Kelompok 9
Teknik Inventori tugas perkembangan
Disusun Oleh
Muhammad Ridho Sukmahavy
Shinta dewi Putri
Febriana W Tuto
BAB I
Pendahuluan
3. Tingkat konformistik
Memiliki ciri ciri meliputi (1) peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan
sosial, (2) cenderung berpikir stereotip dan klise, (3) peduli akan aturan
eksternal, (4) bertindak dengan motif dangkal (untuk memperoleh pujian), (5)
menyamakan diri dalam ekspresi emosi, (6) kurang intropeksi, (7) perbedaan
kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal, (8) takut tidak diterima
kelompok, (9) tidak sensitive terhadap keindividualan, dan (10) merasa
berdosa jika melanggar aturan.
5. Tahap seksama
Memiliki ciri ciri meliputi (1) bertindak atasa dasar nilai internal. (2) mampu
melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan, (3) mampu melihat
keragaman emosi, motif, dan perspektid diri, (4) peduli akan hubungan
mutualistic, (5) memiliki tujuan jangka panjang, (6) cenderung melihat
peristiwa dalam konteks sosial, (7) berpikir lebih kompleks dan atas dasar
analisis.
6. Tingkat individualistis
Memiliki ciri ciri meliputi (1) peningkatan kesadaran individualitas, (2)
kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan ketergantungan,
(3) menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain, (4) mengenal
eksistensi perbedaan individual, (5) mampu bersikap toleran terhadap
pertentangan dalam kehidupan, (6) membedakan kehidupan internal dan
kehidupan luar dirinya, (7) mengenal kompleksitas dan (8) peduli akan
perkembangan dan masalah-masalah sosial.
7. Tingkat Otonomi
Memiliki ciri ciri meliputi (1) memiliki pandangan hidup sebagai suatu
keseluruhan, (2) cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri
maupun orang lain, (3) peduli akan paham abstrak seperti keadilan sosial, (4)
mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan, (5) peduli akan self-
fulfillment (pemuasan kebutuhan diri), (6) ada keberanian untuk
menyelesaikan konflik internal, (7) respek terhadap kemandirian orang lain,
(8) sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain, dan (9)
mampu mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan keceriaan.
B. Kelebihan dan Kekurangan Inventori Tugas Perkembangan
Seperti umumnya alat asesmen, maka ITP memiliki kelebihan maupun kekurangan.
1. Kelebihan Inventori Tugas perkembangan
- Melalui skor hasil ITP konselor dapat lebih mudah memahami
tingkat perkembangan individu.
- Alat asesmen yang dapat digunakan sebagai dasar penetapan
program bimbingan dan konseling berbasis perkembangan individu.
- Pengolahan hasil ITP dapat dilakukan dengan cepat karena
dilengkapi dengan program pengolahan ATP berbasis komputer.
2. Kekurangan Inventori Tugas Perkembangan
- Belum dapat digunakan sebagai alat seleksi, baik untuk menentukan
kelulusan maupun untuk penempatan.
- Skor ITP belum diuji hubungannya dengan aspek perkembangan atau
aspek kepribadian lainnya, sehingga belum dapat digunakan untuk
memprediksi aspek kepribadian secara lengkap.
- ITP sebagai dasar pengembangan model bimbingan di perguruan
tinggi telah diuji secara empirik. Namum jumlah sekolah uji coba
masih terbatas.
- Penggunaan ATP untuk kalangan luas masih dalam tahap awal,
sehingga masukan untuk penyempurnaan ITP maupun ATP masih
diharapkan dari para pemakai.
-
C. Karakteristik Angket Inventori Tugas Perkembangan
1. ITP berbentuk angket terdiri dari kumpulan pernyataan, dimana setiap nomor
terdiri dari empat butir pernyataan yang mengukur satu subaspek.
2. Tingkat perkembangan siswa dapat dilihat dari skor yang di peroleh pada setiap
aspek.
3. Besar skor yang diperoleh menunjukan tingkat perkembangan siswa.
4. Angkat ITP untuk setiap tingkat pendidikan memiliki jumlah soal yang berbeda
ITP SD dan ITP SLTP memiliki jumlah soal 50,dimana setiap soal memilki empat
butir pilihan. Pada proses pengolahan yang diskort 40 soal, sedangkan yang 10
butir soal untuk mengontrol tingkat konsistensi peserta didik dalam menjawab atau
mengerjakan ITP. Sedangkan pada ITP tingkat SLTA dan ITP memiliki jumlah
butir soal 77, dimana setiap butir soal memiliki 4 butir pernyataan pilihan. Pada
proses pengolahan yang diskors hanya 66 butir soal, sedangkan yang 11 butir soal
lainnnya digunakan untuk mengontrol tingkat konsistensi peserta didik dalam
menjawab atau mengerjakan ITP.
D. Langkah Pengadministrasian
1. Perencanaan
Sebelum pelaksanaa asesmen, konselor melakukan perencanaan dengan
menetapkan tujuan layanan asesmen, menetapkan sasaran dan jumlah sasaran
layanan, menetapkan waktu dan tempat pelaksanan asesmen yang memliki
pencahayaan dan serkulasi udara yang baik, penyediaan meja dan kursi yang
nyaman untuk mengerjakan asesman. Selain itu pempersiapkan buku ITP dan
lembar jawaban sesuai dengan jumlah sasaran yang akan mengikuti asesmen.
2. Pelaksanaan
Pada saat pelaksanaan asesmen dengan menggunakan ITP konselor perlu
melakukan beberapa hal berikut ini.
a. Pada pertemuan awal konselor memberi verbal setting (menjelaskan
tujuan, mamfaat dan kerahasiaan).
b. Kepada siswa di bagikan buku inventori beserta lembar jawaban.
c. Siswa diminta mengisi identitasnya pada lembar jawaban.
d. Konselor membacakan petunjuk pengerjaan, sementara siswa mwmbaca
petunjuk yang terdapat dalam buku ITP.
e. Tanya jawab dan penjelasan lebih lanjut bila ada siswa yang masi belum
memahami cara mengerjakan.
f. Siswa dipersilakan mengerjakan ITP pada lembar jawaban.
g. Waktu pengerjaan secukupnya, diperkirakan paling cepat 20 menit dan
paling lambat 40 menit. Tidak boleh ada yang mengosongkan jawaban.
h. Selesai mengerjakan, lembar jawaban dan buku inventori dikumpulkan.
1. Tabel konsistensi
Pada tabel ini beberapa nomor dijalur kiri memiliki kesamaan dengan nomor-nomor
soal dijalur kanan. Ini digunakan untuk melihat tingkat konsistensi jawaban peserta
didik saat menjawab/memilih pernyataan pada inventori tugas perkembangan.
Konsistensi dalam menjawab ITP yang baik adalah bila berada minimal besar >5
sampai maksimal=11.
Memberi skor pada setiap hasil jawaban atau pilihan pernyataan peserta didik pada
lembar jawaban ITP diperlukan kunci jawaban, karena setiap kemungkinan pilihan
jawaban/pernyataan pada setiap butir soal memiliki bobot skor yang berbeda-beda.
Untuk melakukan analisis terhadap perolehan skor pada penggunaan ITP, perlu
merujuk pada klasifikasi yang telah ditetapkan oleh pengembang alat asesmen ini
setiap tingkat pendidikan memiliki skor dan tingkat perkembangan yang berbeda,
walaupun demikian setiap tingkat pendidikan memiliki titik singgung skor maupun
pencapaian tingkat perkembangan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
perkembangan individu merupakan suatu rangkaian proses berkesinambungan.
1. Tingkat SD
a) IMP Implusif
b) PLD Perkembangan diri
c) KOM Konformitas
d) SDI Sadar diri
2. Tingkat SLTP
a) Kom Komformitas
b) Sdi Sadar diri
c) Saks Saksama
d) Ind Individualitas
4. Tingkat PT
ITP berbentuk angket yang terdiri atas kumpulan pernyataan yang harus dipilih oleh
siswa.Setiap soal (kumpulan butir pernyataan) terdiri atas empat butir pernyataan yang
mengukur satusub aspek.Tingkat perkembangan siswa dapat dilihat dari skor yang diperoleh
pada setiap aspek. Besar skor yang diperoleh menunjukkan tingkat perkembangan siswa
(lihat tabel berikut).
Jumlah soal 50 masing-masing terdiri atas 4 butir pernyataan. Yang diskor 40 soal, yang
10 soaldigunakan untuk menghitung konsistensi jawaban siswa.
Jumlah soal 50 masing-masing terdiri atas 4 butir pernyataan.Yang diskor 40 soal, yang 10
soaldigunakan untuk menghitung konsistensi jawaban siswa.
Jumlah soal 77 masing-masing terdiri atas 4 butir pernyataan. Yang diskor 66 soal, yang
11 soaldigunakan untuk menghitung konsistensi jawaban siswa.
Jenis data yang cocok dikumpulkan dengan metode inventori adalah data tentang :
Temperamen, Karakter, Penyesuaian, Sikap, minat, jenis masalah, kebiasaan belajar,
gambaran diri dan sebagainya. Telah banyak instrumen inventori talah di kembangkan dan di
gunakan secara luas untuk mengumpulkan data tentang aspek-aspek tsb. Beberapa di
antaranya akan di bicarakan secara singkat dalam uraian di bawah ini.
a) Bell Inventory
Bell Adjustment Inventori di rancang untuk mengukur penyesuaian diri dan sosial (sicial
and personal adjustment). Inventori ini merupakan inventori kelompok yang di berikan secara
tertulis.
Diciptakan oleh H.M Bell pada tahun 1934. Innventori ini di pekerjakan tanpa limit waktu.
Inventori ini terdiri atas dua bentuk yaitu untuk bentuk untuk orang dewasa dan bentuk untuk
siswa. Dalam buku ini hanya akan di bicarakan bentuk untuk siswa. Bentuk ini terdiri dari 40
item.individu yang akan di ukur diminta untuk memeberikan tanda chek pada setiap item
yang cocok dengan dirinya. Aspek yang di ukur dalam terdiri dari empat aspek yaitu :
penyesuaian terhadap lingkungan keluarga, penyesuaian terhadap kesehatan, penyesuaian
terhadap lingkungan sekola, dan penyesuaian terhadap emosi.
Contoh-contoh item dari Bell Adjusment Infentoriy anrtara lain adalah sebagai berikut:
Pada aspek penyesuaian terhadap kesehatan, skor yang tinggi menunjukan penyesuaian
yang tidak memuaskan terhadap kesehatan skor yang rendah menunjukan penyesuaian yang
memuaskan.Pada aspek penyesuaian terhadap lingkungan sisoal individu yang mendapay
skor tinggi cenderung untuk submisive dan menarik diri dari kontak sosial. Sedangkan
individu yang mendapat skor rendah cenderung agresif dalam kontak sosial.
Pada aspek penyesuaian terhadap emosi individu yang mendapat skor tinggi menunjukan
ketidak stabilan emosi. Individu yang mendapat skor rendah menunjukan kestabilan emosi.
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Bahwa inventori tugas perkembangan adalah salah satu bentuk inventori, dimana
inventori tersebut dapat berbentuk AUM dan ITP. Dengan alat ITP, guru BK dapat
memahami tingkat perkembangan individu maupun kelompok, mengidentifikasi masalah
yang menghambat perkembangan, serta membantu peserta didik untuk mencapai tugas
perkembangannya. ITP adalah mengukur tujuh tingkat perkembangan individu, antara
lain : (1) impulsif , (2) perlindungan diri, (3) konformistik, (4) sadar diri, (5)seksama,
(6)individualistik, (7) otonomi. Jumlah soal ITP berbeda beda sesuai dengan tingkat
pendidikan.
Daftar Pustaka
Pemahaman Individu Teknik Nontes, Pengarang : Drs. Susilo Rahardjo, M.Pd., Kons.
Dan Gudnanto, S.Pd., M.Pd., Kons. , Hlm 66-68.
Anwar, K. Pengembangan Inventori Perkembangan Siswa (IPS) SMA Negeri 9
Bulukumba. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling. Vol 3, 2017, No. 1. Hlm. 76-78.
Lee Knefelkamp, et.al., 1978 dan Blocher, 1987 dalam Sunaryo Kartadinata, dkk., 2003)