Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN

“METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAY


Dosen Pengampu: Drg. G.A Sri Puja WW, M.Kes

Anggota kelompok:

1. Annisa Insani
2. Baiq Ilmayana
3. Irfan Jauhari Hakim
4. Lia Hestianti
5. Metta Yanti
6. Ni Made Sri Darma Prasintya
7. Padliatul Laili
8. Riska Apriliana
9. Shafwan Indra Tabrani
10. Winnie Avrilia Lestari

POLOTEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MATARAM


PROGRAM STUDI D.III KEPERAWATAN
KELAS B TINGKAT 1
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Promosi
Kesehatan tentang “Metode Pembelajaran Role Play”
Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu Drg.G.A Sri Puja WW,M.Kes yang
telah membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya
ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga
kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, Bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar kami bisa menjadi lebih baik lagi dimasa mendatang.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan

Mataram, 16 Mei 2023

Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metode role play adalah memperoleh materi melalui pertumbuhan dan
penghayatan siswa. Menumbuhkan keaktifan dan kreativitas siswa dengan
bertindak sebagai tokoh yang ada dalam cerita (Djamarah, 2011).
Pada prinsipnya bermain peran adalah pembelajaran menampilkan peran
yang ada di dunia nyata sebagai bermain peran di dalam kelas/konferensiyang
kemudian dijadikan bahan reflektif bagi siswa untuk menilai pembelajaran yang
telah dilakukan. Bermain peran pada dasarnya siswa dapat menjadi orang lain
untuk mengatur kontrol emosi yang dimiliki dalam diri siswa sehingga dapat
menumbuhkan rasa saling menghormati usaha yang dilakukan oleh orang lain.
Bermain peran adalah kegiatan menguasai materi pembelajaran dengan
mengembangkan khayalan dan apresiasi siswa. Pengembangan khayalan dan
penghayatan dilakukan oleh siswa dengan menyamar sebagai figur hidup atau
benda mati, tergantung apa yang dimainkan. Dalam metode bermain peran,
penekanannya adalah pada keterlibatan emosional dan pengamatan sensorik
dalam situasi masalah yang sebenarnya. Selama bermain peran, siswa dipandang
sebagai subjek untuk pelatihan bahasa aktif (bertanya atau menjawab) dengan
teman (Huda, 2014).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan metode pembelajaran role play?
2. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran dengan metode role play?
3. Apa tujuan metode pembelajaran role play?
4. Apa kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran role play?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran role play
2. Untuk mengetahui langkah- langkah pembelajaran dengan metode role play
3. Untuk mengetahui tujuan metode pembelajaran role play
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran role play

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Pembelajaran Role Play


Metode pembelajaran role playing adalah metode pembelajaran yang di
dalamnya menampakkan adanya perilaku purapura dari siswa yang terlihat atau
peniruan situasi dri tokoh-tokoh sejarah sedemikian rupa. Dengan demikian
metode bermain peran adalah metode yang melibatkan siswa untuk pura-pura
memainkan peran/tokoh yang terlibat dalam proses sejarah atau perilaku
masyarakat misalnya bagaimana menggugah masyarakat untuk menjaga
kebersihan lingkungan, dan lain sebagainya.
Djamarah dan Zain (2006: 88), menyebutkan bahwa role playing atau
bermain peran adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan,
aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang. Dalam role playing murid
dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran
terjadi di dalam kelas. Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai
suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah
berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain.
Role playing terdiri atas dua kata, yakni role secara harfiah adalah
peranan, dan playing atau play adalah bermain. Bermain peran (role playing)
merupakan salah satu dari pengajaran berdasarkan pengalaman (Hamalik, 2001).
Karena melaui bermain peran anak mampu mengekspresikan perasaannya tanpa
adanya keterbatasan kata atau gerak. Role playing merupakan suatu metode
pembelajaran yang mengajak siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran,
penguasaan bahan pelajaran berdasarkan pada kreatifitas serta ekspresi siswa
dalam meluapkan imajinasinya terkait dengan bahan pelajaran yang ia dalami
tanpa adanya keterbatasan kata dan gerak, namun tidak keluar dari bahan ajar.
Metode Pembelajaran role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-
bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan
memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada
umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang
diperankan. Metode pembelajaran role playing, titik tekanannya terletak pada
keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah
yang secara nyata dihadapi. Murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran,
secara aktif melakukan praktik- praktik berbahasa (bertanya dan menjawab)
bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari
lingkungan yang berpusat pada diri murid (Munadhi, 2008: 33).
Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini meliputi: kemampuan
bekerjasama, komunikatif, dan menginterprestasikan suatu kejadian. Melalui
bermain peran peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antar
manusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara
bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan, sikap-
sikap, nilai-nilai dan berbagai strategi pemecahan masalah (Djamarah, 2005:
238).

B. Langkah- langkah Metode Pembelajaran Role Play


Silberman (2007: 217) menjelaskn bahwa model pembelajaran role playing
memiliki prosedur sebagai berikut:
1. Buatlah satu permainan peran dimana guru akan mendemonstraikan perilaku
yang diinginkan
2. Informasikan kepada kelas bahwa guru akan memainkan peran utama dalam
bermain peran ini. Pekerjaan siswa adalah membantu guru berhubungan
dengan situasi
3. Mintalah relevan siswa untuk bermain peran menjadi orang lain dalam situasi
ini. Guru memberi siswa itu catatan pembukaan untuk dibaca guna
membantunya atau membawa masuk pada peran. Mulailah bermain peran,
tetapi berhentilah pada interval yang sering dan mintalah kelas untuk
memberi feedback dan arah seperti kemajuan skenario. Jangan ragu
menyuruh siswa untuk memberikan garis khusus bagi guru untuk digunakan.
4. Teruskan bermain peran sampai siswa secara meningkat melatih guru dalam
bagaimana menangani situasi. Hal ini memberikan siswa latihan
keterampilan ketika guru melakukan peran yang sebenarnya untuk mereka.
Hamalik (2007: 215-217), menyampaikan secara lebih detil tentang langkah-
langkah pembelajaran model role playing, yaitu sebagai berikut:
1. Persiapan dan instruksi
a. Guru memiliki situasi bermain peran. Situasi-situasi masalah yang dipilih
harus menjadi sosiodrama yang menitikberatkan pada jenis peran,
masalah dan situasi familier, serta pentingnya bagi siswa. Keseluruhan
situasi harus dijelaskan, yang meliputi deskripsi tentang keadaan
peristiwa, individu- individu yang dilibatkan, dan posisi-posisi dasar
yang diambil oleh pelaku khusus. Para pemeran khusus tidak didasarkan
kepada individu nyata di dalam kelas, hindari tipe yang sama pada waktu
merancang pemeran supaya tidak terjadi gangguan hak pribadi secara
psikologis dan merasa aman.
b. Sebelum pelaksanaan bermain peran, siswa harus mengikuti latihan
pemanasan, latihan-latihan ini diikuti oleh semua siswa, baik sebagai
partisipasi aktif maupun sebagai para pengamat aktif. Latihan- latihan ini
dirancang untuk menyiapkan siswa, membantu mereka mengembangkan
imajinasinya dan untuk membentuk kekompakan kelompok dan
interaksi. Misalnya latihan pantomim.
c. Guru memberikan intruksi khusus kepada peserta bermain peran setelah
memberikan penjelasan pendahuluan kepada keseluruhan kelas.
Penjelasan tersebut meliputi latar belakang dan karakterkarakter dasar
melalui tulisan atau penjelasan lisan. Para peserta (pemeran) dipilih
secara sukarela. Siswa diberi kebebasan untuk menggariskan suatu peran.
Apabila siswa telah pernah mengamati suatu situasi dalam kehidupan
nyata maka situasi tersebut dapat dijadikan sebagai situasi bermain peran.
Peserta bersangkutan diberi kesempatan untuk menunjukkan tindakan
perbuatan ulang pengalaman. Dalam brifing, kepada pemeran diberikan
deskripsi secara rinci tentang kepribadian, perasaan, dan keyakinan dari
para karakter. Hal ini diperlukan guna membangun masa lampau dari
karakter. Dengan demikian dapat dirancang ruangan dan peralatan yang
perlu digunakan dalam bermain peran tersebut.
d. Guru memberitahukan peran-peran yang akan dimainkan serta
memberikan instruksi-instruksi yang bertalian dengan masing-masing
peran kepada audience. Para audience diupayakan mengambil bagian
secara aktif dalam bermain peran itu. Untuk itu, kelas dibagi dua
kelompok, yakni kelompok pengamat dan kelompok spekulator, masing-
masing melaksanakan fungsinya.
Kelompok I bertindak sebagai pengamat yang bertugas mengamati:
a) perasaan individu karakter
b) karakter-karakter khusus yang diinginkan dalam situasi
c) mengapa karakter merespons cara yang mereka lakukan.
Kelompok II bertindak sebagai spekulator yang berupaya menanggapi
bermain peran itu dari tujuan dan analisis pendapat. Tugas kelompok ini
mengamati garis besar rangkaian tindakan yang telah dilakukan oleh
karakter-karakter khusus.
2. Tindakan Dramatik dan Diskusi
a. Para aktor terus melakukan perannya sepanjang situasi bermain peran,
sedangkan para audience berpartisipasi dalam penugasan awal kepada
pemeran.
b. Bermain peran khusus berhenti pada titik-titik penting atau apabila
terdapat tingkah laku tertentu yang menuntut dihentikannya permainan
tersebut.
c. Keseluruhan kelas selanjutnya berpartisipasi dalam diskusi yang terpusat
pada situasi bermain peran. Masing-masing kelompok audience diberi
kesempatan untuk menyampaikan hasil observasi dan reaksi-reaksinya.
Para pemeran juga dilibatkan dalam diskusi tersebut. diskusi dibimbing
oleh guru dengan maksud berkembang pemahaman tentang pelaksanaan
bermain peran serta bermakna langsung bagi hidup siswa, yang pada
gilirannya menumbuhkan pemahaman baru yang berguna untuk
mengamati dan merespons situasi lainnya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Evaluasi Bermain Peran
a. Siswa memberikan keterangan, baik secara tertulis maupun dalam
kegiatan diskusi tentang keberhasilan dan hasil-hasil yang dicapai dalam
bermain peran. Siswa diperkenankan memberikan komentar evaluative
tentang bermain peran yang telah dilaksanakan, misalnya tentang makna
bermain peran bagi mereka, cara-cara yang telah dilakukan selama
bermain peran, dan cara-cara meningkatkan efektivitas bermain peran
selanjutnya.
b. Guru menilai efektivitas dan keberhasilan bermain peran. Dalam
melakukan evaluasi ini, guru dapat menggunakan komentar evaluative
dari siswa, catatan-catatan yang dibuat oleh guru selama berlangsungnya
bermain peran. Berdasarkan evaluasi tersebut, selanjutnya guru dapat
menentukan tingkat perkembangan pribadi, sosial dan akademik para
siswanya.
c. Guru membuat bermain peran yang telah dilaksanakan dan telah dinilai
tersebut dalam sebuah jurnal sekolah (kalau ada), atau pada buku catatan
guru. Hal ini penting untuk pelaksanaan bermain peran atau untuk
perbaikan bermain peran selanjutnya. (Oemar Hamalik, 2011).

C. Tujuan Metode Pembelajaran Role Play


Adapaun tujuan dalam bermain peran yang ditinjau dari jenis belajar adalah
sebagai berikut (Hamalik, 2011)
1. Belajar dengan melakukan. Siswa memainkan peran sesuai dengan keadaan
yang terjadi pada naskah. Tujuannya adalah untuk mengembangkan
keterampilan interaksi dan reaksi.
2. Belajar dengan meniru (imitasi). Siswa drama observer mengidentifikasi
dengan aktor (pelaku) dan tindakan siswa.
3. Belajar dengan memberikan umpan balik. Siswa yang menjadi observer dapat
memberikan komentar terhadap action yang sudah dimainkan oleh para aktor.
4. Belajar dengan memberikan penilaian dan pengulangan. Kegiatan ini
dilakukan oleh siswa dan guru untuk mengulas kembali penampilan siswa
dalam memainkan peran, sehingga guru dapat memberikan penilaian.
Sementara itu bagi siswa yang masih belum maksimal dapat diulang pada
pertemuan berikutnya.
Selain itu, penggunaan model pembelajaran role playing bertujuan untuk
membantu meningkatkan kemampuan bagi siswa dengan bermain peran secara
sederhana. Permainan peran ini mulai dari pemeran maupun tokoh sesuai dengan
usia anak dan permasalahannya. Dengan demikian siswa akan tertarik, senang dan
bersemangat karena dapat belajar sambil bermain.

D. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Role Play


Kelebihan dan kekurangan metode bermain peran bagi siswa sebagai berikut
(Djamarah, 2011).
1. Keunggulan metode role play:
a. Siswa dilatih untuk berimajinasi dan berkreasi.
b. Saat memainkan sebuah drama, pemain harus mengungkapkan pendapat
mereka sesuai dengan waktu yang ditentukan.
c. Bekerja sama harus ditanamkan dalam bermain peran
d. Bahasa yang diucapkan oleh siswa dapat dipromosikan menjadi sebuah
bahasa yang baik sehingga orang lain dapat dengan mudah
memahaminya.
2. Kekurangan metode role play:
a. Siswa yang belum berpartisipasi membuat kegiatan pembelajaran
menggunakan metode ini tidak aktif secara keseluruhan.
b. Kurangnya waktu persiapan dan pelaksanaan.
c. Dapat mengganggu aktivitas kelas lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode role play adalah metode pembelajaran yang melibatkan siswa
dalam bermain peran atau simulasi situasi tertentu. Dalam metode ini, siswa
berperan sebagai karakter-karakter yang terlibat dalam situasi yang diberikan.
Metode role play memiliki beberapa manfaat, antara lain meningkatkan
keterlibatan siswa dalam pembelajaran, memperkuat keterampilan sosial dan
komunikasi, serta meningkatkan pemahaman dan aplikasi konsep-konsep yang
dipelajari.

B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca
agar dapat menelaah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini
sehingga sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Disamping itu
kami juga mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehingga kami bisa
berorientasi lebih baik pada makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Huda, M. (2014). Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.
Djamarah, S. B. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. (2005). Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: PT Rincka Cipta Aksara.
Hamalik, Oemar. (2001). Perencanaan Pengajaran Berdasarka Pendekatan Sistem.
Bandung: Bumi Aksara.
Munadhi, Yudi. (2008). Media Pembelajaran; Sebuah Pendekatan Baru. Ciputat:
Gaung Persada (GP) Press.
Djamarah, Syaiful Bahri. (2005). Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: PT Rincka Cipta.
Silberman, Mel. (2007). Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif.
Yogyakarta: Pustaka Insan
Hamalik, Oemar. (2007). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hamalik, O. (2011). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai