Anda di halaman 1dari 5

RANGKUMAN MATERI KUNCI MODUL 2.

3 PEMBELAJARAN BERDIFERENSASI

Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran


di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson (1999:14) dalam
kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya
yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang
dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat
tersebut adalah yang terkait dengan:

1. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Bukan


hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
2. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana
ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid
tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda,
dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
3. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk
belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga
memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di
sepanjang proses belajar mereka.
4. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode
yang memungkinkan adanya fleksibilitas, namun juga struktur yang jelas, sehingga
walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara
efektif.
5. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang
didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan
murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu
mencapai tujuan belajar yang ditetapkan. Kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar
murid, berdasarkan 3 aspek yaitu
1. Kesiapan belajar (readiness) murid. Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk
mempelajari materi, konsep, atau keterampilan baru
2. Minat murid
Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu
situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri. Tomlinson
(2001: 53), mengatakan bahwa tujuan melakukan pembelajaran yang berbasis minat,
diantaranya adalah sebagai berikut:                  
 membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan kecintaan mereka
sendiri untuk belajar;
 mendemonstrasikan keterhubungan antar semua pembelajaran;
 menggunakan keterampilan atau ide yang dikenal murid sebagai jembatan untuk
mempelajari ide atau keterampilan yang kurang dikenal atau baru bagi mereka, dan;
 meningkatkan motivasi murid untuk belajar.

3. Profil belajar murid


Profil Belajar mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik belajar.
Tujuan dari mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil
belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural
dan efisien. Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu:

1. visual: belajar dengan melihat (misalnya melalui materi yang berupa gambar,
menampilkan diagram, power point, catatan, peta, graphic organizer ); 
2. auditori: belajar dengan mendengar (misalnya mendengarkan penjelasan guru,
membaca dengan keras, mendengarkan pendapat  saat berdiskusi, mendengarkan
musik); 
3. kinestetik: belajar sambil melakukan (misalnya bergerak dan meregangkan tubuh,
kegiatan hands on, dsb).

Ringkasan Materi Kunci Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional

Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan


secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini
memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat: 

1. Memahami, menghayati, dan  mengelola emosi  (kesadaran diri)


2. Menetapkan dan mencapai tujuan positif  (pengelolaan diri)
3. Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
4. Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)
5. Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan bertanggung jawab)

kerangka sistematis dan kolaboratif pembelajaran kompetensi sosial dan emosional  CASEL:

1. Penciptaan lingkungan belajar yang tepat serta terkoordinasi untuk meningkatkan


pembelajaran akademik, sosial, dan emosional semua murid
2. Kemitraan/kerjasama sekolah-keluarga-komunitas untuk membentuk lingkungan belajar
dan pengalaman yang bercirikan hubungan/relasi yang saling mempercayai dan
berkolaborasi
3. Kurikulum dan pembelajaran yang jelas dan bermakna, dan evaluasi secara berkala

Kerangka Kompetensi Sosial dan Emosional (CASEL)

1. Kesadaran Diri: kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri,
dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks
kehidupan. Contoh
 Dapat menggabungkan identitas pribadi dan identitas sosial
 Mengidentifikasi  kekuatan/aset diri dan budaya
 Mengidentifikasi emosi-emosi dalam diri
 Menunjukkan integritas dan kejujuran
 Dapat menghubungkan perasaan, pikiran, dan nilai-nilai
 Menguji dan mempertimbangkan prasangka dan bias
 Memupuk efikasi diri
 Memiliki pola pikir bertumbuh
 Mengembangkan minat dan menetapkan arah tujuan hidup
2. Manajemen Diri: kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara
efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi. Contoh :
 Mengelola emosi diri
 Mengidentifikasi dan menggunakan strategi-strategi pengelolaan stres
 Menunjukkan disiplin dan motivasi diri
 Merancang tujuan pribadi dan bersama
 Menggunakan keterampilan merancang dan mengorganisir
 Memperlihatkan keberanian untuk mengambil inisiatif
 Mendemonstrasikan kendali diri dan dalam kelompok
3. Kesadaran Sosial: kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati
dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks
yang berbeda-beda contoh
 Mempertimbangkan pandangan/pemikiran orang lain
 Mengakui kemampuan/kekuatan orang lain
 Mendemonstrasikan empati dan rasa welas kasih
 Menunjukkan kepedulian atas perasaan orang lain
 Memahami dan mengekspresikan rasa syukur
 Mengidentifikasi ragam norma sosial, termasuk dengan norma-norma yang menunjukkan
ketidakadilan

4. Keterampilan Berelasi: kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan-


hubungan yang sehat dan suportif contoh
 Berkomunikasi dengan efektif
 Mengembangkan relasi/hubungan positif
 Memperlihatkan kompetensi kebudayaan
 Mempraktikkan kerjasama tim dan pemecahan masalah secara kolaboratif
 Dapat melawan tekanan sosial yang negatif
 Menunjukkan sikap kepemimpinan dalam kelompok
 Mencari dan menawarkan bantuan apabila membutuhkan
 Turut membela hak-hak orang lain
5. Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab: kemampuan untuk mengambil
pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam
mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat
dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan
psikologis (well-being) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok contoh :
 Menunjukkan rasa ingin tahu dan keterbukaan pikiran
 Mengidentifikasi/mengenal solusi dari masalah pribadi dan sosial
 Berlatih membuat keputusan beralasan/masuk akal, setelah menganalisis
informasi, data, dan fakta
 Mengantisipasi dan mengevaluasi konsekuensi-konsekuensi dari tindakannya
 Menyadari bahwa keterampilan berpikir kritis sangat berguna baik di dalam
maupun di luar lingkungan sekolah
 Merefleksikan peran seseorang dalam memperkenalkan kesejahteraan
psikologis (well-being) diri sendiri, keluarga, dan komunitas
 Mengevaluasi dampak/pengaruh dari seseorang, hubungan interpersonal,
komunitas, dan kelembagaan.

Implementasi/ Penerapan PSE bisa dilakukan dengan 4 cara:

1. Mengajarkan Kompetensi Sosial Emosional (KSE) secara spesifik dan eksplisit


2. Mengintegrasikan KSE ke dalam praktik mengajar guru dan gaya interaksi dengan murid
3. Mengubah kebijakan dan ekspektasi sekolah terhadap murid
4. Memengaruhi pola pikir murid tentang persepsi diri, orang lain, dan lingkungan.
Kesadaran Penuh
Kesadaran penuh muncul saat seseorang memberikan perhatian dengan sengaja pada kondisi
saat sekarang yang didasarkan rasa ingin tahu dan kebaikan.
Kesadaran penuh muncul ketika seseorang sadar sepenuhnya pada apa yang sedang
dikerjakan dengan pikiran terbuka, atau di dalam situasi yang menghendaki perhatian yang
penuh. Contoh: murid yang sedang bermain musik, tidak terganggu dengan suara di
sekitarnya.

Pembelajaran Sosial dan Emosional Berbasis Kesadaran Penuh dalam Mewujudkan


Kesejahteraan Hidup (Well-Being)

PSE berbasis kesadaran penuh yang dilakukan secara terhubung, terkoordinasi, aktif, fokus,
dan eksplisit diharapkan bisa mewujudkan kesejahteraan hidup (Well-being) ekosistem sekolah.
Kesejahteraan Hidup (Well-being) adalah kondisi individu yang memiliki sikap positif terhadap diri
sendiri dan orang lain, bisa membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, bisa memenuhi
kebutuhan diri dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, mempunyai tujuan hidup
dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan
dirinya.

Siswa yang memiliki tingkat well-being yang tinggi punya kemungkinan lebih tinggi untuk
mencapai prestasi akademik yang lebih tinggi, kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, punya
ketangguhan dalam menghadapi stress dan terlibat dalam perilaku sosial yang lebih bertanggung
jawab.

Pengelolaan emosi dapat dilakukan dengan melatih kesadaran penuh dengan teknik STOP, yaitu:

1. Stop; berhenti melakukan kegiatan yang sedang dikerjakan


2. Take a Deep Breath (Tarik Napas Dalam); Menyadari napas masuk dan napas keluar.
3. Rasakan udara segar yang masuk lewat hidung. Rasakan udara hangat yang keluar dari
lubang hidung. Lakukan 2-3 kali.
4. Observe/Amati; Amati apa yang dirasakan pada tubuh! Amati perut yang mengembang
sebelum membuang napas. Amati perut yang mengempes saat membuang napas. Amati
pilihan-pilihan yang dapat dilakukan.
5. Proceed/Lanjutkan. Latihan selesai. Aktivitas dapat dilanjutkan dengan perasaan yang
lebih tenang, pikiran yang lebih jernih, dan sikap yang lebih positif

Anda mungkin juga menyukai