PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai variabel pokok yang
komponen ini bertujuan untuk kepentingan peserta. Berdasarkan hal tersebut pendidik
dituntut harus mampu menggunakan berbagai model pembelajaran agar peserta didik
dapat melakukan kegiatan belajar. Hal ini dilatar belakangi bahwa peserta didik bukan
hanya sebagai objek tetapi juga merupakan subjek dalam pembelajaran. Peserta didik
harus disiapkan sejak awal untuk mampu bersosialisasi dengan lingkungannya sehingga
berbagai jenis model pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik. Model-model
dengan melibatkan peserta didik secara penuh (student center) sehingga peserta didik
Dalam proses pembelajaran, guru dan peserta didik sering dihadapkan pada berbagai
masalah, baik yang berkaitan dengan mata pelajaran maupun yang menyangkut
cara, melalui diskusi kelas, tanya jawab antara guru dan peserta didik, penemuan dan
inkuiri. Konsep yang dipakai sebagai upaya pemecahan permasalahan itulah yang
1
tujuan belajar. Jadi model pembelajaran cenderung preskriptif (dalam mencapai tujuan),
yang relatif sulit dibedakan dengan strategi pembelajaran. Dan strategi pembelajaran
penting model pembelajaran dihadirkan dalam proses pembelajaran agar situasi dan
Banyak model pembelajaran yang dapat dipakai oleh seorang guru untuk menunjang
kegiatan pembelajaran untuk menjadi lebih baik, dan jika seorang guru dapat
tersebut, maka guru akan menjadi profesional dalam menjalankan tugasnya. Satu contoh
model yang dapat digunakan adalah model pembelajaran sosial. Mengapa dikatakan
kategori model ini menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain.
dalam berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam proses demokratis dan bekerja
secara produktif dalam masyarakat” Dengan demikian siswa dalam proses belajar akan
memasuki nuansa sebenarnya dimana problem sosial yang mungkin saja dihadapinya
setiap hari. Dalam proses pembelajaran itu siswa mencoba mengatasi sendiri
Satu sisi dari eksistensi manusia itu adalah sebagai makhluk sosial, maka menjadi
sangat penting bila anak-anak itu diajarkan sedini mungkin pada pola kehidupan sosial.
Bahkan Elizabeth B. Hurlock mengungkapkan bahwa “ karena pola perilaku sosial atau
perilaku yang tidak sosial dibina pada masa kanak-kanak awal atau masa pembentukan,
2
maka pengalaman sosial itu sangat menentukan kepribadian setelah anak menjadi
dewasa”. Untuk itu model pembelajaran sosial ini menitik beratkan terhadap tingkah laku
anak pada peran, simulasi dan tanggap serta dapat mengatasi problem-problem sosial
Untuk lebih jelas tentang apa sajakah yang tergolong dalam model pembelajaran
sosial ini, penulis akan merujuk pada konsep Hamzah B. Uno dalam bukunya model
pembelajaran, beliau membaginya menjadi 3 model pembelajaran sosial, yaitu (1) model
pembelajaran bermain peran, (2) model pembelajaran simulasi sosial dan (3) model
pembelajaran telaah kajian yurisprudensi. Ketiga model inilah yang akan di bahas dalam
makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian pendahuluan di atas, maka makalah tentang model pembelajaran sosial ini
C. Tujuan
peran
sosial
3
BAB II
PEMBAHASAN
Kelompok model pembelajaran ini didasari oleh teori belajar Gestalt (Field-
theory) yang menitik beratkan hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat
(learning to life together). Teori ini dirintis oleh Max Wertheimer (1912) bersama dengan
Kurt Koffka dan W. Kohler yang berpandangan bahwa objek atau peristiwa tertentu akan
dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan. Sehingga implikasi dari teori ini
bahwa pembelajaran akan lebih bermakna bila materi diberikan secara utuh bukan bagian-
bagian. Model ini juga berlandaskan pemikiran bahwa kerja sama merupakan salah satu
fenomena kehidupan masyarakat yang sangat penting. Kelompok model ini menekankan
pada hubungan individu dengan orang lain atau masyarakat. Kelompok ini memusatkan pada
proses di mana kenyataan ditawarkan secara sosial. Sebagai konsekuensinya, model –model
yang berorientasi sosial tersebut di atas, memberikan prioritas untuk memperbaiki kecakapan
individu untuk berhubungan dengan orang lain, untuk bertindak dalam proses yang
demokratis, dan untuk bekerja secara produktif dalam masyarakat. Meskipun kelompok
model ini lebih menekankan hubungan sosial dibandingkan dengan asfek lainnya, para tokoh
dalam kelompok ini juga menekankan pada perkembangan kesadaran study yang bersifat
tergambar pada tabel 3. berikut di bawah ini yang diadaptasi dari Moh Surya (2004).
4
TABEL 3
model ini.
5
peneluan berikutnya.
Simulasi Sosial Sarene Model ini dirancang untuk membantu peserta didik
Model role playing (bermain peran) adalah model pembelajaran dengan cara memberikan
peran-peran tertentu kepada peserta didik dan mendramatisasikan peran tersebut kedalam
sebuah pentas. Bermain peran (role playing) adalah salah satu model pembelajaran interaksi
belajar secara aktif dengan personalisasi. Oleh karena itu, bentuk pengajaran role playing
keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru. Selain itu, role playing
sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan
dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain saat menggunakan
bahasa tutur.
Model pembelajaran bermain peran (role playing) dibuat berdasarkan asumsi bahwa
kehidupan nyata, bermain peran dapat mendorong murid mengekspresikan perasaannya dan
bahkan melepaskannya, dan bahwa proses psikologis melibatkan sikap, nilai dan keyakinan
kita serta mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis.
6
Model role playing dapat membimbing anak didik untuk memahami prilaku dan peran
mereka dalam interaksi sosial, agar mampu memecahkan masalah-masalah dengan lebih
efektif. Role playing dirancang secara husus oleh Fannie dan George Shaftel untuk
membantu anak didik mempelajari dan merefleksikan nilai-nilai sosial, membantu mereka
keterampilan sosial mereka. Dengan penyesuaian yang cocok, model ini dapat diterapkan
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan, bahwa model role
playing adalah model bermain peran dengan cara memberikan peran-peran tertentu atau
sesungguhnya yang dirancang oleh guru dan didramatisasikan peran tersebut kedalam sebuah
pentas.
a. Sintaks
4) Penyampaian kompetensi
Sedangkan menurut Hamzah B.Uno, Prosedur bermain peran terdiri atas sembilan
7
pengamat (observer), (4) menata panggung atau tempat bermain peran, (5) memainkan
peran, (6) diskusi dan evaluasi, (7) memainkan peran ulang, (8) diskusi dan evaluasi
1) Role playing dapat memberikan semacam hidden practise, dimana murid tanpa
2) Role playing melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas
besar.
3) Role playing dapat memberikan kepada murid kesenangan karena role playing
pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain murid akan merasa senang
karena bermain adalah dunia murid. Masuklah ke dunia murid, sambil kita
c. Prinsip Reaksi
1) Pertama, guru harus menerima tanggapan dan saran siswa, terutama pendapat dan
pandang alternatif.
4) Keempat, guru harus menekankan bahwa ada berbagai konsekuensi hasil seperti yang
dieksplorasi.
8
5) Kelima, untuk menyelesaikan masalah, tidak ada cara yang benar. Penting untuk
d. Sistem Pendukung
Bahan untuk bermain peran yang minimal tapi penting, alat kurikuler utama adalah
situasi masalah. Namun, kadang-kadang membuat selembar kertas untuk membantu peran
mereka apa yang harus dicari dan memberi mereka tempat untuk menuliskannya.
e. Sistem Sosial
Sistem sosial dalam model ini cukup terstruktur. Guru meiliki tanggung jawab, paling
tidak pada awal permainan, untuk memulai tahap-tahap dan emmbimbing siswa melalui
aktivitas tiap tahap. Kendatipun begitu, materi khusus dalam diskusi dan pemeranan
Pertanyaan yang diajukan guru seharusnya dapat mendorong ekspresi atau ungkapan
yang jujur serta bebas dan menggambarkan perasaan atau pikiran siswa yang sebenernya.
Guru harus menanamkan kualitas dan kepercayaan antara dirinya dan siswa-siswanya.
Guru bisa melakukan ini dengan menerima semua saran sebagai hal yang absah dan tidak
menghakimi. Dengan cara ini, semua hal yang diungkapkan hanya mencerminkan
Yang terpenting, walaupun guru reflektif dan supportif, siswa tetaplah pihak yang
berperan mengambil alih atau mengontrol arah pengajaran. Mereka kadang memilih
masalah yang akan ditelusuri, memimpin, diskusi, memilih aktor, membuat keputusan
terpenting, memutuskan apa yang harus diperiksa dan usulan mana yang akan
9
berpegangan pada ciri khas pertanyaan yang diajukan siswa. Melalui pertanyaan yang
Cukup banyak keungguan yang bisa didapatkan dari pembelajaran ini, selain
membuat siswa aktive juga membuat siswa senang mengikuti proses belajar
antaranya adalah:
1) Kesan akan diingat oleh siswa karena proses belajar mengajar yang
2) Pembelajaran akan jadi dinamis dan tidak kaku, dikarenakan proses belajar
yang tipe permainan sehingga membuat siswa dalam kelas penuh antusias.
3) Rasa optimis dan percaya diri dalam siswa akan tumbuh sehingga membuat
4) Peranan yang dilakukan oleh siswa tidak akan dipengaruhi dan diganggu oleh
2. Beberapa Siswa mungkin saja mengalami tidak sesuai dan kesulitan saat
memainkan peran yang ditugaskan, maka peran guru akan sangat sulit unutk
menbuat dan mengarahkan tentang apa yang harus siswa lakukan dalam
permainan tersebut.
10
3. Suasana yang bagus dalam kelas akan sangat berpengaruh, Bermain peran
tidak akan berjalan dengan baik jika suasana kelas tidak mendukung.
4. Prepare yang dilakukan harus secara matang dan mantap karena jika tidak
akan mebuat siswa tidak akan bersunguh sungguh dan cenderung bermain
main.
5. Materi bersifat angka akan tidak cocok dilakukan dalam metode pembelajaran
Shaver dari Harvard yang didasari pada pemahaman bahwa setiap orang berbeda
pandangan dan prioritas satu sama lain dengan nilai sosial saling berhadapan. Untuk
anggota masyarakat dituntut untuk mampu berbicara dan bernegosiasi untuk mencapai
kesepakatan.
perbedaan dalam berbagai hal. Model pembelajaran ini membantu siswa untuk belajar
ulang nilai-nilai sosial tersebut, sehingga siswa peka terhadap permasalahan sosial, berani
mengambil sikap, mempertahankan sikap tersebut dengan argumentasi yang relevan dan
valid. Siswa juga dituntut bisa menerima atau menghargai sikap orang lain yang mungkin
sosiologi, ekonomi dan politik. Sehingga bidang kajian yang tepat untuk model
11
keamanan, konflik antar golongan, ekonomi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan dan
keamanan nasional.
a. Sintakmatik
a) Guru memperkenalkan kasus kepada siswa atau isu terbaru dengan bercerita,
masyarakat.
2) Mengidentifikasi kasus
Siswa mensintesis fakta kedalam isu yang dihadapi, mengaitkan dengan isu umum
3) Menetapkan posisi
Siswa diminta untuk mengambil posisi mengenai isu tersebut dan menyatakan
12
5) Menguji posisi
Jika argumen kuat, logis dan rasional maka siswa akan mempertahankan sikapnya
(konsisten) dan posisi siswa dapat berubah (inkonsisten) jika argumen tidak kuat.
6) Menguji asumsi
b. Sistem Sosial
Kerangka kerja Yurisprudensial dibangun dengan asumsi akan ada dialog hangat,
membuat situasi kurang dan lebih demokratis dengan pandangan kritis masing-masing
dan pemikiran yang setara dan juga subjek sama-sama teliti. Iklim sosial akan terjadi
untuk analisis kritis terhadap nilai yang hanya mungkin terbuka. Disinilah peran guru
untuk menekankan jalannya dialog dengan enam operasional yang memainkan peran
memimpin dan bertanggungjawab menjadikan debat solid dan isu dieksplorasi secara baik
c. Prinsip Reaksi
Guru menjamin iklim intelektual dalam diskusi sehingga semua pandangan yang
diungkapkan siswa dihormati oleh siswa lain. Guru memelihara kekuatan intelektual
dalam debat secara kontinu yang menekankan pada enam langkah kerangka
Yurisprudensial.
d. Sistem Pendukung
meminta siswa untuk mengidentifikasi informasi yang difokuskan pada situasi masalah.
13
Akses lain mengkondisikan siswa belajar nilai dan memiliki identifikasi etika dan posisi
komitmen terhadap peranan orang lain dan kemampuan untuk berdialog. Secara tidak
memahami fakta-fakta masalah sosial dan kemampuan berpartisipasi dan kesediaan untuk
melaku
e. Banyak isu sosial dalam masyarakat sehingga model ini mudah diterapkan.
14
3. Model Pembelajaran Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat
suatu peniruan terhadap sesuatu yang nyata, terhadap keadaan sekelilingnya (state of
affaris) atau proses. Model pembelajaran ini dirancang untuk membantu siswa
mengalami bermacam-macam proses dan kenyataan sosial dan untuk menguji reaksi
kompleks sengaja dikontrol, misalnya, dalam proses simulasi ini dilakukan dengan
menggunakan simulator.
sehari-hari
15
a. Sintakmatik
Tahap I. Orientasi
bentuk keputusan yang harus dibuat, dan tujuan yang akan dicapai.
(2) Memperoleh umpan balik dan evaluasi dari hasil pengamatan terhadap
performan si pemeran.
selama simulasi.
peserta.
16
(6) Menilai dan merancang kembali simulasi
b. Sistem sosial
Didalam simulasi, pengajar harus dengan sengaja memilih jenis kegiatan dan
mengatur siswa dengan merancang kegiatan yang utuh dan padat mengenai sesuatu
proses. Karena itu, model ini termasuk model yang terstruktur. Namun demikian,
kerjasama antar peserta sangat diperhatikan. Keberhasilan dari model ini tergantung
c. Prinsip reaksi/pengelolaan
Dalam model ini, pengajar berperan sebagai pemberi kemudahan atau fasilitator.
Dalam keseluruhan proses simulasi, pengajar bertugas dan bertanggung jawab atas
terpeliharanya suasana belajar dengan cara menunjukkan sikap yang mendukung atau
supportif dan tidak bersifat menilai atau evaluatif. Dalam hal ini, pengajar bertugas
untuk lebih dahulu mendorong pengertian dan penafsiran para siswa terhadap isi dan
d. Sistem Pendukung
mulai dari yang paling sederhana dan murah, ke yang paling kompleks dan mahal.
Misalnya bila sarana yang dipergunakan berupa simulator elektronik, tentu hal ini
memerlukan biaya yang besar. Tapi bila sarana yang diperlukan itu hanyalah berupa
17
e. Dampak Instruksional dan Pengiring
18
1. Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi
yang disimulasikan
3. Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa
4. Inquiry Sosial
a. Pengertian
Menurut Massialas dan Cox inquiry sosial merupakan pendekatan yang bisa
sosial. Pandangan mereka dilatar belakangi oleh kondisi umum dari budaya mereka,
yang paling penting adalah tujuan utama dari pendidikan adalah perenungan tentang
19
b. Sintak
konsistensi internal
c. Sistem Sosial
Sistem sosial yang cukup terstruktur. Guru memulai penyelidikan dan memastikan
bahwa kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tahap-tahap dalam syntax. Siswa,
d. Prinsip Reaksi
Guru sebagai seorang konselor dan membantu siswa memperjelas posisi mereka,
meningkatkan proses belajar. Guru harus membantu siswa berbahasa dengan jelas,
berkomunikasi lebih efektif dengan satu sama lain. Intinya peran guru adalah satu-
satunya refleksi karena guru membantu siswa memahami diri mereka dan menemukan
20
e. Sistem Pendukung
Sistem pendukung model ini adalah seorang guru yang mampu mengembangkan
menggunakan sumber-sumber dari perpustakaan, meminta pendapat dari para ahli dan
f. Penerapan
Salah satu aspek menarik dari model ini adalah bahwa model ini cocok untuk
membangun persepsi yang selama ini ada di kelas tradisional yang mana buku
dari perpustakaan, meminta pendapat dari para ahli dan sumber lain yang ada di luar
sekolah.
5. Pelatihan Laboratorium
a. Pengertian Laboratorium
Laboratorium pelatihan, juga disebut sebagai T-kelompok dan analisis proses. tak
sengaja dikemukakan pada tahun 1947 dalam Bethel, Maine. pada saat itu
perubahan pribadi dan sosial yang cepat yang terjadi dalam masyarakat modern.
Mereka percaya bahwa manusia adalah subjek baru dan makin peran terfragmentasi
yang tidak memungkinkan untuk membangun identitas dan keutuhan pribadi, orang
bekerja di atau terkait dengan untuk organisasi birokrasi kompleks yang juga
menghasilkan rasa isolasi berdaya. para psikolog sosial berharap untuk merancang
21
proses perubahan sosial. dari serangkaian pertemuan dan kegiatan di maine pengertian
T-kelompok muncul.
dengan situasi belajar yang terstruktur. dengan bantuan fasilitator, anggota kelompok
berjuang untuk membuat tugas yang bermakna dan agenda untuk diri mereka. seperti
yang mereka lakukan ini mereka menghadapi banyak pola hubungan manusia dan
pengalaman primaliry dihasilkan dalam pertemuan sosial yang oleh pembelajar diri
dapat dipelajari melalui proses partisipasi. pembelajaran, dalam model ini, bersandar
T-kelompok berfokus pada perilaku individu serta pada dinamika kelompok dan
pengembangan. meskipun maksud asli dari metode kelompok t adalah untuk membuat
organisasi berskala besar yang lebih manusiawi, bidang baru ide dan prosedur yang
dikenal sebagai organisasi yang lebih manusiawi, bidang baru ide danprosedur yang
terutama untuk membantu individu berfungsi lebih efektif dalam kelompok dan
organisasi.
22
b. Sintak
disesuaikan dengan perkembangan kelompok. Fokus latihan, sesi teori, dan kegiatan
tambahan dapat terjadi di dalam atau di luar konteks T-kelompok, dan mereka
mungkin berbeda sifat. Sintaks termasuk semua pengalaman ini demikian berbeda,
docs pengalaman memiliki struktur teoritis, itu adalah perkiraan peristiwa. Setiap
kelompok adalah unik dalam pertumbuhan dan pengembangan dan, yang lebih
penting, adalah perkembangan diri. Dengan kata lain, setelah presentasi awal dari
situasi ambigu oleh pelatih, sifat dan struktur interaksi muncul. Sejauh dasar T-
kelompok yang bersangkutan, tidak ada pola yang direncanakan interaksi kelompok
mereka kejadian adalah (1) dependence / fligth (keinginan dan ketahanan terhadap
flight (ketidaknyamanan atas kedekatan dan keterbukaan diri), (6) konsensual validasi
23
c. Sistem Sosial
Pelatih, setelah menetapkan situasi ambigu awal, ia tidak akan menjadi pemimpin
dan mengambil tempat sebagai anggota kelompok. Struktur adalah tidak ada, dan
Melekat, namun, dalam sifat dari pengalaman T-kelompok adalah iklim dukung dan
d. Prinsip
pelatihan). Sebagai peserta, pelatih adalah seperti anggota kelompok lain dalam hal
untuk belajar dari situasi, memberi dan menerima umpan balik, dukung, dan
e. Sistem Pendukung
Sistem pendukung yang optimal, tentu saja, seorang pelatih berpengalaman dan,
24
6. Group investigation
kooperatif yang paling kompleks. Hal ini disebabkan oleh metode ini memadukan
terlibat secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan
sampai cara mempelajari suatu topik melalui investigasi. Democratic teaching adalah
Group investigation adalah kelompok kecil untuk menuntun dan mendorong siswa
dalam keterlibatan belajar. Metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan
yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group
process skills). Hasil akhir dari kelompok adalah sumbangan ide dari tiap anggota
kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Dari pernyataan tersebut
25
b. Sintak
yang pernah dialami atau seorang guru memulai dengan cerita terlebih dahulu. Jika
siswa bereaksi, guru menarik perhatian mereka untuk mengetahui sikap yang mereka
ambil, apa yang mereka anggap, bagaimana mereka mengatur segala sesuatu, dan apa
yang mereka rasakan. Selanjutnya guru menarik mereka untuk merumuskan dan
mengorganisir diri, bertindak, dan melaporkan hasil mereka kepada guru. Akhirnya,
c. Social System
Sistem sosial demokratis, yang dikembangkan oleh diri, atau setidaknya divalidasi
oleh pengalaman dari kelompok dalam batas-batas dan hubungan dengan fenomena
yang diidentifikasi oleh guru sebagai objek untuk belajar. Kegiatan kelompok muncul
dengan jumlah minimal dari struktur bangunan extemal disediakan oleh guru. Siswa
dan guru memiliki hak yang sama kecuali untuk perbedaan peran.
d. Prinsip Reaksi
Peran guru dalam penyelidikan kelompok adalah salah satu konselor, konsultan,
dan kritikus. Guru harus membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok lebih
dari tiga tingkatan: tingkat pemecahan masalah atau tugas , Bagaimana sifat dari
masalah? Factor apa saja yang terlibat? Manajemen kelompok tingkat , Informasi apa
yang kita butuhkan sekarang? Bagaimana kita mengatur diri kita sendiri untuk
26
mendapatkan sesuatu. Tingkat makna individu Bagaimana pendapat Anda tentang
kesimpulan ini?
e. Sistem Pendukung
Sistem pendukung untuk penyelidikan kelompok harus luas dan responsif dengan
menyediakan informasi dan pendapat melalui berbagai macam media dan untuk
menyediakan akses ke sumber daya dari luar juga. Anak-anak harus didorong untuk
menyelidiki dan menghubungi narasumber di luar sekolah dinding. Salah satu alasan
penyelidikan koperasi semacam ini relatif jarang terjadi adalah bahwa sistem
27
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : pertama,
model bermain peran sebagai suatu model pembelajaran yang bertujuan untuk membantu
siswa menemui jati diri didalam lingkungan sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan
kelompok. Artinya, melalui permainan peran siswa dapat belajar dengan menggunakan
konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya
dan perilaku orang lain. Kedua, model permainan simulasi dapat merangsang berbagai bentuk
belajar, seperti belajar tentang persaingan, emapti, sistem sosial, konsep, keterampilan,
kemampuan berfikir kritis, pengambilan keputusan dll. Ketiga, model pembelajaran
yurisprudensi ditujukan untuk membantu siswa belajar berfikir secara sistematis tentang isu-
isu yang sedang terjadi di masyarakat. Ke empat, model pembelajaran inqury sosial ini
menekankan pada pemecahan masalah sosial, terutama melalui penemuan, sosial, dan
penalaran logis. Kelima Model latihan Laboratorium ini menekankan pada perkembangan
keterampilan antar pribadi dan kelompok melalui kesadaran dan keluwesan pribadi. Dan
terakhir model Group Investigation model ini merupakan mdel yang memlihatkan
Perkembangan keterampilan untuk partisipasi dalam proses sosial yang demokratis melalui
penekanan yang dikombinasikan pada keterampilan antar pribadi (kelompok) dan
ketrampilan-keterampilan penentuan akademik. Asfek perkembangan pribadi merupakan
suatu hal yang sangat penting dalam model ini.
B. SARAN
Agar kegiatan belajar mengajar berjalan efektif , maka guru harus mampu memilih
metode mengajar yang paling sesuai. Proses pembelajaran akan efektif jika berlangsung
dalam situasi dan kondisi yang kondusif, hangat, menarik, menyenangkan, dan wajar. Oleh
karena itu guru perlu memahami berbagai metode mengajar dengan berbagai
karakteristiknya, sehingga mampu memilih metode yang tepat dan mampu menggunakan
metode mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan maupun kompetensi yang diharapkan.
28
DAFTAR PUSTAKA
Soekamto, Winataputra. 1996. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka
29