Anda di halaman 1dari 22

RUMPUN MODEL

PEMBELAJARAN
SOCIAL INTERACTION
(INTERAKSI SOSIAL)
Created by:
1. Mamat Slamet
2. Nurhanan
3. Anggun Apriliani
4. Uum Usmayati

Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Majalengka
2020
Social Interaction (Interaksi Sosial)
Interaksi Sosial (Social Interaction) adalah suatu model pembelajaran
yang menekankan terbentuknya hubungan personal dan sosial
kemasyarakatan diantara peserta didik. Karena pada dasarnya pendidikan
adalah untuk mempersiapkan warga negara yang akan mengembangkan
tingkah laku demokratis yang terpadu, baik dalam tataran pribadi maupun
sosial serta meningkatkan taraf kehidupan yang berbasis demokrasi sosial
yang produktif.

Model Interaksi sosial didasarkan pada dua hipotesis pokok, yaitu :


1. Masalah-masalah sosial dapat diredam dan dipecahkan melalui
musyawarah bersama melalui proses-proses sosial yang melibatkan
berbagai kelompok masyarakat.
2. Proses sosial yang demokratis perlu dikembangkan dalam upaya
perbaikan sistem kehidupan sosial masyarakat secara terarah dan
berkesinambungan.

Macam-macam model pembelajaran interaksi sosial diantaranya,


Investigasi Kelompok (Group Investigation), Bermain Peran (Role Playing),
Pembelajaran Yurisprudensi (Jurisprudential Inquiry), Latihan Laboratoris
(Laboratory Training), Simulasi Sosial (Social Simulation) dan Inkuiri Sosial
(Social Inquiry)
Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Investigasi kelompok merupakan sarana untuk memajukan dan membimbing
keterlibatan siswa di dalam proses pembelajaran. Dalam investigasi
kelompok, kebermaknaan pembelajaran sangat bergantung pada aspek
kebutuhan-kebutuhan siswa dalam memperoleh dan mengembangkan
domain kognitif, nilai-nilai (value), serta pengalaman belajar mereka dapat
terpenuhi secara optimal melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan
di sekolah.

Pembelajaran investigasi kelompok yang di dalamnya sangat menekankan


vitalnya komunikasi yang bebas dan saling bertukar (sharing) pengalaman
yang dimiliki akan memberikan lebih banyak manfaat dibandingkan jika
mereka melakukan tugas secara sendiri-sendiri.

Joyce, Weil dan Calhoun (2000: 16) mengungkapkan bahwa model


investigasi kelompok dapat digunakan untuk membentangkan permasalahan
amoral dan sosial yang terjadi di lingkungan siswa, selanjutnya siswa dapat
diorganisasikan dengan teknik melakukan penelitian bersama atau
cooperative inquiry terhadap masalah-masalah sosial dan moral, maupun
masalah akademis.
Sintak

1. Mengidentifikasi topik serta mengatur ke dalam kelompok berdiskusi. Pada


tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menampilkan gambar yang
berhubungan dengan topik teks eksplanasi, peserta didik mengidentifikasi
topik dan berkelompok sesuai dengan topik yang dipilih.
2. Merencanakan tugas yang akan dipelajari. Pada tahap ini guru membantu
peserta didik untuk merencanakan tugas yang akan dipelajari, yaitu
memandu mempelajari topik-topik yang sudah dipilih peserta didik.
3. Melaksanakan investigasi. Pada tahap ini guru menampilkan masing-masing
topik terkait dengan teks eksplanasi, kemudian peserta didik melaksanakan
investigasi secara berkelompok.
4. Menyiapkan laporan akhir. Pada tahap ini guru memberikan instruksi kepada
peserta didik untuk menyiapkan laporan akhir/ menyusun teks eksplanasi
berdasarkan topik yang sudah diinvestigasi.
5. Mempresentasikan laporan akhir. Pada tahap ini guru memandu peserta
didik untuk melaksanakan presentasi laporan akhir/hasil menyusun teks
eksplanasi secara berkelompok.
6. Evaluasi. Pada tahap ini guru memandu proses evaluasi yaitu pemberian
umpan balik antarkelompok.
Kekurangan dan Kelebihan
Kelebihan model grup investigasi, melatih siswa untuk mendesain suatu
penemuan, berpikir dan bertindak kreatif, memecahkan masalah yang dihadapi
secara realitas, menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, merangsang
perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi.

Sedangkan kekurangan model grup investigasi, membutuhkan keaktifan


anggota kelompok dalam melakukan evaluasi, peserta yang pasif akan
mempengaruhi seluruh kinerja anggota yang lain, sehingga menyulitkan mereka
ketika melakukan kegitan menulis. Dengan kerja kelompok, akan mendukung
siswa yang malas untuk bergantung pada anggota kelompoknya.
Bermain Peran (Role Playing)
Role Playing merupakan sebuah model pembelajaran yang didasarkan pada
perspektif pendidikan individu maupun interaksi sosial. Model ini mengakomodasi
kebutuhan tiap-tiap siswa untuk dapat menemukan makna pribadinya dalam
jagat sosial mereka dan menunjang cara memecahkan masalah/dilema pribadi
dengan dukungan golongan sosialnya. Dalam dimensi sosial model ini membantu
memudahkan individu untuk bekerjasama menganalisis keadaan sosial,
khususnya masalah antarmanusia. Model ini juga membantu dalam proses
pengembangan sikap sopan dan demokratis dalam menghadapi masalah.

Sintak

1. Menghangatkan Suasana dan Memotivasi Peserta Didik. Motivasi merupakan


dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan
demi mencapai tujuan tertentu. Tahap ini lebih banyak dimaksudkan untuk
memotivasi peserta didik agar tertarik pada masalah karena itu tahap ini
sangat penting dalam bermain peran dan paling menentukan keberhasilan.
2. Memilih Peran. Memilih peran dalam pembelajaran, tahap ini peserta didik
dan guru mendiskripsikan berbagai watak atau karakter, apa yang mereka
suka, bagaimana mereka merasakan, dan apa yang harus mereka kerjakan,
kemudian para peserta didik diberi kesempatan secara sukarela untuk
menjadi pemeran.
3. Menyusun Tahap-Tahap Peran. Menyusun tahap-tahap baru, pada tahap ini para
pemeran menyusun garis-garis besar adegan yang akan dimainkan.
4. Menyiapkan Pengamat. Menyiapkan pengamat, sebaiknya pengamat dipersiapkan
secara matang dan terlibat dalam cerita yang akan dimainkan agar semua peserta
didik turut mengalami dan menghayati peran yang dimainkan dan aktif
mendiskusikannya.
5. Pemeran. Pada tahap ini para peserta didik mulai beraksi secara spontan, sesuai
dengan peran masing-masing, pemeran dapat berhenti apabila para peserta didik
telah merasa cukup.
6. Diskusi dan Evaluasi. Setelah melakukan peran, langkah berikut adalah analisis
dari bermain peran tersebut. Para pemain diminta untuk mengemukakan perasaan
mereka tentang peran yang dimainkan, demikian pula dengan peserta yang lain.
Diskusi dimulai dengan melontarkan sebuah pertanyaan, para peserta didik akan
segera terpancing untuk diskusi.
7. Membagi Pengalaman dan Mengambil Kesimpulan. Pada tahap ini peserta didik
saling mengemukakan pengalaman hidupnya dalam berhadapan dengan orang
tua, guru, teman dan sebagainya. Semua pengalaman peserta didik dapat
diungkap atau muncul secara spontan.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan Bermain Peran
1. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa, di samping
menjadi pengalaman yang menyenangkan juga memberi pengetahuan yang
melekat dalam memori otak.
2. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan membuat kelas menjadi
dinamis dan antusias.
3. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta
menumbuhkan rasa kebersamaan.
4. Siswa dapat terjun langsung untuk memerankan sesuatu yang akan dibahas
dalam proses belajar.
 
Kekurangan Bermain Peran
5. Role playing memerlukan waktu yang relatif panjang/banyak.
6. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun
siswa dan ini tidak semua guru memilikinya.
7. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk
memerankan suatu adegan tertentu.
8. Apabila pelaksanaan role playing atau bermain peran mengalami kegagalan,
bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan
pembelajaran tidak tercapai.
9. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.
Pembelajaran Yurisprudensi (Jurisprudential Inquiry)
Pada mulanya model ini merupakan studi kasus dalam proses peradilan yang
selanjutnya diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Dalam model
ini para peserta didik sengaja dilibatkan dalam ragam permasalahan sosial yang
menuntut pabrikasi kebijakan pemerintah yang diperlukan serta pelbagai macam
pilihan untuk mengatasi isu sosial tersebut, misalnya tentang konfrontasi moral,
intoleransi dan tingkah laku sosial lainnya. Model ini juga didasarkan atas konsep
tentang keberagaman masyarakat dalam menafsir perbedaan-perbedaan
paradigma dan prioritas bahkan konfrontasi nilai antara seseorang dengan yang
lain. Untuk mengatasai masalah yang komplek terutama tentang isu-isu yang
kontrofersial maka menuntut warga negara untuk dapat berbicara satu sama lain,
dapat bernegosiasi mengenai perbedaan-perbedaan dalam masyarakat tersebut.
Model ini potensial untuk digunakan dalam kajian bidang studi yang membahas
tentang isu-isu kebijaksanaan umum atau berkaitan dengan kebijaksanaan umum,
termasuk yang berkenaan dengan isu-isu atau konflik moral dalam kehidupan
sehari-hari.
Sintak
1. Orientasi terhadap kasus
a) Guru memperkenalkan kasus kepada siswa atau isu terbaru dengan bercerita,
memutar film atau mengambarkan kejadian hangat yang terjadi dalam masyarakat.
b) Guru mengkaji ulang data yang menggambarkan kasus.
2. Mengidentifikasi kasus
Siswa mensintesis fakta kedalam isu yang dihadapi, mengaitkan dengan isu
umum dan mengidentifikasi nilai-nilai yang terlibat
3. Menentukan sikap
Siswa diminta untuk mengambil posisi mengenai isu tersebut dan menyatakan
sikap menerima atau menolak.
4. Mengeksplorasi contoh dan argumentasi terhadap sikap
Siswa diminta menggali lebih dalam sikapnya dengan mengeksplorasi contoh
dengan memberikan argumen logis dan rasional. Guru memberikan pertanyaan-
pertanyaan konfrontatif kepada siswa tentang sikapnya. Siswa diuji konsistensi
sikapnya dengan mempertahankan sikap dengan argumennya.
5. Memperhalus dan mengkualifikasi posisi
Jika argumen kuat, logis dan rasional maka siswa akan mempertahankan
sikapnya (konsisten) dan posisi siswa dapat berubah (inkonsisten) jika argumen tidak
kuat.
6. Menguji asumsi-asumsi factual dibalik posisi yang dianggap memenuhi kualifikasi
Guru mendiskusikan apakah argumentasi yang digunakan untuk mendukung
sikap relevan atau valid.
Kelebihan dan Kelemahan

Kelebihan model
1. Memotivasi siswa untuk aktif menganalisis sebuah kasus sehingga tidak mudah
menentukan sikap dan menyimpulkan tanpa dasar.
2. Memotivasi siswa untuk berdebat secara aktif dan memberi argumen logis dan
rasional, sehingga meningkatkan kemampuan verbal siswa.
3. Mengembangkan keterbukaan dan menghargai perbedaan pendapat
4. Mengembangkan pengetahuan dan wawasan siswa tentang sebuah kasus
5. Banyak isu sosial yang berkembang dalam masyarakat sehingga model ini
mudah diterapkan untuk setiap kompetensi dasar.

Kelemahan model
6. Membutuhkan implementasi yang cukup lama karena perubahan metode
pembelajaran sebelumnya yang tidak menuntut keaktifan siswa.
7. Sulit untuk mengarahkan argumentasi siswa pada awalnya karena tidak semua
siswa mempunyai pengetahuan yang cukup sehingga tidak menutup
kemungkinan terjadi debat kusir.
Latihan Laboratoris (Laboratory Training

Tahun 1947di Bethel, Maine, pelatihan laboratoris atau sering disebut T-Group
muncul sebagai bentuk perhatian terhadap meningkatnya perubahan individu
dan sosial dalam masyarakat modern dan untuk memperbarui dan
meningkatkan metade yang memfasilitasi respon individu dan untuk mengontrol
perubahan yang terjadi.

Perubahan tersebut antara lain emosi, kepercayaan, norma, kebutuhan,


kebiasaan, pola interaksi dan lain-lain. Perubahan didalam masyarakat
menimbulkan permintaan personal/ individu dan sosial dan untuk menghindari
kegagalan individu membutuhkan keintregasian aspek kognitif dan emosi
sejalan dengan aspek personal dan sosial. Kemampuan untuk hidup dalam
keambiguan (ketidak jelasan), perubahan, bekerja sama dan berdaya cipta
sosial adalah kebutuhan dan keefektifan keanggotaan sosial. Apa yang
dibutuhkan adalah sebuah model pembelajaran yang menyediakan rehabilitasi
individu dan rekon struksi sosial.
Sintak

· Kegiatan awal
- Mengecek kehadiran siswa.
- Mengkondisikan kelas
- Menjelaskan tujuan pembelajaran
- Pretest
- Apersepsi dengan bertanya jawab tentang peristiwa di Negara lain dapat kita
saksikan dengan cara bagaimana?
· Kegiatan inti
- Guru menampilkan suatu kasus tentang globalisasi
- Siswa memberi respon tentang kasus yang diajukan oleh guru
- Guru mengajukan pertanyaan untuk memancing siswa mengeluarkan
pendapat yang bertolak belakang
- Guru mengajukan pertanyaan agar semua siswa ikut terlibat dalam diskusi
- Siswa menunjukkan situasi yang peduli kepada orang lain
- Siswa diminta untuk menilai diri sendiri
· Kegiatan Penutup
- Siswa diminta merumuskan kesimpulan yang berkaitan dengan Pembelajaran
- Guru meluruskan kesimpulan yang telah dirumuskan oleh siswa
- Post test
Kelebihan dan Kelemahan
Kelebihan :
1. Meningkatkan pemahaman terhadap dinamika kelompok
2. Meningkatkan pemahaman proses ssial dengan berinteraksi didalam
kelompok.
3. Meningkatkan keterampilan interpersonal.
4. Meningkatkan kemampuan menerima umpan balik.

Kelemahan:
5. Membutuhkan waktu pembelajaran yang lebih l;ama.
6. Membutuhkan guru atau pembimbing yang berpengalaman.
7. Adanya dominasi individu dalam kelompok.
8. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
Simulasi Sosial (Social Simulation)

Simulasi artinya berpura-pura atau berbuat seolah-olah, atau perbuatan yang


berpura-pura (Abimanyu, 1990:78). Simulasi dapat digunakan untuk melakukan
proses tingkah laku secara imitasi. Metode ini dirancang untuk membantu siswa
mengalami bermacam-macam proses dan fenomena sosial untuk menguji
reaksi mereka. Pembelajaran simulasi cenderung objeknya bukan benda atau
kegiatan sebenarnya, melainkan kegiatan bersifat pura-pura. Dalam
pembelajaran, siswa dibina kemampuannya berkaitan dengan keterampilan
berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok. Selain itu, dalam simulasi
siswa diajak bermain peran beberapa perilaku yang dianggap sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
Dalam simulasi siswa dapat :
a. Mencoba menempatkan diri atau berperan sebagai tokoh atau pribadi
tertentu, misalnya sebagai pahlawan, petani, dokter atau guru, serta siswa di
latih menghargai jasa dan peranannya.
b. Berperan sebagai bennda-benda misalnya berpura-pura sebagai gunung,
pohon, angin atau awan.
Sintaks
1. Persiapan simluasi, yang meliputi :
a) Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai dalam simluasi.
b) Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan.
c) Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang harus
dimainkan oleh para pemeran serta waktu yang akan disediakan.
d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa
yang terlibat dalam pemeranan simulasi.
2. Pelaksanaan simulasi meliputi:
a) Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran
b) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian
c) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan
d) Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak, hal ini dimaksudkan untuk
mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan
3. Kegiatan penutup meliputi:
a) Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita yang di
simulasikan. Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan
tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.
b) Merumuskan kesimpulan.
Kelebihan dan Kelemahan
Kelebihan :
1. Simulasi dapat dijadikan bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang
sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat maupun menghadapi
dunia kerja.
2. Simulasi dapat mengembangkan kreatifitas siswa, karena melalui simulasi siswa
diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang
disimulasikan.
3. Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa
4. Memperkaya pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan dalam
menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
5. Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.

Kelemahan:
6. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan
kenyataan dilapangan
7. Pengelolaan yang kurang baik , simulasi sering dijadikan sebagai alat hiburan ,
sehingga tujuan pembeljaran menjadi terabaikan.
8. Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering mempemgaruhi siswa dalam
melakukan simulasi.
 
Inkuiri Sosial (Social Inquiry)

Inkuiri sosial pada hakekatnya merupakan model pembelajaran yang


menekankan kepada pengalaman siswa untuk memecahkan suatu masalah
sosial melalui langkah-langkah dan prosedur pemecahan masalah yang
didasarkan kepada fakta-fakta yang ada. Hal ini berarti dengan inkuiri sosial
siswa di tuntut untuk mencari dan menemukan jawaban atau kesimpulan dari
pertanyaan yang dipermasalahkan.

Adapun karakteristik model inkuiri sosial dalam pembelajaran yaitu :


1. Adanya aspek (masalah) sosial dalam kelas yang dianggap penting dan
dapat mendorong terciptanya diskusi kelas. Sehingga dengan adanya
diskusi mendorong aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, artinya pembelajaran ini menempatkan siswa sebagai subyek
belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai
penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka
berperan mencari dan menemukan jawaban atau kesimpulan dari masalah
sosial.
2. Adanya rumusan hipotesis sebagai fokus untuk inkuiri.
3. Penggunaan fakta sebagai pengujian hipotesis, artinya data-data sebagai
penguji hipotesis yang telah dirumuskan haruslah berdasarkan fakta atau
kenyataan yang ada disekitar.
Sintak
1. Tahap Orientasi, merupakan langkah pertama untuk membina suasana/iklim
pembelajaran yang responsif.
a) Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh
siswa.
b) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai
tujuan.
c) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.
2. Tahap Merumuskan Masalah, merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki.
a) Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa.
b) Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya
pasti.
c) Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih
dahulu oleh siswa.
3. Tahap Merumuskan Hipotesis, hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu
permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya.
4. Tahap Eksplorasi/Mengumpulkan Data, merupakan aktivitas menjaring informasi
yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
5. Tahap Menguji Hipotesis, merupakan proses menemukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data.
6. Tahap Generalisasi/Merumuskan Kesimpulan, merupakan proses mendeskripsikan
temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Kelebihan dan Kelemahan
Kelebihan :
1. Merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek
kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui
model ini dianggap lebih bermakna.
2. Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar
mereka.
3. Merupakan model yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar
modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat
adanya pengalaman.
4. Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata artinya
siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa
yang lemah dalam belajar.

Kelemahan:
5. Sulitnya mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa pada saat menggunakan
model pembelajaran ini.
6. Sulitnya dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan
kebiasaan siswa dalam belajar.
7. Memerlukan waktu yang panjang dalam penerapannya sehingga guru sering sulit
menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
 
Dari beberapa model
pembelajaran yang
berada pada Rumpun
Model Pembelajaran
Social Interaction atau
Interaksi Sosial, kami
merekomendasikan
Model Pembelajaran
Group Investigation atau
Investigasi Kelompok.
Terima Kasih

Wassalamualaikum
Warahmatullahi
Wabarakatuh

Anda mungkin juga menyukai