Anda di halaman 1dari 11

Model-model pembelajaran dalam family personal

Model personal (personal family) merupakan model pembelajaran yang menekankan


kepada proses pengembangan kepribadian individu siswa dengan memperhatikan kehidupan
emosional. Hal ini meliputi pengembangan proses individu dan membangun serta
mengorganisasikan dirinya sendiri. Model memfokuskan pada konsep diri yang kuat dan realistis
untuk membantu membangun hubungan yang produktif dengan orang lain dan
lingkungannya.Model ini bertitik tolak dari teori humanistik, yaitu berorientasi pada
pengembangan individu. Menurut teori ini, guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang
kondusif, agar peserta didik merasa bebas dalam belajar mengembangkan dirinya baik emosional
maupun intelektual.
Tujuan model pembelajaran personal adalah untuk meningkatkan kesehatan mental dan
emosional anak-anak, dan keterlibatan anak-anak dalam menentukan/memilih apa yang ingin
dipelajari dan bagaimana mempelajarinya, sehingga ada kesesuaian yang tinggi antara bahan
belajar dengan kebutuhan anak, mengembangkan pemahaman diri (self-consept), kreativitas, dan
kemampuan anak dalam mengekspresikan diri dengan lebih baik. Model personal dan sosial
dapat diterapkan untuk mencapai tujuan sosial dan akademis, akan tetapi masing-masing model
memiliki kekuatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.

Jenis - Jenis Model Personal

1. Model Pembelajaran Tanpa Arahan (Non Direktif Teaching). Tokoh : Carl Rogers
a) Pengertian:
Model Pembelajaran Tanpa Arahan adalah model yang berfokus pada upaya
memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Hebatnya guru dalam pengajaran bukan-direktif adalah
pada peranan guru tersebut sebagai fasilitator bagi pertumbuhan dan perkembangan pelajar.
Didalam peranan ini, guru akan membantu pelajar untuk mencari idea-idea baru tentang
kehidupannya, baik yang berkaitan dengan sekolah mahupun dalam kehidupannya sehari-harian.
Model ini beranggapan bahwa pelajar perlu bertanggung jawab atas proses belajarnya dan
kejayaannya sangat bergantung kepada keinginan pelajar dan pengajar untuk berkongsi idea
secara terbuka dan berkomunikasi secara jujur dan terbuka dengan orang lain.
b) Orientasi Terhadap Model non-direktif:
Model pembelajaran non-direktif menumpukan kepada fasilitator belajar. Tujuan
utamanya adalah untuk membantu pelajar dalam mencapai integrasi serta melakukan penilaian
sendiri yang realistik. Model ini menggambarkan konsep yang dikembangkan oleh Carl Roger
untuk konseling bukan-direktif, di mana upaya pelanggan untuk melayani kehidupannya secara
konstruktif sangat ditekankan. Dengan demikian, didalam pengajaran bukan-direktif guru sangat
menumpukan kemampuan pelajar untuk mengenal pasti masalahnya dan merumuskan
penyelesaiannya. Disini guru secara tidak langsung berkomunikasi dengan pelajar bahawa semua
pendapat dan perasaan boleh diterima.
Teknik utama untuk mengembangkan hubungan yang fasilitatif adalah dengan
wawancara non-direktif, yaitu suatu rangkaian pertemuan face to face antara guru dengan
pelajar. Selama wawancara, guru meletakkan dirinya sebagai kolaborator didalam proses
eksplorasi diri pelajar dan penyelesaian masalah. Wawancara sendiri direkam untuk
menumpukan kepada keunikan individu dan kepentingan kehidupan emosional pada semua
aktivitas manusia.Selain itu dalam wawancara non-direktif, guru menginginkan pelajarnya agar
melalui empat tahap pertumbuhan personal: (1) pelepasan perasaan, (2) pemahaman, (3)
tindakan, dan (4) integrasi.
Pendekatan non-direktif sangat membantu karena merupakan cara-cara yang paling
efektif dalam mengungkap emosi yang mendasari suatu masalah adalah dengan mengikuti pola
perasaan pelajar ketika mereka dibebaskan untuk berekspresi. Bukannya diminta untuk
memberikan soalan langsung, guru akan cenderung memilih untuk membiarkan pelajar untuk
mengikuti aliran pemikiran dan perasaan. Jika pelajar mengekspresikan dirinya secara bebas,
maka masalah dan emosi yang mendasarinya akan muncul. Proses ini disokong dengan refleksi
perasaan pelajar, yang oleh karenanya akan membawa mereka ke dalam kesedaran dan tumpuan
yang lebih tajam.
c) Aplikasi Pembelajaran non-direktif:
Pengajaran non-direktif mungkin digunakan untuk beberapa jenis situasi permasalahan:
personal, sosial, dan akademik. Di dalam sebuah masalah personal, individu melibatkan
perasaannya tentang dirinya sendiri. Di dalam masalah sosial, dia melibatkan perasaannya
tentang hubungannya dengan yang lain, dan menyiasati bagaimana perasaannya tentang dirinya
sendiri mungkin mempengaruhi hubungan - hubungan ini. Di dalam masalah akademik, dia
melibatkan perasaannya tentang kompetensi dan ketertarikannya.
Untuk menggunakan Model Pengajaran non-direktif secara berkesan, seorang guru harus
mempunyai keinginan untuk menerima bahwa seorang pelajar dapat memahami akan dia dan
kehidupannya sendiri. Guru tidak berusaha untuk menghakimi, menasihati, menenangkan, atau
membesarkan hati pelajar. Guru tidak berusaha untuk mendiagnosis permasalahan. Pada model
ini, guru menentukan fikiran dan perasaan personal sementara dan merefleksikan fikiran dan
perasaan yang dimiliki pelajar. Dengan melakukan ini, guru menyampaikan pemahaman yang
mendalam dan menerima perasaan yang dimiliki pelajar.Implementasi Model Pembelajaran
tanpa arahan ada 5 fase : Membantu siswa mendefinisikan sesuatu, menemukan masalah,
mengembangkan pemahaman siswa, merencanakan dan merumuskan keputusan, integrasi
dimana para siswa mengembangkan tindakan-tindakan positif. Salah satu pentingnya kegunaan
pengajaran non-direktif terjadi ketika sebuah kelas menjadi membosankan dan guru termasuk
dirinya sendiri yang mendorong pelajar melalui latihan - latihan dan pokok permasalahan.

2. Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Rasa Percaya diri (EnhancingSelf Esteem). Tokoh:
Fritz Perls Willian Schutz.
a) Orientasi Model:
Model ini merupakan suatu model pembelajaran yang ditujukan untuk meningkatkan
kesadaran manusia. Model ini dikembangkan oleh Milliam Schutz. la menekankan pentingnya
pelatihan interpersonal sebagai sarana peningkatan kesadaran pribadi (pemahaman diri individu).
Kunci utama prosedur pengajaran model ini didasarkan atas teori encounter. Teori ini
menjelaskan metode untuk meningkatkan kesadaran hubungan antar-manusia yang didasarkan
atas keterbukaan, kejujuran, kesadaran diri, tanggung jawab, perhatian terhadap perasaan diri
sendiri atau orang lain, dan berorientasi pada kondisi saat ini.
b) Aplikasi pembelajaran latihan kesadaran.
Sampai saat ini, masih sangat sedikit sekolah atau guru yang menerapkan model ini.
Permainan-permainan sederhana dapat dilakukan untuk keperluan ini. Model ini juga dapat
dilakukan sebagai selingan yang tidak memakan waktu terlalu banyak. Dalam pelaksanaan
diskusi, keterbukaan dan kejujuran menjadi sangat penting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
model ini dapat meningkatkan perkembangan emosi.Prosedur pembelajaran pelatihan kesadaran
hanya meliputi dua tahap, yaitu: tahap 1 menyampaikan tugas dan menyelesaikannya, dan tahap
2 mendiskusikan atau menganalisis
3. Model Pengajaran Pertemuan Kelas (Classroom Meeting Model). Tokoh: William Glasser.
a) Pengertian:
Model Pertemuan Kelas ini bertolak dari pandangan psikologis, yang berasumsi bahwa
kekacauan psikologis yang dialami seseorang karena adanya campur tangan budaya atas
kebutuhan vital biologis manusia berupa sex dan aggression. Kebutuhan kebutuhan vital
psikologis manusia yang paling esensial ialah mencintai dan dicintai. Ketidakpuasan dalam hal
cinta ini menimbulkan ber bagai sindrom seperti gejala takut tanpa alasan, depresi, dan
sebagainya. Di dalam kelas cinta itu menjelma dalam bentuk tanggung jawab sosial, yaitu suatu
tanggung jawab untuk membantu individu-individu lainnya. Tanggung jawab ini akan membawa
kepada suatu penilaian diri sendiri dan merasakan sebagai pribadi yang capable.
Pendidikan dalam hal ini ialah pendidikan akan tanggung jawab sosial. Pendidikan untuk
tanggung jawab sosial ini mencakup berpikir, pernecahan masalah, dan pengambilan keputusan
baik sebagai individu maupun kelompok tentang pokok-pokok yang berkaitan dengan siswa itu.
menurut Glasser terdapat 3 (tiga) tipe perternuan kelas itu yakni sebagai berikut: (1) perternuan
pemecahan masalah, (2) pertemuan open-ended, (3) perternuan diagnosis pendidikan. Ketiga
tipe tersebut di atas masing-masing berbeda fokusnya. tipe pertemuan pernecahan masalah
menyangkut diri sendiri dengan masalah tingkahlaku dan masalah social, tetapi dapat pula
mengenai persahabatan, kesendirian dan pilihan jurusan.
b) Orientasi Model Pengajaran Pertemuan Kelas.
Orientasi pertemuan selalu positif yang menuju kepada pemecahan dan bukan pada
mencari kesalahan. Adapun pada tipe pertemuan open-ended pebelajar diberikan pertanyaan-
pertanyaan pemikiran provokatif yang berkaitan dengan kehidupan mereka.Mungkin pula
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berhubungan dengan kurikulum kelas. Perbedaan antara
pertemuan open-ended dengan diskusi kelas ialah bahwa pada pertemuan open-ended pertanyaan
guru secara khusus tidak mencari jawaban-jawaban faktual.
Model pertemuan (diskusi) kelas terdiri atas enam tahap, yaitu (1) menciptakan ikiim
(suasana) yang kondusif, (2) menyampaikan permasalahan diskusi, (3) membuat penilaian
pribadi, (4) mengidentifikasi alternatif tindakan solusi, (5) membuat komitmen, dan (6)
merencanakan tindak lanjut tindakan.
c) Aplikasi Model Pengajaran Pertemuan Kelas.
Guru membuat komitmen bersama untuk melaksanakan langkah-langkah pemecahan
masalah tersebut. Bila perlu membuat aturan bersama berikut sanksi bag yang melanggarnya.
Pada pertemuan berikutnya, setelah langkah-langkah yang disepakat dilaksanakan guru
mengevaluasi efektivitas pelaksanan tersebut. Model pertemuan kelas ini dapat dilakukan
maksimal tiga kali dalam sehari. Tapi, biasanya sekali sehari sudah cukup tergantung dari
permasalahan yang dihadapi.
Pembelajar hanya menstimulasi berpikir mengenai apa yang pebelajar tahu atas subjek
yang didiskusikan. Sedangkam pertemuan diagnosis pendidikan dikaitkan dengan apa yang
sedang dipelajari di kelas. Tujuannya untuk mendapatkan apakah kelas tidak memahami
pelajaran. Dalam hal ini bukan untuk menilai peelajar, melainkan untuk menemukan apa yang
mereka tahu dan mereka tidak tahu. Jadi pembelajar tidak menilai dalam diskusi-diskusi.
Pebelajar boleh menyampaikan pendapat dengan bebas dan menarik kesimpulan tentang apa
yang dianggapnya tepat. Meskipun Glasser mengemukakan 3 (tiga) tipe pertemuan kelas yang
berbeda, namun mempunyai mekanisme yang sama. Untuk mendapatkan gambaran tentang
struktur model pertemuan kelas ini dapat kita kemukakan sebagai berikut:
(1) Sintaks.
Sintaks dalam model pengajaran pertemuan kelas ini terdiri dari beberapa fase yaitu: (a) fase I :
pembelajar menciptakan suasana yang tenang, (b) fase II : pembelajar dan pebelajar menyatakan
masalah-masalah yang akan didiskusikan, (3) fase III : pembelajar menyuruh pebelajar
melakukan penilaian pribadi, (d) fase IV : pembelajar dan pebelajar mengidentifikasikan
alternafif segi-segi pelajaran yang akan didiskusikan, (e) fase V : pebelajar membuat suatu
commitment tingkah laku dan (f) Fase VI : pembelajar rnembuat kelompok tindak lanjut tingkah
Iaku.
(2) Prinsip reaksi.
Reaksi guru bersumber pada 3 (tiga) prinsip yaitu: (a) prinsip keterlibatan, (b) pembelajar tidak
memberi penilaian dan (c) pembelajar mengidentifikasikan, memilih dan mengikuti alternative-
alternatif studi tingkah laku
(3) Sistem sosial.
Pembelajar sebagai moderator kegiatan-kegiatan. Tetapi pada fasa-fase tertentu ia mengambil
inisiatif atau mengakhiri kegiatan bersama pebelajar.
(4) Sistem Pendukung.
Sistem pendukungnya terutama terletak pada kompetensi pembelajar yaitu pribadi yang
menyenangkan dan keterampilan interpersonal dan penguasaan teknik diskusi.

4. Model pembelajaran synectics . Tokoh : william gordon


Model pembelajaran synectics merupakan salah satu model pembelajaran yang dirancang
untuk mengembangkan kreativitas siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat William J.J. Gordon
(Sumantri M,1998/1999:85) bahwa: Synectics dilandasi oleh empat gagasan yang menantang
pandangan konvensional, yaitu tentang kreativitas. Pertama, kreativitas penting dalam kegiatan
sehari-hari. Kedua, proses kreatif bukanlah hal misterius, tetapi dapat dijelaskan dan mungkin
saja melatih orang-orang secara langsung untuk meningkatkan kreativitasnya. Ketiga, temuan
kreatif ditandai oleh proses intelektual. Keempat, penemuan individu dan kelompok adalah sama
melalui berpikir kreatif. Gordon menekankan kreativitas sebagai bagian dari kegiatan harian dan
kehidupan senggang.
Modelnya dirancang untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah,
pengungkapan/ekspresi yang kreatif, empati, dan tilikan terhadap hubungan social. Bagi
kebanyakan orang kreativitas terkait dengan seni, sedangkan dalam sains ditekankan penemuan.
Hal ini sesuai juga dengan pendapat Moedjiono (1992/1993: 148) bahwa “synectics adalah pola
belajar mengajar yang dirancang untuk melatih siswa mengembangkan (1) keterampilan
memecahkan masalah secara kreatif, dan (2) kreativitas pribadi. “ Model synectics juga cocok
untuk mengembangkan rasa simpati, dan kemampuan membuat tilikan dalam hubungan social.
Gordon (Joyce B, 2009:252) menguraikan :sinektik berdasarkan empat gagasan yang sekaligus
juga menyaingi pandangan-pandangan konvensional tentang kreativitas.” Pertama, kreativitas
penting dalam kegiatan sehari-hari. Kita seringkali mengasosiasikan proses kreatif dengan usaha
mengkaji secara besarbesaran bidang seni atau music, dan mungkin dengan inovasi baru yang
lebih hebat. Sedangkan Gordon menekankan kreativitas sebagai bagian dari kerja sehari-hari dan
kehidupan waktu senggang. Modelnya dirancang untuk meningkatkan kapasitas pemecahan
masalah., ekspresi kreatif, empati dan wawasan kedalam relasi-relasi social. Dia juga
menekankan bahwa makna gagasan dapat ditingkatkan melalui aktivitas kreatif dengan cara
melihat sesuatu dengan lebih kaya.
Kedua, proses kreatif tidak selamanya misterius, tetapi dapat dideskripsikan, bisa melatih
siswa untuk langsung meningkatkan kreativitas mereka. Biasanya kreativitas dipandang sebagai
kapasitas yang misterius, intrinsic, pribadi yang bisa saja dirusak, jika prosenya dijajaki terlalu
dalam. Sebaliknya Gordon percaya bahwa jika individu-individu memahami dasar proses kreatif,
mereka dapat belajar menggunakan pemahaman tersebut untuk meningkatkan kreativitas saat
mereka hidup dan bekerja, secara independen maupun sebagai anggota suatu
masyarakat/kelompok. Pandangan Gordon bahwa kreativitas ditingkatkan oleh analisis secara
sadar membuat dia mampu mendeskripsikan kreativitas tersebut dan membuat prosedur-prosedur
latihan yang dapat diaplikasikan di sekolah dan lembaga-lembaga lain.
Ketiga, penemuan atau inovasi yang dianggap kreatif sama rata di semua bidang seni,
sains, teknik, dan ditandai oleh proses intelektual yang sama. Gagasan ini berbeda dengan
kepercayaan umum. Sebenarnya bagi banyak orang kreativitas terbatas pada seni. Dalam teknik
dan sains, kreativitas begitu mudahnya disebut dengan nama baru: penemuan atau inovasi.
Padahal Gordon menyatakan bahwa hubungan antara pemikiran generative dalam seni dan sains
sangat kuat.
Keempat, bahwa penemuan (pola pikir kreatif) individu maupun kelompok tidak berbeda.
Individu-individu dan kelompok-kelompok menciptakan gagasangagasan dan hasil-hasilnya
dalam ragam yang sama. Hal ini juga berbeda dengan sikap/pendirian banyak orang bahwa
kreativitas selalu dianggap sebagai pengalaman pribadi secara intens, dan tidak dapat dibagi atau
dilakukan secara berkelompok.
Tahap-tahap Model Ada dua strategi atau model pembelajaran yang mendasari prosedur
sinektik, yaitu Strategi Pertama: Menciptakan sesuatu yang baru. Strategi ini dirancang untuk
mengenal keanehan, akan membantu para siswa memahami masalah, ide, atau produk dalam
sesuatu yang baru yang akhirnya memperjelas kreatif. Strategi Kedua: Memperkenalkan
keanehan. Strategi ini dirancang untuk membuat sesuatu yang baru, ide-ide yang tidak dikenal
akan lebih berarti, kita melaksanakannya dengan analogi yang telah dikenal siswa.
Meskipun kedua strategi ini sama-sama mengikuti ketiga analogi, tetapi onjek, tahapan
dan prinsip reaksinya berbeda. Kita menghubungkan strategi pertama dengan strategi yang
kedua. Strategi pertama membantu para siswa melihat sesuatu yang dikenalnya, melalui sesuatu
yang tidak dikenal dengan mempergunakan analogi-analogi untuk menciptakan konsep jarak.
Kecuali dalam langkah yang terakhir, para siswa kembali ke masalah yang sebenarnya, dengan
tidak memberikan perbedaan yang berarti. Tujuan strategi ini untuk dapat mengembangkan suatu
pemahaman baru, misalnya terhadap gerak-gerik atau tingkah laku seseorang, perencanaan suatu
kota, pemecahan masalah-masalah hubungan social antara lain pemogokkan, perkelahian antar
siswa, konsentrasi belajar yang lebih baik, dan sebagainya. Peranan guru hanya memberikan
bimbingan pada tahap awal dan pada tahap akhir kegiatan.
Strategi kedua, memperkenalkan keanehan, memberikan pemahaman para siswa untuk
menambah dan memperdalam hal-hal yang baru atau materi yang sulit. Metafora dipergunakan
untuk keperluan penganalisaan, bukan untuk menciptakan konsep jarak seperti halnya pada siswa
strategi pertama. Misalnya guru memberikan konsep tentang kebudayaan pada siswa-siswanya.
Dengan analogi-analogi yang telah dikenalnya (misalnya kompor atau rumah). Para siswa
memberikan batasan karakteristiknya dan disempurnakan dalam konsep. Strateginjya jelas
analitis dan konvergensi. Para siswa selalu mempunyai pilihan antara kejelasan karakteristik
subyek yang dikenalnya dan membedakannya dengan karakteristik yang tidak dikenalnya.
Sistem Sosial Model dirancang dengan layak, dengan mengajukan rangkaian pedoman
dalam mekanisme pelaksanaannya, agar dapat membantu siswa mampu memproses mental
mereka. Bagaimanapun juga para siswa dibebaskan dalam membuka dan menutup diskusi.
Bentuk-bentuk kerjasama dalam berfantasi, intelektual serta emosional, sama-sama penting
untuk mendapatkan setting , kreatif, atau problem solving. Keuntungannya bagi siswa bersifat
internal maksudnya para siswa memperoleh kepuasan dan kesenangan dalam aktivitas belajarnya
Prinsip Reaksi Guru mencatat kedalaman pola berpikir yang menetap dan tampak pada
individu, dan mengusahakan membangkitkan kemampuan psikis siswa untuk merespon kreatif.
Selanjutnya guru harus memanfaatkan hal-hal yang bersifat tidak rasional untuk mendorong
keengganan kata hatinya, mengemukakan sesuatu yang tidak relevan, fantasi, symbol-simbol dan
sebagainya sebagai alat proses berpikir. Guru harus menerima semua respon siswa, agar mereka
merasa diterima untuk lebih mengembangkan ekspresi kreatifnya. Dalam strategi kedua, sejak
awal, siswa dibimbing untuk menganalisis. Guru menjelaskan dan meringkas kemungkinan
aktivitas belajar siswa dan bertingkah laku problem solving oleh siswa
Sistem Pendukung Dalam prosedur sinektik, kelompok membutuhkan semua fasilitas
melalui seorang pemimpin yang kompeten. Dalam hubungannya dengan masalah-masalah yang
membutuhkan laboratorium, mereka membutuhkan peralatan-peralatan untuk dapat
dipergunakan dalam keperluan praktek yang lebih berdaya guna dan member manfaat pada
siswa. 3. Aplikasi Sinektik dirancang untuk meningkatkan kreativitas individu dan kelompok.
Berikut diuraikan aplikasi sinektik yakni sebagai berikut.: a. Manfaat sinektik dalam kurikulum
b. Pengembangan kreasi menulis c. Menjelajahi masalah-masalah social d. Problem solving e.
Pengembangan kreasi, rencana atau produk f. Memperluas perspektif tentang suatu konsep
. Dampak Instruksional dan Pengiring Model sinektik berisikan elemen-elemen yang kuat
untuk pembelajaran dan nilai-nilai social. Proses kreatif dapat dikomunikasikan dan dapat
dikembangkan melalui latihan-latihan. Sinektik dikembangkan Gordon tidak hanya untuk
keperluan pengembangan kemampuan kreatif yang bersifat uum, tetapi juga untuk
mengembangkan respon kreatif. Gordon akhirnya merasa yakin bahwa energy kreatif akan
mendorong kreativitas dan dipergunakan kelompok untuk membangkitkan enegi yang
memungkinkan partisipasi lebih bebas dan berperan. Metode sinektik dirancang untuk
meningkatkan kreasi individu dan kelompok. Secara implicit, model ini sebenarnya
menyenangkan. Partisipasi dalam suatu kelompok sinektik tentang kreatif merupakan andil yang
unik membantu pengembangan pemahaman interpersonal dan rasa kemasyarakatan;
menyebabkan yang bersangkutan dapat saling memahami satu dengan yang lainnya, menyadari
kelemahan dan kebebasannya dalam berbagai persepsi anggota kelompok. Dasar satu-satunya
aktivitas kelompok sinektik adalah kesederhanaan berpikir dan suasana yang menyenangkan
yang mendorong kemantapan sebagian besar partisipan yang takut atau malu.
5. Model pembelajaran Konseptual: David Hunt
Teori sistem konseptual ini dikembangkan oleh David Hunt dan rekan-rekannya, yang
memiliki fungsi interaktif dari : 1) tingkat perkembangan kepribadian seseorang (atau tahap) dan
2) kondisi lingkungan yang ditemuinya. Perkembangan optimal terjadi ketika lingkungan
memfasilitasi “kerja konseptual yang diperlukan untuk pertumbuhan konseptual orang tersebut.
Ketika kondisi lingkungan tidak optimal, maka beberapa bentuk perubahan yang tidak
diinginkan dapat terjadi.
Salah satu tujuan Hunt adalah untuk membantu kita merencanakan lingkungan agar orang
berkembang secara konseptual. Kedua, karena orang-orang pada tahap perkembangan
mempunyai reaksi yang berbeda-beda, dia ingin membantu kita membentuk strategi pengajaran
yang sesuai dengan perkembangan peserta didik. Secara teoritis, semakin dekat sebuah strategi
pengajaran disesuaikan dengan tingkat konseptual pelajar, maka proses belajar akan berlangsung
dengan baik.
Hunt menjelaskan dalam bukunya alasan ia mengembangkan model pembelajaran seperti
ini, yaitu karena pertama, ada badan penelitian yang secara langsung mengeksplorasi
perkembangan konseptual dan berbagai model pengajaran. Kedua, teori itu sendiri sumber yang
menarik dari pendekatan perkembangan anak, pengasuhan anak, konseling dan mengajar.
Ketiga, pengembangan konseptual merupakan suatu tujuan pendidikan.
Seperti disebutkan sebelumnya, fokus dari model pembelajaran konseptual adalah pada
kompleksitas kognitif pembelajar (kerumitan pengolahan sistem informasinya). Hunt dan rekan-
rekannya juga mempelajari karakteristik pelajar lain yang mempengaruhi kapasitas pemrosesan
informasi, seperti orientasi motivasi mereka, orientasi nilai mereka (tentang perasaan dan
keyakinan), dan orientasi sensorik mereka (apakah mereka belajar lebih baik melalui beberapa
indra daripada yang mereka lakukan melalui orang lain?). Jadi, model ini berfokus pada tingkat
konseptual (kognitif orientasi).

Kesimpulan
Dari berbagai model-model yang terdapat dalam model pembelajaran personal tersebut , guru
diharapkan dapat mengembangkan model pembelajaran tersebut secara efektif. Model
pembelajaran yang efektif memiliki keterkaitan dengan tingkat pemahaman guru terhadap
perkembangan dan kondisi siswa-siswa di kelas dan harus memiliki pengetahuan yang memadai
berkenaan dengan konsep dan cara-cara pengimplementasian model-model tersebut dalam proses
pembelajaran. Salah satunya pada model pembelajaran personal yaitu model pembelajaran yang
menekankan kepada proses pengembangan kepribadian individu siswa dengan memperhatikan
kehidupan emosional.

Saran
Kita sebagai sebagai peserta didik, calon pendidik maupun para pendidik hendaknya perlu
memperhatikan setiap pemilihan model pembelajaran yang akan kita gunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran itu sendiri terutama pada model pembelajaran personal ini.

Anda mungkin juga menyukai