Anda di halaman 1dari 9

STRATEGI KOGNITIF

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Kognitif


Dosen Pengampu : Dr. H. Asep Rohayat, M.Pd

Oleh:
Fakhrunnisa
Afina
21861014

SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA (IPI)
GARUT 2022
1. Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah dan kegigihan perilaku. Artinya
perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.
a. Perspektif tentang Motivasi
Perspektif psikologi menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda
berdasarkan perspektif yang berbeda pula. Ada empat perspektif : behavioral,
humanistik, kognitif dan sosial.
b. Perspektif Behavioral
Perspektif behavioral menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai
kunci dalam menentukan motivasi murid. Insentif adalah peristtiwa atau stimuli positif
atau negatif yang dapat memeotivasi perilaku murid. Pendukung penggunaan insentif
menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran,
dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari
perilaku yang tidak tepat. Insentif yang dipakai guru di kelas antara lain nilai yang
baik, yang memberikan indikasi tentang kualitas pekerjaan murid, dan tanda bintang
atau pujian jika mereka menyelesaikan suatu tugas dengan baik. Insentif lainnya antara
lain memberi penghargaan atau pengakuan pada murid – misalnya memamerkan karya
mereka, memberi sertifikat prestasi, memberi kehormatan, atau mengumumkan
prestasi mereka. Tipe insentif lainnya difokuskan pada pemberian izin kepada murid
untuk melakukan sesuatu yang spesial, seperti aktivitas yang mereka inginkan, sebagai
ganjaran atas hasil mereka yang baik. Insentif ini berupa jam istirahat lebih, izin
memainkan game di komputer, perjalanan, atau bahkan pesta.
c. Perspektif Humanistik
Perspektif humanistik menekankan pada kapasitas murid untuk
mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka. Perspektif ini
berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu
harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi.
Menurut Hierarki Kebutuhan Maslow, kebutuhan individual harus dipuaskan dalam
urutan sebagai berikut :
• Fisiologis : lapar, haus, tidur
• Keamanan (safety) : bertahan hidup, seperti perlindingan dari perang dan
kejahatan
• Cinta dan rasa memiliki : keamanan (seurity), kasih sayang, dan perhatian dari
orang lain.
• Harga diri : menghargai diri sendiri
• Aktualisasi diri : realisasi potensi diri

Menurut Maslow, misalnya, murid harus memuaskan kebutuhan makan sebelum


merka dapat berprestasi. Aktualisasi diri adalah motivasi untuk mengembangkan
potensi diri secara penuh sebagai manusia.

d. Perspektif Kognitif
Menurut perspektif kognitif, pemikiran murid akan memandu motivasi mereka.
Minat ini berfokus pada ide-ide motivasi internal murid untuk mencapai sesuatu,
atribusi mereka (persepsi tentang sebab-sebab kesuksesan dan kegagalaan, terutama
persepsi bahwa usaha adalah faktor penting dalam prestasi), dan keyakinan mereka
bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan mereka secara efektif.
Jadi, perspektif behavioris memandang motivasi sebagai konsekuensi dari
insentif eksternal, sedangkan perspektif kognitif berpendapat bahwa tekanan eksternal
seharusnya tidak dilebih-lebihkan. Perspektif kognitif merekomendasikan agar murid
diberi lebih banyak kesempatan dan tanggung-jawab untuk mengontrol prestasi
mereka sendiri.
Perspektif kognitif tentang motivasi sesuai dengan gagasan R.W. White (1959),
yang mengusulkan konsep motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi
untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan
memproses informasi secara efisien.
e. Perspektif Sosial
Kebutuhan afiliasi atau keterhubungan adalah motif untuk berhubungan dengan
orang lain secara aman, yaitu kebuthuhan sosial, teman, dicintai dan mencintai serta
diterima dalam pergaulan kelompok karyawan dan lingkungannya. Kebutuhan afiliasi
murid tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman,
kawan dekat,keterikatan mereka dengan orangtua, dan keinginan untuk menjalin
hubungan positif dengan guru.
2. Motivasi untuk meraih sesuatu
Mendeskripsikan stategi untuk meningkatkan motivasi dua jenis murid yang susah
didekati dan berprestasi rendah ini;
a. Murid yang tidak bersemangat : murid berprestasi rendah dengan kemampuan rendah
yang kesulitan untuk mengikuti pelajaran dan punya ekspektasi prestasi yang
rendah,murid dengan sindrom kegagalan,dan murid yang terobsesi untuk melindungi
harga dirinya dengan menghindari kegagalan.
b. Murid berprestasi rendah dengan ekspektasi kesuksesan yang rendah ; murid jenis ini
perlu terus menerus diyakinkan bahwa mereka bisa mencapai tujuan dan menghadapi
tantangan yang telah anda tentukan untuk mereka dan anda perlu membantu mereka
untuk mencapai sukses.
c. Murid dengan sindrom kegagalan ; sindrom kegagalan adalah murid memiliki
ekspektasi rendah untuk meraih kesuksesan dan menyerah saat menghadapi kesulitan
awal.
d. Murid yang termotivasi untuk melindungi Harga dirinya dengan menghindari
kegagalan.
e. Motivasi, hubungan, dan konteks Sosiokultural
f. Motif sosial adalah kebutuhan dan keinginan yang dikenal melalui pengalaman
dengan dunia sosial. misalnya kebutuhan sosial murid direfleksikan dalam keinginan
mereka untuk popular dimata teman sebaya dan kebutuhan punya satu kawan akrab
atau lebih, dan keinginan untuk menarik di mata orang yang mereka sukai.
g. Hubungan Sosial : Anak biasanya berinteraksi dengan orang tua, teman sebaya,
kawan, guru dan mentor, dan orang lain. Orang-orang yang berada di sekitarnyalah
yang akan memberikan motivasi ekstrinsik kepadanya. Hubungan sosial anak dengan
orang lain juga mempengaruhi kognitif dan motivasi anak, yang akan menentukan
prestasi yang anak capai.
h. Konteks Sosiokultural : Konteks sosiokultural dilatar belakangi oleh status
sosioekonomi, etnis, dan gender yang kemudian mempengaruhi motivasi dan prestasi.
3. Sosiokultural merupakan suatu konsep yang menitikberatkan pada adanya interaksi di
suatu budaya tertentu (Nugroho, 2019). Interaksi yang dimaksud adalah bagaimana sebuah
aturan, peran, serta nilai dalam budaya tersebut saling berkesinambungan (Stephen W.
Littlejohn, Foss, & Oetzel, 2017). Tidak hanya di Indonesia, ketika hidup di negara
manapun budaya merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan. Berangkat dari hal
tersebut, teori sosiokultural membantu dalam melihat bagaimana seseorang dapat
menciptakan sebuah realitas, hubungan, serta pengaruh yang terjadi didalam suatu lingkup
sosial dan budaya.
Pada studi kasus yang diceritakan di jurnal berjudul “The Study of Second Language
Acquisition Under Socio-Cultural Theory” oleh (Aimin, 2013), mengambil perspektif
sosiokultural dari teori dasar yang diciptakan oleh (Vygotsky, van der Veer, Valsiner, &
Prout, 1994). Teori tersebut menilai bahwa faktor perkembangan manusia (human
development) dan kognitif dilihat sebagai fenomena sosial daripada individu. (Kozulin,
Gindis, Ageyev, & Miller, 2003) mengembangkan teori sosiokultural dengan
menggabungkan teori perkembangan anak dan psikologi pendidikan. Oleh karena itu, teori
sosiokultural yang dikembangkan oleh (Vygotsky et al., 1994) banyak digunakan untuk
memecahkan permasalahan pendidikan anak.
Hal serupa juga dikatakan pada jurnal yang ditulis oleh (Jang & Jiménez, 2012) bahwa
sosiokultural sangat berkaitan erat dengan fenomena sosial dan bagaimana teori tersebut
memberikan dampak pada lingkungan didalamnya. Objektif dari jurnal tersebut adalah
merancang strategi untuk proses pembelajaran bahasa kedua (second language)
menggunakan pendekatan dari teori sosiokultural. Diharapkan strategi yang dihasilkan
mampu memberikan proses belajar yang produktif dan efektif.
Motif sosial adalah kebutuhan dan keinginan yang dikenal melalui pengalaman dengan
dunia sosial(henry murray,1938) misalnya kebutuhan sosial murid direfleksikan dalam
keinginan mereka untuk popular dimata teman sebaya dan kebutuhan punya satu kawan
akrab atau lebih,dan keinginan untuk menarik di mata orang yang mereka sukai. Hubungan
sosial;hubungan murid dengan orang tua,teman sebaya,kawan,guru dan mentor,dan orang
lain,dapat memengaruhi prestasi dan motivasi sosial mereka.
Status sosioekonomi dan etnisitas;diversitas prestasi yang ada di dalam setiap
kelompok cultural,juga penting untuk membedakan antara perbedaan dan
defisiensi(kekurangan).sering kali,prestasi murid minoritas etnis terutama murid afrika
amerika,latino,dan suku asli amerika diinterpretasikan berdasarkan standar kulit putih
berstatus sosioekonomi menengah.mereka diinterpretasikan sebagai murid yang
kurang(deficit) berprestasi,padahal pokok masalah sebenarnya adalah perbedaan cultural.
Jere Brophy (1998) mendeskripsikan stategi untuk meningkatkan motivasi dua jenis
murid yang susah didekati dan berprestasi rendah ini;
a. Murid yang tidak bersemangat ; murid berprestasi rendah dengan kemampuan rendah
yang kesulitan untuk mengikuti pelajaran dan punya ekspektasi prestasi yang
rendah,murid dengan sindrom kegagalan,dan murid yang terobsesi untuk melindungi
harga dirinya dengan menghindari kegagalan.
b. Murid berprestasi rendah dengan ekspektasi kesuksesan yang rendah ; murid jenis ini
perlu terus menerus diyakinkan bahwa mereka bisa mencapai tujuan dan menghadapi
tantangan yang telah anda tentukan untuk mereka dan anda perlu membantu mereka
untuk mencapai sukses.
c. Murid dengan sindrom kegagalan ; sindrom kegagalan adalah murid memiliki
ekspektasi rendah untuk meraih kesuksesan dan menyerah saat menghadapi kesulitan
awal.
d. Murid yang termotivasi untuk melindungi Harga dirinya dengan menghindari
kegagalan.berikut ini beberapa strategi mereka untuk melindungi harga diri dan
menghindari kegagalan mereka(Covington&Teel,1996) yaitu:
a) Nonperformance;strategi paling jelas untuk menghindari kegagalan adalah tidak
mau mencoba,misalnya tidak mau menjawab pertanyaan guru tetapi guru berharap
memanggil murid lain.
b) Berpura-pura;agar tidak dikritik karena tidak mau mencoba,beberapa murid
tampak berpartisipasi tetapi dia melakukannya demi menghindari hukuman,bukan
untuk sukses.misalnya,pura-pura bertanya meskipun mereka sudah tahu
jawabannya.
c) Menunda-nunda,menunda-nunda belajar menjelang ujian
d) Menentukan tujuan yang tak terjangkau
e) “kaki kayu akademik”,murid mengakui kelemahan personal kecil agar
kelemahannya yang lebih besar tidak diketahui.misalnya,murid mungkin
mengaitkan hasil buruk ujian dengan kecemasan yang dialaminya.

Martin Covington dan rekan rekannya (Covington, 1992, 1998; Covington & Teel,
1996; Covington,Teel & Parecki,1 994 )mengusulkan sejumlah strategi untuk
membantu murid mengurangi kesibukannya melindungi harga dirinya dan menghindari
kegagalan :
a. Beri murid tugas yang menarik dan memicu rasa ingin tahu mereka.
b. Buat sistem imbalan/hadiah sehingga semua murid bukan hanya murid yang cerdas
dan berprestasi saja dapat memperoleh hadiah itu jika mereka mau berusaha keras.
c. Bantu murid menentukan tujuan yang menantang namun realistis,dan beri mereka
dukungan akademik dan emosional dalam rangka mencapai tujuan itu.
d. Perkuat asosiasi antara usaha dan harga diri.
e. Dorongan murid untuk memegang keyakinan positif terhadap kemampuan mereka
sendiri.
f. Tingkatkan hubungan guru-murid dengan menekankan peran anda sebagai sumber
daya manusia yang akan membimbing dan mendukung usaha pembelajaran
murid,bukan berperan sebagai figure otoriter yang mengontrol perilaku murid
Menurut saya,dengan adanya motivasi yang menunjang para peserta didik baik dari
orang lain maupun dari dalam diri mereka sendiri,membuat mereka lebih terampil
dalam belajar dan mereka lebih bersemangat dalam belajar sehingga mereka
mendapatkan nilai bagus atau yang sesuai dengan keinginan mereka dan bukan karena
keterpaksaan.dengan demikian mereka dapat bertanggung jawab atas tugas2 mereka
secara mandiri sehingga mereka dapart meraih kesuksesan dalam kehidupan mereka
sendiri.
4. Dalam hal ini, terdapat dua jenis murid berprestasi rendah dan sulit didekati. Yang pertama
adalah murid yangh tidak bersemangat dan kurang percaya diri, dan yang kedua adalah
murid yang tidak tertarik dan terasing. Kedua hal ini dapat mengurangi prestasi murid
selama disekolah dan akan merugikan masa depannya nanti.
Murid yang tidak bersemangat mencakup 3 jenis, yaitu :
a. Murid berprestasi rendah dengan ekspektasi kesuksesan yang rendah. Murid jenis ini
harus diberi keyakinan atau semangat secara terus-menerus agar mereka sadar bahwa
prestasi mereka disekolah itu sangat penting untuk mendukung masa depan mereka
dimasa depan. Ditambah lagi dengan seluruh tantangan yang ada demi mencapai tujuan
mereka dikemudian hari. Serta murid jenis ini juga harus selalu diberikan motivasi
bahwa untuk memperoleh kesuksesan serta kemajuan dengan usaha keras dan nyata.
Dalam hal ini, instruksi khusus juga sebaiknya dilakukan agar keahlian mereka dalam
suatu hal dapat meningkat, bantu mereka dalam menentukan tujuan, serta beri
dukungan agar tujuan itu dapat tercapai.
b. Murid dengan sindrom kegagalan. Sindrom kegagalan dapat diartikan sebagai
ekspektasi rendah dalam mencapai kesuksesan serta menyerah saat menghadapi
tantangan atau kesulitan diawal usaha mereka. Murid jenis ini biasnya tidak mau
berusaha keras, mengerjakan suatu hal setengah hati, dan mudah menyerah saat
mendapat kesulitan. Strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi sindrom seperti ini
adalah dengan melakukan retraining kognitif seperti retraining kecakapan dan
retraining atribusi.
c. Murid yang melindungi harga dirinya dengan menghindari kegagalan. Murid jenis ini
cenderung tidak mau mengejar tujuan pembelajaran dan menjalankan strategi
pembelajaran dengan tidak efektif. Salah satu strategi yang dilakukan murid untuk
menghindari kesalahan adalah dengan cara non-performance atau tidak mau mencoba,
contohnya adalah ketika guru memberikan pertanyaan kepada murid tetapi mengharap
agar guru memanggil murid lain, atau dengan cara menundukkan kepalanya agar tidak
dilihat oleh guru, dan lain sebagainya. Strategi lain yang diterapkan oleh murid jenis
ini adalah berpura-pura, yaitu murid tampak seperti berpartisipasi tapi hanya untuk
menghindari hukuman. Contohnya adalah ketika murid bertanya suatu pertanyaan pada
gurunya padahal mereka sudah tahu jawabannya. Prokrastinasi akademik atau
menunda-nunda kegiatan akademik adalah strategi yang luar biasa karena mereka
selalu mengaitkan kegagalan mereka dengan manajemen waktu yang buruk.
Menentukan tujuan yang tidak terjangkau juga menjadi salah satu strategi lain mereka
agar dapat menutupi kegagalan mereka.

Berikut adalah sejumlah strategi yang dapat dilakukan untuk mengurangi dan
mengatasi problem-problem diatas :
a. Murid dapat diberi tugas yang menarik untuk menarik perhatian mereka, tugas ini harus
menantang namun juga tidak boleh berada diluar batas kemampuan mereka. Kemudian
jika kemampuan serta keahlian mereka telah meningkat, pengajar dapat menaikkan
tingkat kesulitan untuk tugas-tugas berikutnya.
b. Berikan reward, namun hal ini tidak hanya dilakukan untuk murid yang pintar dan
cerdas saja, usahakan untuk memberikan reward bagi murid yang sudah berusaha keras
dalam meningkatkan performa mereka dikelas. Pastikan jugahadiah yang anda berikan
itu dapat membangun dan memperkuat kemauan murid demi mencapai tujuan mereka.
c. Bantu murid untuk menentukan tujuan mereka kedepan, namun anda harus
memberikan tujuan yang menantang namun tetap realistis dan tidak mustahil untuk
dicapai. Beri juga dukungan emosional pada mereka untuk dapt mencapai tujuan
tersebut. Perkuat asosiasi antarausaha dan harga diri, hal ini berguna untuk
menimbulkan rasa bangga pada murid setelah mereka berusaha keras agar tetap
berusaha dikemudian hari.
d. Dorong murid untuk memegang keyakinan positif terhadap kemampuan mereka
sendiri.
e. Jalin hubungan antara guru dan murid agar guru dapat membimbing serta memberi
motivasi lebih terhadap murid demi mencapai kesuksesannya.
f. Murid yang terasing adalah murid yang tidak tertarik untuk belajar, apatis, atau
menjauhkan diri dari pembelajaran disekolah. Berprestasi disekolah bukanlah hal
penting bagi mereka. Untuk mendekati murid seperti ini dibutuhkan usaha terus
menerus untuk memberikan sosialisasi sikap mereka terhadap prestasi mereka
disekolah.

Anda mungkin juga menyukai