0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
230 tayangan4 halaman
Dua artikel menyebutkan tentang pelanggaran etika yang dilakukan guru dengan menampar dan menendang muridnya. Pelanggaran tersebut melanggar etika profesi guru dan UU Perlindungan Anak. Solusi yang diusulkan antara lain sekolah lebih selektif menerima guru dan memberikan sanksi bagi pelanggaran, serta wali murid berfikiran terbuka dalam menangani masalah tersebut.
Deskripsi Asli:
Judul Asli
opini tentang etika guru yang menyimpang beserta contoh pelanggaran dan solusi agar tidak terjadi pelanggaran yang sama
Dua artikel menyebutkan tentang pelanggaran etika yang dilakukan guru dengan menampar dan menendang muridnya. Pelanggaran tersebut melanggar etika profesi guru dan UU Perlindungan Anak. Solusi yang diusulkan antara lain sekolah lebih selektif menerima guru dan memberikan sanksi bagi pelanggaran, serta wali murid berfikiran terbuka dalam menangani masalah tersebut.
Dua artikel menyebutkan tentang pelanggaran etika yang dilakukan guru dengan menampar dan menendang muridnya. Pelanggaran tersebut melanggar etika profesi guru dan UU Perlindungan Anak. Solusi yang diusulkan antara lain sekolah lebih selektif menerima guru dan memberikan sanksi bagi pelanggaran, serta wali murid berfikiran terbuka dalam menangani masalah tersebut.
Viral Guru Tampar Murid, FSGI: Langgar Etika dan Terancam
Pidana Seorang guru SMK menampar murid di Purwokerto yang viral di media sosial, Kamis (19/4/2018) (Foto: Arbi Anugrah/detikcom) Jakarta - Video seorang guru di Purwokerto yang menampar muridnya viral di media sosial. Tindakan itu disayangkan organisasi profesi guru, Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI). Dari video, tampak tamparan yang diberikan guru tersebut cukup keras. Heru mengatakan tindakan kekerasan fisik macam itu dapat membuat murid cedera "Pertama, kami atas nama organisasi profesi FSGI prihatin dengan kejadian itu karena ada seorang guru yang berperilaku kekerasan di depan siswa," kata Sekjen FSGI Heru Purnomo saat dihubungi, Jumat (20/4/2018). Heru mengatakan meski tindakan tersebut dilakukan untuk mendisiplinkan siswa, tindakan kekerasan tak pernah dibenarkan dalam dunia pendidikan. Hal ini termasuk dengan kekerasan verbal. Dia mengatakan tindakan kekerasan yang dilakukan guru terhadap siswa termasuk pelanggaran kode etik. Tindakan kekerasan ini juga berpotensi membawa guru tersebut ke dalam proses hukum.
Guru Tendang Murid di Depok, KPAI: Atas Nama Apapun Tidak
Dibenarkan Jakarta - Guru R, penendang 5 murid kelas VI di SDN Durenseribu Komplek Arco Sawangan, Depok dinilai melampaui batas. Komisi Perlindungan Anak Indonesia menilai kekerasan terhadap murid hanya akan melahirkan kekerasan baru di masa datang. \\\"Kekerasan atas nama apapun tidak dibenarkan, ini menyalahi prinsip pendidikan. Langkah menghukum yang dilakukan oleh guru tersebut justru akan melahirkan kekerasan baru. Peristiwa tersebut juga akan terekam dalam memori anak-anak,\\\" kata Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Asrorun Ni\\\'am Sholeh, kepada detikcom, Senin (11\/1\/2013). Guru R, menurut Sholeh, seharusnya ditindak karena sudah melanggar kode etik guru. Lembaga penegak kode etik guru bisa difungsikan untuk melakukan penyaran terhadap guru R. Kekerasan ini bermula saat R menghukum 5 siswa yang telat mengikuti pelajarannya. R kemudian menghukum murid tersebut dengan scot jump, menendang, dan mengeluarkan umpatan. Akibatnya, beberapa murid mengalami luka-luka lebam di kaki.
Guru adalah orang tua bagi kedua siswa yang juga memiliki peran penting dalam pengembangan potensi peserta didik. Terkait dengan hal itu, guru harus mempunyai kompetensi dalam mendidik peserta didik, salah satunya yaitu kompetensi kepribadian. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir b). Dengan demikian, guru dituntut untuk bisa menjadi teladan yang baik dan panutan bagi siswa, yang menjunjung tinggi kode etik profesi guru itu sendiri. Berdasarkan dua artikel diatas, dapat disimpulkan bahwa pelanggaran yang dilakukan oleh guru tersebut bukan hanya melanggar etika guru yaitu melakukan kekerasan terhadap siswa, tetapi juga melanggar Pasal 54 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (UU Perlindungan Anak) yang menyatakan: "anak di dalam lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah, atau teman-temannya didalam sekolah yang bersangkutan atau lembaga pendidikan lainnya"
C. PENDAPAT PENULIS TENTANG PELANGGARAN YANG
DILAKUKAN OLEH SEORANG GURU BERDASARKAN ARTIKEL Meski terkadang guru melakukan kekerasan terhadap siswa diakibatkan oleh kelakuan siswa itu sendiri yang melanggar suatu peraturan yang telah ditetapkan, tapi saya tidak setuju dengan adanya kekerasan terhadap siswa disekolah meskipun itu didalilkan atas dasar pendidikan. Karena masih banyak cara efektif lainnya yang bisa dilakukan oleh guru untuk memberikan sanksi bagi peserta didik yang melakukan pelanggaran tanpa harus melakukan kekerasan fisik, apalagi itu sampai menyebabkan cedera bagi siswa. Meski begitu, bukan berarti kekerasan verbal tidak boleh dilakukan, hanya saja guru harusnya bisa mengetahui batas wajar dalam melakukan kekerasan terhadap siswa, misalnya dengan memukul bagian yang bukan area vital, kekerasan yang bukan dimaksudkan untuk melukai siswa melainkan hanya sebatas hukuman atau sanksi agar siswa tersebut jera dan tidak akan melakukan pelanggaran yang sama lagi.
D. SOLUSI AGAR PELANGARAN SERUPA TIDAK TERJADI LAGI
Sekolah diharapkan lebih selektif ketika menerima seorang guru baru, bukan hanya sekedar melihat dari kompetensi akademik yang dimiliki oleh guru tersebut, melainkan juga didasarkan dengan kompetensi-kompetensi lainnya, seperti kompetensi kepribadian dan kompetensi-kompetensi lainnya. Jika terjadi suatu pelanggaran, sekolah diharapkan mampu bertindak dengan semestinya, seperti memberikan peringatan atau sanksi kepada guru yang melakukan pelanggaran tersebut agar kenyamanan bersama bisa tercipta disekolah tersebut. Bukan hanya dari segi sekolah, wali murid pun diharapkan bisa menjadi pribadi yang bijakasana. Misalnya seperti terjadi pelanggaran disekolah, wali murid diharapkan mampu berfikiran terbuka, bukan hanya menyalahkan guru sebagai tersangka tetapi juga memperhatikan bagaimana perilaku anak-anak mereka. Mereka juga harus mempertimbangkan mengapa guru tersebut sampai bisa bertindak seperti itu, apa alasan guru tersebut dan apakah tindakan memang pantas dilakukan. Mereka juga harus introspeksi diri terhadap anak-anak mereka tersebut.
BENTUK PELAKSAAN ICE BREAKING YANG DILAKUKAN OLEH GURU DALAM PEMBELAJARAN PKN DI KELAS VIII DI SMP KRISTEN PALANGKA RAYA OLEH ADETYA (PROPOSAL SKRIPSI)