Anda di halaman 1dari 11

0

Makalah pengembangan model pembelajaran


Tema:
Mengembangkan konsep diri yang positif

Dosen pengampu:
Dr. musa M.Pd

Oleh:
Effendi
Nim: MTP. 13.1746
Non regular II

Teknologi Pendidikan Islam

Pasca SarjanaInstitut Agama Islam Negeri

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi


1

Bab I. Pendahuluan

Dalam proses perkembangan manusia di bidang pendidikan,


terdapat tiga hal yang harus diperhatikan terkait dengan proses
pembelajaran. Pertama mengenai model pembelajaran yang akan
berpengaruh terhadap bagaimana siswa dapat merespon lingkungan
pembelajaran yang berbeda-beda sehingga siswa dapat meningkatkan
kemampuan akademiknya. Kedua,  terkait dengan skill atau ketrampilan
yang dikembangkan siswa, ketrampilan tersebut khususnya dalam dalam
menguasai strategi-strategi belajar. Ketiga, terkait dengan iklim sosial
yakni bagaimana siswa menilai diri mereka sendiri, bagaimana mereka
berinteraksi dengan orang lain, dan bagaimana cara mereka belajar. Jadi,
dalam aktifitas pembelajaran tidak hanya konten akademik namun juga
terdapat konten sosial.
            Proses pembelajaran mempunyai keterkaitan dengan perbedaan
individu, dalam tahap perkembangan individu khususnya dalam kesiapan
belajar terdapat cara yang digunakan untuk menganalisis perbedaan
individu tersebut yakni dengan mengetahui gaya belajar masing-masing.
Selain gaya belajar yang berpengaruh terhadap keberhasilan proses
pembelajaran yakni interaksi antara guru dengan siswa, sensitifitas atau
respon guru terhadap siswa, dan ketrampilan dalam memilih strategi
pembelajaran. Selanjutnya akan dibahas mengenai konsep
perkembangan, aktifitas-aktifitas pembelajaran, konsep diri, dan
mengembangkan sikap belajar siswa.
2

Bab II. Pembahasan

A. Konsep Tentang Kondisi Perkembangan


Sebuah penelitian dilakukan terhadap guru dalam lingkungan
sekolah melalui pemberian quesioner, dan mendapat hasil bahwa selain
adanya partisipasi dalam sistem dukungan formal, interaksi dengan teman
sebaya memiliki implikasi terhadap perkembangan siswa.Sehingga
menimbulkan pembentukan ranah-ranah diantaranya ranah formal, ranah
generasi sebaya, dan ranah pribadi.
1. Ranah Formal (formal)
Dalam ranah formal terkait dengan adanya partisipasi sistem
dukungan formal misalnya kursus, seminar, administrasi dan supervisi.
Dalam mengembangkan ketrampilan dibidang formal, siswa
hendaknya lebih aktif dalam merencanakan tindakan untuk menunjang
proses belajar, misalnya denga mengikuti seminar, kursus dan lain-lain
yang akan memberikan peluang lebih besar untuk berprestasi bahkan
untuk masuk ke perguruan tinggi.
2. Ranah Generasi sebaya (Peer-Generated)
Komunikasi yang terjalin antara siswa dengan guru belum tentu
selalu baik, oleh karena itu diperlukan teman sebaya untuk saling
bertukar informasi.Dengan bergaul dengan orang lain/teman sebaya
diharapkan dapat memunculkan ide/inspirasi tentang membuat suatu
inovasi atau inisiatif dalam mengembangkan dirinya.
3. Ranah Pribadi (Personal)
Terkadang guru hanya aktif dalam satu aspek saja dan
mengabaikan aspek yang lain. Oleh karena itu siswa dituntut untuk
mengembangkan aspek yang kurang tersentuh dengan mengenali dan
menggali sendiri kemampuan yang dimilikinya.
Aktifitas-aktifitas yang dilakukan siswa sejalan dengan ranah-ranah
tersebut, dalam artian semakin aktif siswa maka ia akan semakin
3

berkembang. Dan perbedaan aktifitas yang di lakukan individu


dipengaruhi oleh orientasi dalam lingkungan dan pengaruh sosial. Dalam
proses orientasi di lingkungan, individu yang lebih aktif memiliki banyak
kesempatan untuk berinteraksi dengan lingkungan sehingga mereka lebih
proaktif dalam mencari sesuatu yang ingin mereka capai, sedangkan
individu yang pasif lebih banyak menarik diri dan melindungi diridari
lingkungan sehingga mereka kurang mempunyai inisiatif untuk
berkembang.
Selain orientasi dalam lingkungan, faktor pengaruh sosial juga
menjadi penunjang perkembangan individu. Individu yang hidup di
lingkungan yang didalamnya terdapat iklim social yang baik sehingga
menuntut individu tersebut terlibat aktif dalam berbagai aktifitas akan lebih
berkembang dibandingkan dengan individu yang melakukan segala
sesuatu secara mandiri (tidak ada dukungan dari lingkungan).
B. Tingkatan-tingkatan Aktivitas
Dalam tingkatan aktifitas akan dibahas mengenai prototip-prototip
yang menjelaskan tentang perilaku, merencanakan program
pengembangan staf, dan mengatur eksploitasi guru secara besar-
besaran:
1. A Gourmet Omnivore (Orang yang keinginan terhadap sesuatu nya
sangat besar)
Prototip yang pertama adalah orang dewasa, mereka menyadari
tentang kondisi lingkungan dan bagaimana mengeksploitasinya
sehingga mereka harus memahami kemungkinan-kemungkinan
kejadian yang dapat berpengaruh terhadap kondisi perkembangan
siswa.Mereka membentuk pusat perkumpulan guru, mereka juga
membuat program yang diajukan kepada pembuat kebijakan, dan
mereka memiliki kesadaran berorganisasi.
Prototip yang kedua adalah omnivore (orang yang punya
keinginan kuat terhadap sesuatu), mereka berinteraksi nonformal
dalam lingkungan keluarga dan informal dengan teman sebaya. Dalam
4

kehidupan pribadi, para omnivore mempunyai ciri memiliki tingkat


kesadaran tinggi, yang membedakan dengan omnivore lain yakni
antusiasme mereka untuk terlibat dalam satu bidang tertentu. Misalnya
omnivore pertama merupakan orang yang suka membaca, omnivore
kedua orang yang suka mononton, dll.Hal yang paling mencolok
adalah kebiasaan mereka, baik dalam memanfaatkan maupun dalam
memperkaya diri mereka sendiri yang masing-masing berbeda tiap-tiap
omnivore.Dalam kelompok mereka saling memberi dan menerima dari
kawan sebaya, namun dalam kehidupan pribadi mereka mencari
kesempatan untuk tumbuh berkembang. Yang membedakan lagi
adalah ketekunan, terutama dalam melatih kegemaran mereka yang
dapat ditransfer kepada orang lain dalam tempat kerja. Hal ini
termasuk skill, gagasan yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari
yang dapat diterapkan dalam pola pembelajaran di tempa kerja.  
2. A passive consumer (seorang pemakai yang pasif)
Dari hasil penelitian terdapat 10% consumer aktif dan 70%
consumer pasif.  Karakteristik yang membedakan consumer pasif
adalah tingkat aktivitas mereka yang sangat dipengaruhi oleh siapa
yang hidup bersama mereka (adanya ketergantungan yang tinggi
terhadap konteks sosial terdekat).consumer aktif cenderung dapat
melakukan kegiatan pengembangan meskipun tidak tertera dalam
administrasi. Ciri khas pribadi consumer pasif yaitu, memiliki sikap
yang ramah dan tergantung pada teman atau pasangannya. Jika
mereka memiliki teman atau kelarga yang cenderung aktif maka level
keaktifannya akan meningkat, begitupula sebaliknya.
3. A reticent consumer (seorang pemakai yang segan)
Dari consumer pasif ada 10% dari mereka yang
mengembangkan potensi yang dapat menunda-nunda kesempatan
untuk tumbuh berkembang yang disebut consumer yang segan,
mereka memiliki tujuan namun enggan untuk bernteraksi secara positif
dengan budaya di lingkungan mereka baik dalam seting profesi
5

maupun domestik. Consumer ini memiliki ciri diantaranya hanya mau


berhubungan dengan staf yang tengah dibutuhkan, cukup giat dalam
memproses inisiatif administratif, menghindari aktifitas tindak lanjut,
dan sering menaruh curiga pada kawan sebaya serta cenderung
menyalahkan sistem.
Consumer yang segan tidak terpengaruh oleh konteks sosial
yang instan, merek kurang menyukai omnivore seperti mereka yang
kurang menyukai administrasi.Mereka bahkan menolak untuk
dilibatkan dalam pembuatan keputusan dan tidak berani menetapkan
pilihan, mereka juga cenderung bersikap mencela orang lain, institusi,
dan layanan yang diberikan.Pada kondisi yang normal mereka belajar
memanfaatkan kesempatan yang ada dalam hidupnya.
C. Struktur Konseptual, Konsep Diri, dan Pertumbuhan
Terdapat dua teori perkembangan yang dapat menghubungkan
kondisi perkembangan yakni teori system konseptual (Harvey, Hunt,
McKibbin, dan Bush, 1983) dan teori konsep diri (Maslow,1962).
1. Perkembangan Konseptual
Teori sistem konseptual menitikberatkan pada struktur konsep
yang digunakan dalam mengolah informasi mengenai dunia secara
luas.Pada tingkatan perkembangan yang rendah, manusia cenderung
memiliki pandangan yang dikotomis mengenai hal-hal yang tabu dan
cenderung emosional dalam menyampaikan pandangannya.Mereka
cenderung menolak informasi yang tidak sesuai dengan konsep
mereka bahkan mengubahnya agar bisa cocok dengan konsep yang
merek miliki.
Pada tingkatan perkembangan yang tinggi, mereka lebih
terbuka terhadap informasi baru dan bisa toleransi terhadap
pandangan lain yang berbeda dengan lebih baik. Struktur konseptual
dalam perkembangan ini selalu melakukan regenerasi sehingga dapat
mengembagkan konsep-konsep yang baru. Pengalaman yang baru
6

lebih dapat diterima karena akan menghadilkan informasi dan gagasan


baru.
Terdapat hubungan yang substansial antara perkembangan
konseptual dan keadaan perkembangan.Omnivore lebih produktif
dalam mencari cara untuk mengolah infromasi dan menghasilkan
struktur konseptual yang kompleks, mereka lebih terbuka dengan
pengalaman-pengalaman baru karena membutuhkan kecanggihan
konseptual untuk berhadapan dengan gagasan-gagasan baru.
Consumer pasif memiliki struktur yang lebih terbatas dan kemampuan
yang kurang memadai dalam memahami cara-cara untuk memperoleh
pengalaman baru.Dan consumer yang enggan, lebih mempertahankan
konsep-konsep yang ada dan melakukan aktifitas yang dapat
menyakitkan hati dengan menghadirkan hal-hal yang asing.
Perkembangan konseptual berkaitan erat dengan keberagaman
dan fleksibilitas gaya pengajaran serta kemudahan dalam mempelajari
pendekatan-pendekatan baru dan kemampuan memahami siswa.
2. Konsep Diri
Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah
konsep diri.Teori tentang konsep diri (self-concept) dan pandangan
mengenai diri (views of sel) dikemukakan oleh Abraham Maslow
(1962) dan Carl Rogers (1961), mereka berpandangan bahwa
kompetensi berhubungan dengan lingkungan sangat dipengaruhi oleh
sikap dan penilaian kita terhadap diri kita sendiri. Konsep diri yang kuat
disertai dengan aktualisasi diri dan kepercayaan diri sehingga interaksi
yang terjadi akan produktif dan memberikan sumbangan yang berarti
terhadap proses perkembangan oranglain. Faktor-faktor yang
mempengaruhi konsep diri diantaranya perkembangan, significant
other, self perception, body image.
Konsep diri mempunyai pengaruh terhadap perkembangan
seseorang, orang yang memiliki perkembangan dalam level yang
rendah (less-developed person)  memiliki sedikit kemampuan dalam
7

menghadapi lingkungan dan cenderung menerima apa adanya.


Mereka kurang mempunyai inisiatif dan lebih memilih beraktifitas
dalam lingkungan yang sudah ada daripada mengembangkan dirinya.
Sedangkan orang yang berada dalam level pertumbuhan terendah (the
least-developed person) memiliki kesulitan dalam berhubungan
dengan orang disekeliling mereka, mereka kurang yakin dengan
kemampuan yang mereka miliki untuk menghadapi masalah-masalah
yang terjadi. Upaya mereka hanya bertahan dalam dunia yang
menurut mereka kurang besahabat.
Ada dua karakteristik konsep diri yakni konsep diri positif dan
konsep diri negatif. Ciri konsep diri positif diantaranya : yakin akan
kemampuan dalam mengatasi masalah, mampu menerima
kekurangan diri, menghargai orang lain, mampu menghargai diri dan
orang lain, memahami adanya perbedaan, bersikap positif terhadap
penolakan orang lain, bersikap positif dalam menerima kritikan orang
lain dan memperbaiki aspek-aspek yang kurang sesuai di masyarakat.
Sedangkan ciri konsep diri negatif diantaranya peka terhadap kritik,
responsif terhadap pujian, cenderung bersikap hiperkritis, cenderung
merasa tidak disenangi orang lain, dan bersikap pesimis terhadap
kompetisi.
Keterkaitan antara pertumbuhan seseorang dengan konsep diri
yang mereka miliki, yakni omnivore lebih menerapkan konsep
aktualisasi diri, mereka merasa nyaman dengan diri mereka sendiri
dan orang yang ada di sekitarnya.Passive Consumer  merasa memiliki
kompetensi namun masih bergantung pada lingkungan untuk
memperoleh kesempatan menjadi lebih produktif dan tumbuh
berkembang. Reticent Consumer merasa bahwa hidup mereka
menakutkan dan rawan masalah, mereka cenderung melindungi diri
mereka sendiri dengan menyalahkan lingkungan.
Mengembangkan konsep diri bisa dilakukan dalam berbagai
cara misalnya belajar menyukai diri sendiri, mengembangkan
8

pemikiran positif terhadap diri sendiri dan orang lain, memperbaiki


kualitas hubungan interpersonal, bersikap proaktif, menjaga
keseimbangan hidup dan mengubah cara berkomunikasi.
3. Memahami Pertumbuhan dan Potensi pertumbuhan
Teori konseptual dan konsep diri dapat membantu kita dalam
memahami diri kita sendiri dalam merencanakan dan melaksanakan
program yang berorientasi pada perkembangan.Dalam penelitian
David Hopkins (1990) terdapat pengaruh antara pertumbuhan dan
konsep diri guru serta iklim dalam organisasi sekolah tempat mereka
bekerja.Kondisi pertumbuhan merupakan predictor bagaimana guru
menerapkan kurikulum pada bidang mata pelajaran. Pada intinya
passive consumer dan  reticent consumer tidak bisa mencapai titik
penerapan dalam iklim organisasi, iklim tersebut hanya bisa
dimanfaatkan oleh active consumer dan omnivore. Akibat dari kurang
berkembangnya tenaga pengajar (guru) berpengaruh terhadap
hilangnya kesempatan siswa untuk dapat mempelajari materi yang
tersaji dalam kurikulum yang baru.
D. Mengembangkan Kondisi Pertumbuhan yang Lebih Kaya
Hal yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan individu
adalah terkait dengan apa yang kita peragakan. Jika kita aktif maka siswa
juga aktif, sebaliknya jika kita pasif maka siswa juga akan pasif. Oleh
karena itu kita harus memperkaya diri dengan mengembangkan berbagai
model pembelajaran, dengan begitu akan menciptakan sebuah iklim sosial
yang kaya dan aktif sehingga mampu mengembangkan ketrampilan
belajar siswa. Ketrampilan belajar tidak hanya secara formal namun juga
secara sosial dan emosional. Dengan demikian akan membantu siswa
untuk mencapai perkembangan optimal dalam tahap belajarnya, siswa
akan lebih aktif dan produktif.

Permasalahan dan Solusi


9

    Permasalahan
Dalam praktek pembelajaran sering kali kita menemukan tenaga
pengajar yang kurang memahami tentang model pembelajaran yang
efektif dan kreatif,  bahkan juga kurang memahami tentang konsep
perkembangan siswa sehingga tidak mengetahui karakteristik peserta
didik yang berbeda-beda. Akibatnya proses pembelajaran kurang bisa
memaksimalkan potensi individu dan hanya terjadi transfer of learning
yang diukur dari segi kognitif saja, sedangkan afektif dan psikomotorik
terkesampingkan.
Solusi
1. Memahami dan mendalami konsep perkembangan peserta didik
2. Memperluas wawasan tentang model-model pembelajaran yang
kreatif dan efektif
3. Mengembangkan konsep diri individu
4. Melaksanakan PTK
5. Mengikuti pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan profesionalitas
guru dalam mengajar
10

DAFTAR PUSTAKA

Joyce, Bruce, Weil, Marsha, Calhoun,Emily, Model Of Teaching, Pearson


Education, Inc, Publishing As Allyn & Bacon, 2011

Anda mungkin juga menyukai