Anda di halaman 1dari 6

III.

SISTEM LIMFATIKA

Limfe/cairan getah bening adalah cairan yang ditemukan di dalam kapiler


limfe, pembuluh limfe, duktus limfe, trunkus limfe, dan sinus pada limfenodus.
Pembuluh limfe dan limfenodus yang berperan dalam pengaliran limfe membentuk
sistem limfe. Sistem vaskuler limfe meliputi kapiler, pembuluh, dukus, dan trunkus
limfe, dan kandungannya kecuali limfenodus.
Jaringan limfatika meliputi limfosit yang terisolasi dalam stroma dengan
berbagai ukuran dan ditopang oleh anyaman serabut-serabut retikuler yang tersusun
atas bendel-bendel serabut kolagen yang dihubungankan dengan sel-sel retikuler.
Dalam arti luas, sistem limfatika meliputi jaringan limfatika dan sistem limfe.

1. LIMFE/CAIRAN GETAH BENING


Limfe adalah cairan jernih tidak berwarna (bening), kecuali yang ditemukan
pada pembuluh limfe saluran pencernaan seteleh makan berwarna seperti susu (ada
lemak) yang disebut kil (chyle). Komposisi kimia limfe menyerupai plasma darah.
Kandungan protein tertinggi ditemukan pada limfe yang berasal dari hati dan terendah
dari daerah kulit. Kandungan lemak pada kilomikron tergantung dari tingkat
penyerapan lemak pada saluran pencernaan.

Limfe di dalam saluran/pembuluh limfe sangat lambat. Pergerakan limfe dari


perifer ke pusat sangat dipengruhi oleh faktor di luar sistem limfatika. Secara umum,
tekanan osmotik jaringan lebih besar daripada tekanan pada kapiler limfe. Karenanya,
tekanan limfe di dalam pembuluh limfe meningkat dan limfe mengalir secara
sentripetal ke arah tekanan yang lebih kecil. Ketika jaringan istirahat, tekanan limfe
dalam pembuluh limfe dan tekanan jaringan interstitial hampir sama. Pada kondisi ini,
sangat sedikit limfe mengalir ke pembuluh limfe.

Melalui pengurutan atau gerakan/kontraksi otot aliran limfe meningkat.


Pergerakan pernafasan juga menyediakan aksi pompa yang berpengaruh terhadap
perputaran limfe dari cavum thoraks dan abdomen. Tekanan abdomen/perut ditransfer
menjadi tekanan aktual terhadap cisterna chyli dan selanjutnya akan meningkatkan
kecepatan aliran limfe. Tekanan intrathoraks yang negatif dan saat inspirasi berefek
terhadap pengaliran limfe masuk ke sistem vena. Pengaliran limfe pada intestinum
(usus) sangat dipengaruhi oleh gerakan peristaltik usus. Susunan anatomi antara
pembuluh limfe dan pembuluh darah meningkatkan pengaliran limfe ke depan.
Peningkatan tekanan darah atau peningkatan permiabilitas kapiler darah akan
meningkatkan tekanan imfe dalam pembuluhnya.

Hal lain yang mempengaruhi peningkatan laju pergerakan limfe adalah


kongesti vena, inflamasi/radang, edema oleh kegagalan ginjal, serosis hepatis,
peningkatan suhu tubuh atau jaringan lokal, dan luka jaringan. Aliran limfe juga
dipengaruhi oleh anestesia karena hilangnya tonus atau kontraksi otot; oleh perubahan
laju atau kedalaman respirasi; dan oleh perubahan tonus pembuluh darah. Beberapa
obat seperti sodium klorida, asetilkolin, dan juga transfusi plasma darah secara
intravena akan meningkatkan laju aliran limfe.

2. PEMBULUH LIMFE
Pembuluh limfe dimulai dari kapiler limfe berdinding tipis dengan ujung
buntu seperti jari tangan di dalam jaringan penunjang. Kapiler limfe membentuk
jalinan (network) kapiler tiga dimensi yang mengalir ke pembuluh pengumpul yang
lebih besar dan dindingnya lebih tebal, duktus limfe dan trunkus limfe. Pada akhirnya,
limfe yang mengalir pada duktus dan trunkus tersebut akan ditumpahkan ke vena cava
craniais pada cavum thoraks.
Pada regio tertentu, karea tidak adanya jaringan penunjang, pembuluh limfe tidak ada.
Regio tersebut antra lain bagian parenkim organ hati, limpa (tetapi ada pada kapsula
dan trabekula), tonsil, limfenodus, sumsum tulang, sistem saraf pusat (kecuali
meningen), corda umbilicalis, membran embrionik, kartilago hyalin, lapisan epitel
kulit, kornea, lensa mata, dan humor vitreus bola mata.

Kapiler limfe.
Kapiler limfe tersusun atas tabung endotelium yang terkurung di dalam
jaringan penunjang dengan ujungnya buntu, bulat, dan agak melebar. Kapiler limfe
tidak memiliki lapisan basement seperti pada kapiler darah (lapisan perisit).
Diperkirakan, hal ini bertanggungjawab, sebagian, untuk memudahkan menyerap
makro molekul dari cairan interstitial dan eksudat inflamasi/radang dibandingkan
kapiler darah.

Pembuluh limfe besar


Pembuluh limfe lebih besar daripada kapiler, dan memiliki satu lapis jaringan
ikat. Terkadang pada pembuluh yang lebih besar memiliki serabut otot polos yang
ditopang oleh jaringan ikat yang mengandung serabut elastis. Sedangkan pada
pembuluh limfe yang lebar (duktus dan trunkus), sebagai contoh duktus thoracicus,
dan cisterna chyli, terdapat 3 lapisan yang dapat dibedakan. Lapisan tersebut meliputi
lapisan/tunika intima (endothelium), tunika media (berisi serabut otot polos dengan
arah obliq dan sirkuler), dan tunika adventisia (mengandung jaringan ikat dan di
dalamnya terdapat serabut otot polos dengan arah obliq dan longitudinal).

Duktus trakealis
Pada sebagian besar spesies, duktus trakealis adalah pembuluh berpasangan
dan lebar yang mengikuti perjalanan trakea pada leher. Kecuali pada kuda, duktus
trakealis bermula dari limfenodus retrofaringeus yang berperan sebagai pusat
pengumpul limfe daerah kepala. Duktus ini juga menerima masukan dari limfenodus
cervicalis profundus sebelum bergabung dengan duktus thoracicus atau duktus
limfatikus dextra. Alternatif lain, satu atau kedua duktus trakealis mungkin bergabung
dengan vena jugularis sebelum memasuki cavum thorak. Pada kuda, aliran duktus
trakealis terputus-putus menjadi serial aliran melalui limfenodus cervicalis profundus.

Duktus thoracicus dan cisterna chyli


Duktus thoracicus merupakan saluran pengumpul limfe besar. Duktus
thoracicus berawal dari cisterna chyli yang menerima limfe dari abdomen, pelvis, dan
kaki belakang. Cisterna chyli berbentuk tidak teratur dan meskipun citerna chyli
utama berada di antara aorta dan vertebrae pada sambungan thoraco-lumbal, cisterna
ini memanjang ke ventral sekitar vena cava dan pangkal arteri celiaca.
Duktus thoracicus merupakan lanjutan cisterna chyli ke depan melintas
melalui hiatus aorticus menuju mediastinum. Perjalanan selanjutnya ke arah cranial
dan ventral melintasi permukaan kiri trakea menuju tempat pengakhiran pada suatu
vena yang mengalirkan darah menuju vena cava cranialis. Vena yang sering menjadi
muaranya adalah vena jugularis externa kiri atau vena cava cranial itu sendiri. Dukus
thoracicus juga menerima aliran tambahan dari limfenodus sebelah kiri dada.
Duktus limfatikus dextra merupakan duktus yang menerima limfe dari struktur
throraks bagian kanan dan melanjut ke tempat terminal yang sama (vena) di sebelah
kanan. Duktus thoracicus atau duktus limfaticus dextra terkadang juga menerima
aliran dari duktus trakealis yang sesisi.

Trunkus lumbalis
Trunkus lumbalis terutama dibentuk oleh pembuluh eferen dari limfenodus
ilium medialis. Trunkus membentuk pleksus pada dinding dorsal abdomen tempat
trunkus diperkuat oleh sebagaian aliran yang keluar dari daerah lumbal sebelum
berubah menjadi cisterna chyli. Trunkus lumbalis juga menerima aliran limfe dari
trunkus visceralis yang berasal dari organ digestivus.

Valvula
Semua pembuluh limfe kecuali kapiler memiliki klep/valvula. Secara umum, valvula
mempunyai 2 daun, tetapi pada pembuluh yang lebih kecil sering ditemukan satu
valvula menyerupai lipatan. Beberapa valvula yang lebih lebar mungkin memiliki
beberapa serabut otot yang secara aktif membantu pengaliran limfe ke arah
sentripetal.
Secara umum, limfe mengalir paling tidak sekali melalui sinus pada
limfenodus sebelum memasuki sistem vena. Tetapi para ahli juga mengamati bahwa
terkadang pembuluh limfe kecil dapat memasuki vena tanpa perlu pertama melewati
limfenodus.

2. STRUKTUR JARINGAN LIMFATIKA


Jaringan limfatika difusa (yang menyebar) berkaitan dengan jaringn ikat dimana
sejumlah besar limfosit dalam berbagai ukuran berada. Besar dan luas jaringan
limfatika difusa bervariasi sesuai umur hewan, perangsangan aktifitas limfosit oleh
antigen, dan kondisi patologis. Konsentrasi limfosit yang terlihat sebagai
limfenodulus sering tidak terlihat dengan mata telanjang dan sering menempati
jaringan limfatika difusa. Dari yang seukuran ujung jarum sampai kacang tanah
(limfenodus soliter) biasa ditemukan di subepithel membrana mukosa dan
keberadaanya melimpah pada saluran pencernaan.
Limfenodus soliter mungkin bersatu membentuk agregasi limfenodus yang
diklilingi oleh kapsula jaringan ikat tipis seperti lempeng Peyer pada ileum dan sekum
saluran cerna (pada babi juga ditemukan pada jejunum). Besarnya lempeng Peyer
bervariasi antar spesies dan antar hewan dalam satu spesies.
Tonsil merupakan agregasi jaringan limfatika pada mulut (pada daerah akar
lidah, langit-langit lunak, dan faring). Struktur seperti organ ini terletak subepithel
pada submukosa dan dibungkus oleh kapsul jaringan ikat. Ukuran dan bentuk tonsil
bervariasi antar spesies. Tonsil hanya memiliki pembuluh limfe eferen, tidak memiiki
pembuluh limfe aferen.
Limfe nodus terletak di antara perjalanan aliran limfe. Limfe nodus mewakili
akumulasi jaringan limfatika yang dibungkus oleh serabut elastis dan serabut otot
polos yang mengandung kapsul jaringan ikat. Dari kapsul jaringan ikat muncul
trabekula dan septa yang lewat di dalam parenkim limfenodus. Dekat pusat
limfenodus, trabekula menjadi lebih tipis dan membentuk sebuah jejaring jaringan
ikat. Di bawah kapsula dan di sekitar trabekula dan septa terbentuk sinus limfe yang
memisahkan jaringan ikat dari parenkim limferetikuler (jaringan limfe). Sinus limfe
dilapsi oleh endothelium (retikloendothelium). Sinus yang terdapat di bawah kapsul
disebut sinus marginalis. Sinus disekitar trabekula dan septum disebut sinus
intermedialis. Sinus di daerah medula limfenodus (daerah parenkim) disebut sinus
medullare. Sinus medullare bergabung menjadi satu membentuk sinus terminal yang
terletak pada hilus limfenodus.
Pembuluh limfe yang mengalirkan limfe ke limfenodus disebut pembuluh
limfe aferen, sedangkan pembuluh yang membawa limfe keluar limfenodus disebut
pembuluh limfe eferen. Pembuluh aferen menumpahkan limfe ke sinus marginalis
(daerah tepi), sedangkan pembuluh eferennya dimulai dari sinus terminalis (daerah
pusat). Pada babi dan gajah, lokasi pembuluh eferen dan aferen terbalik yaitu
pembuluh aferen masuk ke daerah pusat (melalui hilus), sedangkan pembuluh eferen
keluar dari daerah tepi.
Jaringan limfatika (parenkim) menempati ruang antara trabekula dan septum.
Pada pewarnaan HE, bagian parenkim limfenodus terlihat terang di dalam (center)
dan lebih gelap di tepian. Penampakan gelap berkaitan dengan kemasan inti limfosit
secara masif (terwarnai biru), dan juga menunjukkan bahwa sel tersebut memiliki
sedikit sitoplasma.
Sepanjang daerah korteks limfenodus, limfosit bergerup ke dalam
limfenodulus yang kecil dengan pusat lebih terang. Daerah pusat yang lebih terang ini
disebut pusat reaksi/pusat germinal (germinal center) sebagai indikator pertumbuhan
limfenodus akibat aksi agen patologik atau antigenik. Agregasi limposit yang masif
(nodulus) yang di tengahnya ada bagian terang bersifat sementara yang jumlah dan
ukurannya berfluktuasi. Pada hewan yang terbebas dari agen infeksi, nodulus hampir
tidak terlhat secara mikroskopis, sedangkan pada hewan yang terpapar oleh agen
infeksi atau diimunisasi, nodulus sangat jelas dengan ukuran besar. Nodulus ini
berkaitan dengan peningkatan produksi limposit. Limfosit selanjutnya mengalir
melalui pembuluh eferen menuju sistem vena.
Limfenodus sangat bervariasi dalam ukuran. Secara umum, pada ruminansia
dan karnivora sering ditemukan linfenodus tunggal dengan panjang beberpa
sentimeter. Pada babi dan kuda sering ditemukan beberapa limfenodus berkelompok
membentuk grup limfenodus.
Lymphocenter adalah limfenodus atau grup limfenodus yang tetap ada pada
regio yang sama dan menerima pembuluh aferen dari daerah di sekitar regio tersebut
pada semua spesies. Limfenodus mammalia dapat dikelompokkan menjadi beberapa
lymphocenter yaitu:
• Daerah Kepala: lymphocenter mandibularis, parotidea, dan
retropharyngeal.
• Daerah Leher: lymphocenter cervicalis superfisialis dan lymphocenter
cervicalis profundus.
• Daerah Kaki depan: lymphocenter axillaris.
• Daerah cavum thoraks: lymphocenter thoracalis dorsalis, lymphocenter
thoracalis ventralis, lymphocenter mediastinalis, lymphocenter bronchialis.
• Daerah dinding abdomen dan pelvis: lymphocenter lumbalis,
lymphocenter iliosacralis, lymphocenter inguinofemorals, lymphocenter
ischiaticus.
• Daerah kaki belakang: lymphocenter iliofemoralis, lymphocenter poplitea.
• Daerah viscera abdominalis: lymphocenter celiaca, lymphocenter
mesentrica caudalis, lymphocenter mesentrica cranialis.

3. HEMALNODUS
Hemalnodus berbeda dari limfenodus. Hemalnodus tidak memiliki pembuluh aferen
dan eferen dan berwarna coklat gelap. Ukurannya tidak lebih besar dari biji kacang
tanah. Hemalnodus sangat jelas terlihat hanya pada ruminasia.
Hemalnodus, pada ruminansia, terletak di sepanjang aorta, pada fisura portae,
dan dekat limfenodus ruminalis dan jejunalis. Pada Banteng, hemalnodus secara
konsisten ditemukan di bawah otot trapezius, dekat limfenodus cervicalis
superficialis, dan di bawah kulit daerah flank bagian atas. Terkadang hemalnodus
ditemukan dekat dengan limfenodus, tetapi sangat jarang dibungkus menjadi satu.
Hemalnodus dibunkus oleh kapsul jaingan ikat fibrosa dan mengandung
beberapa sel otot polos. Hemalnodus memiliki sinus perifer yang mengandung darah.
Dari sini, sinus sekunder memanjang ke interior nodus dan membentuk sistem
interkomunikasi ruang darah. Tidak ditemukan pembagian yang jelas antara korteks
dan (parenkin) medula jaringan limfatika. Jaringan limfatika dalam hemalnodus
mengandng nodulus dengan germinal center. Nodulus tidak dihubungkan dengan
arteriol sebagaimana pada limpa. Dalam hemalnodus tidak ada bukti kejadian
eritroforesis, myelopoiesis, atau eritofagositosis.

4. LIMPA/LIEN
Limpa terletak di regio hypogastrika kiri. Teksturnya lembut, penuh buluh
darah, dan berwarna merah terang sampai ungu gelap. Limpa dan sumsum tulang
tersisip di antara lintasan aliran darah. Kedua organ ini memiliki dua aturan yaitu
bereaksi secara imunologis (lebih dominan pada limpa) dan hematopoetika (lebih
dominan pada sumsum tulang).
Limpa menyaring darah, memindahkan besi dari hemoglobin, memproduksi
limfosit dan antibodi, menyimpan dan melepaskan darah (penuh dengan korpuskel/sel
darah merah). Ukuran dan berat bervariasi sepanjang hidup dan dipengaruhi oleh
berbagai kondisi.
Limpa dibungkus oleh kapsul yang menebal pada bagian hilus sebagai tempat
melekat ke lipatan peritonium, dan tempat masuk arteri dan keluarnya vena. Kapsul
menyusup ke dalam organ membentuk trabekula. Jalinan retikuler mengisi ruang di
antara kapsul, hilus, dan trabekula, dan membentuk jaringan limpa (dipenuhi oleh
sel). Jaringan limpa disusun atas pulpa putih (folikel limfatika) dan pulpa merah
(sinus venosus).
Limpa disuplai oleh arteri lienalis dan didrainase melalui vena lienalis. Limpa
memiliki satu tipe sirkulasi terbuka, tempat darah bergerak secara perlahan melalui
pulpa dan menggenangi jalinan retikuler sinus. Aliran darah melalui pulpa
dipengaruhi oleh kontraksi dan relaksasi sebuah arteri atau grup arteri. Limposit yang
diproduksi masuk ke dalam aliran darah. Pembuluh limfe ditemukan pada kapsul dan
trabekula yang lebih besar. Limfe dialirkan kepada limfenodus terdekat. Limpa
diinervasi sebagian besar oleh saraf simpatis untuk otot polos yang ada pada kapsul,
trabekula, dan pembuluh darah dalam pulva.

5. THYMUS (Timus)
Timus adalah organ yang berkembang baik, berada pada kondisi sangat aktif
pada masa prenatal akhir dan awal postnatal. Setelah hewan mencapai dewasa
kelamin, timus mengalami involusi yang nyata, dan degenerasi amiloidosis dan
melemak, tetapi keberadaanya tidak pernah hilang total.
Pada masa embrional, timus memiliki asal ganda dari kantong faringeus
ketiga, meskipun ketidakjelasan mengenai kontribusi nyata yang dibuat oleh lapis
endoderm dan mesoderm dan bahkan lapis ektoderm memberi kontribusi pada
beberapa spesies. Pucuk/tunas tumbuh ke bawah leher di sebelah trakea dan
memasuki mediastinum dan memanjang sampai pericardium. Bagian cervicalis
mengalami regresi secara permanen pada beberapa spesies (termasuk anjing) dan
selanjutnya timus tampak sebagai organ tunggal di tengah yang sifat bilateralnya
tidak berarti tetapi nyata. Perkebangan akhirnya, timus berbentuk struktur yang
berlobus dan menempati bagian ventral mediastinum cranialis.
Secara histologi, kapsul dan septum intratimus mengandung jaringan ikat
longgar. Jaringan interstitial parenkim timus mengandung sedikit serabut jaringan ikat
retikuler, yang terkonsentrasi di sekitar pembuluh darah.
Parenkim timus tersusun atas korteks dan medula. Korteks dicirikan oleh
adanya sejumlah besar sel kecil menyerupai limfosit disebut timosit. Beberapa sel
retikuler yang berasal dari ektoderm juga ditemukan pada korteks.
Parenkim masing-masing lobus dapat dibagi lagi menjadi lobulus yang
ukurannya bevariasi tergantung spesies (lebar antara 5-15 mm). Sejumlah besar
lobulus saling berkontakan melalui perpanjangannya di daerah medula.
Medula mengandung beberapa sel retikuler primitif dan sel-sel agranulosit
dengan sitoplasma yang banyak. Juga teramati myelosit eosinofil dan sel plasma.
Gambaran khas pada medula adalah korpuskel Hassal. Struktur ini bervariasi
diameternya (30-100 mikron). Tepinya terdiri atas beberapa lapis sel epitel yang
tersusun secara konsentrik. Ke bagian dalam, sel epithel tersebut mengalami kematian
dan distorsi karena nukleusnya mengalami piknosis dan karyoreksis. Biasanya di
bagian pusat korpuskel disusun oleh material keratin dan hyalin.

Anda mungkin juga menyukai