Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masing - masing individu memiliki karakteristik yang berbeda - beda


antara satu dengan yang lain. Dengan adanya perbedaan karakteristik ini
menimbulkan pula berbagai macam cara atau metode yang digunakan
seseorang untuk memahami apa yang dia pelajari sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuannya.

Metode pembelajaran sebagai salah satu komponen pendidikan perlu


dipahami oleh seorang pengajar agar tujuan dan proses pembelajaran di kelas
dapat berlangsung dengan baik. Pemilihan metode yang tepat akan sangat
membantu siswa dalam proses penerimaan dan pemahaman materi yang
disampaikan.

Banyak sekali macam metode pembelajaran yang dapat digunakan, salah


satunya yakni metode pembelajaran “Role Play” dimana dalam metode
pembelajaran ini siswa dituntut untuk ikut berperan aktif (partisipatif) guna
lebih memudahkannya pemahaman bagi siswa.

Model Pebelajaran Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-


bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan
siswa.Melalui bermain peran (role playing), para siswa mencoba
mengeksplorasi hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya dan
mendiskusikannya sehingga secara bersama-sama para siswa dapat
mengeksplorasi perasaan, sikap, nilai, dan berbagai strategi pemecahan
masalah.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Metode Pembelajaran Role Play?

2. Apa saja syarat - syarat untuk Metode Pembelajaran Role Play?

3. Apa saja kelebihan dan kekurangan Metode Pembelajaran Role Play?

4. Apa saja langkah - langkah dalam Metode Pembelajaran Role Play?

5. Bagaimana cara evaluasi hasil Metode Pembelajaran Role Play?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Metode Pembelajaran Role Play.

2. Untuk mengetahui syarat - syarat Metode Pembelajaran Role Play.

3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari Metode Pembelajaran


Role Play.

4. Untuk mengetahui langkah - langkah dalam Metode Pembelajaran Role


Play.

5. Untuk mengetahui cara evaluasi hasil dari Metode Pembelajaran Role Play.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Metode Pembelajaran Role Play

Role playing adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada


tujuan, aturan, dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill hadfield dalam
santoso, 2011). Bermain peran adalah mendramatisasikan cara bertingkah
laku orang-orang tertentu dalam posisi yang membedakan peranan masing-
masing dalam suatu organisasi atau kelompok dimasyarakat (Hadari nawawi
dalam kartini 2007).

Sehubungan dengan itu, santoso, 2011 menyatakan bahwa model role


play adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan mahasiswa. Dengan kata lain
bahwa role playing adalah metode pembelajaran dengan melakukan
permainan peran yang di dalamnya terdapat aturan, tujuan dan unsur senang
dalam melakukan proses belajar mengajar.

2.2 Syarat-Syarat Metode Pembelajaran Role Play


Metode role play dapat digunakan apabila:
1. Pelajaran dimaksudkan untuk melatih dan menanamkan pengertian dan
perasaan seseorang
2. Pelajaran dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa kesetiakawanan sosial
dan rasa tanggung jawab
3. Jika mengharapkan partisipasi kolektif dalam mengambil suatu
keputusan
4. Apabila dimaksudkan untuk mendapatkan keterampilan tertentu sehingga
diharapkan mahasiswa mendapatkan bekal pengalaman yang berharga,
setelah mereka terjun ke dalam masyarakat kelak
5. Dapat menghilangkan malu, dimana bagi mahasiswa yang tadinya
mempunyai sifat malu dan takut dalam berhadapan dengan sesamanya
dan masyarakat dapat berangsur-angsur hilang, menjadi terbiasa dan
terbuka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
6. Untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa
sehingga amat berguna bagi kehidupan dan masa depannya kelak,
terutama yang berbakat bermain drama, lakon dsb.
7. Untuk meningkatkan kemampuan penalaran peserta didik secara lebih
kritis dan detail dalam pemecahan masalah.
8. Untuk meningkatkan pemahaman konsep dari materi yang diajarkan.

2.3 Kelebihan dan Kekurangan MetodePembelajaran Role Play

Metode bermain peran (role play) mempunyai beberapa kelebihan dan


juga mempunyai beberapa kelemahan antara lain adalah sebagai berikut :

a. Kelebihan
Kelebihan metode Role Play melibatkan seluruh mahasiswa
berpartisipasi, mempunyai kesempatan untuk memajukan
kemampuannya dalam bekerja sama. Mahasiswa juga dapat belajar
menggunakan bahasa dengan baik dan benar. Selain itu, kelebihan
metode ini adalah, sebagai berikut:
1. Mahasiswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara
utuh.
2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat
digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
3. Dosen dapat mengevaluasi pengalaman mahasiswa melalui
pengamatan pada waktu melakukan permainan.
4. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan
mahasiswa. Disamping merupakan pengaman yang
menyenangkan yang saling untuk dilupakan.
5. Sangat menarik bagi mahasiswa, sehingga memungkinkan
kelas menjadi dinamis dan penuh antusias.
6. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri
mahasiswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan
kesetiakawanan sosial yang tinggi.
7. Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah,
dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di
dalamnya dengan penghayatan mahasiswa sendiri.
8. Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional
mahasiswa, dan dapat menumbuhkan / membuka kesempatan
bagi lapangan kerja 

Menurut Syaiful Sagala (Suharto , 2013:418), kelebihan metode


bermain peran (role play) antara lain :
1. Mahasiswa melatih dirinya untuk memahami dan mengingat
isi bahan yang akan diperankan.
2. Mahasiswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif
3. Bakat yang terdapat pada mahasiswa dapat dipupuk sehingga
dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni peran di
sekolah.
4. Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan
sebaik-baiknya.
5. Mahasiswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan
membagi tanggungjawab dengan sesamanya
6. Bahasa lisan mahasiswa dibina dengan baik agar mudah
dipahami orang.

Kemudian menurut Adelia Vera (Vera , 2012: 128-129), metode


bermain peran memiliki kelebihan diantaranya :
1. Dapat menjabarkan pengertian (konsep) dalam bentuk praktik
dan contoh-contoh yang menyenangkan.
2. Dapat menanamkan semangat peserta didik dalam
memecahkan masalah ketika memerankan skenario yang
dibuat.
3. Dapat membangkitkan minat peserta didik terhadap materi
pelajaran yang diajarkan.
4. Permainan peran bisa pula memupuk dan mengembangkan
suatu rasa kebersamaan dan kerjasama antar peserta didik
ketika memainkan sebuah peran.
5. Keterlibatan para peserta permainan peran bisa menciptakan
baik perlengkapan emosional maupun intelektual pada masalah
yang dibahas.

b. Kekurangan
1. Metode bermain peranan memerlukan waktu yang relatif
panjang/banyak.
2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak
dosen maupun mahasiswa dan tidak semua dosen memilikinya.
3. Kebanyakan mahasiswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa
malu untuk memerankan suatu adegan tertentu
4. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami
kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi
sekaligus berarti tujuan pembelajaran tidak tercapai.
5. Tidak semua materi pembelajaran dapat disajikan melalui metode
ini.
6. Sebagian besar mahasiswa yang tidak mengikuti role play akan
menjadi kurang aktif.
7. Kelas lain sering terganggu oleh suara pemain dan penonton yang
kadang-kadang bertepuk tangan

2.4 Langkah – Langkah MetodePembelajaran Role Play

Langkah-Langkah metode roleplay menurut Shaftel (1967):


1. Menghangatkan suasana dan memotivasi peserta
Menghangatkan suasana kelompok termasuk mengantarkan peserta
didik terhadap masalah pembelajaran yang perlu dipelajari. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengidentifikasi masalah, menjelaskan masalah,
menafsirkan cerita dan mengeksplorasi isu-isu, serta menjelaskan peran
yang akan dimainkan.
Tahap ini lebih banyak dimaksudkan untuk memotivasi peserta didik
agar tertarik pada masalah karena itu tahap ini sangat penting dalam
bermain peran dan paling menentukan keberhasilan. Bermain peran yang
akan berhasil apabila peserta didik menaruh minat dan memperhatikan
masalah yang diajukan guru.
2. Memilih peran
Memilih peran dalam pembelajaran, tahap ini peserta didik dan guru
mendeskripsikan berbagai watak atau karakter, apa yang mereka suka,
bagaimana mereka merasakan, dan apa yang harus mereka kerjakan,
kemudian para peserta didik diberi kesempatan secara sukarela untuk
menjadi pemeran.
3. Menyusun tahap-tahap peran
Menyusun tahap-tahap baru, pada tahap ini para pemeran menyusun
garis-garis besar adegan yang akan dimainkan. Dalam hal ini, tidak perlu
ada dialog khusus karena para peserta didik dituntut untuk bertindak dan
berbicara secara spontan.
4. Menyiapkan pengamat
Menyiapkan pengamat, sebaiknya pengamat dipersiapkan secara
matang dan terlibat dalam cerita yang akan dimainkan agar semua peserta
didik turut mengalami dan menghayati peran yang dimainkan dan aktif
mendiskusikannya.
5. Pemeranan
Pada tahap ini para peserta didik mulai beraksi secara spontan, sesuai
dengan peran masing-masing. Pemeranan dapat berhenti apabila para
peserta didik telah merasa cukup, dan apa yang seharusnya mereka
perankan telah dicoba untuk dilakukan. Ada kalanya para peserta didik
keasyikan bermain peran sehingga tanpa disadari telah memakan waktu
yang terlampau lama.Dalam hal ini guru perlu menilai kapan bermain
peran dihentikan.
6. Diskusi dan evaluasi
Diskusi akan mudah dimulai jika pemeran dan pengamat telah
terlibat dalam bermain peran, baik secara emosional maupun secara
intelektual. Dengan melontarkan sebuah pertanyaan, para peserta didik
akan segera terpancing untuk diskusi.
7. Pemeranan ulang
Pemeranan ulang, dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan diskusi
mengenai alternatif pemeranan.Mungkin ada perubahan peran watak yang
dituntut.Perubahan ini memungkinkan adanya perkembangan baru dalam
upaya pemecahan masalah. Setiap perubahan peran akan mempengaruhi
peran lainnya.
8. Diskusi dan evaluasi tahap dua
Diskusi dan evaluasi tahap dua, diskusi dan evaluasi pada tahap ini
sama seperti pada tahap enam, hanya dimaksudkan untuk menganalisis
hasil pemeranan ulang, dan pemecahan masalah pada tahap ini mungkin
sudah lebih jelas.
9. Membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan
Pada tahap ini peserta didik saling mengemukakan pengalaman
hidupnya dalam berhadapan dengan orang tua, guru, teman dan
sebagainya.Semua pengalaman peserta didik dapat diungkap atau muncul
secara spontan.

2.5 Cara Evaluasi Hasil Dari Metode Pembelajaran Role Play

Evaluasi dalam metode pembelajaran role play adalah dengan


melakukan penilaian pada akhir kegiatan dilakukan. Penilaian dapat
dilakukan terhadap bagaimana siswa memerankan karakter atau tokoh dalam
skenario.Untuk siswa yang menonton peragaan, dapat dinilai dari
kemampuan mereka menginterprestasikan skenario yang telah disajikan.
Kemudian bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain dalam
mengkomunikasikan isi dari skenario yang ditampilkan. Penilaian dapat pula
dilakukan dengan meminta mereka menulis sebuah tulisan pendek yang
sifatnya reflektif. Dan tentu saja penilaian mengacu kepada tujuan
pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai siswa melalui kegiatan role play
tersebut.
Keberhasilan model pembelajaran bermain peran atau role play
tergantung pada kualitas permainan peran (enacment) yang diikuti oleh
analisis terhadapnya.Di samping itu tergantung pula pada persepsi siswa
tentang peran yang dimainkan terhadap situasi yang nyata (real life situation).
(Mulyasa, 2014)
Terdapat tiga hal yang menentukan kualitas dan keefektifan bermain
peran (role play) sebagai metode pembelajaran, yakni (1) kualitas pemeranan,
(2) analisis dalam diskusi, (3) pandangan peserta didik terhadap peran yang
ditampilkan dibandingkan dengan situasi kehidupan nyata.
Menurut Shaftel (1967) mengemukakan sembilan tahap role play yang
dapat dijadikan pedoman dalam pembelajaran: (1) menghangatkan suasana
dan memotivasi peserta didik, (2) memilih pasrtisipan/peran, (3) menyusun
tahap-tahap peran, (4) menyiapkan pengamat, (5) pemeranan, (6) diskusi dan
evaluasi, (7) pemeranan ulang, (8) diskusi dan evaluasi tahap dua, (9)
membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan. Kesembilan tahap tersebut
dijelaskan sebagai berikut.
Menghangatkan suasana kelompok termasuk mengantarkan peserta
didik terhadap masalah pembelajaran yang yang perlu dipelajari. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengidentifikasi masalah, menjelaskan masalah,
menafsirkan cerita dan mengeksplorasi isu-isu, serta menjelaskan peran yang
akan dimainkan. Masalah dapat diangkat dari kehidupan peserta didik, agar
dapat merasakan masalah itu hadir di hadapan mereka, dan memiliki hasrat
untuk mengetahui bagaimana masalah yang hangat dan aktual, merangsang
rasa ingin tahu peserta didik, serta mun gkin sebagai alternatif pemecahan.
Tahap ini lebih banyak dimaksudkan untuk memotivasi peserta didik agar
tertarik pada masalah karena itu tahap ini sangat penting dalam role play dan
paling menentukan keberhasilan. Role play akan berhasil apabila peserta
didik menaruh minat dan memperhatikan masalah dan memperhatikan
masalah yang diajukan guru.
Memilih pasrtisipan/peran dalam pembelajaran, tahap ini peserta didik
dan guru mendeskripsikan berbagai watak atau karakter, apa yang mereka
suka, bagaimana mereka merasakan, dan apa yang harus mereka kerjakan,
kemudian para peserta didik diberi kesempatan secara sukarela untuk menjadi
pemeran. Jika peserta didik tidak mau maka guru dapat menunjuk salah
seorang peserta didik yang mampu memerankan posisi terntentu.
Menyusun tahap-tahap baru, pada tahap ini para pemeran menyusun
garis-garis besar adegan yang akan dimainkan. Dalam hal ini, tidak perlu ada
dialog khusus karena para peserta dituntuk untuk bertindak dan berbicara
secara spontan. Guru membantu peserta didik menyiapkan adegan-adegan
dengan mengajukan pertanyaan. Persiapan ini penting untuk menciptakan
suasana yang menyenangkan bagi seluruh peserta didik, dan mereka siap
untuk memainkannya.
Menyiapkan pengamat, sebaiknya pengamat dipersiapkan secara
matang dan terlibat dalam cerita yang akan dimainkan agar semua peserta
didik turut mengalami dan menghayati peran yang dimainkan dan aktif
mendiskusikannya.
Tahap pemeranan, pada tahap ini para peserta didik mulai beraksi
secara spontan, sesuai dengan peran masing-masing.Mereka berusaha
memainkan setiap peran seperti benar-benar dialaminya.Pemeranan cukup
dilakukan secara singkat sesuai tingkat kesulitan dan kompleksitas masalah
yang diperankan serta jumlah peserta didik yang dilibatkan, tak perlu
memakan waktu yang terlalu lama. Pemeranan dapat berhenti apabila peserta
didik telah merasa cukup dan apa yang seharusnya mereka perankan telah
dicoba lakukan. Dalam hal ini guru perlu menilai kapan bermain peran
dihentikan.Sebaliknya pemeranan dihentikan saat terjadinya permasalahan
untuk didiskusikan.
Diskusi dan evaluasi pembelajaran, diskusi akan mudah dimulai jika
pemeran dan pengamat telah terlibat dalam role play, baik secara emosional
maupun intelektual. Dengan melontarkan sebuah pertanyaan, para peserta
didik akan segera terpancing untuk melakukan diskusi. Diskusi dimulai
dengan pengamatan baik/tidaknya peran yang dimainkan, analisis peran yang
ditampilkan, apakah cukup teapat untuk memecahkan masalah yang sedang
dihadapi.
Pemeranan ulang, dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan diskusi
mengenai alternatif pemeranan.Mungkin ada perubahan watak yang dituntut
sebagai perkembangan upaya pemecahan masalah. Setiap perubahan peran
akan mempengaruhi peran lainnya.
Diskusi dan evaluasi tahap dua, pada tahap ini sama dengan tahap
keenam, hanya dimaksudkan untuk menganalisis hasil pemeranan ulang, dan
pemecahan masalah pada tahap ini mungkin lebih jelas dari tahap
sebelumnya.
Membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan, tahap ini tidak
harus menghasilkan generalisasi secara langsung karena tujuan utama role
play ialah membantu peserta didik untuk memperoleh pengalaman melalui
kegiatan interaksional dengan temannya. Hal ini berimplikasi bahwa hal
terpenting dalam role play adalah terjadinya berbagi pengalaman dimana
peserta didik saling mengemukakan pengalaman hidupnya dalam berhadapan
dengan orangtua, guru, teman, dan sebagainya. Semua pengalaman peserta
didik dapat diungkap atau muncul secara spontan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Role play adalah suatu sejenis permainan gerak yang didalamnya


terdapat tujuan, aturan, dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill hadfield
dalam santoso, 2011). Role play ini juga merupakan metode pembelajaran
dengan melakukan permainan peran yang di dalamnya terdapat aturan, tujuan
dan unsur senang dalam melakukan proses belajar mengajar.

Dalam metode pembejaran roleplay ini juga memiliki kelebihan dan


kekurangan, kelebihan metode Role Play melibatkan seluruh mahasiswa
berpartisipasi, mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya
dalam bekerja sama. Mahasiswa juga dapat belajar menggunakan bahasa
dengan baik dan benar selain itu kelebihan metode roleplay ini adalah sebagai
berikut Mahasiswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.

Langkah-langkah metode role play menurut shaftel (1967) adalah:


menghangatkan dan memotivasi peserta, memilih peran, menyusun tahap-
tahap peran, menyiapkan pengamat, pemeranan, diskusi dan evaluasi,
pemeranan ulang, diskusi dan evaluasi tahap dua, membagi pengalaman dan
mengambil kesimpulan, dan bahasa lisan mahasiswa dibina dengan baik agar
mudah dipahami orang.

Sedangkan kelemahan dalam metode role play ini adalah sebagai


berikut :

1. Metode bermain peran memerlukan waktu yang relative panjang


2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak dosen
maupun mahasiswa dan tidak semua dosen memilikinya.
3. Kebanyakan mahasiswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu
untuk memerankan suatu adegan tertentu.
4. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain peran mengalami
kegagalan bukan saja memberi kesan yang kurang baik, tetapi
sekaligus berarti tujuan pembelajaran tidak tercapai.
5. Tidak semua materi pembelajaran dapat disajikan melalui metode ini.
6. Sebagian besar mahasiswa yang tidak mengikuti roleplay akan menjadi
kurang katif.

Evaluasi dalam metode pembelajaran role play adalah dengan


melakukan penilaian pada akhir kegiatan dilakukan. Penilaian dapat
dilakukan terhadap bagaimana siswa memerankan karakter atu tokoh dalam
scenario.Untuk siswa yang menonton peragaan, dapat dinilai dari kemampuan
mereka menginterpretasikan scenario yang telah disajikan. Kemudian
bagaimana mereka berinteraksi dengan pemeran yang lain. Penilaian juga
dapat dilakukan dengan menyuruh mereka membuat tulisan pendek yang
bersifat reflektif dan tentu saja mengacu pada tujuan pembelajaran yang
diharapkan melalui kegiatan role play tersebut.

Keberhasilan model pembelajaran bermain peran atau role play


tergantung pada kualitas permainan peran (enacment) yang diikuti oleh
analisis terhadapnya. Di samping itu tergantung pula pada persepsi siswa
tentang peran yang dimainkan terhadap situasi yang nyata (real life situati
DAFTAR PUSTAKA

http://edusogem.blogspot.co.id/2010/11/kelebihan-dan-kekurangan-role-
playing.html

http://www.academia.edu/8748398/
Metode_Pembelajaran_Bermain_Peran_Role_Playing_

Santoso, Ras Budi Eko. 2011. Model Pembelajaran Role Playing, (Online),
http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-
roleplaying.html,diakses 13 maret 2017.

Mulyasa, E. 2014.Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013.Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya.
Skillbeck, Malcolm. 1976. School Based Curiculum Development and Teacher
Education. Mimeograph: OECD.

Anda mungkin juga menyukai