Anda di halaman 1dari 3

KARAKTER MAHASISWA YANG DISIPLIN DALAM MEMBENTUK SUMBER

DAYA YANG PROFESIONAL

Mahasiswa dalam sebutannya sudah mencapai tingkat maha yang artinya


pendidikan yang ditempuh sudah melebihi tingkatan pendidikan pelajar lain. Menjadi
mahasiswa artinya sudah harus siap untuk menyampaikan aspirasi masyarakat.
Mahasiswa juga sudah harus bisa memberikan kontribusinya kepada masyarakat,
bangsa dan negara.
Mahasiswa harus memiliki karakter yang kuat agar tidak terbawa oleh arus
yang terlalu jauh sehingga meninggalkan kebudayaannya sendiri. Prinsip-prinsip
karakter yang baik inilah yang harus ditanamkan pada diri mahasiswa agar dapat
menjadi mahasiswa yang teladan.
Mahasiswa yang ideal hendaknya memiliki, mengemban, dan mampu
mengembangkan 16 karakter. Keenam belas karakteristik tersebut adalah : (1) rajin
belajar, (2) inisiatif, (3) menjaga kebersihan, (4) kreatif, (5) banyak membaca, (6)
organisatoris, (7) bertakwa, (8) disiplin, (9) idealisme, (10) aktif di kelas, (11)
berpenapilan sederhana, (12) produktif, (13) bersemangat, (14) sabar, (15) tekun, dan
(16) cermat. Dan salah satu karakter yang terpenting bagi mahasiswa dalam
membentuk sumber daya yang professional adalah disiplin. Disiplin memang
faktor utama sebuah keberhasilan. Namun dalam kehidupan kita, khususnya dalam
lingkungan civitas akademika, sikap disiplin masih sangatlah kurang. Meskipun tidak
dapat dipukul rata, hal ini menggejala di setiap diri mahasiswa. Mengapa? Salah satu
faktornya adalah tidak adanya karakter disiplin dalam setiap pribadi mahasiswa.
Karakter sendiri terbentuk dari sebuah tingkah laku yang dilakukan berulang-ulang
dan terus menerus sehingga menjadi kebiasaan. Maka diperlukan solusi agar
mahasiswa memiliki pribadi yang berkarakter disiplin.
Disiplin adalah salah satu point yang sangat penting yang harus dimiliki oleh
mahasiswa. Tanpa kedisiplinan tinggi, mahasiswa tidak akan bisa meyelesaikan
perkuliahannya dengan lancar. Dengan sikap disiplin, mahasiswa memiliki ciri khusus
dibandingkan dengan siswa-siswa yang masih menempuh jenjang belajar di sekolah.
Dalam perkuliahan, kedisiplinan ini penting. Contoh manfaat dari kedisiplinan
mahasiswa yang tinggi yaitu mahasiswa bisa tepat waktu dalam mengerjakan tugas
kuliah, dapat mengatur waktunya dengan baik. Bukan hanya dalam perkuliahan,
kedisiplinan mahasiswa juga diperlukan dalam mengikuti organisasi di universitas.
Tanpa kedisiplinan, bisa saja organisasi yang diikuti oleh mahasiswa tersebut
akan tidak terurus dan tidak dapat berjalan lancar. Mahasiswa bukan lagi seperti siswa
yang masih dalam jenjang sekolah, yang harus ditanamkan oleh gurunya sikap
kedisiplinan. Mahasiswa sudah harus sadar dan menanamkan kedisiplinan dalam
dirinya sendiri tanpa harus dituntut oleh orang lain terlebih dahulu untuk memiliki
sikap disiplin. Mahasiswa juga sebagai contoh bagi siswa-siswa yang masih di jenjang
sekolah. Sangat memalukan jika mahasiswa tidak memiliki rasa kedisiplinan. Marilah
kita sebagai mahasiswa yang bergelar perubahan, berusaha membangun karakter
kedisiplinan agar bisa menjadi contoh bagi masyarakat dan bisa menjadi kebanggaan
bagi bangsa dan negara Indonesia.

Bangsa ini mengalami krisis identitas, krisis kepemimpinan, krisis


keteladanan, hingga krisis moral. Korupsi yang makin menggurita dan melibatkan
banyak petinggi negara merupakan simptoma yang nyata dan tak terbantahkan. Juga
hukum yang tak mampu memenuhi rasa keadilan masyarakat, kolusi, nepotisme, dan
praktik-praktik immoral para penyelenggara negara merupakan indikasi lain yang
menjadi tontonan masyarakat setiap hari. Sementara itu, berbagai perilaku kekerasan
di kalangan masyarakat, ketidakpedulian, intoleransi, perjudian, serta berbagai
kriminalitas yang makin kerap terjadi menjadi semacam bukti yang menunjukkan
bahwa bangsa ini sedang sakit. Inilah akar persoalan yang kita hadapi sebagai bangsa
yang semuanya berakar pada makin tergerusnya moralitas sebagai inti dari karakter
manusia, jati diri bangsa.
Tak mudah untuk mendefinisikan karakter mahasiswa yang ideal, apalagi
dengan segudang persoalan yang patologis. Pendekatan filosofis yang radikal lebih
dari sekedar perlu untuk dilakukan mengingat bahasan tentang karakter itu sendiri
merupakan tema yang radikal, terlebih tema ini pun menjadi kebutuhan mendasar bagi
Universitas yang tengah meretas jalan untuk menemukan jati dirinya. Secara filosofis
memahami dimensi ontologis hingga aksiologis dari mahasiswa dalam konteks ruang
dan waktu merupakan cara paling mendasar guna menemukenali jati diri dimaksud.
Dengan pendekatan inilah karakter mahasiswa satu persatu dapat didefinisikan
sebagai berikut:
Pertama, mahasiswa adalah bagian dari entitas akademik di sebuah perguruan
tinggi sehingga kemudian disebut sebagai akademisi dalam arti member of an
academy. Perguruan tinggi adalah wadah yang harusnya memberi bentuk bagi
entitas yang bernaung didalamnya. Dengan demikian karakter pertama yang harus
dimiliki mahasiswa adalah karakter seorang pembelajar, yang haus akan ilmu
pengetahuan dan kebenaran, intelektual yang senantiasa berpikir kritis dalam
memecahkan masalah dan fenomena sosial maupun alam yang terjadi, yang tunduk
patuh pada etika akademik dan ilmu pengetahuan, yang sadar akan kebebasan
akademik dan kebebasan mimbar akademiknya secara beradab dan
bertanggungjawab, serta sadar akan tanggung jawab moralnya untuk
mendayagunakan ilmu pengetahuan bagi sebesar-besarnya kebaikan dan
kesejahteraan masyarakat.
Kedua, Mahasiswa sebagai wadah memiliki karakteristik yang integral
dengan nilai sosio-historis masyarakat dan daerah tempatnya berada. Karenanya,
karakteristik inilah yang harusnya menjadi pembeda dengan mahasiswa perguruan
tinggi lain.
Ketiga, mahasiswa merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional dalam
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karenanya kesadaran akan eksistensi
formalnya tersebut harusnya telah terinternalisasi sebagai karakter, sehingga
mahasiswa secara sadar menjadi bagian dari upaya sadar untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa, menjunjung tinggi kepentingan bangsa dan Negara di atas
kepentingan pribadi atau golongan, taat azas terhadap konstitusi dan perundang-
undangan yang berlaku, serta bertanggung jawab terhadap masa depan bangsa dan
negaranya.
Keempat, mahasiswa merupakan anak bangsa yang menjadi bagian inheren
dari masyarakat. Mahasiswa merupakan representasi dari rakyat baik dalam konteks
kekinian maupun masa depan. Dan mahasiswa adalah duta para orang tua, yang diutus
oleh orang tuanya untuk menjalankan misi pribadi dan keluarga. Karenanya,
mahasiswa tidak boleh tercerabut dari akar sosiologisnya saat bertahta di menara
gading. Mahasiswa harus tetap menjadi bagian dari masyarakat, mampu berempati
terhadap segenap persoalan masyarakat, serta menjadi bagian produktif untuk meretas
jalan keluar terhadap persoalan-persoalan tersebut. Karenanya diperlukan karakter
mahasiswa yang kritis sekaligus empatif dalam menyuarakan kehendak
masyarakatnya, serta kreatif dan inovatif dalam menjawab tantangan serta
permasalahan yang dihadapi masyarakat yang notabene merupakan orang tua yang
mengutus mereka sebagai duta.
Kelima, mahasiswa merupakan bagian dari masyarakat dunia yang bersuku-
suku dan berbangsa-bangsa. Kesadaran akan kebhinekaan ini merupakan karakter
dasar guna membangun sikap toleran, saling menghormati, dan humanis guna dapat
bekerjasama secara sinergis dalam mewujudkan tatanan masyarakat dunia yang adil
dan sejahtera.
Dan keenam, mahasiswa merupakan insan yang tak boleh terpental jauh dari
eksistensi transedentalnya sebagai mahluk Tuhan yang membawa misi kenabian guna
dapat menjadi khalifah di muka bumi yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan
hidup serta kesejahteraan semua mahluk yang ada di muka bumi. Karenanya,
mahasiswa haruslah pribadi-pribadi yang taat dalam menjalankan ibadah formalnya
serta mampu mewujudkan hakikat ibadah yang dijalaninya tersebut dalam
kehidupannya sehari-hari.
Keenam kesadaran eksistensial inilah yang harusnya menjadi landasan dalam
membangun paradigma dan metoda dalam melakukan pembinaan karakter
mahasiswa, sehingga internalisasi akan dimensi aksiologis dan eksistensinya itu dapat
berlangsung secara alamiah dan manusiawi. Tentu bukan proses yang mudah, apalagi
dalam wadah organisasi perguruan tinggi yang kompleks dan seringkali terkendala
oleh kultur birokrasi yang lambat, inefisien, dan formalistik.
Mahasiswa merupakan agent of change, artinya agen suatu perubahan menuju
arah yang lebih baik. Perubahan sendiri merupakan hal yang mutlak dan pasti akan
terjadi. Bagi orang yang ingin maju, maka perubahan menjadi faktor utama.
Mahasiswa adalah golongan yang harus menjadi garda terdepan dalam melakukan
perubahan dikarenakan mahasiswa merupakan kaum yang terdidik. Dengan
keMahaan yang melekat pada kata Mahasiswa, artinya dari suatu hal yang besar
dalam diri siswa. Bukan sekedar siswa saja yang berperilaku sangat emosional,
berpikir praktis, dan belum tereksplornya potensi, maka ketika mahasiswa sifat
tersebut berubah menjadi santun, cerdas, kritis, kreatif, inovatif, menerika kritikan,
terbuka, dan tanggap terhadap permasalahan di lingkungan.
Salah satu sikap disiplin mahasiswa agar dapat menjadi sumber daya yang
profrsional antara lain membiasakan diri membuat agenda kegiatan, baik agenda
harian, mingguan atau bulanan. Sebisa mungkin agenda yang telah dibuat ditaati dan
wajib dijalankan sesuai waktunya. Kapan waktu kuliah, belajar, olah raga, ibadah dll.
Selain itu perlu adanya lingkungan yang mendukung untuk berdisiplin. Karena
kedisiplinan akan sulit diwujudkan bila lingkungan di sekitar kita masih menganut
jam elastis alias jam karet.
Kita tahu setiap manusia itu memiliki karakter. Tak terkecuali seorang
mahasiswa, salah satu karakter yang harus di miliki oleh seorang mahasiswa adalah
Displin.Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang
dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung
jawabnya. Pendisiplinan adalah usaha usaha untuk menanamkan nilai ataupun
pemaksaan agar subjek memiliki kemampuan untuk menaati sebuah peraturan.
Mahasiswa yang benar benar memiliki karakter adalah mahasiswa yang bisa
membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan
yang ia buat. Displin juga membentuk kita untuk menjadi pribadi yang
bertanggungjwab, tidak muda mengeluh dan senantiasa mengejar dan berusaha
meraih apa yang ia cita cita kan. Ingat, tak cukup displin untuk menjadi berhasil.
Tapi membutuhkan banyak karakter lain yang dapat menunjang keberhasilan kita.

Anda mungkin juga menyukai