Di susun oleh :
Kelompok 3
Kiki Fikriya ( 0142S1D021038 )
Widowati ( 0142S1D021010 )
Eka Puspitasari ( 0142S1D022259 )
Alhamdullilah, Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi
Maha Panyayang. Atas rahmat dan hidayah-NYA,kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul " Metode Pembelajaran (Bermain peran)” . Makalah ini bertujuan untuk memenuhi
tugas mata kuliah metode Pembelajaran AUD.
Dalam penyusunan makalah ini, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami meminta maaf dan juga
berharap agar pembaca dapat memberikan kritik ataupun saran untuk menjadikan bekal dalam
pembuatan makalah selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian bermain peran
B. Jenis –Jenis bermain peran
C. Penerapan bermain peran
D. Tahapan –tahapan bermain peran
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Dalam pembelajaran guru dan peserta didik sering dihadapkan pada berbagai masalah, baik
yang berkaitan dengan mata pelajaran maupun yang menyangkut hubungan social. Pemecahan
masalah pembelajaran dapat dilakukan melalui berbagai cara, melalui diskusi kelas, Tanya jawab
antara guru dan peserta didik, penemuan dan inkuiri.
Guru yang kreatif senantiasa mencari pendekatan baru dalam memecahkan masalah, tidak
terpaku pada cara tertentu yang monoton, melainkan memilih variasi lain yang sesuai. Bermain
peran merupakan salah satu alternative yang dapat ditempuh. Hasil penelitian dan percobaan
yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa bermain peran merupakan salah satu model
yang dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran. Dalam hal ini, bermain peran
diarahkan pada pemecahan masalah yang menyangkut hubungan antar manusia, terutama yang
menyangkut kehidupan peserta didik. Manusia merupakan makhluk social dan individual, yang
dalam hidupnya senantiasa berhadapan dengan manusia lain atau situasi di sekelilingnya. Mereka
berinteraksi, berinterdepedensi dan pengaruh mempengaruhi. Sebagai individu manusia memiliki
pola yang unik dalam berhubungan dengan manusia lain. Ia memiliki rasa senang, tidak senang,
percaya, curiga, dan ragu terhadap orang lain. Namun perasaan tersebut diarahkan juga pada
dirinya. Perasaan dan sikap terhadap orang lain dan dirinya itu mempengaruhi pola respon
individu terhadap individu lain atau situasi di luar dirinya. Karena senang dan penasaran ia
cenderung mendekat. Karena tidak senang dan curiga ia cenderung menjauh manifestasi tersebut
disebut peran.
BAB II
PEMBAHASAN
3) Model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf sadar
untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan tidak selalu datang dari
orang tertentu, tetapi bisa saja muncul dari reaksi pengamat terhadap masalah yang sedang
diperankan. Denagn demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain
tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaauntuk
mengembangkan dirinya secara optimal. Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar
dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat
dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Oleh sebab itu, model
mengajar ini berusaha mengurangi peran guru yang teralu mendominasi pembelajaran dalam
pendekatan tradisional. Model bermain peran mendorong peserta didik untuk turut aktif
dalam pemecahan masalah sambil menyimak secara seksama bagaimana orang lain
berbicara mengenai masalah yang sedang dihadapi.
4) Model bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi, berupa sikap,
nilai, perasaan dan system keyakinan, dapat diangkat ke taraf sadar melalui kombinasi
pemeranan secara spontan. Dengan demikian, para peserta didik dapat menguji sikap dan
nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah sikap dan nilai yang dimilikinya perlu
dipertahankan atau diubah. Tanpa bantuan orang lain, para peserta didik sulit untuk menilai
sikap dan nilai yang dimilikinya.
Terdapat tiga hal yang menentukan kualitas dan keefektifan bermain peran sebagai model
pembelajaran, yakni (1) kualitas pemeranan, (2) analisis dalam diskusi, (3) pandangan peserta
didik terhadap peran yang ditampilkan dibandingkan dengan situasi kehidupan nyata.
Bermain peran mikro, anak-anak belajar menjadi sutradara, memainkan boneka, dan mainan
berukuran kecil seperti rumah-rumahan, kursi sofa mini, tempat tidur mini (seperti bermain
boneka barbie). Biasanya mereka akan menciptakan percakapan sendiri. Dalam bermain peran
makro, anak berperan menjadi seseorang yang mereka inginkan. Bisa mama, papa, tante,polisi,
sopir, pilot, dsb.
Saat bermain peran ini bisa menjadi ajang belajar bagi mereka, baik belajar membaca,
berhitung, mempelajari proses/alur dalam mengerjakan sesuatu, mengenal tata tertib/tata cara di
suatu tempat, yang semua ada dalam kehidupan kita. Tentu saja kita hanya cukup memberikan
informasi sebelum mereka mulai bermain, dan atau lebih baik kalo kita terlibat dalam permainan
tersebut agar kita bisa menggali imaginasi dan mengenalkan informasi yang ingin kita kenalkan.
C. Penerapan Bermain Peran Di PAUD Melalui Metode Parsitipatif
Dalam pembelajaran partisipatif terdapat tiga pihak sebagai pemegang peran seperti
diungkapkan oleh Prof. H.D. Sudjana S., S.Pd., M. Ed., Ph.D. yakni pendidik, peserta didik, dan
kurikulum yang menjadi kepedulian keduanya, yaitu kepedulian pendidik dan peserta didik
(siswa, warga belajar, peserta latihan). Pendidik dengan penamaan lain baginya seperti pamong
belajar, pembimbing, dan pelatih atau widyaiswara, adalah sebagai pemegang utama dalam stiap
strategi kegiatan pembelajaran.
Strategi kegiatan pembelajaran dapat ditinjau berdasarkan pengertian secara sempit dan
pengertian secara luas. Secara sempit, strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan secara luas, strategi pembelajaran
dapat diberi arti sebagai penetapan semua aspek yang berkaitan dengan pencapaian tujuan
pembelajaran, termasuk di dalamnya adalah perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses,
hasil dan pengaruh kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan kegiatan yang diitimbulkannya, strategi pembelajaran dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan strategi pembelajaran
yang berpusat pada pendidik.
Strategi pembelajaran yang berpusat pad peserta didik adalah kegiatan pembelajaran yang
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk terlibat dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Strategi ini menekankan bahwa peserta didik adalah
pemegang peran dalam proses keseluruhan kegiatan pembelajaran, sedangkan pendidik berfungsi
untuk memfasilitasi peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik memiliki beberapa cirri. Ciri
tersebut adalah bahwa pembelajaran menitikberatkan pada keaktifan peserta didik, kegiatan
belajar dilakukan secara kritis dan analitik, motivasi belajar relative tinggi, pendidik hanya
berperan sebagai pembantu (fasilitator) peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar,
memerlukan waktu yang memadai (relative lama), dan memerlukan dukungan sarana belajar
yang lengkap. Ciri lainnya adalah bahwa strategi pembelajaran ini akan cocok untuk
pembelajaran lanjutan tentang konsep yang telah dipelajari sebelumnya, belajar dari pengalaman
peserta didik dalam kehidupannya, dan untuk pemecahan masalah yang dihadapi bersama dalam
kehidupan.
Membutuhkan waktu yang relative lebih lama dari waktu pembelajaran yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Aktivitas dan pembelajaran cenderung akan didominasi oleh peserta didik yang biasa atau
senang berbicara sehingga peserta didik lainnya lebih banyak mengikuti jalan pikiran
peserta didik yang senang berbicara.
Pembicaraan dapat menyimpang dari arah pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Strategi pembelajaran yang berpusat pada pendidik adalah kegiatan pembelajaran yang
menekankan terhadap pentingnya aktivitas pendidik dalam mengajar atau membelajarkan peserta
didik. Perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses serta hasil pembelajaran dilakukan dan
dikendalikan oleh pendidik sedangkan peserta didik berperan sebagai pengikut kegiatan yang
ditampilkan oleh pendidik.
D. Tahap - Tahap Bermain Peran di PAUD
Menurut Shaftel (1967) mengemukakan sembilan tahap bermain peran yang dapat dijadikan
pedoman dalam pembelajaran:
menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik, Dalam halini guru hendaknya
memberikan anak berbagai motivasi atau dorongan yang mengarah pada apa yang akan
anak- anak perankan.
memilih partisipan/peran, Dalam bagian ini anak dipersilahkan memilih peran apa yang
akan ia perankan. Gurupun juga harus memberi bimbingan kepada anak bagaimana ia
memerankan tokoh yang ia pilih
menyusun tahap-tahap peran,
menyiapkan pengamat,
pemeranan,
diskusi dan evaluasi,
pemeranan ulang,
diskusi dan evaluasi tahap dua,
membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan.
Memilih peran dalam pembelajaran, tahap ini peserta didik dan guru mendeskripsikan
berbagai watak atau karakter, apa yang mereka suka, bagaimana mereka merasakan, dan apa
yang harus mereka kerjakan, kemudian para peserta didik diberi kesempatan secara sukarela
untuk menjadi pemeran. Jika para peserta didik tidak menyambut tawaran tersebut, guru dapat
menunjuk salah seorang peserta didik yang pantas dan mampu memerankan posisi tertentu
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, kami dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
Bahwa bermain peran itu dapat digunakan sebagai sebuah cara atau metode untuk
mengenalkan anak bersosialisasi dalam pembelajaran di kelas.
Bahwa metode bermain peran ini dapat membuat anak merasa senang dalam melaksanakan
sebuah pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Sudjana S., D. 2001. Metode & Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production.
Tilaar, H.A.R. 1994. Manajemen Pendidikan Nasional, Kajian Pendidikan Masa Depan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.