KAJIAN PUSTAKA
5
6
aktif menggunakan otak. Unsur yang terdapat dalam pendekatan ini dengan
mengganti peran guru yang semula selalu di depan kelas dan mempresentasikan
materi pelajaran. Guru hanya sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.
Selain itu suasana belajar juga berperan penting untuk terciptanya pembelajaran
yang aktif. Menurut Asmani (2011:77) suasana belajar yaitu suasana yang dapat
membuat siswa melakukan pengalaman, interaksi, komunikasi, dan refleksi.
1. Pengalaman
Anak akan belajar banyak melalui berbuat dan pengalaman dengan cara
mengaktifkan lebih banyak indra daripada hanya melalui mendengarkan saja.
2. Interaksi
Belajar akan terjadi dan meningkat kualitasnya bila terjadi dalam suatu
interaksi dengan orang lain.
3. Komunikasi
Pengungkapan pikiran dan perasaan baik lisan maupun tertulis merupakan
kebutuhan setiap manusia dalam rangka mengungkapkan dirinya untuk mencapai
kepuasan. Pengungkapan pikiran baik dalam rangka mengemukakan gagasan
sendiri maupun menilai gagasan orang lain, akan memantapkan pemahaman
seseorang tentang apa yang sedang dipikirkan atau dipelajari.
4. Refleksi
Bila seseorang mengungkapkan gagasannya kepada orang lain dan mendapat
tanggapan, maka orang itu akan merenungkan kembali (refleksi) gagasannya
tersebut. Kemudian melakukan perbaikan sehingga memiliki gagasan yang lebih
baik lagi. Refleksi dapat terjadi sebagai akibat dari interaksi dari komunikasi.
Umpan balik dari guru atau siswa lain terhadap hasil kerja seorang siswa, berupa
pertanyaan yang menantang, membuat siswa berpikir dan terpacu untuk
melakukan refleksi tentang apa yang sedang dipikirkan atau dipelajari.
Suasana belajar yang menciptakan siswa aktif dapat dilihat dari berbagai
aspek yaitu pengalaman siswa dalam pembelajaran, interaksi siswa dengan siswa
lain maupun siswa dengan guru, komunikasi yang terjadi dalam pembelajaran,
dan refleksi yang didapat baik dari siswa lain maupun dari guru.
9
bentuk nilai, aspek afektif menunjukkan sikap siswa dalam proses pembelajaran,
dan aspek psikomotoris yang menunjukkan keterampilan dan kemampuan
bertindak siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai
tujuan pendidikan. Alat yang digunakan untuk mengukur hasil belajar dapat
melalui tes. Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan),
dalam bentuk bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk tes perbuatan (tes
tindakan) (Sudjana, 2011:35). Terdapat dua jenis tes yaitu tes uraian terdiri dari
uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian berstruktur. Terdapat juga tes objektif
terdiri dari pilihan benar salah, tes pilihan berganda, menjodohkan, dan isian
pendek. Dalam penelitian ini, tes yang digunakan adalah tes formatif pada
pertemuan kedua tiap siklusnya. Bentuk tes terdiri dari tes pilihan ganda dan
uraian.
Hasil belajar tidak hanya dinilai oleh tes, tetapi juga dapat dinilai oleh alat-
alat nontes. Menurut Sudjana 2011:67 alat-alat nontes yang sering digunakan
adalah kuesioner dan wawancara, skala, observasi, studi kasus, dan sosiometri.
Penelitian ini juga menggunakan nontes dalam menilai hasil belajar yang berupa
observasi. Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan
untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan
yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi
buatan (Sudjana, 2011:84).
Alat yang dipergunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan
pembelajaran dinamakan dengan alat ukur atau instrumen. Ada instrument butir-
butir soal apaila cara pengukurannya menggunakan tes, apabila pengukurannya
dengan cara mengamati atau mengobservasi akan menggunakan instrument
lembar pengamatan.
Instrumen sebagai alat yang dipergunakan untuk mengukur ketercapaian
tujuan pembelajaran maupun kompetensi yang dimiliki siswa harus valid, artinya
instrumen ini adalah instrumen yang dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.
Maka perlu digunakan kisi-kisi untuk ketercapaian tujuan pembelajaran. Membuat
11
kisi-kisi yang berisi tentang perincian SK/KD dan Indikator. Jenis instrumen yang
akan digunakan mengukur setiap indikator yang bersangkutan. Indiator dalam
kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal yang dikehendaki. Kisi-
kisi merupakan format soal yang menggambarkan disttribusi item untuk berbagai
topic atau pkok bahasan berdasarkan kompetensi dasar, indicator, dan jenjang
kemampuan tertentu. Penyusunan kisi-kisi dimaksudkan sebagai pedoman
menulis soal menjadi perangkat tes. Format kisi-kisi soal berisi antara lain
Identitas sekolah, Kompetensi Dasar, Indikator, proses berfikir, tingkat kesukaran,
dan bentuk instrumen.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan hasil belajar yang dimaksud
dalam penelitian adalah besarnya skor siswa yang diperoleh dari skor tes formatif.
2.1.4 Mata Pelajaran IPS
2.1.4.1 Pengertian IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang
ilmu-imu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, dan hukum.
Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar fenomena sosial yang
mewujudkan satu interdisipliner dari cabang-cabang ilmu sosial. Alasan
mempelajari IPS untuk jenjang pendidikan dasar adalah sebagai berikut:
a Agar siswa dapat mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau kemampuan
yang telah dimiliki menjadi lebih bermakna.
b Agar siswa dapat lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial
secara rasional dan bertanggung jawab.
c Agar siswa dapat mempertinggi toleransi dan persaudaraan di lingkungan
sendiri dan antarmanusia.
Jadi IPS adalah ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep
pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial yang keduanya diolah berdasarkan prinsip
pendidikan.
2.1.4.2 Tujuan IPS
Menurut BSNP (2006:175) mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa
memiliki kemampuan sebagai berikut:
12
85,65% atau 39 siswa pada siklus II. Peningkatan pada hasil belajar juga menjadi
baik yang dibuktikan dengan ketuntasan pada pra siklus 56% atau 26 siswa
meningkat menjadi 76% atau 35 siswa pada siklus I, kemudian meningkat
menjadi 89% atau 41 siswa pada siklus II. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa model Role Playing dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
kelas V SDN Tukum 01 Lumajang.
Berdasarkan skripsi Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh
Lusiana Indah tentang “Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V
Dalam Pembelajaran IPS Pokok Bahasan Usaha Dan Kegiatan Ekonomi Di
Indonesia Menggunakan Metode Bermain Peran (Role Playing) Di SDN
Purwosari 03 Jember Tahun Pelajaran 2011/2012”. Penerapan Role Playing
meningkatkan aktivitas belajar siswa dari 24 siswa yang pada siklus I adalah
60,6% atau 14 siswa yang aktif menjadi 84,4% atau 20 siswa pada siklus II.
Peningkatan pada hasil belajar juga menjadi baik yang dibuktikan dengan
ketuntasan 70,8% atau 17 siswa pada siklus I meningkat menjadi 87,5% atau 21
siswa pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, pembelajaran IPS
melalui Role Playing dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran.
Berdasarkan analisis judul yang pernah digunakan peneliti di atas, maka
dengan menggunakan model pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa. Dengan analisis tersebut maka peneliti
melakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Role Playing pada
pelajaran IPS untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
2.3 Kerangka Berpikir
Permasalahan dalam pembelajaran yang dihadapi guru SD karena guru
memilih model yang kurang bervariasi. Model-model pembelajaran sangat
penting dikuasai guru, karena setiap sajian pembelajaran harus jelas arahnya
sehingga materi ajar mudah dipahami peserta didik. Hal itu dapat diperlihatkan
jika guru menggunakan suatu model yang sesuai dengan sintak-sintak model
pembelajaran tersebut. Dengan menguasai model-model pembelajaran guru dapat
melakukan inovasi dalam penyajian materi pembelajaran dan dapat memotivasi
peserta didik untuk mengeksplorasi materi yang dipelajari. Guru dapat
15
Guru Siswa
Kondisi
awal Guru belum Keaktifan dan
menerapkan hasil belajar
model Role IPS rendah
Playing
Mengikuti
pembelajaran
Keaktifan
dengan model
Model Role Playing
Role
Playing
Siswa
Hasil Belajar memahami
pembelajaran
IPS dengan
Role Playing
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir Penggunaan Model Role Playing untuk Meningkatkan
Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa
16