Anda di halaman 1dari 14

Makalah

Kelompok 9
Teknik Inventori tugas perkembangan

Disusun Oleh
Muhammad Ridho Sukmahavy
Shinta dewi Putri
Febriana W Tuto
BAB I
Pendahuluan

A. Latar belakang masalah


Mutu Pendidikan merupakan pilar utama bagi sebuah negara dimana memiliki peranan
yang sangat penting. Melalui mutu pendidikan yang baik akan berdampak pada
tumbuhnya sumber daya manusia yang berkualitas. Sebagai formalitas, bahwa pendidikan
utama diperoleh dari bangku sekolah dasar hingga jenjang perguruan tinggi.
Peran sekolah sebagai media formal sangatlah besar karena awal terjadinya proses
pembelajaran. Pembelajaran di sekolah melibatkan beberapa faktor yaitu: siswa, guru,
dan lingkungan sekitarnya. Ketiga faktor ini terintegrasi dalam suatu sistem dengan
tujuan ingin mencapai hasil belajar yang baik. Disini guru bertindak sebagai fasilitator
sebagai yang memberikan arahan dan bimbingan serta sebagai narasumber selain sumber
belajar yang diperoleh siswa dari buku.
Siswa dalam pembelajaran berinteraksi dengan guru dan juga sesama siswa lainnya.
Sehingga terjadi komunikasi dua arah. Lingkungan yang kondusif sangat menunjang
dalam proses pembelajaran, meliputi suasana yang nyaman, aman, bersih tertib dan
didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.
Pada hakikatnya pendidikan dalam arti luas adalah bagaian dari upaya pembangunan
nasional yang berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945 yang bertujuan
membina warga negara yang aktif dan bertanggung jawab serta demi terwujudnya
masyarakat yang adil dan makmur sejahtera lahir batin. Bahwa oleh sebab itu,
pelaksanaanya merupakan kewajiban dan tanggung jawab setiap warga indonesia.
Upaya pengembangan manusia tidak lain adalah upaya untuk mengembangkan
segenap potensi yang ada pada diri manusia secara individual dalam segenap dimensi
kemanusiaannya, agar ia menjadi manusia yang seimbang antara kehidupan individual
dan sosialnya, kehidupan jasmani dan rohaninya, serta kehidupan dunia dan akhirat.
Bimbingan dan konseling merupakan suatu wadah dimana peserta didik dapat
mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya.
Disinilah peranan layanan bimbingan dan konseling sangat penting diberikan dalam
sistem persekolahan di samping program pengajaran yang sudah biasa diberikan melalui
kegiatan instruksional. Dalam hal ini bimbingan dan konseling yang komprehensif
diberikan melalui kegiatan instruksional. Dari pandangan ini, bimbingan dan konseling
yang komprehensif diberikan dengan maksud untuk membantu siswa dalam proses
memahami dirinya (bakat, minat, potensi, nilai-nilai yang dianut), memahani kondisi
lingkungan atau dunia kerja yang serba berubah, serta ,merencanakan dan mempersiapkan
diri menghadapi masa depan.
Di sekolah, kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan oleh pejabat
fungsional yang secara resmi dinamakan guru pembimbing (atau guru kelas disekolah
dasar). Dengan demikian, kegiatana bimbingan dan konseling disekolah merupakan
kegiatan atau pelayanan fungsional yang bersifat profesional atau keahlian dengan dasar
keilmuan dan teknologi. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling disekolah yang
terwujud dalam bentuk program bimbingan adalah mencakup sejumlah jenis layanan
bimbingan. Mengenai personil pelaksana yang melaksanakan berbagai jenis layanan
bimbingan di sekolah seharusnya disesuaikan dengan kepentingan maupun kemungkinan
kemungkinan sejauh dapat dilaksanakan termasuk di dalamnya tersedianya fasilitas -
fasilitas yang memadai. Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistemik
dalam memfasilitasi individu mencapai perkembangan yang optimal, pengembangan
perilaku efektif, pengembangan lingkungan perkembangan, dan peningkatan
keberfungsian individu dalam lingkungannya. Semua perilaku tersebut merupakan proses
perkembangan yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan. Pengampu
bimbingan dan konseling adalah guru bimbingan dan konseling atau konselor yang
merupakan salah satu kualifikasi pendidikan. Program bimbingan dan konseling diartikan
seperangkat kegiatan yang dirancang secara terencana, terorganisasi selama periode
waktu tertentu dan dilakukan secara kait mengkait untuk mencapai tujuan. Program
bimbingan dan konseling dibuat melalui tahapan tertentu. Tahapan diawali dengan
analisis kebutuhan terhadap layanan yang akan diberikan. Analisis kebutuhan tersebut
dapat menggunakan perangkat AUM (Alat Ungkap masalah), ITP (Inventori Tugas
Perkembangan) atau istrumen lain yang dibuat oleh guru pembimbing.
BAB II
Teknik Inventori Tugas Perkembangan

A. Definisi Teknik Inventori Tugas Perkembangan


Inventori merupakan suatu metode pengumpulan data yang berupa suatu pernyataan
(statement, beda dengan pertanyaan). Pernyataan tersebut menyangkut tentang sifat,
keadaan, kegiatan tertentu, dan sejenisnya. Subjek atau individu atau responden supaya
memilih pernyataan yang cocok dengan dirinya dengan cara memberi tanda tertentu,
misalnya tanda checklist, silang atau lingkaran. Pernyataan yang tidak cocok silahkan
dilewati. Jenis data yang cocok dikumpulkan dengan metode inventori adalah data
tentang : temperamen, karakter, penyesuaian diri, sikap, minat, kebiasaan belajar,
gambaran diri, jenis masalah, itp, ungkap masalah dsb.
Inventori (inventaris, inventarisasi) adalah suatu alat untuk menaksir dan menilai ada
atau tidak adanya tingkah laku, minat, sikap tertentu, dan seterusnya biasanya inventaris
berbentuk daftar pertanyaan yang harus dijawab (Chaplin, 2004:260). Mengacu pada
pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa, inventori adalah metode untuk memahami
individu dengan cara memberikan sejumlah pernyataan yang harus dijawab/dipilih
responden sesuai dengan keadan dirinya. Jawaban responden tersebut selanjutnya
ditafsirkan (dipahami) oleh pengumpul data tentang keadaan responden, dan responden
memahami keadaan dirinya sendiri. Inventori Tugas Perkembangan (ITP) merupakan
instrument yang digunakan untuk memahami tingkat perkembangan individu.
Penyusunan ITP dimaksudkan untuk menunjang kegiatan bimbingan dan konseling di
sekolah. ITP disusun dalam bentuk empat buku inventori, masing masing untuk
memahami perkembangan peserta didik di tingkat SD, SLTP, SLTA, dan perguruan
tinggi. Pengembangan instrument mengacu pada teori perkembangan diri dari Loevinger
yang terdiri dari tujuh tingkatan :
1. Tingkat impulsif
Memiliki ciri ciri menempatkan identitas diri sebagai bagian yang terpisah dari
orang lain. Pola perilaku menuntut dan bergantung pada lingkungan sebagai
sumber ganjaran dan hukuman, serta berorientasi sekarang (tidak berorientasi
pada masa lalu atau masa depan). Individu tidak menempatkan diri sebagai
faktor penyebab perilaku.

2. Tingkat perlindungan diri


Memiliki ciri ciri peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat
diperoleh dari berhubungan dengan orang lain. Mengikuti aturan secara
oportunistik dan hedonistik (prinsip menyenangkan diri). Berpikir tidak logis
dan stereotip. Cenderung melihat kehidupan sebagai “zero-sum game”.
Cenderung menyalahkan dan mencela orang lain dengan lingkungan.

3. Tingkat konformistik
Memiliki ciri ciri meliputi (1) peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan
sosial, (2) cenderung berpikir stereotip dan klise, (3) peduli akan aturan
eksternal, (4) bertindak dengan motif dangkal (untuk memperoleh pujian), (5)
menyamakan diri dalam ekspresi emosi, (6) kurang intropeksi, (7) perbedaan
kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal, (8) takut tidak diterima
kelompok, (9) tidak sensitive terhadap keindividualan, dan (10) merasa
berdosa jika melanggar aturan.

4. Tingkat sadar diri


Memiliki ciri ciri meliputi :
 mampu berpikir alternative.
 melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi.
 peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada.
 orientasi pemecahan masalah,
 memikirkan cara hidup,
 penyesuaian terhadap situasi dan peranan.

5. Tahap seksama
Memiliki ciri ciri meliputi (1) bertindak atasa dasar nilai internal. (2) mampu
melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan, (3) mampu melihat
keragaman emosi, motif, dan perspektid diri, (4) peduli akan hubungan
mutualistic, (5) memiliki tujuan jangka panjang, (6) cenderung melihat
peristiwa dalam konteks sosial, (7) berpikir lebih kompleks dan atas dasar
analisis.

6. Tingkat individualistis
Memiliki ciri ciri meliputi (1) peningkatan kesadaran individualitas, (2)
kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan ketergantungan,
(3) menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain, (4) mengenal
eksistensi perbedaan individual, (5) mampu bersikap toleran terhadap
pertentangan dalam kehidupan, (6) membedakan kehidupan internal dan
kehidupan luar dirinya, (7) mengenal kompleksitas dan (8) peduli akan
perkembangan dan masalah-masalah sosial.

7. Tingkat Otonomi
Memiliki ciri ciri meliputi (1) memiliki pandangan hidup sebagai suatu
keseluruhan, (2) cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri
maupun orang lain, (3) peduli akan paham abstrak seperti keadilan sosial, (4)
mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan, (5) peduli akan self-
fulfillment (pemuasan kebutuhan diri), (6) ada keberanian untuk
menyelesaikan konflik internal, (7) respek terhadap kemandirian orang lain,
(8) sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain, dan (9)
mampu mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan keceriaan.
B. Kelebihan dan Kekurangan Inventori Tugas Perkembangan
Seperti umumnya alat asesmen, maka ITP memiliki kelebihan maupun kekurangan.
1. Kelebihan Inventori Tugas perkembangan
- Melalui skor hasil ITP konselor dapat lebih mudah memahami
tingkat perkembangan individu.
- Alat asesmen yang dapat digunakan sebagai dasar penetapan
program bimbingan dan konseling berbasis perkembangan individu.
- Pengolahan hasil ITP dapat dilakukan dengan cepat karena
dilengkapi dengan program pengolahan ATP berbasis komputer.
2. Kekurangan Inventori Tugas Perkembangan
- Belum dapat digunakan sebagai alat seleksi, baik untuk menentukan
kelulusan maupun untuk penempatan.
- Skor ITP belum diuji hubungannya dengan aspek perkembangan atau
aspek kepribadian lainnya, sehingga belum dapat digunakan untuk
memprediksi aspek kepribadian secara lengkap.
- ITP sebagai dasar pengembangan model bimbingan di perguruan
tinggi telah diuji secara empirik. Namum jumlah sekolah uji coba
masih terbatas.
- Penggunaan ATP untuk kalangan luas masih dalam tahap awal,
sehingga masukan untuk penyempurnaan ITP maupun ATP masih
diharapkan dari para pemakai.
-
C. Karakteristik Angket Inventori Tugas Perkembangan

1. ITP berbentuk angket terdiri dari kumpulan pernyataan, dimana setiap nomor
terdiri dari empat butir pernyataan yang mengukur satu subaspek.
2. Tingkat perkembangan siswa dapat dilihat dari skor yang di peroleh pada setiap
aspek.
3. Besar skor yang diperoleh menunjukan tingkat perkembangan siswa.
4. Angkat ITP untuk setiap tingkat pendidikan memiliki jumlah soal yang berbeda
ITP SD dan ITP SLTP memiliki jumlah soal 50,dimana setiap soal memilki empat
butir pilihan. Pada proses pengolahan yang diskort 40 soal, sedangkan yang 10
butir soal untuk mengontrol tingkat konsistensi peserta didik dalam menjawab atau
mengerjakan ITP. Sedangkan pada ITP tingkat SLTA dan ITP memiliki jumlah
butir soal 77, dimana setiap butir soal memiliki 4 butir pernyataan pilihan. Pada
proses pengolahan yang diskors hanya 66 butir soal, sedangkan yang 11 butir soal
lainnnya digunakan untuk mengontrol tingkat konsistensi peserta didik dalam
menjawab atau mengerjakan ITP.

D. Peran dan Fungsi Konselor


Pada proses asesmen menggunakan inventori tugas perkembangan (ITP),
konselor memliki peran dan fungsi sebagai :
1. Perencana, yaitu mulai dari menetapkan tujuan pelaksanaan asesmen, menetapkan
peserta didik sebagai sasaran asesmen, menyediakan buku dan lembar jawaban
ITP sesuai jumlah peserta didik sasaran, dan membuat satlan asesmen ITP.
2. Pelaksanaan, yaitu memberikan verbal setting (menjelaskan tujuan, manfaat, dan
kerahasian data), memandu peserta didik dalam cara mengerjakan sehingga dapat
dipastikan seluruh peserta didk mengisinya dengan benar.
3. Melakukan pemngolahan data kuantitatif mulai dari menghitung hasil dengan
menggunakan format yang spesifik, berdasarkan skor yang di peroleh menetapkan
tingkat pencapaian tugas perkembangan, memnbuat grafik 11 aspek
perkembangan, serta membuat deskripsi analisis, kualitatif, pencapaian tahap,
perkembangan dan aspek perkembangan dengan merujuk pada pedoman yang ada.
4. Melakukan tidak lanjut dari hasil asesmen dengan membuat program layanan
bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik.

D. Langkah Pengadministrasian
1. Perencanaan
Sebelum pelaksanaa asesmen, konselor melakukan perencanaan dengan
menetapkan tujuan layanan asesmen, menetapkan sasaran dan jumlah sasaran
layanan, menetapkan waktu dan tempat pelaksanan asesmen yang memliki
pencahayaan dan serkulasi udara yang baik, penyediaan meja dan kursi yang
nyaman untuk mengerjakan asesman. Selain itu pempersiapkan buku ITP dan
lembar jawaban sesuai dengan jumlah sasaran yang akan mengikuti asesmen.
2. Pelaksanaan
Pada saat pelaksanaan asesmen dengan menggunakan ITP konselor perlu
melakukan beberapa hal berikut ini.
a. Pada pertemuan awal konselor memberi verbal setting (menjelaskan
tujuan, mamfaat dan kerahasiaan).
b. Kepada siswa di bagikan buku inventori beserta lembar jawaban.
c. Siswa diminta mengisi identitasnya pada lembar jawaban.
d. Konselor membacakan petunjuk pengerjaan, sementara siswa mwmbaca
petunjuk yang terdapat dalam buku ITP.
e. Tanya jawab dan penjelasan lebih lanjut bila ada siswa yang masi belum
memahami cara mengerjakan.
f. Siswa dipersilakan mengerjakan ITP pada lembar jawaban.
g. Waktu pengerjaan secukupnya, diperkirakan paling cepat 20 menit dan
paling lambat 40 menit. Tidak boleh ada yang mengosongkan jawaban.
h. Selesai mengerjakan, lembar jawaban dan buku inventori dikumpulkan.

3. Langkah-langkah pengolahan dan analisis


a. Penskroran dan Pengolahan
1. setelah pelaksanaan asesmen selesai, konselor mengelompokkan lembar jawaban
sesuai tingkat sekolah, sebab masing-masing tingkat memiliki kunci jawaban yang
berbeda
2. Menghitung konsistensi jawaban
 Lihat KESAMAAN jawaban terhadap dua nomor yang isi pertanyaannya sama
persis. Pasangan nomor yang sama persis dapat dilihat tabel konsistensi.
 Bila kedua jawaban sama, diberi skor 1, bila tidak sama diberi skor 0. Tulis
angka tersebut pada kolom konsistensi dilembar jawaban.
 Menghitung skor, jumlah skor maksimal 11. Skor konsistensi yang 5 kebawah,
menunjukkan bahwa yang bersangkutan kurang serius dalam mengerjakan
ITP.
3. Menghitung skor setiap aspek perkembangan
 Pada lembar jawaban, tulis skor setiap nomor sesuai dengan kunci.
 Jumlahkan 6 skor yang satu baris, tulis jumlah itu pada kolom paling kanan
dilembar jawaban.
 Lakukan sampai baris bawah.
 Masing-masing jumlah skor dibagi 6, diperoleh rata-rata skor tiap aspek. Skor
tiap aspek itulah yang menunjukkan tingkat perkembangan siswa dalam aspek
bersangkutan.tulis dalam kolom ST).
4. Menghitung rata-rata skor aspek tiap siswa dan rata-rata seluruh siswa/kelompok.
Rata-rata skor ini digunakan sebagai bahan perbandingan dalam menganalisis ITP.
 Untuk skor setiap siswa, jumlah skor semua aspek, kemudiaan dibagi 11
(banyaknya aspek). Angka itu adalah rata-rata skor semua aspek (ST) per
siswa.
 Untuk skor kelompok, jumlah rata-rata skor semua aspek (ST) dari semua
siswa, kemudian bagi jumlah siswa dalam kelompok itu. Itulah rata-rata skor
semua siswa dalam satu kelompok.
5. Membuat grafik individual dan grafik kelompok
 grafik individual dibuat berdasarkan skor tiap aspek dari seorang siswa,
sehingga dihasilkan grafik profil individu dalam 10 atau 11 aspek
perkembangan.
 Grafik kelompok dibuat berdasarkan rata-rata skor tiap aspek dari seluruh
siswa, sehingga dihasilkan grafik profil individu dalam kelompoknya, dalam
10 atau 11 aspek perkembangan.
6. Interpretasi Hasil skor dan Grafik
 Rata-rata skor aspek setiap siswa atau rata-rata skor seluruh siswa digunakan
sebagai bahan perbandingan dalam menganalisis ITP.
 Untuk melakukan interpretasi lihat kembali tabel skor dan tahapan
perkembangan untuk setiap tingkat pendidikan (SD, SLTP, SLTA, PT), contoh
rata-rata skor rata-rata siswa = 4 berarti ia pada tahap perkembangan sadar diri,
atau skor rata-rata siswa = 5, berarti beada pada tahap perkembangan seksama.
 Bila ada pada tahap seksama atau sadar diri, lalu anda deskripsikan apa
maknanya, dengan melihat deskripsi setiap tahap perkembangan. Masing-
masing jumlah skor dijumlah empat, diperoleh rata-rata skor setiap aspek.
Skor tiap aspek itulah yang menunjukkan tingkat perkembangan siswa dalam
aspek bersangkutan dalam (tulis pada kolom ST).
 Dari grafik anda dapat melakukan analisis, aspek mana saja dari
perkembangan yang sudah berkembang sesuai dengan kategori tingkat
pendidikan saat ini, atau yang masih belum optimal berkembang.
 Berdasarkan hasil grafik, anda dapat merancang program layanan bimbingan
dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

2.4.2 Perangkat Untuk Proses Pengolahan Hasil ITP

1. Tabel konsistensi

Pada tabel ini beberapa nomor dijalur kiri memiliki kesamaan dengan nomor-nomor
soal dijalur kanan. Ini digunakan untuk melihat tingkat konsistensi jawaban peserta
didik saat menjawab/memilih pernyataan pada inventori tugas perkembangan.
Konsistensi dalam menjawab ITP yang baik adalah bila berada minimal besar >5
sampai maksimal=11.

2. Tabel kunci jawaban ITP

Memberi skor pada setiap hasil jawaban atau pilihan pernyataan peserta didik pada
lembar jawaban ITP diperlukan kunci jawaban, karena setiap kemungkinan pilihan
jawaban/pernyataan pada setiap butir soal memiliki bobot skor yang berbeda-beda.

3. Tabel skor dan tingkat perkembangan ITP

Untuk melakukan analisis terhadap perolehan skor pada penggunaan ITP, perlu
merujuk pada klasifikasi yang telah ditetapkan oleh pengembang alat asesmen ini
setiap tingkat pendidikan memiliki skor dan tingkat perkembangan yang berbeda,
walaupun demikian setiap tingkat pendidikan memiliki titik singgung skor maupun
pencapaian tingkat perkembangan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
perkembangan individu merupakan suatu rangkaian proses berkesinambungan.

1. Tingkat SD

Skor dan tingkat perkembangan tingkat Sd

Skor Kode Tingkat perkembangan

a) IMP Implusif
b) PLD Perkembangan diri
c) KOM Konformitas
d) SDI Sadar diri
2. Tingkat SLTP

Skor dan tingkat perkembangan tingkat SLTP

SKOR kode Tingkat perkembangan

a) Pld Perlindungan diri


b) Kom Konformitas
c) Sdi Sadar diri
d) Saks Saksama
3. Tingkat SLTA

Skor dan tingkat perkembangan tingkat SLTA


SKOR Kode Tingkat perkembangan

a) Kom Komformitas
b) Sdi Sadar diri
c) Saks Saksama
d) Ind Individualitas
4. Tingkat PT

Skor dan tingkat nasional perkembangan tingkat Perguruan tinggi

Skor Kode Tingkat perkembangan

a) Sdi Sadar diri


b) Saks Saksama
c) Ind Individualitas
d) Oto Otonomi

ITP berbentuk angket yang terdiri atas kumpulan pernyataan yang harus dipilih oleh
siswa.Setiap soal (kumpulan butir pernyataan) terdiri atas empat butir pernyataan yang
mengukur satusub aspek.Tingkat perkembangan siswa dapat dilihat dari skor yang diperoleh
pada setiap aspek. Besar skor yang diperoleh menunjukkan tingkat perkembangan siswa
(lihat tabel berikut).

Tingkat sekolah dasar (ITP SD):

Jumlah soal 50 masing-masing terdiri atas 4 butir pernyataan. Yang diskor 40 soal, yang
10 soaldigunakan untuk menghitung konsistensi jawaban siswa.

Tingkat SLTP (ITP SLTP):

Jumlah soal 50 masing-masing terdiri atas 4 butir pernyataan.Yang diskor 40 soal, yang 10
soaldigunakan untuk menghitung konsistensi jawaban siswa.

Tingkat SLTA (ITP SLTA):

Jumlah soal 77 masing-masing terdiri atas 4 butir pernyataan. Yang diskor 66 soal, yang
11 soaldigunakan untuk menghitung konsistensi jawaban siswa.

Tingkat Perguruan Tinggi (ITP PT):


Jumlah soal 77 masing-masing terdiri atas 4 butir pernyataan. Yang diskor 66 soal, yang
11 soaldigunakan untuk menghitung konsistensi jawaban siswa

2.5 Jenis Data ITP

2.5.2 Beberapa instrumen inventori

Jenis data yang cocok dikumpulkan dengan metode inventori adalah data tentang :
Temperamen, Karakter, Penyesuaian, Sikap, minat, jenis masalah, kebiasaan belajar,
gambaran diri dan sebagainya. Telah banyak instrumen inventori talah di kembangkan dan di
gunakan secara luas untuk mengumpulkan data tentang aspek-aspek tsb. Beberapa di
antaranya akan di bicarakan secara singkat dalam uraian di bawah ini.

a) Bell Inventory

Bell Adjustment Inventori di rancang untuk mengukur penyesuaian diri dan sosial (sicial
and personal adjustment). Inventori ini merupakan inventori kelompok yang di berikan secara
tertulis.

Diciptakan oleh H.M Bell pada tahun 1934. Innventori ini di pekerjakan tanpa limit waktu.
Inventori ini terdiri atas dua bentuk yaitu untuk bentuk untuk orang dewasa dan bentuk untuk
siswa. Dalam buku ini hanya akan di bicarakan bentuk untuk siswa. Bentuk ini terdiri dari 40
item.individu yang akan di ukur diminta untuk memeberikan tanda chek pada setiap item
yang cocok dengan dirinya. Aspek yang di ukur dalam terdiri dari empat aspek yaitu :
penyesuaian terhadap lingkungan keluarga, penyesuaian terhadap kesehatan, penyesuaian
terhadap lingkungan sekola, dan penyesuaian terhadap emosi.

Contoh-contoh item dari Bell Adjusment Infentoriy anrtara lain adalah sebagai berikut:

1. Orang tua saya sering mengecewakan hati saya


2. Orang tua saya sering menghukum saya secara tidak wajar
3. Kesehatan saya sering terganggu
4. Saya harus menjaga kesehatan saya secermat-cermatnya
5. Saya jarang mendapat undangan ulang tahun
6. Saya sering mengalami kesulitan untuk memulai pembicaraan dengan orang yang baru
saya kenal
7. Saya merasa gugp kalau berhadapan dengan orang banyak
8. Saya mudah terharu kalau mendengar berita yang sedih.
Cara pemberian skor terhadap inventori ini cucukp sederhana setiap pemberian tanda chek
diberi skor satu (1) sedangkat yang tidak di beri tanda chek diberi tanda nol (0) kemudian
skor-skor tersebut di jumlahkan menurut aspek-aspek masing-masing. Dari jumlah skor yang
diperoleh pada masing-masing aspek dapat diinterpretasikan, apakah seseorang mempunyai
tingkat penyesuaian yang baik atau tidak.Pada aspek penyesuaian pada lingkungan keluarga,
individu individu yang mendapat skor tinggi cenderung mempunyai penyesuaian yang kurang
memuaskan dalam lingkungan keluarganya. Sebaliknya skor yang rendah menunjukan
penyesuaian yang memuaskan.

Pada aspek penyesuaian terhadap kesehatan, skor yang tinggi menunjukan penyesuaian
yang tidak memuaskan terhadap kesehatan skor yang rendah menunjukan penyesuaian yang
memuaskan.Pada aspek penyesuaian terhadap lingkungan sisoal individu yang mendapay
skor tinggi cenderung untuk submisive dan menarik diri dari kontak sosial. Sedangkan
individu yang mendapat skor rendah cenderung agresif dalam kontak sosial.

Pada aspek penyesuaian terhadap emosi individu yang mendapat skor tinggi menunjukan
ketidak stabilan emosi. Individu yang mendapat skor rendah menunjukan kestabilan emosi.
BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
Bahwa inventori tugas perkembangan adalah salah satu bentuk inventori, dimana
inventori tersebut dapat berbentuk AUM dan ITP. Dengan alat ITP, guru BK dapat
memahami tingkat perkembangan individu maupun kelompok, mengidentifikasi masalah
yang menghambat perkembangan, serta membantu peserta didik untuk mencapai tugas
perkembangannya. ITP adalah mengukur tujuh tingkat perkembangan individu, antara
lain : (1) impulsif , (2) perlindungan diri, (3) konformistik, (4) sadar diri, (5)seksama,
(6)individualistik, (7) otonomi. Jumlah soal ITP berbeda beda sesuai dengan tingkat
pendidikan.

Daftar Pustaka
Pemahaman Individu Teknik Nontes, Pengarang : Drs. Susilo Rahardjo, M.Pd., Kons.
Dan Gudnanto, S.Pd., M.Pd., Kons. , Hlm 66-68.
Anwar, K. Pengembangan Inventori Perkembangan Siswa (IPS) SMA Negeri 9
Bulukumba. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling. Vol 3, 2017, No. 1. Hlm. 76-78.
Lee Knefelkamp, et.al., 1978 dan Blocher, 1987 dalam Sunaryo Kartadinata, dkk., 2003)

Anda mungkin juga menyukai