJUTAN : MANAJEMEN PEMASARAN KESEHATAN

KODE MK : MPK 6172, BOBOT : 2 SKS, SEMESTER : II

MATERI : TEKNIK KOMUNIKASI PEMASARAN

BENTUK PEMBELAJARAN : ROLEPLAY

Pengertian Bermain Peran

Bermain peran atau role playing adalah metode pembelajaran yang di dalamnya terdapat perilaku pura-
pura (berakting) dari mahasiswa sesuai dengan peran yang telah ditentukan, dimana siswa menirukan
situasi dari tokoh-tokoh sedemikian rupa dengan tujuan mendramatisasikan dan mengekspresikan
tingkah laku, ungkapan, gerak-gerik seseorang dalam hubungan sosial antar manusia.

Model Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing)

Metode bermain peran dapat menimbulkan pengalaman belajar, seperti kemampuan kerjasama,
komunikatif, dan menginterpretasikan suatu kejadian. Melalui bermain peran, siswa mencoba
mengeksplorasi hubungan-hubungan antar manusia dengan cara memperagakan dan
mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para siswa dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan,
sikap-sikap, nilai-nilai, dan strategi pemecahan masalah.

Model pembelajaran bermain peran penekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan
pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Murid diperlakukan
sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan
menjawab) bersama teman-temannya pada situasi tertentu.

Berikut definisi dan pengertian metode pembelajaran bermain peran dari beberapa sumber buku:

Menurut Santoso (2011), bermain peran adalah mendramatisasikan dan mengekspresikan tingkah laku,
ungkapan, gerak-gerik seseorang dalam hubungan sosial antar manusia. Dengan metode Role Playing
(bermain peran) siswa berperan atau memainkan peranan dalam dramatisasi masalah/psikologis itu.

Menurut Wahab (2009), bermain peran adalah berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan
terlebih dahulu untuk tujuan-tujuan tertentu. Bermain peran dapat menciptakan situasi belajar yang
berdasarkan pada pengalaman dan menekankan dimensi tempat dan waktu sebagai bagian dari materi
pelajaran.

Menurut Mulyono (2012), role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran yang diarahkan
untuk mengkreasi peristiwa sejarah, peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada
masa mendatang.

Menurut Yamin (2007), bermain peran adalah metode yang meletakkan interalisasi antara dua
mahasiswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi. Mahasiswa melakukan peran masing-masing
sesuai dengan pokok yang ia yakini. Mereka berinteraksi dengan sesama peran secara terbuka. Metode
ini dapat dipergunakan dalam mempraktikan pelajaran yang baru.

Aspek-aspek Bermain Peran

Menurut Zaini (2008), terdapat tiga aspek bermain peran yaitu:

Mengambil peran (Role Playing), yaitu tekanan ekspektasi-ekspektasi sosial terhadap pemeran peran.
Contohnya adalah pada hubungan keluarga (apa yang harus dikerjakan anak perempuan), atau
berdasarkan tugas (bagaimana seorang agen polisi bertindak dalam situasi sosial).

Membuat peran (Role Marking), yaitu kemampuan pemegang peran untuk berubah secara dramatis dari
satu peran ke peran yang lain dan menciptakan serta memodifikasi peran sewaktu-waktu diperlukan.

Tawar-menawar peran (Role Negotitation), yaitu tingkat dimana peran-peran dinegosiasikan dengan
pemegang-pemegang peran yang lain dalam parameter dan hambatan interaksi sosial.

Tujuan Bermain Peran

Metode bermain peran dalam proses pembelajaran bertujuan agar siswa dapat mendramatisasikan
tingkah laku, atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial atau manusia.
Menurut Saefuddin dan Berdiati (2014), metode pembelajaran bermain peran memiliki tujuan sebagai
berikut:

Memberikan pengalaman konkret dari apa yang telah dipelajari.

Mengilustrasikan prinsip-prinsip dari materi pembelajaran.

Menumbuhkan kepekaan terhadap masalah-masalah hubungan sosial.

Menumbuhkan minat dan motivasi belajar mahasiswa.

Menyediakan sarana untuk mengekspresikan perasaan yang tersembunyi dibalik suatu keinginan.

Metode bermain peran dalam proses belajar memiliki tujuan agar mahasiswa dapat menghayati
peranan apa yang dimainkan, mampu menempatkan diri dalam situasi orang lain yang dikehendaki
dosen.

Menurut Santoso (2011), tujuan bermain peran adalah agar mahasiswa dapat:

Memahami perasaan orang lain.

Menempatkan diri dari situasi orang lain.

Mengerti dan menghargai perbedaan pendapat.

Langkah-langkah Metode Bermain Peran


Menurut Uno (2007), terdapat tujuh langkah dalam pelaksanaan model pembelajaran bermain peran,
yaitu sebagai berikut:

Menghangatkan Suasana dan Memotivasi Peserta Didik. Motivasi merupakan dorongan yang terdapat
dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan demi mencapai tujuan tertentu. Tahap ini lebih
banyak dimaksudkan untuk memotivasi peserta didik agar tertarik pada masalah karena itu tahap ini
sangat penting dalam bermain peran dan paling menentukan keberhasilan. Memilih Peran. Memilih
peran dalam pembelajaran, tahap ini peserta didik dan dosen mendiskripsikan berbagai watak atau
karakter, apa yang mereka suka, bagaimana mereka merasakan, dan apa yang harus mereka kerjakan,
kemudian para peserta didik diberi kesempatan secara sukarela untuk menjadi pemeran.

Menyusun Tahap-Tahap Peran. Menyusun tahap-tahap baru, pada tahap ini para pemeran menyusun
garis-garis besar adegan yang akan dimainkan.

Menyiapkan Pengamat. Menyiapkan pengamat, sebaiknya pengamat dipersiapkan secara matang dan
terlibat dalam cerita yang akan dimainkan agar semua peserta didik turut mengalami dan menghayati
peran yang dimainkan dan aktif mendiskusikannya.

Pemeran. Pada tahap ini para peserta didik mulai beraksi secara spontan, sesuai dengan peran masing-
masing, pemeran dapat berhenti apabila para peserta didik telah merasa cukup.

Diskusi dan Evaluasi. Setelah melakukan peran, langkah berikut adalah analisis dari bermain peran
tersebut. Para pemain diminta untuk mengemukakan perasaan mereka tentang peran yang dimainkan,
demikian pula dengan peserta yang lain. Diskusi dimulai dengan melontarkan sebuah pertanyaan, para
peserta didik akan segera terpancing untuk diskusi.

Membagi Pengalaman dan Mengambil Kesimpulan. Pada tahap ini peserta didik saling mengemukakan
pengalaman hidupnya dalam berhadapan dengan orang tua, guru, teman dan sebagainya. Semua
pengalaman peserta didik dapat diungkap atau muncul secara spontan.

Kelebihan dan Kekurangan Bermain Peran

Menurut Djamarah dan Zain (2008), metode pembelajaran bermain peran memiliki kelebihan dan
kekurangan, yaitu sebagai berikut:

a. Kelebihan Bermain Peran

Kelebihan atau keunggulan menggunakan metode bermain peran adalah sebagai berikut:

Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa, di samping menjadi pengalaman yang
menyenangkan juga memberi pengetahuan yang melekat dalam memori otak.

Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan membuat kelas menjadi dinamis dan antusias.

Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri mahasiswa serta menumbuhkan rasa
kebersamaan.
Mahasiswa dapat terjun langsung untuk memerankan sesuatu yang akan dibahas dalam proses belajar.

b. Kekurangan Bermain Peran

Kelemahan atau kekurangan metode bermain peran adalah sebagai berikut:

Role playing memerlukan waktu yang relatif panjang/banyak.

Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak dosen maupun mahasiswa dan ini tidak
semua guru memilikinya.

Kebanyakan masiswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerankan suatu adegan
tertentu.

Apabila pelaksanaan role playing atau bermain peran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi
kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pembelajaran tidak tercapai.

Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.

Daftar Pustaka

Santoso, Agus. 2010. Studi Deskriptif Effect Size Penelitian-Penelitian di Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma. Jurnal Penelitian.

Wahab, Abdul Aziz. 2007. Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu PengetahuanSosial (IPS). Bandung:
Alfabata.

Mulyono. 2012. Strategi Pembelajaran (Menuju Efektivitas Pembelajaran di Abad Global). Malang: UIN
Maliki Press.

Yamin, Maritnis. 2007. Profesionalisme Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta: Gaung Persada Press.

Saefuddin, Asis dan Berdiati, Ika. 2014. Pembelajaran Efektif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Zaini, Hisyam, Dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Jakarta: Insan Madani.

Uno, Hamzah B. 2007. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Pembelajaran ini semestinya diberikan diruang kuliah pada saat tatap muka antara dosen dan
mahasiswa, dengan materi yang dipersiapkan sebelumnya sesuai langkah-langkah yang ada di panduan
pembelajaran roleplay diatas, namun karena saat ini masih dalam situasi pandemi Corona sehinga
kampus mengambil kebijakan semua bentuk perkuliahan digantikan dengan metode online dengan
sangat memperhatikan protokoler kesehatan, sehingga pembelajaran dengan metode roleplay belum
bisa dilaksanakan di kampus sesuai dengan panduan.

Namun bukan berarti materi ini tidak bisa dilaksanakan/disampaikan kepada mahasiswa, akan
tetapi materi ini wajib disampaikan kepada mahasiswa sesuai dengan rencana pembelajaran, maka
untuk itu materi praktik ini diberikan dalam bentuk tugas kelompok, yang penting dan paling utama
adalah bagaimana tujuan dan target pembelajaran dalam bentuk praktik ini bisa terlaksana dengan baik
sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Maka untuk tidak mengurangi makna pembelajaran praktik dalam bentuk roleplay maka kita
memilih metode penugasan yaitu melaksanakan pembelajaran roleplay ditempat kelompok mahasiswa
masing-masing, hanya saja kegiatan ini didokumentasikan dalam bentuk audio video sehingga bisa kita
saksikan kegiatan hampir sama dengan pelaksanaan roleplay yang sebenarnya. Mudah-mudahan,
aamiin.

Adapun bentuk tugas adalah sebagai berikut :

1. Mahasiswa dibagi dalam 4 kelompok, masing-masing kelompok melaksanakan pembelajaran


bermain peran yang bercerita tentang bagaimana melaksanakan komunikasi pemasaran.
2. Materi/isi dari roleplay tersebut menggambarkan bagaimana saudara menyampaikan marketing
communication : Tentang konsep-konsep komunikasi, pemasaran dan strategi pemasaran,
(baca materi perkuliahan sebelumnya dan panduan pembelajaran bermain peran diatas).
3. Masinhg-masing kelompok membagi dalam peran masing-masing berdasarkan konsep-konsep
dalam komunikasi, misalnya siapa berperan sebagai komunikator, dan komunikan, produsen
atau konsumen, serta pengamat, bila perlu ada moderator dan sekretaris, untuk memandu
jalannya roleplay ini.
4. Pemasaran bisa dalam bentuk jasa maupun produk, 2 kelompok dalam bentuk pemasaran jasa,
2 kelompok berikutnya bentuk pemasaran produk produk, termasuk materi target marketnya
(4P) nya
5. Untuk aktivitas/kegiatan masing-masimg peran anggota kelompok didokumentasikan dalam
bentuk video yang berdurasi antara 5 -7 menit, demikian juga persiapan sarana prasarananya,
sehingga dengan melihat video tersebut tergambar bagaimana saudara melaksanakan
komunikasi pemasaran dan strateginya, dan bisa kita dengarkan materi yang disampaikan
6. Agar sauadara bisa melaksanakan dengan baik, efektif dan efisien di tuliskan skenario dari
masing-masing peran dan materi yang disampaikan dalam komunikasi pemasaran.
7. Catat tanggal dan lokasi saudara bermain peran dengan kelompoknya.
8. Dokumentasi dalam bentuk video audio dikirim lewat email : new.linajaya@yahoo.co.id
9. Tugas ini diberikan untuk jangka waktu mulai tanggal 12 Juni 2020 sd 20 Juni 2020

Anda mungkin juga menyukai