Anda di halaman 1dari 2

“Pendidikan yang berketuhanan, berperikemanusiaan, berkebangsaan,

berkerakyatan, dan berkeadilan sosial.’

Pendidikan dalam bingkai Pancasila merupakan sistem pendidikan yang menghargai


kemajemukan sebagai identitas bangsa dan oleh karena itu menghapus segala jenis
diskriminasi. Pendidikan bertujuan untuk menghasilkan manusia yang tangguh dalam
kehidupan masyarakat. Manusia yang dimaksud adalah manusia yang bermoral Tamansiswa,
yang mampu melaksanakan Tri Pantangan yang meliputi tidak menyalahgunakan wewenang
atau kekuasaan, tidak melakukan manipulasi keuangan, dan tidak melanggar kesusilaan.

Pendidikan sebagai suatu proses untuk menuntun manusia mencapai kemaslahatan yang
setinggi-tingginya hendaknya memahami bahwa siswa sebagai bagian dari pendidikan
memiliki kodrat istimewa yang membedakan dirinya dengan siswa yang lain. Pendidikan
berfungsi untuk menuntun segala kodrat (kekuatan, potensi, minat, bakat) yang ada pada siswa
agar dapat berkembang secara optimal. Selanjutnya, pendidikan harus mengakui kemerdekaan
sebagai karunia Tuhan yang Maha Esa. Artinya, pendidikan memberikan hak kepada siswanya
untuk mengatur dirinya sendiri dengan berpegangan pada nilai-dan norma luhur yang ada pada
masyarakatnya. Pendidikan harus mampu menuntun anak didik agar memahami eksistensinya
sebagai manusia dan posisinya dalam lingkungan alam dan sosial.

Perlu digaris bawahi bahwa pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara merupakan sebuah
tuntunan. Berdasarkan pengertian tersebut tersirat bahwa hasil perkembangan peserta didik
terletak di luar kehendak pendidik. Hal tersebut dikarenakan peserta didik adalah makhluk
hidup yang dapat berkembang melalui kodrat yang telah dimiliki. Pendidik hanya
menumbuhkembangkan kodrat yang telah ada agar peserta didik dapat berkembang dengan
baik. Sejalan dengan konsep pendidikan abad 21, yang mana pembelajaran diarahkan untuk
mengubah pendekatan pembelajaran dari teacher centred menjadi student centered. Hal ini
sesuai dengan tuntutan masa depan dimana peserta didik harus memiliki kecakapan berpikir
dan belajar. Kecakapan-kecakapan tersebut antara lain kecakapan memecahkan masalah,
berpikir kritis, kolaborasi, dan kecakapan berkomunikasi.

Peserta didik dituntut agar memiliki kecakapan berpiir kritis, artinya mereka harus memiliki
kemampuan untuk menganalisis permasalahan secara mendalam dan kreatif dalam mencari dan
menciptakan alternatif solusi bagi dirinya sendiri maupun masyarakat. Kreativitas peserta didik
menuntun mereka untuk mengembangkan kecakapan berpikir tanpa dibatasi aturan yang
cenderung mengikat, melihat permaalahan dari berbagai sudut pandang, dan mampu
menyampaikan gagasaannya kepada orang lain, serta terbuka untuk menerima masukan.
Peserta didik dilatih untuk dapat melakukan kerjasama yang baik dengan teman-temannya.
Dalam kerjasama peserta didik juga dilatih kepemimpinannya, bagaimana dia mengembangkan
diri untuk menciptakan solusi terbaik yang dapat diterima oleh semua orang dalam
kelompoknya. Untuk dapat menyampaikan gagasan yang logis, kreatif, efektif, dan dapat
diterima oleh semua orang, peserta didik perlu belajar bagaimana mengembangkan
keterampilan komunikasi yang baik dan efektif. Dalam hal ini peserta didik diminta untuk bisa
menguasai, mengatur, dan membangun komunikasi yang baik dan benar bail secara tulisan,
lisan, maupun multimedia.

Konsep belajar yang diusung oleh Ki Hadjar Dewantara memiliki lima asas antara lain, asas
kemerdekaan, asas kodrat alam, asas kebudayaan, asas kebangsaan, dan asas kemanusiaan.
Asas tersebut pulalah yang mendasari pendidikan di perguruan taman siswa. Berdasarkan
kelima asas tersebut disimpulkan bahwa, belajar menurut ki hadjar dewantara harus dilandasi
dengan kemampuam pribadi, sesuai dengan kodrat, tidak bertentangan dengan budaya,
toleransi, dan menjaga hak-hak orang lain. Kemerdekaan atau kemampuan pribadi bertujuan
agar peserta didik dapat leluasa mengembangkan cipta, rasa, dan karsa dalam proses belajar.
Kodrat alam bertujuan agar peserta didik tidak melalaikan kewajibanya baik kewajiban
terhadap Tuhan, Lingkungan, masyarakat, maupun diri sendiri. Belajar juga harus sesuai
dengan budaya tempat agar hasil belajar bisa diterima di lingkungan tempat tinggal. Belajar
juga harus sesuai dengan kebangsaan karena peserta didik akan hidup dan berinteraksi dengan
masyarakat luas. Peserta didik juga dituntut untuk tidak melanggar dasar hak asasi manusia.

Konsep tersebut yang kemudian menginspirasi penyelenggara pendidikan untuk membuat


kebijakan-kebijakan pendidikan yang berorientasi pada membangun karakter serta kompetensi
peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai luhur dalam Pancasila. Profil pelajar Pancasila
terdiri dari enam dimensi, yaitu: 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan
berakhlak mulia, 2) mandiri, 3) bergotong-royong, 4) berkebinekaan global, 5) bernalar kritis,
dan 6) kreatif. Keenam dimensi profil pelajar Pancasila perlu dilihat secara utuh sebagai satu
kesatuan agar setiap individu dapat menjadi pelajar sepanjang hayat yang kompeten,
berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila.

Panca Warni
PPG Prajabatan Ekonomi UKSW 2022

Anda mungkin juga menyukai