Anda di halaman 1dari 4

A.

RANGKUMAN SINGKAT

Viral Guru Tampar Murid, FSGI: Langgar Etika dan Terancam


Pidana
Seorang guru SMK menampar murid di Purwokerto yang viral di
media sosial, Kamis (19/4/2018) (Foto: Arbi Anugrah/detikcom) Jakarta -
Video seorang guru di Purwokerto yang menampar muridnya viral di
media sosial. Tindakan itu disayangkan organisasi profesi guru, Federasi
Serikat Guru Indonesia (FSGI).
Dari video, tampak tamparan yang diberikan guru tersebut cukup
keras. Heru mengatakan tindakan kekerasan fisik macam itu dapat
membuat murid cedera
"Pertama, kami atas nama organisasi profesi FSGI prihatin dengan
kejadian itu karena ada seorang guru yang berperilaku kekerasan di depan
siswa," kata Sekjen FSGI Heru Purnomo saat dihubungi, Jumat
(20/4/2018).
Heru mengatakan meski tindakan tersebut dilakukan untuk mendisiplinkan
siswa, tindakan kekerasan tak pernah dibenarkan dalam dunia pendidikan.
Hal ini termasuk dengan kekerasan verbal.
Dia mengatakan tindakan kekerasan yang dilakukan guru terhadap
siswa termasuk pelanggaran kode etik. Tindakan kekerasan ini juga
berpotensi membawa guru tersebut ke dalam proses hukum.

https://m.detik.com/news/berita/d-3981278/viral-guru-tampar-murid-fsgi-
langgar-etika-dan-terancam-pidana

Guru Tendang Murid di Depok, KPAI: Atas Nama Apapun Tidak


Dibenarkan
Jakarta - Guru R, penendang 5 murid kelas VI di SDN Durenseribu
Komplek Arco Sawangan, Depok dinilai melampaui batas. Komisi
Perlindungan Anak Indonesia menilai kekerasan terhadap murid hanya
akan melahirkan kekerasan baru di masa datang.
\\\"Kekerasan atas nama apapun tidak dibenarkan, ini menyalahi
prinsip pendidikan. Langkah menghukum yang dilakukan oleh guru
tersebut justru akan melahirkan kekerasan baru. Peristiwa tersebut juga
akan terekam dalam memori anak-anak,\\\" kata Wakil Ketua Komisi
Perlindungan Anak Indonesia, Asrorun Ni\\\'am Sholeh, kepada detikcom,
Senin (11\/1\/2013).
Guru R, menurut Sholeh, seharusnya ditindak karena sudah
melanggar kode etik guru. Lembaga penegak kode etik guru bisa
difungsikan untuk melakukan penyaran terhadap guru R.
Kekerasan ini bermula saat R menghukum 5 siswa yang telat mengikuti
pelajarannya. R kemudian menghukum murid tersebut dengan scot jump,
menendang, dan mengeluarkan umpatan. Akibatnya, beberapa murid
mengalami luka-luka lebam di kaki.

https://m.detik.com/news/berita/d-2166272/guru-tendang-murid-di-depok-
kpai-atas-nama-apapun-tidak-dibenarkan

B. ETIKA YANG DILANGGAR GURU


Guru adalah orang tua bagi kedua siswa yang juga memiliki peran
penting dalam pengembangan potensi peserta didik. Terkait dengan hal
itu, guru harus mempunyai kompetensi dalam mendidik peserta didik,
salah satunya yaitu kompetensi kepribadian.
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik, dan berakhlak mulia. (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan
Pasal 28 ayat 3 butir b). Dengan demikian, guru dituntut untuk bisa
menjadi teladan yang baik dan panutan bagi siswa, yang menjunjung
tinggi kode etik profesi guru itu sendiri.
Berdasarkan dua artikel diatas, dapat disimpulkan bahwa
pelanggaran yang dilakukan oleh guru tersebut bukan hanya melanggar
etika guru yaitu melakukan kekerasan terhadap siswa, tetapi juga
melanggar Pasal 54 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak (UU Perlindungan Anak) yang menyatakan: "anak di
dalam lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang
dilakukan oleh guru, pengelola sekolah, atau teman-temannya didalam
sekolah yang bersangkutan atau lembaga pendidikan lainnya"

C. PENDAPAT PENULIS TENTANG PELANGGARAN YANG


DILAKUKAN OLEH SEORANG GURU BERDASARKAN
ARTIKEL
Meski terkadang guru melakukan kekerasan terhadap siswa
diakibatkan oleh kelakuan siswa itu sendiri yang melanggar suatu
peraturan yang telah ditetapkan, tapi saya tidak setuju dengan adanya
kekerasan terhadap siswa disekolah meskipun itu didalilkan atas dasar
pendidikan. Karena masih banyak cara efektif lainnya yang bisa dilakukan
oleh guru untuk memberikan sanksi bagi peserta didik yang melakukan
pelanggaran tanpa harus melakukan kekerasan fisik, apalagi itu sampai
menyebabkan cedera bagi siswa.
Meski begitu, bukan berarti kekerasan verbal tidak boleh
dilakukan, hanya saja guru harusnya bisa mengetahui batas wajar dalam
melakukan kekerasan terhadap siswa, misalnya dengan memukul bagian
yang bukan area vital, kekerasan yang bukan dimaksudkan untuk melukai
siswa melainkan hanya sebatas hukuman atau sanksi agar siswa tersebut
jera dan tidak akan melakukan pelanggaran yang sama lagi.

D. SOLUSI AGAR PELANGARAN SERUPA TIDAK TERJADI LAGI


Sekolah diharapkan lebih selektif ketika menerima seorang guru
baru, bukan hanya sekedar melihat dari kompetensi akademik yang
dimiliki oleh guru tersebut, melainkan juga didasarkan dengan
kompetensi-kompetensi lainnya, seperti kompetensi kepribadian dan
kompetensi-kompetensi lainnya. Jika terjadi suatu pelanggaran, sekolah
diharapkan mampu bertindak dengan semestinya, seperti memberikan
peringatan atau sanksi kepada guru yang melakukan pelanggaran tersebut
agar kenyamanan bersama bisa tercipta disekolah tersebut.
Bukan hanya dari segi sekolah, wali murid pun diharapkan bisa
menjadi pribadi yang bijakasana. Misalnya seperti terjadi pelanggaran
disekolah, wali murid diharapkan mampu berfikiran terbuka, bukan hanya
menyalahkan guru sebagai tersangka tetapi juga memperhatikan
bagaimana perilaku anak-anak mereka. Mereka juga harus
mempertimbangkan mengapa guru tersebut sampai bisa bertindak seperti
itu, apa alasan guru tersebut dan apakah tindakan memang pantas
dilakukan. Mereka juga harus introspeksi diri terhadap anak-anak mereka
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai