Anda di halaman 1dari 15

BAGIAN I

A. LATAR BELAKANG

Dalam pembelajaran berbasis nilai-nilai sosial, siswa diajak untuk


dapat memberikan peranan baik dalam bersikap dan berperilaku yang
dapat menggali nilai-nilai sosial di masyarakat. Dengan bermain peran
siswa dapat mengeksplorasi masalah-masalah tentang hubungan antar
manusia dengan cara memainkan peran dalam situasi permasalahan
kemudian  siswa dapat mendiskusikan, mengungkapkan perasaan,
tingkah laku, nilai-nilai dan strategi pemecahan masalah.
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan
pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan
memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini
pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada
apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing:
Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai
kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.
Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan
dalam situasi dan waktu yang berbeda. Guru dapat mengevaluasi
pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan
permainan. Permainan merupakan pengalaman belajar yang
menyenangkan bagi anak.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Kajian tentang Nilai-Nilai, Role Playing Dan Pendidikan
Kebijakan Publik.
BAGIAN II
PEMBAHASAN

A. Kajian Tentang Nilai-Nilai, Role Playing dan Pendidikan Kebijakan


Publik
Pembelajaran nilai-nilai ini adalah puncak program pengajaran
yang berbasis nilai-nilai sosial.
Cara dalam pembelajaran nilai dimulai dengan:
1. Sebuah kondisi permasalahan dalam kehidupan siswa serta
menjelaskan bagaimana nilai yang ada dalam diri mereka dapat
menentukan tingkah laku dan menumbuhkan kesadaran siswa
terhadap nilai-nilai moral. Efek langsungnya adalah merupakan
pemahaman terbaik siswa mengenai sikap empati terhadap
perbedaan-perbedaan nilai moral saat berinteraksi dengan orang lain.
Efek langsung lainnya adalah strategi untuk memecahkan konflik
dalam model yang tetap menghargai perbedaan sudut pandang tanpa
mengabaikan kebutuhan nilai-nilai kemanusiaan universal.
2. Penelitian hukum, menggiring kita pada dunia nilai yang dipakai dalam
hal kebijakan publik. Perdebatan mengenai kebijakan publik perlu
diperhitungkan sebab kebijakan publik membutuhkan nilai-nilai yang
seimbang. Penelitian hukum menumbuhkan sensitivitas siswa
terhadap isu publik dan berbagai cara dalam mengenali serta
menyeimbangkan nilai-nilai demi mendapatkan solusi yang dicari.
Sebagai contoh, perdebatan apakah warga sipil boleh memiliki sejata
api, akan menggiring nilai-nilai yang mendukung kebebasan pribadi
yang bertentangan dengan kebijakan kepemilikan senjata yang hanya
diperbolehkan untuk warga militer.
 
B. DASAR PEMIKIRAN

Dasar  pemikiran dalam bermain peran (role playing) adalah


sebagai berikut:
1. Siswa mengeksplorasi masalah-masalah tentang hubungan antar
manusia dengan cara memainkan peran dalam situasi permasalahan.
2. Mendiskusikan peraturan-peraturan sesuai dengan peraturan yang
berlaku di masyarakat.
3. Secara bersama-sama, siswa mengungkapkan perasaan, tingkah
laku, nilai dan strategi pemecahan masalah.
  Model pembelajaran bermain peran dalam pembelajaran role play
merupakan salah satu pembelajaran kreatif dan model baru dalam
pemecahan masalah pembelajaran. Peran (role) bias di artikan sebagai
cara seseorang berprilaku dalam posisi dan situasi tertentu. 1
Role Playing merupakan sebuah model pengajaran yang berasal
dari dimensi pendidikan individu maupun sosial. Model ini membantu
siswa untuk menemukan:
1. Makna pribadi dalam dunia sosial.
2. Membantu memecahkan dilema pribadi dengan bantuan kelompok
sosial.

Dalam dimensi sosial, model ini memudahkan individu untuk:


1. Bekerjasama dalam menganalisis keadaan sosial, khususnya masalah
antar manusia.
2. Mewujudkan proses pengembangan sikap sopan dan demokratis
dalam menghadapi masalah.
3. Memerankan bagian yang mutlak dalam perkembangan manusia.
1
Martinia Yamin, Paradigmaa Baru Pembelajaran, (Jakarta: Referensi, 2013), hal. 147-148.
4. Memberikan tawaran penting dalam memecahkan dilema
interpersonal maupun sosial.

C. ORIENTASI MODEL

Tujuan dan Asumsi


Dalam model role playing dimainkan dalam beberapa tindakan berikut:
1. Menguraikan sebuah masalah
2. Memperagakan sebuah masalah
3. Mendiskusikan masalah tersebut
4. Beberapa siswa bertugas sebagai pemeran
5. Beberapa siswa bertugas sebagai peneliti
6. Seseorang menempatkan dirinya sebagai orang lain dan mencoba
berinteraksi dalam peran tersebut
7. Semua rasa empati, simpati, kemarahan dan kasih sayang dilibatkan
dalam peran ini
8. Kata-kata dan tindakan menjadi bahan analisis
9. Setelah kegiatan dalam peran ini selesai, para pemeran peneliti
mendapatkan keputusan dalam upaya-upaya  penyelesiaan situasi
masalah tersebut
 
Esensi role playing
Esensi role playing adalah keterlibatan partisipan dan peneliti
dalam situasi masalah yang sebenarnya dan adanya keinginan untuk
memunculkan resolusi damai serta memahami apa yang muncul dari
keterlibatan tersebut.
 
Peranan proses role playing
Proses role playing berperan untuk:
1. Mengeksplorasi perasaan siswa
2. Menstransfer dan mewujudkan pandangan mengenai perilaku, nilai
dan persepsi siswa
3. Mengembangkan skill pemecahan masalah dan tingkah laku
4. Mengeksplorasi materi pelajaran dalam cara yang berbeda
 
Tujuan-tujuan ini mencerminkan beberapa asumsi mengenai
proses pembelajaran dalam role playing. Role playing secara implisit
menganjurkan sebuah pengalaman yang berbasis pembelajaran yang
terjadi saat ini. Model ini berpandangan bahwa ada kemungkinan untuk
menciptakan analog yang asli dan sama dengan kehidupan yang nyata
dan lewat pengulangan ini siswa dapat memahami dan  merenungkan
contoh kehidupan.
Sebuah asumsi yang berkaitan dalam pembahasan ini bahwa role
playing dapat menggambarkan:
1. Perasaan siswa
2. Intelektual dan emosional siswa
3. Analisis dan diskusi siswa

Dalam role playing sebagai pendidik harus dapat mengarahkan


bagaimana siswa dapat mengenali dan memahami perasaannya masing-
masing serta menyadari bahwa perasaan mereka mempengaruhi perilaku
yang mereka tampakann. Metode ini menuntut guru untuk mencermati
kekurangan dari peran yang diperagakan siswa. 2
Dalam sebuah gagasan, role playing tidak jauh berbeda dengan
asumsi model sinektik. Pada dasarnya, emosi dan gagasan dapat digiring
menuju sebuah kesadaran yang selanjutnya dikembangkan dalam
kelompok.
2
Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran Konstruktivistik, (Jakarta: Referansi, 2012), hal. 109.
Gagasan yang lain, role playing dalam model ini adalah bahwa
proses psikologi secara tersembunyi yang melibatkan perilaku pribadi,
nilai, dan system kepercayaan siswa dapat menumbuhkan semangat
siswa untuk menggabungkan proses pengembangan yang dilakukan
secara spontan dengan analisis yang dilakukannya.
 
D. Konsep Peran
Peran disini berarti rangkaian perasaan, kata-kata dan tindakan.
Role merupakan sebuah alat yang unik dalam berhubungan dengan
orang lain.
Peran individu ditentukan oleh beberapa factor selama beberapa
tahun. Banyak orang merasakan perasaan dan  penilaian mereka secara
gambling mengenai orang lain. Bagaimana beberapa orang ini berperilaku
pada individu dan bagaimana pula masing-masing individu menghayati
perasaannya akan mempengaruhi perasaan dan penilaian terhadap diri
mereka sendiri.
Untuk mendapatkan pemahaman yang cukup memadai mengenai
dirinya dan orang lain, setiap orang haruslah sadar dan menyadari peran
serta bagaimana cara memainkannya.
Konsep peran merupakan salah satu pusat teori dasar dari model
role playing. Ia juga menjadi tujuan utama dalam model ini. Kita harus
mengajari siswa untuk menggunakan konsep ini, untuk memperhatikan
beberapa peran yang berbeda, dan untuk memikirkan tingkah laku diri
mereka sendiri maupun tingkah laku orang lain.
Ada beberapa keuntungan menggunakan pendekatan
instruksional ini di dalam kelas, yaitu pada waktu dilaksanakannya
bermain peran, siswa dapat bertindak dan dan mengekspresikan
perasaan dan pendapat tanpa kekhawatiran mendapat sanksi. Mereka
dapat pula mengurangi dan mendiskusikan isu-isu yang bersifat
manusiawi dan pribadi tanpa ada kecemasan. Bermain peran
memungkinkan para siswa mengidentifikasi situasi-situasi dunia nyata
dan dengan ide-ide orang lain. Identifikasi tersebut mungkin cara untuk
mengubah prilaku dan sikap sebagaimana siswa menerima karakter
orang lain. Dengan cara ini, anak-anak dilengkapi dengan cara yang
aman dan control untuk meneliti dan mempertunjukkan masalah-masalh
di antara kelompok/individu-individu.3
 
E. Model Pengajaran

Struktur
Manfaat role playing bergantung pada kualitas pemeranan dan 
khususnya analisis yang mengiringinya. Manfaat ini juga ditentukan oleh
persepsi siswa mengenai peran yang juga terdapat dalam kehidupan
nyata.
Shaftels berpendapat bahwa role playing terdiri dari sembilan
langkah, yaitu:
1. Memanaskan suasana kelompok
2. Memilih partisipan
3. Mengatur setting tempat kejadian
4. Menyiapkan peneliti
5. Pemeranan
6. Diskusi dan evaluasi
7. Memerankan kembali
8. Berdiskusi dan mengevaluasi
9. Saling berbagi dan mengembangkan pengalaman
 

3
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 2014.
Masing-masing langkah dalam tahap ini memiliki tujuan khusus
yang akan menambah kekayaan hasil model ini serta membantu siswa
untuk fokus pada aktivitas pembelajaran.
Guru memancing sensitivitas kelompok dengan menyajikan sebuah
masalah dan menciptakan iklim yang bersahabat, sehingga siswa-siswa
merasakan bahwa semua pandangan, perasaan, dan tingkah laku dapat
diungkapkan tanpa khawatir akan mendapatkan hukuman, apa pun
bentuk ekspresi tersebut.

Tahapan pada model pembelajaran role playing:

Tahap Pertama: Tahap Kedua: Tahap Ketiga:


Memanaskan Suasana Memilih Partisipan Mengatur setting
Kelompok  Menganalisis peran  Mengatur sesi-sesi
 Mengidentifikasi  Memilih pemain tindakan
dan memaparkan yang akan  Kembali
masalah melakukan peran menegaskan peran
 Menjelaskan  Lebih mendekatkan
masalah pada situasi yang
 Menafsirkan bermasalah
masalah
 Menjelaskan role
playing

Tahap Keempat: Tahap Kelima: Tahap Keenam:


Mempersiapkan Pemeranan Berdiskusi dan
peneliti  Memulai role play Mengevaluasi
 Memutuskan apa  Mengukuhkan role  Mereview
yang  akan dicari pemeranan
(kejadian, posisi,
kenyataan)
 Mendiskusikan
fokus-fokus utama
play  Mengembangkan
 Memberikan tugas  Menyudahi role pemeranan
pengamatan play selanjutnya

Tahap Ketujuh: Tahap Kedelapan: Tahap Kesembilan:


Memerankan kembali Diskusi dan Evaluasi Berbagi dan
 Memainkan peran  Mereview Menggeneralisasi
yang diubah, pemeranan Pengalaman
memberikan (kejadian, posisi,  Menghubungkan
masukan atau kenyataan) situasi yang
alternative perilaku  Mendiskusikan bermasalah
dalam langkah fokus-fokus utama dengan kehidupan
selanjutnya  Mengembangkan di dunia nyata serta
pemeranan masalah-masalah
selanjutnya yang baru muncul.
 Menjelaskan
prinsip umum
dalam tingkah laku

F. Sistem Sosial

Model ini cukup terstruktur. Guru bertanggung dalam memulai


tahap dan membimbing siswa melalui aktifitas pada tiap tahap. Namun,
materi khusus dalam diskusi dan pemeranan ditentukan oleh siswa.
Sistem sosial dalam model ini cukup terstruktur. Guru memiliki
tanggung jawab, paling tidak pada awal permainan, untuk memulai tahap-
tahap dan membimbing siswa melalui aktivitas dalam tiap tahap.
Pertanyaan yang diajukan guru dapat mendorong ekspresi atau
ungkapan yang jujur serta bebas dan menggambarkan perasaan atau
pikiran siswa yang sebenarnya. Guru harus dapat menanamkan kualitas
dan kepercayaan antara dirinya dan siswa-siswanya.
Yang terpenting, walaupun guru reflektif dan supportif, siswa
tetaplah pihak yang berperan mengambil alih atau mengontrol arah
pengajaran.
 
Peran/ Tugas Guru
1. Menerima semua respons siswa dengan tanpa menghakimi
2. Membantu siswa mengeksplorasi berbagai sisi mengenai situasi
permasalahan dan membandingkan beberapa alternatif
3. Meningkatkan kesadaran siswa tentang pandangan serta perasaan
mereka dengan cara membuat refleksi, memparafrase, dan
menyimpulkan respons-respons siswa
4. Menggunakan konsep peran, dan menekankan bahwa ada banyak
cara untuk memainkan peran
5. Menekankan bahwa ada banyak alternatif dalam menyelesaikan
sebuah masalah

G. Sistem Dukungan

Materi yang ada dalam Role Playing sangatlah sedikit, namun


semuanya sama-sama penting. Perangkat utamanya adalah situasi
permasalahan. Situasi ini terkadang membantu dalam membentuk
pengarahan pada setiap peran.pengarahan ini menggambarkan peran
atau perasaan masing-masing karakter. Kadang-kadang, kita juga
mengembangkannya dari peneliti yang memberitahu apa yang harus
dicari dan disediakan wadah untuk kemudian dituliskan.
Role playing adalah model yang berbasis pengalaman dan
mensyaratkan adanya materi dukungan yang tidak terlalu banyak, selain
situasi-situasi permasalahan itu sendiri. Sedangkan model hukum yang
akan dibahas selanjutnya, membutuhkan bahan dan sumber informasi
yang lebih rumit.

H. Model Penelitian Hukum (Jurisprudential Inquiry)

Belajar merespon kebijakan sosial dimana model ini didasarkan


pada konsep mengenai masyarakat yang memiliki pandangan serta
prioritas yang berbeda. Model ini memberikan sebuah kerangka pada
siswa dalam mengembangkan isu-isu kontemporer dalam hal-hal yang
bersifat publik (kasus yang berkaitan dengan isu publik), mengembangkan
proses untuk menghadapi konflik dalam ranah publik, serta menuntun
siswa untuk menguji nilai-nilai yang berkaitan. Berdasarkan hal tersebut
maka model ini sengaja dirancang dan ditujukan untuk siswa yang sudah
cukup tua dan harus dimodifikasi sedemikian rupa untuk bisa digunakan
di SMP dan SMA.

I. Model Pengajaran

1.Struktur Pengajaran
Model dasar penelitian hukum ini didasarkan pada enam tahap yaitu:

1.      Orientasi terhadap kasus


Berupa pengenalan materi dan meninjau kembali fakta
2.      Mengidentifikasi Isu
-          Mensintesiskan fakta-fakta kedalam isu kebijakan publik atau isu-isu
lain
-          Memilih sebuah isu kebijakan dan didiskusikan
-          Mengidentifikasi nilai dan konflik nilai
-          Memperhitungkan fakta dasar dan pertanyaan seputar definisi
3.      Menentukan sikap (memposisikan diri)
-          Menegaskan posisi yang dipilih
-           Mengungkapkan dasar posisi tersebut berdasar pada nilai sosial atau
konsekuensi-konsekuensi keputusan
4.      Mengeksplorasi sikap; bentuk argumentasi
5.      Memperhalus dan mengkualifikasi posisi
6.      Menguji Asumsi-asumsi faktual dibalik posisi yang dianggap memenuhi
kualifikasi

Model ini disusun dengan guru yang memulai serta mengontrol


jalannya diskusi, dengan demikian atmosfir keterbukaan dan intelektual
menjadi sama rata. Peran dan tugas guru disini adalah menetapkan
(mempertahankan) kejelasan dalam hawa intelektual, hal ini untuk
menghindari evaluasi langsung terhadap pendapat siswa, selain itu guru
juga harus melihat bahwa isu yang ada telah dieksplorasi serta menjajaki
dan meneliti inti dari pikiran siswa melalui pertanyaan yang relevan,
spesivitas, keumuman, kejelasan definisi dan kontinuitas.

            Hasil yang diperoleh dari model ini adalah kemampuan untuk
melakukan dialog yang dinamis dengan orang lain, mendidik kapasitas
pengikut sertaan sosial serta merangsang hasrat tindakan sosial. Sistem
pendukung dalam model ini adalah sumber dokumen yang fokus pada
situasi permasalahan serta website yang berisi situs tentang informasi
dan advokasi yang memadai 

J. Sistem sosial

Model ini dapat disusun dengan mudah, dengan guru yang


memulai serta mengontrol jalannya diskusi, Dengan demikian, atmosfir
keterbukaan dan intelektual juga sama-sama merata.

K. Peran / Tugas guru


- Menetapkan ( mempertahankan) kejelasan dalam hawa intelektual
adalah hal yang sangat dihormati; menghindari evaluasi langsung
terhadap pendapat siswa.
- Melihat bahwa semua isu yang ada telah dieksplorasi
- Menjajaki dan meneliti inti dari pikiran siswa melalui pertanyaan yang
relevan, spesivitas, keumuman,kejelasan definisi, dan kontinuitas.

L. Sistem pendukung

Sumber dokumen yang focus pada situasi permasalahan sangatlah


dibutuhkan.

Website adalah bantuan yang sangat berharga, semisal haluan


penelitian yang mencakup situs dengan informasi yang memadai dan
advokasi dalam semua sudut.  

BAGIAN III
PENUTUP

A.  KESIMPULAN

Metode pembelajaran role playing ini merupakan metode


pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif dan siswa ikut berperan
penting dalam pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran role
playing ini dapat membuat suasana belajar menjadi lebih menyenangkan
sehingga memotivasi siswa dan siswa menjadi antusias saat
pembelajaran.

Setiap metode tentu memiliki kelemahan dan kelebihannya asing-


masing begitupun dengan metode pembelajaran role playing ini, oleh
karena itu seorang guru atau pendidik perlu memadukan pembelajaran
role playing ini dengan metode-metode lain sesuai dengan materi atau
standar kompetensi yang hendak dicapai siswa. Dengan demikian selain
dari siswa yang termotivasi untuk belajar, proses pembelajaran
berlangsung sesuai dengan yang di harapkan guru pun akan terbantu
dengan hasil pembelajaran yang memang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA
Martinis Yamin, Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik, Jakarta:
Referansi, 2012.
Martinia Yamin, Paradigmaa Baru Pembelajaran, Jakarta: Referensi, 2013.
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Joyce, Bruce, Weil, Marsha & Calhoun, Emily, terj. Models of Teaching,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Anda mungkin juga menyukai