A. Kajian Pustaka
1. Model Pembelajaran
tergambar dari awal sampai yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata
lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
1) Model Sosial (Social Model). Model pembelajaran ini mengacu pada model
personal tersebut antara lain ditetapkan dengan metode pengajaran tanpa arah
pada perubahan perilaku yang tadinya tidak bisa menjadi bisa atau tidak tahu
model system perilaku ini antara lain: belajar tuntas (mastery learning), CBT
model kontrol diri, drill, dsb. Dalam penerapan model system perilaku, guru
dapat menggunakan metode tutorial dengan membimbing siswa sampai
mencapai tujuan.
“Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan untuk
lain”. Strategi adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru
dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai seecara efektif dan efisien.
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
pembelajaran di kelas.
1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.
Sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Thelen dan
berdasarkan teori Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi
dalam kelompok secara demokrasi.
2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir
induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif
3. Dapat dijadikan pedoman untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar di
kelas, misalnya model synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas
dalam pelajaran.
4. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: a) urutan langkah –
langkah pembelajaran (syntax), b) adanya prinsip-prinsip reaksi, c) sistem
sosial, dan d) sistem pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan
pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran.
5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak
terseebut meliputi: a) Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang
dapat diukur, b) Dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang
6. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman
model pembelajar yang dipilihnya. (p,123)
Playing) sebagai cara belajar yang menempatkan diri pada situasi sama sehingga
Teknik bermain peran (Role Playing) dapat dikatakan sama artinya dan
dalam pemakaiannya sering disilih gantikan. Teknik bermain peran (Role Playing)
antar manusia, dan metode bermain peran pada dasarnya juga sama yakni siswa
mana peserta didik ikut terlibat aktif memainkan peran-peran tertentu. Metode
bermain peran adalah proses belajar mengajar yang tergolong dalam metode
simulasi.
(Role Playing) adalah suatu teknik kegiatan belajar yang menekankan pada
kemampuan penampilan warga belajar untuk memerankan suatu status atau fungsi
suatu pihak-pihak lain yang terdapat pada dunia kehidupan”. Ahmad Sabri
menekankan kenyataan dimana para siswa diikut sertakan dalam permainan peran
peran (Role Playing) adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
baik manusia atau hewan, atau benda mati. Atau dengan kata lain bermain peran
merupakan suatu cara yang digunakan guru atau pendidik dalam melakukan
aktif dalam pembelajaran dengan memainkan suatu peran yang menuntut siswa
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Teknik bermain peran (role
playing) adalah teknik yang berguna untuk berpikir tentang situasi yang sulit
sebelum situasi itu terjadi. Oleh karena itu pelajar mempunyai persiapan respon
ada. Hal inilah yang menjadikan perbedaan mendasar bermain peran dari
permainan pentas (board games), main kartu (card games), olahraga dan tipe
permainan lainnya. Yang paling penting adalah bagaimana peserta didik bermain
Adapun tujuan dari teknik bermain peran (Role Playing) ini menurut
secara individu, dalam keluarga, organisasi, dan bahkan interaksi dalam budaya
yang lebih besar”. Tujuan pelajar sebagai pemain membantu membuat cerita dan
eksperimen yang sangat kuat sebagai tantangan bagi pelajar, tidak hanya secara
kesimpulan bahwa Teknik bermain peran (Role Playing) dapat melatih siswa
memahami isi bahan yang didramakan. siswa akan terlatih dan berinisiatif untuk
kreatif, bakat siswa akan terpupuk sehingga dapat memunculkan bakat seni
drama, kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina sebaik-baiknya,
menjadi materi yang lebih singkat, padat dan lebih fokus yang kemudian dibuat ke
dalam suatu naskah yang akan diperankan oleh siswa. Adapun langkah-langkah
teknik bermain peran (Role Playing) yang dikemukakan oleh beberapa para ahli
pelaksanaan Teknik bermain peran (Role Playing), menunjuk siswa yang akan
ikut bermain dalam teknik role playing dan yang menjadi penonton, memilih
masalah yag urgen sehingga menarik minat siswa, menceritakan peristiwa yang
peran (Role Playing) yaitu (1) pemanasan (warming up), (2) memilih partisipan,
(3) menyiapkan pengamat (observer), (4) menata panggung, (5) memainkan peran
(manggung), (6) diskusi dan evaluasi, (7) memainkan peran ulang (manggung
ulang), (8) diskusi dan evaluasi kedua, (9) berbagai pengalaman dan kesimpulan”.
sebagai berikut:
b. Guru memberikan gambaran secara garis besar masalah atau situasi yang
akan dimainkan.
g. Evaluasi dan pemberian balikan, baik berupa diskusi atau tanya jawab.
berkomunikasi terutama bahasa lisan. Dengan metode ini siswa lebih tertarik
tidak pasif tetapi aktif mengamati dan mengajukan saran dan kritik.
bergantung juga pada pandangan pelajar pada permainan seperti situasi pada
dalam bekerja sama. Siswa juga dapat belajar menggunakan bahasa dengan baik
dan benar.
melakukan permainan.
d. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping
Hakekatnya sebuah ilmu yang tercipta oleh manusia tidak ada yang
sempurna, semua ilmu ada kelebihan dan kekurangan.Jika kita melihat teknik
bermain peran (Role Playing) dalam cakupan cara proses mengajar dan belajar di
panjang/banyak.
b. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun
kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus
a. Pengertian IPS
sosiologi, karena semua konten yang sesuai dari humaniora, matematika, dan ilmu
bergantung”
IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan
atau suatu perpaduan. Sardjiyo, dkk ( 2017.p,26 ) IPS merupakan suatu synthetic
discipline antara berbagai ilmu sosial untuk pengajaran di sekolah biasanya terdiri
(2015.p,35) “IPS adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu
sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah
dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta
adalah bidang kajian yang mengkaji berbagai ilmu sosial dan ilmu yang lain yang
pedagogis dan psikologis peserta didik di sekolah dasar dan sebagai bahan ajar
persekolahan.
yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial,
humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan. Sardjiyo,
ditengah masyarakat, nilai-nilai tersebut misalnya tenggang rasa dan tepo seliro,
IPS adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik atau siswa agar peka
terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif
adalah :
Ruang lingkup mata pelajaran IPS dalam Standar isi dan Standar
yang terjadi dalam kehidupan manusia dan masyarakat Indonesia pada masa
penjajahan, masa tumbuhnya rasa kebangsaan serta perubahan dalam aspek sosial,
bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya pada masa kerajaan Islam
3. Hasil Belajar
Hasil belajar berasal dari kata “Hasil” dan “Belajar”. Pengertian kata hasil
adalah “suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang
dinyatakan dalarn cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan,
atau kegiatan tertentu. Hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di
sekolah atau di perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
sebagian hasil yang dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dengan
terlebih dahulu mengandakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan. Untuk
memahami pengertian hasil belajar maka harus bertitik tolak dari pengertian
serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
2010: 4) belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap. Hasil belajar harus dapat mengembangkan tiga
ranah yaitu: ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam penelitian ini
difokuskan pada salah satu ranah dalam teori hasil belajar yaitu pada ranah
kognitif.
yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan
oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang
Jadi, hasil belajar siswa terfokus pada nilai atau angka yang dicapai
siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Nilai tersebut terutama dilihat dari
sisi kognitif, karena aspek ini yang sering dinilai oleh guru untuk melihat
terdiri dari: kecerdasan, bakat, minat dan perhatian, motif, kesehatan, cara belajar,
belajar”. Slameto (2010,p.1-6). Agar hal ini menjadi lebih jelas, diuraikan berikut
ini: “Faktor kecerdasan, faktor bakat, faktor minat dan perhatian, faktor motif,
2) Faktor bakat. Bakat adalah kemampuan yang ada pada seseorang yang
dibawanya sejak lahir, yang diterima sebagai warisannya dari orang tua. Bagi
seorang siswa, bakat bisa berbeda dengan siswa lain. Ada siswa yang
berbakat dalam bidang ilmu sosial, ada yang di ilmu pasti. Karena itu,
seorang siswa yang berbakat di bidang ilmu sosial akan sukar berprestasi
tinggi di bidang ilmu pasti, dan sebaliknya. Bakat-bakat yang dimiliki siswa
dapat mencapai prestasi yang tinggi. Seorang siswa ketika akan memilih
padanya. Untuk itu, sebaiknya bersama orang tuanya meminta jasa layanan
3) Faktor minat dan perhatian. Minat adalah kecenderungan yang besar terhadap
sesuatu. Perhatian adalah melihat dan mendengar dengan baik dan teliti
tinggi pada mata pelajaran akan memberi dampak yang baik bagi prestasi
belajar siswa. Oleh karena itu, seorang siswa harus menaruh minat dan
dan perhatian yang tinggi, kita boleh yakin akan berhasil dalam
pembelajaran.
kalau siswa mempunyai motif yang baik dan kuat, hal itu akan memperbesar
usaha dan kegiatannya mencapai prestasi yang tinggi. Siswa yang kehilangan
motivasi dalam belajar akan memberi dampak kurang baik bagi prestasi
belajarnya.
5) Faktor cara belajar. Keberhasilan studi siswa dipengaruhi juga oleh cara
lebih tinggi dibandingkan dengan cara belajar yang tidak efisien. Cara belajar
(c) Membaca dengan teliti dan baik bahan yang sedang dipelajari, dan
Orang tua, dan adik kakak siswa adalah orang yang paling dekat dengan
dirinya. Oleh karena. itu, keluarga merupakan salah satu potensi yang besar
dan positif memberi pengaruh pada prestasi siswa. Maka orang tua sudah
teladan yang baik kepada anaknya. Selain itu, perlu suasana hubungan dan
komunikasi yang lancar antara orang tua dengan anak - anak serta keadaan
berperan besar memberi pengaruh pada prestasi belajar siswa. Oleh karena
memiliki sistem dan organisasi yang baik bagi penanaman nilai-nilai etik,
moral, mental, spiritual, disiplin dan ilmu pengetahuan. Apalagi bila sekolah
lebih tinggi.
oleh berbagai macam faktor. Faktor itu terdiri dari tingkat kecerdasan yang baik,
pelajaran sesuai bakat yang dimiliki, ada minat dan perhatian yang tinggi dalam
pembelajaran, motivasi yang baik dalam belajar, cara belajar yang baik dan
memberi dorongan anak untuk maju. Selain itu, lingkungan sekolah yang tertib,
pembelajaran.
belajar siswa dipengaruhi oleh 1) disiplin sekolah, (a) ketaatan terhadap peraturan
Tulus Tu’u (2014) menyatakan bahwa yang menjadi indikator utama hasil
“Indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur hasil belajar siswa adalah daya
diukur dengan tingkat pencapaian si pelajar, ada 4 aspek penting yang dpaat
memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis besar
indikator dikaitkan dngan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur
No Ranah Indikator
Ranah kognitif
a. Pengetahuan 1. Dapat menyebutkan
(Knowledge) 2. Dapat menunjukkan kembali
b. Pemahaman 1. Dapat menjelaskan
(Comprehension) 2. Dapat mendefenisikan dengan bahasa
c. Penerapan sendiri
(Application) 1. Dapat memberikan contoh
d. Analisis (Analysis) 2. Dapat menggunakan secara cepat
1. Dapat menguraikan
e. Menciptakan, 2. Dapat mengklarifikasikan/memilah
membangun 1. Dapat menghubungkan materi-materi
(Synthesis) sehingga menjadi kesatuan yang baru
2. Dapat menyimpulkan
3. Dapat menggeralisasikan (membuat
f. Evaluasi prinsip umum)
(Evaluation) 1. Dapat menilai
2. Dapat menjelaskan dan menafsirkan
3. Dapat menyimpulkan
Ranah Afektif
a. Penerimaan 1. Menunjukkan sikap menerima
(Receiving) 2. Menunjukkan sikap menolak
b. Sambutan 1. Kesediaan berpartisipasi/terlibat
2. Kesediaan memanfaatkan
c. Sikap menghargai 2. Menganggap penting dan bermanfaat
(Apresiasi) 3. Menganggap indah dan harmonis
4. Mengagumi
d. Penghayatan 1. Melembagakan atau meniadakan
(Karakterisasi) 2. Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku
sehari-hari
Ranah psikomotor
a. Keterampilan dalam Kecakapan mengkoordinasikan gerak mata,
bergerak dan telingan, kaki, dan anggota tubuh yang
bertindak lainnya
b. Kecakapan ekspresi
verbal dan non 1. Kefasihan melafalkan/mengucapkan
verbal 2. Kecakapan membuat mimik dan gerakan
jasmani
Darsono (2010,p.4)
indikator hasil belajar siswa adalah 1) ketercapaian daya serap terhadap bahan
Masyarakat kita sekarang ini pada satu sisi adalah masyarakat pertanian,
pada sisi lain sudah memasuki era globalisasi yang terdiri dari era industri,
teknologi dan informasi. Perubahan kondisi sosial, ekonomi, politik dan budaya
berlangsung cepat. Perubahan cepat ini membawa dampak besar bagi kehidupan
masyarakat baik positif maupun negatif. Pola kehidupan positif adalah melihat
perubahan itu sebagai sesuatu yang harus diterima dan dihadapi. Di dalamnya ada
hal-hal yang dapat dianggap sebagai sesuatu yang baik, memberi kemudahan dan
akan tertinggal dan terbelakang. Pada sisi lain, tanpa membekali diri secara
positif seperti di atas, manusia ikut arus dan menikmati perubahan yang terjadi.
Akan tetapi, hal itu membawa dampak negatif dalam sikap dan perilaku serta
kehampaan batiniahnya. Oleh karena itu, para siswa pada masa sekarang ini,
menghadapi begitu banyak ancaman dan tantangan. Prestasi yang dicapai dalam
pembelajaran pun terhambat dan belum optimal. Selain hambatan dan tantangan
tersebut, ada hal-hal lain yang dapat menghambat optimalisasi prestasi siswa.
Menurut Sri Rahayu (2013,p.82) menyatakan bahwa “Hambatan itu antara lain
dapat berasal dari dalam dirinya, tetapi juga dari luar dirinya”.
sebagai berikut:
pelajaran. Prestasi siswa ini kemungkinan belum dapat optimal. Karena itu,
Kalau dia berada dalam kelas yang rata-rata tingkat kecerdasannya tinggi,
minat siswa. Atau siswa sendiri tidak mengembangkan minat dirinya dalam
pembelajaran. Hal ini akan membuat siswa tidak belajar dengan sungguh-
dibawa sejak lahir. Apabila pelajaran yang diikuti siswa tidak sesuai
dengan bakat yang dimiliki, prestasi belajarnya tidak akan mencapai hasil
yang tinggi.
1) Faktor keluarga. Faktor ini dapat berupa faktor orang tua. Misalnya, cara
orang tua mendidik anak-anak yang kurang baik, teladan yang kurang,
hubungan orang tua dengan yang kurang baik. Kemudian, faktor suasana
keluarga sudah baik, kebutuhan hidup dan belajar dapat dipenuhi serta
Ketiga faktor dalam keluarga tersebut kerap kali menjadi penghambat bagi
siswa. Faktor hubungan guru dengan murid kurang dekat. Biasanya kalau
gurunya dibenci atau tidak disukai, hasil belajar siswa kurang baik. Faktor
hubungan siswa dengan siswa. Apabila hubungan siswa kurang baik, hal itu
akan mengganggu hasil belajar. Faktor guru, meliputi mengajar terlalu
kelas rendah, motivasi rendah, dan terlalu banyak jam mengajar. Ha1 itu
mempunyai pengaruh tidak baik pada proses belajar anak. Misalnya, siswa
yang tidak disiplin dibiarkan, siswa yang disiplin dibiarkan juga. Akan
majalah, dapat mengganggu waktu belajar. Faktor teman gaul yang kurang
itu antara lain dapat berasal dari dalam dirinya, tetapi juga dari luar dirinya.
B. Penelitian Relevan
Pengaruh penggunaan metode Role Playing terhadap hasil belajar IPS pada
playing bepengaruh dalam hasil belajar IPS siswa hal ini terlihat dari hasil
belajar siswa sebelum diberikan teknik Role Playing berada pada kategori
penggunaan metode pembelajaran role terhadap minat dan hasil belajar siswa
materi sistem peredaran kelas XI SMA Negeri 9 Makassar hal ini berarti
bahwa teknik Role Playing efektif dalam meningkatkan minat dan hasil
C. Kerangka Pikir
Rendahnya hasil belajar tersebut disebabkan oleh dua faktor utama yakni faktor
dari guru dan faktor dari siswa. Faktor penyebab dari guru meliputi: guru dalam
penjelasan materi yang sifatnya teori buku, serta tidak menekankan pada aktivitas
siswa, antara lain: siswa memperlihatkan kecenderungan pasif, siswa jenuh, dan
memandang siswa sebagai subjek aktif dalam belajar, serta materi dan cara
belajar dapat lebih bermakna karena konsep pemahaman siswa merupakan konsep
pemahaman yang berasal dari penemuan siswa sendiri. Model pembelajaran Role
pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada tema
diawali keadaan awal hasil belajar IPS yang relatif rendah, yang disebabkan oleh
faktor guru dan siswa. Alur pelaksanaan ini merupakan kerangka pikir penelitian,
yang dapat digambarkan dalam bentuk bagan kerangka pikir sebagai berikut:
C. Hipotesis Tindakan