Anda di halaman 1dari 9

TUGAS ARTIKEL

MATA KULIAH STRATEGI PEMBELAJARAN IPS SD

Oleh :
Nama : I Putu Nararya Wahyu Sidhi Yasa
Absen/ NIM : 19/ 2011031061
Kelas/ Semester : PGSD B1 Denpasar/ V
Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran IPS SD
Dosen Pengampu : Dr. Si Luh Nyoman Seriadi, S,Ag.,M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS DHARMA ACARYA
UHN I GUSTI BAGUS SUGRIWA DENPASAR
TAHUN 2022
METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) DALAM
PEMBELAJARAN MATERI SEJARAH IPS SD
Oleh :
I Putu Nararya Wahyu Sidhi Yasa
UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar
putuwahyusy@gmail.com

Abstract
In learning, of course, we need an appropriate and appropriate method so that learning
objectives can be achieved. In learning social studies in elementary school, especially in the
historical aspect, of course you also have to use the right method. One method that can be
used in learning this material is the Role Playing method. Playing a role (role playing) in
principle is a method for presenting existing roles in the real world into a role play in
class/meetings. The implementation of the role playing method in learning history is
expected to improve process skills and student learning outcomes. The learning process by
means of role playing can provide examples of human behavior that are useful as a means
of understanding life for students. The learning method through playing is also expected to
be able to improve process skills and learning outcomes for students. The method used in
this study is a qualitative description through data collection in the form of reference
literature.

Keywords: Role Playing, History, Social Studies.

Abstrak
Dalam suatu pembelajaran tentunya diperlukan suatu metode yang tepat dan sesuai agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pada pembelajaran IPS SD, khususnya pada aspek
sejarah, pastinya juga harus memakai metode yang tepat pula. Salah satu metode yang dapat
dipakai dalam pembelajaran materi ini adalah metode Role Playing. Bermain peran (role
playing) pada prinsipnya merupakan metode untuk menghadirkan peranperan yang ada
dalam dunia nyata ke dalam suatu pertunjukkan peran di dalam kelas/pertemuan.
Implementasi metode role playing dalam pembelajaran sejarah diharapkan dapat
meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar siswa. Proses pembelajaran dengan
cara bermain peran atau role playing ini dapat memberikan contoh kehidupan prilaku
manusia yang berguna sebagai sarana memahami kehidupan bagi siswa. Metode
pembelajaran melalui playing juga diharapkan mampu meningkatkan keterampilan proses
dan hasil belajar bagi siswa. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskripsi
kualitatif melalui pengumpulan data berupa refrensi pustaka.

Kata Kunci: Bermain Peran, Sejarah, IPS.

I. PENDAHULUAN
Pembelajaran IPS khususnya di sekolah dasar, menunjukan indikasi bahwa pola
pembelajaran yang dikembangkan oleh guru cenderung bersifat pada buku sumber. Hanya
memindahkan pengetahuan secara utuh yang ada di ketahui guru kepada siswa. Pola
pembelajaran yang demikian menyebabkan siswa jenuh, siswa tidak diajarkan berpikir
secara logis hanya mementingkan pemahaman dan hafalan. Hal ini yang membuat
pelajaran ini kurang digemari banyak siswa, pembelajaran IPS terkesan tidak menarik bagi

2
siswa karena ruang lingkupnya yang luas. Kejenuhan dalam pembelajaran IPS akan
membuat siswa kurang fokus dalam belajar.
Dalam mengembangkan kemampuan siswa, pendidik harus mampu mengelola proses
pembelajaran dengan baik. Proses pembelajaran yang baik dan berkualitas memiliki fungsi
dan tujuan untuk mengaktifkan siswa di dalam kelas serta meningkatkan pemahaman
siswa terhadap pelajaran. Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas, apabila siswa
terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran di kelas, serta meningkatnya pemahaman
siswa di dalam kelas. Untuk meningkatkan aktivitas dan pemahaman siswa di dalam kelas,
maka perlu dibuat suatu rencana pembelajaran yang baik.
Proses pembelajaran yang menyenangkan merupakan salah satu faktor yang dapat
menunjang keberhasilan suatu pembelajaran. Media pembelajaran dan metode mengajar
yang sesuai dapat digunakan untuk mengatasi pembelajaran IPS agar tidak monoton dan
lebih bervariasi, termasuk pada pembelajaran materi sejarah.
Pembelajaran sejarah sebenarnya memiliki peran yang sangat penting dalam
pembangunan karakter bangsa. Pembelajaran sejarah, akan mengembangkan aktifitas
peserta didik untuk melakukan telaah berbagai peristiwa, untuk kemudian dipahami dan
diinternalisasikan berbagai nilai yang ada dibalik peristiwa itu sehingga melahirkan contoh
untuk bersikap dan kemudian bertindak. Dalam konteks yang lebih sederhana,
pembelajaran sejarah sebagai bagian dari sistem kegiatan pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS), merupakan kegiatan belajar yang menunjuk pada pengaturan dan
pengorganisasian lingkungan belajar mengajar sehingga mendorong serta menumbuhkan
motivasi peserta didik untuk belajar dan mengembangkan diri.
Dalam pembelajaran sejarah terdapat tujuan yang umum sehingga dapat bermakna bagi
peserta didik, sebagaimana ditulis oleh Kamarga (dalam Hansiswani Kamarga dan Yani
Kusmarni, 2012: 70) bahwa tujuan pembelajaran sejarah idealnya adalah membantu
peserta didik meraih kemampuan sebagai berikut: (1) memahami masa lalu dalam konteks
masa kini, (2) membangkitkan minat terhadap masa lalu yang bermakna, (3) membantu
memahami identitas diri, keluarga, masyarakat dan bangsanya, (4) membantu memahami
akar budaya dan inter relasinya dengan berbagai aspek kehidupan nyata, (5) memberikan
pengetahuan dan pemahaman tentang negara dan budaya bangsa lain di berbagai belahan
dunia, (6) melatih berinkuiri dan memecahkan masalah, (7) memperkenalkan pola berfikir
ilmiah dari para ilmuwan sejarah, dan (8) mempersiapkan peserta didik untuk menempuh
pendidikan yang lebih tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut tentulah harus dapat
memetakan pembelajaran sejarah sesuai dengan kontektualnya, salah satu metode yang
dapat diterapkan adalah metode Bermain Peran (Role Playing).
Berkaitan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk menganalisis tentang penggunaan
metode bermain peran atau role playing pada pembelajaran materi sejarah di matapelajaran
IPS SD.

II. METODE
Metode Penelitian juga dapat diartikan kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan
penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu
persoalan untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum (Tim Penyusun, 2009:580-581).
Dalam merancang artikel ini digunakan metode kualitatif. Pendekatan kualitatif sendiri
merupakan pendekatan yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, minat, motivasi, tindakan,
dengan cara deksripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Jenis data yang dibutuhkan
dalam penelitian ini berupa data kualitatif dalam bentuk kata-kata, kalimat, opini, dan
sejenisnya yang diperoleh dari sumber data penelitian. Ketika menggunakan metode
kualitatif ada beberapa teknik yang digunakan dalam proses pengempulam data pada

3
penelitian ini, seperti mencari sumber refrensi lewat internet dan buku - buku. Adapun
topik yang menjadi sasaran dari penelitian ini adalah Metode Bermain Peran (Role
Playing) Dalam Pembelajaran Materi Sejarah IPS SD.

III. PEMBAHASAN
1. Metode Bermain Peran (Role Playing)
Role Playing atau bermain peran adalah pembelajaran bahasa yang berprinsip
komunikasi yang dapat menimbulkan hubungan situasi sosial dalam kegiatan
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam penggunaan bahasa
secara lisan yang mengandung arti atau makna Amiruddin (2018: 95). Sedangkan
menurut Hamalik (2014: 214), Role playing adalah metode pembelajaran dimana
siswa bertindak dan mengekspresikan perasaan dan pendapatnya, siswa menerima
karakter, perasaan, dan ide-ide orang lain dalam situasi yang khusus. Dalam role
playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas meskipun saat itu
pembelajaran terjadi di dalam kelas. Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan
sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah
berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain.
Pembelajaran ini pada umumnya dilakukakan lebih dari satu orang, hal itu
tergantung kepada apa yang diperankan. Pada metode bermain peran titik tekanannya
terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi
maslah yang secara nyata dihadapi. Murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran
secara aktif melakukan kegiatan bertanya dan menjawab, bersama teman-temannya
pada situasi tertentu. Jadi, dalam pembelajaran murid harus aktif karena tanpa adanya
aktivitas maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi. Pengorganisasian kelas
secara berkelompok, masing-masing kelompok memperagakan skenario yang telah
dipersiapkan guru. Peserta didik diberi kebebasan berimprovisasi namun masih dalam
batas-batas skenario dari guru.
Langkah Metode Pembelajaran Role Playing adalah sebagai berikut:
a. Guru menyusun/mempersiapkan skenario yang akan ditampilkan.
b. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari
sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
c. Guru membentuk kelompok siswa untuk memerankan skenario ke depan kelas.
d. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
e. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang
sudah dipersiapkan.
f. Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang
sedang diperagakan.
g. Setelah selesai ditampilkan masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk
memberi penilaian atas penampilan masing-masing kelompok.
h. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.
i. Guru memberikan kesimpulan secara umum.
j. Evaluasi.
k. Penutup.

4
Gambar 2. Proses Pembelajaran Sejarah di IPS SD Dengan Metode Bermain

Peran
Keunggulan Metode Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing) Ada beberapa
keunggulan dengan menggunakan Metode Pembelajaran Bermain Peran (Role
Playing), diantaranya adalah:
1. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa
2. Meningkatkan motivasi dan semangat dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa
kebersamaan
3. Menjadikan kelas lebih dinamis dan penuh antusias
4. Siswa belajar secara aktif dengan memerankan sesuatu yang akan dibahas dalam
proses belajar.
Kelemahan Metode Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing) Disamping
memiliki keunggulan, metode pembelajaran bermain peran (role playing) mempunyai
kelemahan, diantaranya adalah:
1. Bermain peran memakan waktu yang banyak.
2. Siswa sering mengalami kesulitan untuk memerankan peran secara baik.
3. Jika siswa dan kelas tidak dipersiapkan dengan baik ada kemungkinan siswa tidak
akan melakukan dengan sungguh-sungguh.
4. Tidak semua materi pelajaran ddapat disajikan melalui metode ini.
Menururt Sulfemi dan Nurhasanah. (2018 : 151-158) bermain peran (role playing)
pada prinsipnya merupakan metode untuk menghadirkan peranperan yang ada dalam
dunia nyata ke dalam suatu pertunjukkan peran di dalam kelas/pertemuan. Dapat
penulis simpulkan bahwa, metode bermain peran (role playing) merupakan suatu
pembelajaran bahasa yang berprinsip pada komunikasi yang dapat menimbulkan
hubungan situasi sosial dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
keaktifan siswa dalam penggunaan bahasa secara lisanyang mengandung arti atau
makna.
2. Pembelajaran Sejarah Pada IPS SD
Pada dasarnya, pembelajaran sejarah mempunyai tujuan yang sesuai dengan UU
Pendidikan Nasional yang dapat memberikan arah bagi pembangunan bangsa. Dalam
kaitan mengenai aspek kognitif yang diterima siswa dalam pembelajaran sejarah
memiliki peran yang penting untuk membangun karakter, hal ini sejalan dengan yang
ditulis oleh Sardiman, (2012: 210) menyatakan bahwa pembelajaran sejarah

5
sebenarnya memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan karakter bangsa.
Pembelajaran sejarah, akan mengembangkan aktifitas peserta didik untuk melakukan
telaah berbagai peristiwa, untuk kemudian dipahami dan diinternalisasikan berbagai
nilai yang ada dibalik peristiwa itu sehingga melahirkan contoh untuk bersikap dan
kemudian bertindak.
Dalam konteks yang lebih sederhana, pembelajaran sejarah sebagai bagian dari
sistem kegiatan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), merupakan kegiatan
belajar yang menunjuk pada pengaturan dan pengorganisasian lingkungan belajar
mengajar sehingga mendorong serta menumbuhkan motivasi peserta didik untuk
belajar dan mengembangkan diri. Kedua ranah tersebut harus selalu ada dalam
pembelajaran sejarah. Hakikat tujuan dalam pembelajaran adalah perubahan perilaku
siswa, baik perubahan perilaku dalam bidang kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Pengembangan perilaku dalam bidang kognitif adalah pengembangan kemampuan
pengetahuan siswa. Pengembangan perilaku dalam bidang afektif adalah
pengembangan sikap peserta didik, pengembangan perilaku psikomotorik adalah
pengembangan kemampuan motorik peserta didik (Leo Agung dan Sri Wahyuni, 2013:
5).
Dalam pembelajaran sejarah terdapat tujuan yang umum sehingga dapat bermakna
bagi peserta didik, sebagaimana ditulis oleh Kamarga (dalam Hansiswani Kamarga
dan Yani Kusmarni, 2012: 70) bahwa tujuan pembelajaran sejarah idealnya adalah
membantu peserta didik meraih kemampuan sebagai berikut: (1) memahami masa lalu
dalam konteks masa kini, (2) membangkitkan minat terhadap masa lalu yang
bermakna, (3) membantu memahami identitas diri, keluarga, masyarakat dan
bangsanya, (4) membantu memahami akar budaya dan inter relasinya dengan berbagai
aspek kehidupan nyata, (5) memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang negara
dan budaya bangsa lain di berbagai belahan dunia, (6) melatih berinkuiri dan
memecahkan masalah, (7) memperkenalkan pola berfikir ilmiah dari para ilmuwan
sejarah, dan (8) mempersiapkan peserta didik untuk menempuh pendidikan yang lebih
tinggi.
Untuk mencapai tujuan tersebut tentulah harus dapat memetakan pembelajaran
sejarah sesuai dengan kontektualnya, sehingga sejalan dengan yang diharapkan oleh
tujuan pendidikan nasional.
Mengingat begitu pentingnya pemahaman materi sejarah dan nilai yang terkandung
didalamnya, maka diperlukan aplikasi pembelajaran sejarah yang berorientasi pada
nilai. Hal ini mengingat pemahaman nilai sejarah secara kritis menempati posisi
strategis dalam sebagai bahan pendidikan dalam rangka membentuk warga negara
yang ideal.
Berdasarkan pemahaman tersebut, maka pembelajaran sejarah dapat dikatakan
sebagai suatu proses kegiatan untuk mendorong dan merangsang subyek belajar untuk
mendapatkan pengetahuan sejarah dan mengahayati nilai-nilai kemanusiaan dan
kesejarahan, sehingga membawa perubahan tingkah laku dan menumbuhkan
kesadaran akan nilai-nilai dalam ilmu sejarah.
3. Implementasi Metode Role Playing Pada Pembelajaran Sejarah Di IPS SD
Dalam proses pembelajaran pada materi sejarah masih tampak didominasi oleh
pendekatan yang sifatnya konvensional dan masih berpusat pada guru. Pembelajaran
sejarah terkesan masih sekedar pemberian kontribusi pengetahuan kepada siswa
berupa ceramah dari guru sesuai dengan materi pelajaran pada buku teks. Siswa kurang
dilatih untuk belajar berinteraksi dan bekerja sama dengan sesama teman maupun
dengan guru.

6
Guru sejarah cenderung hanya menjelaskan fakta-fakta sejarah berupa urutan
tahun, nama tokoh, tempat dan peristiwa tanpa adanya usaha untuk memberi makna
peristiwa-peristiwa sejarah. Penghapalan fakta fakta sejarah dirasakan sebagai beban
pelajaran yang berat bagi siswa. Mereka menganggap materi pelajaran terlalu banyak
dan kurang memiliki nilai guna.
Metode role playing adalah salah satu proses belajar mengajar yang tergolong
dalam metode simulasi. Metode simulasi adalah suatu cara pengajaran dengan
melakukan proses tingkah laku secara tiruan. Dalam pembelajaran sejarah metode
bermain peran dapat digunakan untuk melibatkan siswa untuk memainkan peran
menjadi tokoh yang terlibat dalam proses Sejarah.
Dalam hubungan ini, Hansiswani Kamarga (2000:7) mengungkapkan bahwa “guru
guru sejarah cenderung hanya membeberkan fakta-fakta kering berupa urutan tahun
dan peristiwa tanpa adanya usaha untuk memberi makna (arti) peristiwa-peristiwa
sejarah tersebut”. Dinyatakan pula bahwa “bahwa proses penghapalan fakta fakta
sejarah ini dirasakan sebagai beban pelajaran yang berat sehingga mereka menganggap
materi pelajaran terlalu banyak, tanpa memahami arti penting pelajaran sejarah”.
Dengan demikian, kondisi tersebut mengakibatkan siswa menjadi kurang aktif
dalam proses pembelajaran. Mereka kurang dilatih menggunakan daya nalarnya untuk
berpikir dan bekerja sama untuk memecahkan masalah termasuk juga mengambil nilai-
nilai sejarah sebagai inspirasi dan aspirasi yang merupakan inti dari tujuan belajar
sejarah.
Padahal nilai dalam pendidikan sejarah mengandung banyak hal yang sangat
berguna bagi kehidupan. Melalui pembelajaran sejarah nilai-nilai kehidupan
masyarakat masa lampau dapat dijadikan salah satu bahan pertimbangan untuk
menghadapi dan mengoreksi kehidupan masa kini. Pengajaran sejarah tidak hanya
bertujuan agar siswa meraih nilai-nilai berbangsa dan bertanah air yang dikembangkan
di dalamnya, akan tetapi mereka juga dapat mengambil inti pendidikan sejarah untuk
mempersiapkan dirinya dalam menghadapi kehidupan masa kini dan hari esok.
Manfaat lain yang tidak kalah pentingnya adalah membekali siswa dengan
keterampilan-keterampilan sosial lainnya.
Oleh karena itu, dengan penerapan metode role playing dalam pembelajaran
sejarah diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar siswa.
Melalui metode tersebut siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya
peran-peran yang berbeda dan memikirkan prilaku dirinya dan prilaku orang lain.
Proses pembelajaran dengan cara bermain peran atau role playing ini dapat
memberikan contoh kehidupan prilaku manusia yang berguna sebagai sarana
memahami kehidupan bagi siswa.
Implementasi metode role playing dalam pembelajaran sejarah diharapkan dapat
meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar siswa. Proses pembelajaran
dengan cara bermain peran atau role playing ini dapat memberikan contoh kehidupan
prilaku manusia yang berguna sebagai sarana memahami kehidupan bagi siswa.
Metode pembelajaran melalui playing juga diharapkan mampu meningkatkan
keterampilan proses dan hasil belajar bagi siswa.
Dalam upaya mengembangkan kecakapan hidup dan kecakapan sosial,
keterampilan berpikir serta membentuk peserta didik menjadi warganegara yang baik
(good citizenship) dan membina perasaan cinta tanah air (nation and character
tbuilding) maka melalui pembelajaran sejarah sebagai bagian dari pendidikan IPS di
sekolahsekolah maka guru sejarah harus menggunakan metode-metode ataupun
model-model pembelajaran yang relevan dengan bahan ajar.

7
Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari
simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-
peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang.
Dalam pembelajaran sejarah terdapat topiktopik dalam materi pelajaran sejarah yang
dapat diangkat sebagai bahan simulasi dalam pembelajaran. Topiktopik yang berkaitan
dengan peristiwaperistiwa sejarah penting dapat dijadikan sebagai tema diskusi dalam
permainan peran. Para siswa dapat diajak secara kooperatif untuk berkolaborasi dalam
kelompok permainan peran yang berbeda untuk membahas dan menganalisis suatu
peristiwa dan penghayatan terhadap peristiwa itu melalui role playing yang
diperankannya.
Implementasi metode role playing dalam pembelajaran sejarah dapat dilakukan
dengan cara misalnya guru memberikan petunjuk mengenai pelajaran yang diajarkan
dan indikator keberhasilan yang akan dicapai sesuai dengan silabi yang telah disusun
dan kompetensi yang akan dicapai. Suatu hal yang paling penting adalah keseriusan
siswa untuk mempelajari scenario, kharakter tokoh dan dialog yang akan diperankan
dan kemudian mempresentasikan hasil yang dibuat melalui permainan peran.
Guru harus berupaya memperkenalkan siswa pada permasalahan tentang topic
pembelajaran, menggambarkan permasalahan dengan jelas disertai contoh agar lebih
mudah dimengerti. Kemudian para pemain harus dapat memahami dan membahas
karakter secara baik. Dari setiap pemilihan pemain, guru dapat memilih siswa atau
orang yang sesuai untuk memainkannya atau siswa sendiri yang mengusulkan akan
memainkan tokoh siapa dan memprediksikan peran-perannya.
Dalam implementasi role playing maka pengaturan dan penataan ruangan
serta relevansinya dengan peran yang dimainkan. Penataan ruangan hanya
dibuat sederhana di dalam kelas dan hanya membahas scenario yang menggambarkan
urutan permainan peran. Misalnya siapa dulu yang muncul kemudian diikuti oleh siapa
dan seterusnya.
Permainan peran harus dilaksanakan sesuai dengan peran yang lakukan. Guru
bersama siswa mendiskusikan permainan dan melakukan evaluasi terhadap peranperan
yang dilakukan sesuai dengan scenario terutama aktif dalam berdialog memainkan
peran.
IV. SIMPULAN
Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwasanya Metode role playing sebagai salah satu metode simulasi dalam pembelajaran
dapat diterapkan guna meningkatkan proses dan hasil belajar IPS sejarah bagi siswa.
Model tersebut apabila dilaksanakan oleh guru dan siswa secara sungguhsungguh maka
memberi dampak yang sangat positif dan efektif. Melalui metode pembelajaran tersebut
siswa menjadi semakin aktif dan giat belajar di dalam kelas. Siswa dapat berinteraksi dan
bekerja sama dalam memainkan peran dari kharakter tokoh yang diperankan yang pada
akhirnya materi pelajaran sejarah yang dipelajari lebih mudah dipahami dan dikuasai oleh
siswa.

DAFTAR PUSTAKAA
Dokolamo, Hamid. 2022. “Implementasi Metode Role Playing Dalam Pembelajaran Sejarah.
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/lani/article/view/5507/3979
Muniroh. METODE BERMAIN PERAN DAN METODE ROLE PLAYING DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS TEMA JENIS PEKERJAAN
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKE
wj5h_LJnsT8AhUS2XMBHZQpAI8QFnoECCMQAQ&url=https%3A%2F%2Fosf.io%2
Fr8xqd%2Fdownload&usg=AOvVaw1ulGrnuCRtWnNmRWBHWQwO

8
Linda. 2019. TUGAS MAKALAH METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAY
https://www.academia.edu/40671477/TUGAS_MAKALAH_METODE_PEMBELAJAR
AN_ROLE_PLAY
Syaharudin. 2020. Pembelajaran Sejarah
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKE
wi21vDwscP8AhV87nMBHcaSBnIQFnoECAkQAQ&url=http%3A%2F%2Feprints.ulm
.ac.id%2F9682%2F1%2F1.1.%2520Pembelajaran%2520Sejarah%2520Lokal%2520di%
2520Sekolah%2520%2528Belum%2520Edit%2529.pdf&usg=AOvVaw1KhDnVd3HEP
RXFEfCI2VY7
Moleong, Lexy, J, 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya.
Gunawan, Imam. 2015. Metode Penelitian Pendidikan, Kuantitatif, kualitatif. Bandung:
Alfabeta Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Sukrawati, Ni Made. 2019 Acara Agama Hindu. Denpasar: UNHI PRESS
Gulo, W, 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta : Gramedia
Dimyati, 2006. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Gulo, 2005. Strategi Belajar Mengajar.

Anda mungkin juga menyukai