Anda di halaman 1dari 10

A.

Karakteristik Siswa SD
1. Pengertian Karakteristik

Menurut Hamzah. B. Uno (2008) Karakteristik siswa adalah aspek-


aspek atau kualitas perseorangan siswa yang terdiri dari minat, sikap,
motivasi belajar, gaya belajar kemampuan berfikir, dan kemampuan awal
yang dimiliki.

Menurut Piuas Partanto, Dahlan (1994) Karakteristik berasal dari


kata karakter dengan arti tabiat/watak, pembawaan atau kebiasaan yang
dimiliki oleh individu yang relatif tetap.

Menurut Moh. Uzer Usman (1989) Karakteristik adalah mengacu


kepada karakter dan gaya hidup seseorang serta nilai-nilai yang berkembang
secara teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan mudah di
perhatikan.

Menurut Sudirman (1990) Karakteristik siswa adalah keseluruhan


pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari
pembawaan dari lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas
dalam meraih cita-citanya.

2. Bentuk –Bentuk karakteristik siswa SD


a. Senang bermain

Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan


pendidikan yang bermuatan permainan lebih – lebih untuk kelas rendah.
Guru sd seyogiyanya merancang model pembelajaran yang
memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya
mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan
jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius
seperti ipa, matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsur
permainan seperti pendidikan jasmani, atau seni budaya dan
keterampilan

1
b. Senang bergerak

Orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD


dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena
itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang
memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk
duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai
siksaan.

c. Anak senang bekerja dalam kelompok

Dari pergaulanya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-


aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi
aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung
pada diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab,
belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai
olah raga dan membawa implikasi bahwa guru harus merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam
kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini
membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran
yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok.
Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan
anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas
secara kelompok.

d. Senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara


langsung
Ditunjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki
tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar
menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama.
Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk konsep-konsep tentang
angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, jenis kelamin, moral, dan
sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan
lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan

2
memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian guru hendaknya
merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat
langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih
memahami tentang solat jikalangsung dengan prakteknya.
e. Anak Cengeng
Pada umur anak SD, anak masih cengeng dan manja. Mereka
selalu ingin diperhatikan dan dituruti semua keinginannya mereka masih
belum mandiri dan harus selalu dibimbing. Di sini sebagai calon guru SD
maka kita harus membuat metode pembelajaran tutorial atau metode
bimbingan agar kita dapat selalu membmbing dan mengarahkan anak,
membentuk mental anak agar tidak cengeng.
f. Sulit Memahami Isi Pembicaraan Orang Lain
Pada pendidikan dasar yaitu SD, anak susah dalam memahami
apa yang diberikan guru, disini guru harus dapat membuat atau
menggunakan metode yang tepat misalnya dengan cara metode
ekperimen agar anak dapat memahami pelajaran yang diberikan dengan
menemukan sendiri inti dari pelajaran yang diberikan sedangkan dengan
ceramah yang dimana guru Cuma berbicara didepan membuat anak
malah tidak pmemahami isi dari apa yang dibicarakan oleh gurunya.
g. Senang Diperhatikan
Di dalam suatu interaksi social anak biasanya mencari perhatian
teman atau gurunya mereka senang apabila orang lain
memperhatikannya, dengan berbagai cara dilakukan agar orang
memperhatikannya. Di sini peran guru untuk mengarahkan
perasaan anak tersebut dengan menggunakan metode tanya jawab
misalnya, anak yang ingin diperhikan akan berusaha menjawab atau
bertantya dengan guru agar anak lain beserta guru memperhatikannya.
h. Senang Meniru
Dalam kehidupan sehari hari anak mencari suatu figur yang
sering dia lihatdan dia temui. Mereka kemudian menirukan apa yang
dilakukan dan dikenakan orangyang ingin dia tiru tersebut. Dalam
kehidupan nyata banyak anak yang terpengaruh acara televisi dan
menirukan adegan yang dilakukan disitu, misalkan acara smackdown

3
yang dulu ditayangkan sekarang sudah ditiadakan karena ada berita anak
yangmelakukan gerakan dalam smack down pada temannya, yang
akhirnya membuat temannya terluka.
Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004:37) mengatakan masa
kanak-kanak dibagi menjadi dua periode, yaitu masa kanak-kanak awal,
sekitar umur 2-6 tahun, dan masa kanak-kanak akhir, sekitar umur 6-12
tahun.
B. Tahap Perkembangan Siswa SD
1. Pengertian Perkembangan
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan berkesinambungan
dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati (Chaplin
C.P.,1989:134). menyatakan bahwa “Perkembangan dapat didefinisikan
sebagai deretan progresif dari perubahan yang teratur dan koheren
“Progresif” menandai bahwa perubahannya terarah, membimbing mereka
maju, dan bukan mundur. “Teratur” dan “ koheren” menunjukan hubungan
yang nyata antara perubahan yang terjadi dan telah mendahului atau
mengikutinya.
Ini berarti bahwa perkembangan juga berhubungan dengan proses
belajar terutama mengenai isinya yaitu tentang apa yang akan berkembang
berkaitan dengan perbuatan belajar. Disamping itu juga bagaimana suatu hal
itu dipelajari, apakah melalui memorisasi (menghafal) atau melalui peniruan
dan atau dengan menangkap hubungan-hubungan, hal-hal ini semua ikut
menentukan proses perkembangan.
Menurut Piaget, teori perkembangan kognisi merupakan kecerdasan
atau kemampuan kognisi anak mengalami kemajuan melalui empat tahap
yang jelas yaitu tahap sensorimotor, tahap praoperasi, tahap operasi konkret,
dan tahap formal.
Teori perkembangan Piaget mewakili kontruktivisme, pandangan
tentang perkembangan kognisi yang menekankan peran aktif pelajar dalam
membangun pemahamannya sendiri tentang realitas.
2. Prinsip Dasar Perkembangan
Carol Gestwicki (1995: UT 1.25) memgemukakan beberapa prinsip dasar
perkembangan:

4
a. Dalam perkembangan tedapat urutan yang dapat diramalkan.
b. Perkembangan pada suatu tahap merupakan landasan bagi perkembangan
berikutunya.
c. Dalam perkembangan terdapat waktu-waktu yang optimal.
d. Perkembangan merupakan hasil interaksi factor-faktor biologis
(kematangan) dan faktor-faktor lingkungan (belajar).
e. Perkembangan maju berkelanjutan merupakan kesatuan yang saling
berhubungan, dengan semua aspek-aspek (fisik, kognitif, emosional,
sosial) yang saling mempengaruh.
3. Tugas Perkembangan Siswa SD
a. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan
tertentu.
b. Membentuk sikap tertetu terhadap diri sendiri sebagai organisme yang
sedang tumbuh.
c. Belajar bergaul secara rukun dengan teman sebaya.
d. Mempelajari peranan yang sesuai dengan jenis kelamin.
e. Membina keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
f. Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan
sehati-hari.
g. Membentuk kata hati, moralitas dan nilai-nilai.
h. Memperoleh kebebasan diri.
i. Mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok dan lembaga
social.
4. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan adalah :
a. Faktor herediter (warisan sejak lahir/bawaan).
b. Faktor lingkungan, menguntungkan atau tidak.
c. Kematangan, fungsi-fungsi organis dan fungsi-fungsi psikis.
d. Aktivitas anak sebagai subyek bebas yang berkemampuan, kemampuan
seleksi, bisa menolak atau menyetujui, punya emosi, serta usaha
membangun diri sendiri.
5. Tahap Perkembangan Anak SD

5
a. Menurut Hamzah B. Uno
Tahap perkembangan peserta didik sangat penting untuk di
pahami dalam melaksanakan proses pembelajaran. Baik didalam
keluarga kita sebagai orang tua ataupun kita pada kapasitas sebagai
seorang pendidik. Dalam buku "Mengelola kecerdasan dalam
pembelajaran" Hamzah B.Uno dan Masri Kuadrat membagi tahap
perkembangan peserta didik yang terdiri dari:
1) Tahap pertama disebut periode sensorik motorik (sekitar 0-2 tahun).
Pada tahap ini anak (bayi) menggunakan alat indera dan kemampuan
motorik untuk memahami dunia sekitarnya.
2) Tahap pra-operasional( usia 2-7 tahun). Pada tahap ini kemampuan
skema kognitifnya masih terbatas. Peserta didik suka meniru perilaku
orang lain. Perilaku yang ditiru terutama perlaku orang lain
(khususnya orang tua dan guru) yang pernah ia lihat ketika orang itu
merespons terhadap perilaku orang, keadaan, dan kejadian yang
dihadapi pada masa lampau. Peserta didik mulai mampu
menggunakan kata-kata yang benar dan mengekspresikan kalimat-
kalimat pendek secara efektif.
3) Tahap operasional kongkret ( usia 7-11 tahun). Pada tahap ini peserta
didik sudah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi,
misalnya volume dan jumlah, mempunyai kemampuan memahami
cara mengombinasikan beberapa golongan benda yang bervariasi
tingkatannya. Selain itu, peserta didik sudah mampu berpikir
sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang
kongkret.
4) Tahap operasional formal ( usia 11-15 tahun). Pada tahap ini peserta
didik sudah menginjak usia remaja. Perkembangan kongnitif peserta
didik pada tahap ini telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan
dua ragam kognitif, baik secara simultan (serentak) maupun
berurutan. Misalnya kapasitas merumuskan hipotesis (anggapan
dasar) peserta didik mampu berpikir untuk memecahkan masalah
dengan lingkungan yang ia respons. Sedangkan dengan kapasitas
menggunakan perinsip-perinsip abstrak, peserta didik akan mampu

6
mempelajari materi pelajaran yang abstrak, seperti agama,
matematika, dan lainnya.

b. Menurut Slavin
1) Perkembangan Fisik
Ketika anak-anak melewati kelas-kelas sekolah dasar
perkembangan fisik mereka mengalami perlambatan jika
dibandingkan dengan masa kanak-kanak awal. Anak-anak berubah
relative sedikit ukuran tubuhnya selama masa sekolah dasar. Anak
perempuan lazimnya sedikit lebih pendek dan lebih ringan daripada
anak laki-laki hingga sekitar usia 9 tahun ketika tinggi dan bobot
badan kira-kira sama untuk anak laki-laki dan anak perempuan. Pada
saat anak-anak memasuki sekolah dasar, mereka telah
mengembangkan banyak kemampuan motoric dasar yang mereka
butuhkan untuk menyeimbangkan badan, berlari ,Melompat dan
melempar.
2) Perkembangan Kognisi
Antara usia 5 dan 7 tahun, proses pemikiran anak-anak
mengalami perubahan penting (siegler, 1998). Ini adalah periode
peralihan dari tahap pemikiran praoperasi ke tahap operasi konkret.
Perubahan ini memungkinkan anak-anak melakukan secara mental
sesuatu yang sebelumnya dilakukan secara fisik. Tidak semua anak
mengalami peralihan ini pada usia yang sama dan tidak satu pun anak
berubah dari tahap satu ke tahap berikut dengan cepat. Anak-anak
sering menggunakan perilaku kognisi yang merupakan ciri khas dua
tahap perkembangan pada saat yang sama. Ketika melangkah dari
satu ke tahap berikutnya karakteristik tahap sebelumnya
dipertahankan ketika perilaku kognisi tahap yang lebih tinggi
berkembang. Anak-anak usia sekolah dasar dengan pesat
mengembangkan kemampuan daya ingat dan kognisi termasuk

7
kemampuan meta-kognisi, yaitu kemampuan memikirkan pemikiran
mereka sendiri dan memelajari cara belajar.
3) Perkembangan Sosioemosi
Pada saat anak memasuki usia sekolah dasar , mereka telah
mengembangkan kemampuan pemikiran, tindakan, dan pengaruh
social yang lebih rumit. Anak-anak pada dasarnya bersikap egosentris
dan dunia mereka adalah dunia rumah, keluarga, dan mungkin
prasekolah.
a. Menurut Piaget
Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara
tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan
lingkungannya (teori perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak
memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep
yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang
ada dalam lingkungannya.
Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses
asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam
pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam
pikiran untuk menafsirkan objek). Kedua proses tersebut jika
berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan lama dan
pengetahuan baru menjadi seimbang.
Dengan cara seperti itu secara bertahap anak dapatmembangun
pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan hal
tersebut, maka perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek
dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin
dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi
diri anak dengan lingkungannya.
Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret.
Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar
sebagai berikut:

1) Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek


situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur
secara serentak,.

8
2) Mulai berpikir secara operasional.
3) Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan
benda-benda.

4) Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan,


prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab
akibat.

5) Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas,


dan berat.
Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut,
kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:

1) Konkrit
Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-
hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba,
dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan
sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan
proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab
siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya,
keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih
bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.

2) Integratif
Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang
dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-
milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara
berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi
bagian.

3) Hierarkis
Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar
berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke
hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi,
dan cakupan keluasan serta kedalaman materi .

9
10

Anda mungkin juga menyukai