Anda di halaman 1dari 9

RESUME

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“Perbedaan Individu dalam Belajar (lanjutan)”

Dosen Pengampu Mata Kuliah:

Dr. Zadrian Ardi, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh :

Amylia Putri (21129006)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
1. Gaya Belajar
Nasution (2011:93) menjelaskan bahwa mengajar itu harus memperhatikan gaya belajar
atau “learning style” siswa yaitu cara ia bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang
yang diterimanya dlam proses belajar. Para peneliti menemukan adanya berbagai gaya belajar
pada siswa yang dapat digolongkan menurut kategori-kategori tertentu. Informasi tentang adanya
gaya belajar yang berbeda-beda mempunyai pengaruh atas kurikulum, administrasi, dan proses
belajar mengajar.
Untuk mempertinggi efektifitas proses belajar mengajar perlu diadakan penelitian yang
mendalam tentang gaya belajar siswa. Penelitian diadakan dalam tiga bidang yaitu:
a) Gaya kognitif siswa
b) Gaya respon siswa terhadap stimulus
c) Model belajar
a) Gaya kognitif
Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam
menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir, dan memecahkan soal. Tidak
semua rang mengikuti cara yang sama, masing-masing menunjukkan perbedaan. Gaya belajar ini
berkaitan erat dengan pribadi seseorang, yang tentu dipengaruhi oleh pendidikan dan riwayat
perkembangannya.
b) Tiga model gaya belajar.
Berdasarkan studi longitudinal yang dilakukan oleh H. Witkin atas 1600 mahasiswa sejak
tahun 1954-1970, ia menemukan tes untuk membedakan tipe-tipe gaya belajar mahasiswa.
Pertama secara field dependent artinya sangat dipengaruhi oleh lingkungan atau bergantung pada
lingkungan ada pula yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan
1. Field dependent
Ciri-ciri tipe Field dependent
 Sangat dipengaruhi oleh lingkungan banyak bergantung pada pendidikan sewaktu kecil
 Di didik untuk selalu memperhatikan orang lain
 Mengingat hal-hal dalam konteks sosial
 Bicara lambat agar dapat dipahami oleh orang lain
 Mempunyai hubungan sosial yang luas
 Tidak senang pelajaran matematika lebih menyukai bidang humanitas dan ilmu-ilmu sosial
 Guru yang field dependent cenderung diskusi dan demokratis
 Memerlukan petunjuk yang lebih banyak untuk memahami sesuatu
 Lebih peka akan kritik dan perlu mendapat dorongan.
2. field independent
Ciri-ciri field independent
 Kurang dipengaruhi oleh lingkungan dan pendidikan masa lampau
 Di didik untuk berdiri sendiri dan mempunyai otonomi atas tindakannya
 Tidak peduli akan norma-norma orang lain
 Berbicara cepat tanpa menghiraukan daya tangkap orang lain
 Kurang mementingkan hubungan sosial
 Dapat juga menghargai humanitas dan ilmu-ilmu sosial, walaupun lebih cenderung pada
matematika dan ilmu pengetahuan alam
 Guru yang field independent cenderung untuk memberikan kuliah, menyampaikan pelajaran
dengan memberitahukannya.
 Tidak memerlukan petunjuk yang terperinci
 Dapat menerima kritik demi perbaikan
3. Impulsive-reflektif
Orang yang implusif mengambil keputusan dengan cepat tanpa memikirkannya secara
mendalam. Sebaliknya orang yang reflektif mempertimbangkan segala alternative sebelum
mengambil keputusan dalam situasi yang tidak mempunyai penyelesaian yang mudah. Jadi
seorang reflektif dan implusif bergantung pada kecendrungan untuk merefleksi atau memikirkan
alternative-alternatif, kemungkinan-kemungkinan pemecahan suatu masalah yang bertentangan
dengan kecendrungan untuk mengambil keputusan yang implusif dalam menghadapi masalah-
masalah yang tidak pasti jawabannya.
4. Preseptif, reseptif, sistematis, intuitif
Ciri-ciri preseptif
 Memperhatikan aturan
 Memusatkan perhatian pada hubungan diantara informai atau data
 Melompat dari data yang satu kepada data yang lain untuk mendapatkan hubungannya
Ciri-ciri reseptif
 Memperhatikan dengan detail
 Menjauhi, membentuk konsep sebelum memperoleh seluruh keterangan
 Mendesak atau menuntut segala keterangan sebelum mengambil kesimpulan
Ciri-ciri sistematis
 Mula-mula mencari suatu metode pendekatan dan pemecahan
 Menentukan jawaban berdasarkan suatu metode
 Segera meniadakan alternative yang tidak sesuai
 Melakukan penelitian dengan teratur untuk mencari data yang lebih banyak
 Menyelesaikan setiap langkah sebelum meningkat kepada langkah berikutnya
Ciri-ciri intuitif
 Memperhatikan keseluruhan masalah
 Mempercayai petunjuk perasaan
 Melompat-lompat dlaam jalan pikirannya
 Sering merumuskan masalah itu kembali
 Mempertahankan jawaban atas dasar cocoknya jawaban itu dengan hal-hal lain, jadi tidak
berdasarkan metode yang digunakannya.

2. Kepribadian dan Tempramen


Kata kepribadian berasal dari bahasa inggris yaitu personality diambil dari bahasa Yunani
yaitu proposan atau persona yang berarti topeng yang biasa dipakai dalam teather. Para pelaku
theater bertingkah laku seperti topeng yang dipakainya, seolah topeng itu mewakili cirri
kepribadiaannya. Jadi konsep awal pengertian kepribadian adalah tingkah laku yang
ditampakkan di lingkungan sosial kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditangkap
oleh lingkungan (Suryabrata, 1998:28).
Santrock (2010:158) menyatakan, kepribadian atau personalitas adalah pemikiran, emosi,
dan perilaku tertentu yang menjadi cirri dari seseorang dalam menghadapi dunianya. Alfiani
(dalam blogspot) mengutip pendapat Atkinson yang menyatakan kepribadian sebagai pola
perilaku dan cara berpikir yang khas yang menentukan penyesuaian diri seorang terhadap
lingkungan. Kepribadian seseorang dapat kita tinjau melalui dua model yaitu model big five dan
model brigg-myers.
a. Model Big Five
Merupakan model yang diajukan oleh Lewis Goldberg. Yang terdiri dari model kepribadian lima
dimensi.
a) Extrovesion
Orang tipe ini menikmati keberadaannya bersama orang lain, penuh energi, serta mengalami
emosi positive.
b) Agreeableness
Merupakan individu yang penuh perhatian, bersahabat, dermawan, suka menolong, dan mau
menyesuaikan keinginannya dengan orang lain.
c) Conscientiousness
Individu ini selalu menghindari kesalahan dan mencapai kesuksesan tingkat tinggi melalui
perencanaan yang penuh tujuan dan gigih.
d) Neoriticism (stabilitas emosional)
Individu yang Neoriticism tinggi memiliki reaksi emosi negatif, sedangkan orang yang
Neoriticism rendah cenderung tidak mudah terganggu, kurang reaktif secara emosi, tenang, serta
bebas dari emosi negative yang menetap.
e) Openness to ekperience
Individu ini cenderung terbuka secara intelektual, selalu ingin tahu, memiliki apresiasi terhadap
seni serta sensitive terhadap kecantikan.

b. Model Brigg-Myers
Dikemukakan oleh Isabel Brigg Myers dan Katharine C. model ini meliputi empat dimensi yaitu:
a) Extraversion (E) versus Introversion (I)
Orang yang introvert menemukan tenaga didalam ide, konsep, dan abstraksi. Mereka selalu ingin
memahami dunia dan meupakan pemikir reflektif serta konsentrator. Sementara orang yang
extrovert, menemukan energy pada orang dan benda benda. Mereka memilih berinteraksi dengan
orang lain dan berorientasi pada tindakan.

b) Sensing (S) versus Intution (N)


Orang sensing berorientasi pada detail, menginginkan fakta dan mempercayainya. Orang-orang
yang intuitif mencari pola dan hbungan diantara fakta-fakta yang diperoleh.
c) Thingking (T) vercus Feeling (F)
Individu yang thingking menghargai kebebasan, mereka membuat keputusan dengan
mempertimbangkan criteria objektif dan logika dari situasi. Individu yang Feeling menghargai
harmoni, mereka memusatkan pada nilai-nilaidan kebutuhan-kebtuham kemanusiaan pada saat
membuat keputusan atau penilaian.
d) Judging (J) dan Perceptive (P)
Orang yang judging cenderung tegas, penuh rencana, mengatur diri. Mereka fokus untuk
menyelesaikan tugas hanya ingin mengetahui esensi, dan bertindak cepat. Orang-orang
perceptive selalu ingin tahu, dapat menyesuaikan diri, dan spontan.

3. Sosio-Ekonomi dan Budaya


Budaya merupakan pikiran, akal budi, hasil karya manusia, atau dapat juga didefinisikan
sebagai adat istiadat. Adanya nilai-nilai dalam masyarakat memberitahu pada angotanya tentang
apa yang baik dan atau penting dalam masyarakat. Nilai-nilai tersebut terjabarkan dalam suatu
norma-norma. Norma masing-masing masyarakat berbeda, maka perilaku yang muncul dari
anggota masing-masing masyarakat berbeda satu dengan yang lainnya.Individu-individu yang
status sosial ekonominya rendah, sering kali mempunyai tingkat pendidikan dan kekuatan yang
rendah untuk mempengaruhi institusi masyarakat dan sumber ekonomi yang lebih sedikit.
a. Dampak budaya terhadap pembelajaran
Setiap siswa berasal dari ruang lingkup budaya yang berbeda, hal ini jelas berpengaruh
terhadap pelaksanaan pendidikan. Banyak aspek budaya mempunyai andil bagi identitas dan
konsep diri pelajaran dan mempengaruhi nilai, sikap dan harapan, hubungan sosial, penggunaan
bahasa dan perilaku lain para pelajar. Hal ini mewajibkan lingkungan pendidikan agar mampu
merangkum semua siswa dari berbagai budaya dan kebiasaan agar di didik secara efektif dan
efisien.

b. Pengaruh status sosial ekonomi terhadap pencapaian siswa


Status sosio-ekonomi yang didasarkan pada penghasilan perkerjaan, pendidikan dan
gengsi sosial sangat mempengaruhi sikap pelajar terhadap sekolah, pngetahuan, kesiapan beajar
dan pencapaian akademis. Siswa yang berasal dari keluarga yang berpendidikan rendah
mengalami tekanan yang mempunyai andil bagi praktik pengasuhan anak, pola komunikasi dan
harapan yang rendah yang mungkin akan kurang menguntungkan anak-anak ketika mereka
memasuko sekolah.

4. Pendekatan Pembelajaran Sesuai dengan Perbedaan Individu


Pendekatan individual adalah suatu pendekatan yang melayani perbedaan-perbedaan
perorangan siswa sedemikian rupa sehingga dengan penerapan pendekatan individual
memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal. Dasar pemikiran
dari pendekatan individual ini adanya perlakuan terhadap perbedaan individual masing-masing
siswa. Sebagai individu anak mempunyai kebutuhan dasar baik fisik maupun kebutuhan anak
untuk diakui sebagai pribadi, kebutuhan untuk dihargai dan menghargai orang lain, kebutuhan
rasa aman, dan juga sebagai makhluk sosial anak mempunyai kebutuhan untuk menyesuaikan
dengan lingkungan baik dengan temannya ataupun dengan guru dan orang tuanya.
Pembelajaran individual merupakan salah satu cara guru untuk membantu siswa belajar.
Pendekatan individual akan melibatkan hubungan yang terbuka antar guru dan siswa, yang
bertujuan untuk menimbulkan perasaan bebas dalam belajar sehingga terjadi hubungan yang
harmonis antara guru dengan siswa dalam belajar.
Untuk mencapai hal ini Djamarah (2005:165) menjelaskan guru harus melakukan hal
berikut ini:
1. Mendengarkan secara empati dan menanggapi secara positif pikiran anak didik dan membuat
hubungan saling percaya.
2. Membantu anak didik dengan pendekatan verbal dan nonverbal.
3. Membantu anak didik tampa harus mendominasi/mengambil alih tugas
4. Menerima perasaan anak didik sebagaimana adanya atau menerima perbedaannya dengan penuh
perhatian.
5. Menangani anak didik dengan member rasa aman, penuh pengertian, bantuan dan mungkin
member beberapa alternative pemecahan.
Berikut ini beberapa cara pendekatan pembelajaran sesuai dengan gaya belajar individu
(Hamalik, 2008:187).
a. Gaya Visual
1) Gunakan materi visual seperti gambar-gambar, diagram dan peta
2) Gunakan warna untuk memperjelas hal-hal penting
3) Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi
4) Gunakan multimedia
5) Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.
b. Gaya Auditori
1) Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi
2) Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
3) Gunakan musik
4) Diskusikan ide dengan anak secara verbal
5) Biarkan anak merekam materi
c. Gaya Kinestik
1) Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam
2) Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya
3) Izinkan anak untuk mengunyah permenkaret pada saat belajar
4) Gunakan warna terang untuk memperjelas hal-hal penting dalam bacaan
5) Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:Rineka
Cipta.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution. 2011. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta:Bumi
Aksara.

Santrock, John W. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta:Kencana.


Suryabrata, Sumadi. 1998. Psikologi Kepribadian. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai