Sejujurnya saat ini mahasiswa telah kehilangan jati dirinya. Dulu mahasiswa
terlihat garang terhadap birokrasi dan menjadi momok yang menakutkan bagi aparat
birokrasi yang berkuasa. Akan tetapi sekarang mahasiswa diibaratkan harimau tanpa
taring, tidak berdaya dihadapan birokrasi. Gerakan mahasiswa saat ini menjadi mandul,
sebab kurangnya rasa empati terhadap berbagai permasalahan yang terjadi. Idealisme
yang diagung-agungkan sejak dulu akhirnya tergerus oleh zaman, sehingga
menghadirkan persaingan yang tidak sehat. Mahasiswa tanpa sadar mulai berubah
haluan dan menjadi apatis. Menurut istilah, sikap apatis merupakan ketidakpedulian
terhadap permasalahan-permasalahan lingkungan [Thomson dan Barton, 1994].
Sedangkan paradigma apatis menurut Solmitz pada tahun 2000 adalah ketidakpedulian
individu dimana mahasiswa tidak memiliki minat atau tidak adanya perhatian terhadap
aspek-aspek tertentu seperti kehidupan sosial maupun aspek fisik dan emosional.
[dalam Ahmed, Ajmal, Khalid & Sarfaraz, 2012].
Penyebab mahasiswa bersifat apatis yaitu merasa tidak sejalan dan satu tujuan,
hedonisme (gaya hidup hura-hura), pandangan bahwa organisasi dapat menghambat
prestasi akademik, adanya anggapan pengurus lembaga mahasiswa hanya memiliki
bakat demontrasi, kondisi sosial ekonomi, intimidasi pemerintah dan narkoba
[Minderop, 2013]. Hal tersebut menjadi bayang-bayang bagi mahasiswa sehingga
mereka memilih untuk menjadi apatis. Saat menjadi mahasiswa apatis, mereka akan
lebih mengenal diri sendiri sehingga dapat memberi pengaruh positif bagi mereka dan
mungkin juga bagi orang lain. Contohnya saat mengikuti ujian, mereka merasa mampu
untuk mengerjakannya sendiri dan mahasiswa yang lain tidak akan terganggu. Selain
itu, mahasiswa apatis juga berpeluang besar untuk mendapatkan IPK yang sempurna
karena waktu mereka hanya berfokus pada perkuliahan. Dengan kata lain mereka
memiliki waktu yang lebih banyak untuk mempelajari materi yang sudah maupun
belum mereka dapatkan di kelas. Namun, kelebihan saat menjadi mahasiswa idealis
(aktivis) lebih menggiurkan dibanding dengan mereka yang memilih menjadi
mahasiswa apatis.
Kelebihan dari mahasiswa idealis ialah dimana mahasiswa itu sendiri dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya dan lebih peduli dengan mahasiswa
yang lain maupun orang lain. Tak hanya itu saja, mahasiswa idealis juga lebih
mengetahui seperti apa kehidupan atau lingkungan kampus dan mahasiswa idealis yang
dapat dikatakan lebih tepat dan benar. Dan juga jika kita mengambil contoh di dalam
lingkungan kampus Universitas Udayana yang dimana mahasiswa idelis berpeluang
besar untuk mengumpulkan SKP melalui kegiatan-kegiatan yang ber-SKP yang
dimana saat ini di Universitas Udayana, sistem SKP merupakan syarat utama bagi
mahaiswa Universitas Udayana agar dapat menjalani yudisium atau wisuda.
Sedangkan, kelebihan dari mahasiswa apatis ialah mereka lebih mengenal diri mereka
yang dapat berpengaruh positif juga bagi mereka dan mungkin juga bagi orang lain
contohnya saat mengikuti ujian dimana mereka merasa mampu untuk mengerjakannya
sendiri dan mahasiswa yang lain tidak akan merasa terganggu karena jawaban mereka
tidak dicontek saat mengerjakan soal ujian tersebut. Selain itu juga, mahasiswa apatis
berpeluang besar untuk mendapatkan IPK yang sempurna karena waktu mereka hanya
berfokus pada perkuliahan mereka dengan kata lain.
Tidak ada gading yang tidak retak artinya selain memiliki kelebihan mahasiswa
idealis dan apatis juga memiliki kelemahan. Adapun kelemahan mahasiswa idealis
yaitu tidak memiliki banyak waktu karena banyak waktu yang dimiliki mahasiswa
idealis tersita untuk kegiatan perkuliahan maupun untuk organisasinya, sehingga dia
tidak memiliki banyak waktu untuk main bersama teman, berbincang-bincang dengan
teman sekelas, berkumpul bersama keluarga dan kurang waktu untuk istirahat. Selain
tidak punya banyak waktu luang biasanya mahasiswa ideal terlalu selektif dalam
memilih suatu pekerjaan atau tugas, sikap selektif sebenarnya bagus tetapi disisi lain
sikap selektif bisa membunuh karena merasa dirinya terlalu ideal untuk melakukan hal-
hal kecil yang sebenarnya juga penting untuk dikerjakan. Sedangkan kelemahan
mahasiswa apatis yaitu relasi terbatas, karena hidupnya hanya dihabiskan untuk dirinya
sendiri saja, maka teman yang didapat oleh si mahasiswa apatis ini sangat terbatas.
Karena si mahasiswa apatis ini kurang mempunyai relasi maka terkadang dia kesulitan
dalam mendapatkan informasi dan dia juga kurang memperhatikan lingkungan sekitar,
sikap apatis yang tidak memperdulikan lingkungan sekitar karena menurut mereka itu
semua bukan urusan dia, hal ini kurang baik karena menyebabkan soft skill kurang
terasah , soft skil merupakan kemampuan yang dapat diasah seiring berjalannya waktu
dengan berbagai permasalahan yang dihadapi. Soft skill ini seperti kecepatan dalam
menyelesaikan masalah, komunikasi yang baik, proses menahan emosi dalam diri dan
lain sebagainya. Soft skill yaitu memiliki wawasan yang luas. Seorang mahasiswa
dituntut untuk megerti dan menyadari keadaan di sekitarnya. Wawasan yang luas tidak
hanya didapat dari ilmu yang dipelajari di perkuliahan saja, melainkan juga bisa didapat
dari lingkungan sekitar.