Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Role Playing & Simulasi

Diajukan untuk memenuhi tugas Teknologi Pembelajaran

Dosen pengampu :

Dr. Agus Purwowidodo, M.Pd.

Disusun oleh :

Kelompok 10 PAI 2-C

1. Titin Muslimatu A (12201193039)


2. Arvian Dwi Nugraha (12201193240)
3. Muhamad Wafa Azizul H (12201193231)
4. Arum Salsabil Y (12201193232)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

MARET 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Role
Playing dan Simulasi” ini dengan baik walaupun masih banyak kekurangan di dalamnya. Tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah “Teknologi
Pembelajaran”. Penulis juga berharap semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca untuk membawa wawasan dan pengetahuan.

Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk itu penulis ucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Agus Purwowidodo, M.Pd. selaku
dosen pengampu. Serta pihak-pihak lain yang turut membantu memberikan referensi buku.

Tiada gading yang tak retak, itu kata pepatah tiada satupun manusia yang luput dari
kesalahan, oleh karena itu penulis meminta maaf. Atas kekurangan dan kesalahan, baik yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Saran dan kritik sangat kami harapkan agar kami dapat
memperbaiki makalah-makalah selanjutnya.

Tulungagung, 2 maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I..................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..............................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................2

BAB II.................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.................................................................................................................3

A. Pengertian Role Playing & Simulasi.......................................................................3


B. Langkah Penerapan Role Playing & Simulasi.........................................................6
C. Fungsi Role Playing & Simulasi.............................................................................10
D. Kelebihan dan Kelemahan Role Playing & Simulasi..............................................12

BAB III...............................................................................................................................15

PENUTUP..........................................................................................................................15

A. Kesimpulan..............................................................................................................15
B. Saran........................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metode pembelajaran merupakan hal yang sangat penting di dalam proses
belajar mengajar. Selama ini metode pembelajaran yang diterapkan di perguruan tinggi
adalah metode pembelajaran konvensional. Metode pembelajaran ini lebih menonjolkan
peran dosen dibanding peran mahasiswa. Selain itu metode pembelajaran konvensional
cenderung berorientasi pada target penguasaan materi. Sehingga metode pembelajaran ini
hanya berhasil dalam pengembangan “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam
membekali anak didik memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang
Untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa salah satu alternatif model
pembelajaran yang dapat dikembangkan adalah metode role playing untuk meningkatan
kualitas pendidikan yang optimal di perrguruan tinggi. Penggunaan metode role playing
bertujuan untuk membantu meningkatkan kemampuan bagi mahasiswa dengan bermain
peran secara sederhana. Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan
pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan mahasiswa. Metode role
playing adalah salah satu proses belajar mengajar yang tergolong dalam metode simulasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari role playing & simulasi?
2. Bagaimana langkah penerapan role playing & simulasi?
3. Bagaimana fungsi dari role playing & simulasi?
4. Apa kelemahan dan kelebihan dari role playimg & simulasi?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian role playing & simulasi
2. Untuk mengetahui langkah penerapan role playing & simulasi
3. Untuk mengetahui fungsi dari role playimg & simulasi
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari role playing & simulasi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Role Playing & Simulasi


Menurut United Nations Educational Scientific and Cultural Organitation
(UNESCO), pendidikan hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu belajar
mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning to do), belajar menjadi diri
sendiri (learning to be), dan belajar hidup dalam kebersamaan (learning to live
together).1
Role playing secara harfiah bisa diartikan sebagai berpura-pura menjadi orang
lain. Permainan ini mensyaratkan para pemain memainkan peran khayalan, bekerja sama
menyusun cerita dan memainkan cerita tersebut. Pemain melakukan aksi seperti peran
yang dipilih sesuai karakter peran. Keberhasilan pemain memerankan peran yang dipilih
tergantung pada aturan dan sistem yang telah ditentukan sebelum bermain. Permainan
akan berjalan sesuai rencana sampai akhir, asalkan tetap mengikuti peraturan yang
ditentukan. Selama permainan berlangsung, para pemain harus berimprovisasi dalam
kerangka peraturan yang telah ditetapkan.
Role playing dalam dunia pendidikan merupakan salah satu model penguasaan
bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan peserta didik.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan ini dilakukan peserta didik dengan
memerankan tokoh hidup dalam kehidupan nyata ataupun sebagai benda mati. Model
pembelajaran roleplay juga dikenal dengan nama model pembelajaran Bermain Peran.
Model pembelajaran ini dimulai dengan pengorganisasian kelas secara berkelompok.
Masing-masing kelompok memperagakan atau menampilkan skenario yang telah
disiapkan guru. Peserta didik diberi kebebasan berimprovisasi namun masih dalam batas
skenario yang telah dibuat guru.2

1
Pilar-pilar pendidikan. Enam Pilar Pendidikan Yang Direkomendasikan Unesco Yang Dapat Digunakan
Sebagai Pembelajaran Yang Bisa Diterapkan Di Dunia Pendidikan. Google untuk http://haucef4h
multiply.com/journal/item/48 12:36 AM, 6 maret 2019
2
Heru Subagiyo, Role Play, (Jakarta : direktorat pembinaan smk, 2013), hal, 3
Van Fleet (2001) menyatakan roleplay merupakan intervensi yang dikembangkan
berkaitan dengan penggunaan seperangkat sistem dari metode seorang konselor demi
mengoptimalkan kemampuan seseorang. Roleplay juga bisa digunakan untuk terapi
terhadap seseorang yang mengalami kesulitan dengan dirinya, mengembangkan perilaku
adaptif, mengendalikan diri dari sifat agresif, meningkatkan kemampuan berempati,
mengolah emosi seseorang, dan dapat memecahkan masalah secara efektif dan bijaksana.

Corsini (1996) menyatakan bahwa roleplay dapat digunakan sebagai alat untuk
mendiagnosis dan mengetahui seseorang dengan cara mengamati perilakunya waktu
memerankan peran secara spontan terhadap situasi atau kejadian yang terjadi dalam
kehidupan yang sebenarnya. Selain itu teknik roleplay dapat digunakan sebagai media
pengajaran melalui proses modeling anggota kelompok. Dengan model pembelajaran
roleplay akan lebih efektif dalam menguasai keterampilan yang berhubungan dengan
interpersonal, dengan cara mengamati berbagai macam cara dalam memecahkan masalah
yang telah ditentukan.

Menurut Davies dalam artikel Role Playing Game (2010), penggunaan model
pembelajaran roleplay dapat membantu peserta belajar dalam mencapai tujuan efektif.
Ada empat asumsi yang mendasari bahwa model pembelajaran ini sejajar dengan model
pembelajaran lain, yaitu:

a. Menekankan suatu situasi berdasarkan pengalaman ‘di sini dan kini’ (here and now)
b. Memberi kemungkinan untuk mengungkapkan perasaan yang tak dapat dikenali
tanpa memainkan peran orang lain.
c. Mengansumsikan bahwa emosi dan ide dapat diangkat ke taraf kesadaran untuk
kemudian ditingkat melalui proses kelompok.
d. Mengansumsikan bahwa proses psikologis yang tersembunyi berupa sikap, nilai,
perasaan, dan sistem keyakinan dapat diangkat ke taraf kesadaran melalui kombinasi
bermain peran secara spontan dan kemudian dianalisis.3

3
Ibid., hal. 4-5
Hubungan Role Playing & Simulasi.

Role play termasuk bagian dari metode pembelajaran simulasi sosial. Simulasi
berasal dari bahasa Inggris simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-
akan. Dengan demikian metode pembelajaran simulasi adalah cara penyajian
pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami konsep,
prinsip dan keterampilan tertentu. Salah satu jenis pembelajaran simulasi sosial adalah
role play.

Role play adalah model pembelajaran yang dapat diartikan sebagai pembelajaran
yang mengeksplorasi rangkaian hubungan antar manusia baik berupa perasaan, nilai,
tingkah laku dalam situasi yang peserta didik jalani serta mendiskusikan tindakan-
tindakan tersebut. Metode pembelajaran role play bisa dipraktikkan di berbagai macam
proses pembelajaran mulai permasalahan yang membutuhkan eksplorasi gerak, bicara,
mimik sampai permasalahan yang hanya membutuhkan peragaan lisan/bahasa.4

Kegiatan bermain peran pada umumnya disukai dan sering dilakukan oleh anak-
anak usia sekitar 2-8 tahun. Dalam kegiatan ini ia melakukan mpersonalisasi
(melakukan peniruan) terhadap karakter yang dikagumi atau ditakutinya, baik yang ia
temui dalam kehidupan nyatanya maupun dari tokoh yang ia tonton di film-film. Mel
Silbermen dalam teori active learning menyatakan bahwa belajar membutuhkan
keterlibatan mental dan tindakan sekaligus. Menurutnya, jika ada pengetahuan dan
pengalaman baru lalu dipahami dan diulang lagi maka memori dalam otak akan semakin
kuat.5

B. Langkah Penerapan Role Playing & Simulasi

Suatu pembelajaran akan berjalan dengan lancar apabila telah dipersiapkan


dahulu segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Perencanaan yang
hati-hati dan matang merupakan kunci keberhasilan dalam role play. Berikut ini adalah
daftar beberapa hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh guru sebelum
masuk kelas dan memulai role play :

4
Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak, (Jakarta : Departemen Pendidikan &
Kebudayaan,2004) hal. 60
5
Mel Silbermen, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Penerjemah: Sardjuli Dkk,
(Yogyakarta: Yappendis, 2005) Cet. Ke-3, hal. 17
a. Menentukan masalah yang hendak dimainkan

Pembimbing mengemukakan masalah yang akan dimainkan dan membuka tanya


jawab untuk memperjelas masalah dan tujuan kegiatan. Masalah yang hendak
dimainkan didiskusikan secara detail agar terpahami oleh pemain. Penjelasan diarahkan
kepada penjelasan masalah dan bukan bagaimana pemain memainkan perannya. Jadi
pemain dipersilahkan memainkan peran secara bebas. Dalam diskusi menentukan
masalah, juga dibahas tentang tokoh-tokoh yang terlibat dalam masalah, situasi yang
melingkupi masalah dan dimana masalah terjadi. Ketika semua yang melingkupi
masalah sudah teridentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah menentukan siapa yang
memainkan peran.

b. Memilih pemeran

Pemain dan pembimbing mulai mencari gambaran karakter peran yang hendak
dimainkan. Setelah didapat gambaran karakter peran dalam masalah, kemudian
menentukan pemain dengan cara ditawarkan kepada pemain. Penawaran peran kepada
pemain berfungsi untuk mendapat sudut pandang dan interpretasi pemain terhadap
peran yang hendak dimainkan. Interpretasi peran pasti berbeda antar pemain sesuai
dengan pengalaman kehidupannya. Dengan beragamnya pengalaman kehidupan pemain
inilah, maka penyelesaian masalah yang hendak dimainkan akan beragam.

c. Menyusun skenario

Inti masalah dan pemain telah ditentukan melalui diskusi dan permasalahan telah
dipahami oleh pemain. Langkah selanjutnya adalah menyusun skenario, bagaimana para
pemain beraksi. Susunan skenario tidak boleh menyimpang dari inti atau pokok masalah
yang dihadapi dan hanya berisi gambaran garis besar. Pada tahap ini pembimbing dapat
membantu menyusun skenario dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan
sederhana mengenai hal-hal yang berkaitan dengan peran tersebut. Misalnya peran yang
hendak dimainkan memiliki status sosial yang seperti apa, bagaimana karakternya
(pemarah, mudah tersinggung, pemalu, suka menghina atau sensitif sehingga terkesan
cengeng). Setelah semua terkumpul dan teridentifikasi, disusunlah scenario sederhana
bagaimana jalannya cerita tersebut. Penyusunan skenario harus mempertimbangkan
konflik yang terjadi antar peran yang ada dalam masalah tersebut.

d. Menyiapkan penonton sebagai pengamat

Skenario yang telah disusun kemudian dipelajari oleh calon pemain agar
terpahami inti atau pokok masalahnya. Sementara calon pemain mempelajari masalah,
pembimbing menyiapkan penonton sebagai pengamat. Fungsi pengamat sebagai
pemberi komentar atau bisa juga sebagai evaluator permainan. Evaluasi menyangkut
pemecahan masalah, cara pemain dalam memainkan peran yang ada di skenario, proses
kerjasama antar pemain dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dan hal-hal yang
berhubungan dengan roleplay .

e. Memainkan roleplay

Setelah semua siap, langkah selanjutnya adalah memainkan skenario yang telah
disusun. Pembimbing membiarkan pemain untuk mengekspresikan dirinya dalam
menyelesaikan masalah yang ada dalam skenario tadi. Pemain bermain sesuai karakter
peran yang telah disepakati dan alur cerita yang ada di skenario. Apabila ada pemain
yang kurang paham terhadap skenario atau karakter peran yang dimainkan, maka
pembimbing boleh menyuruh memainkan ulang. Tujuan mengulang permainan adalah
agar pemain bermain sesuai dengan alur yang digariskan di skenario dan berperan
sesuai dengan karakter peran yang menjadi gambaran karakter yang telah diajukan.
Ketika permainan sesuai dengan alur yang digariskan dan berperan sesuai dengan peran
yang dimainkan maka peran tersebut dapat diselidiki dan dianalisis.

f. Melakukan diskusi dan evaluasi

Ketika permainan usai, maka dilakukan diskusi dan evaluasi terhadap permaian
tersebut. Dalam diskusi dan evalusi, pembimbing mengajukan pertanyaan yang
merangsang peserta untuk berfikir kritis demi sempurnanya permainan. Rangsangan
pertanyaan akan membuat peserta kreatif dan mengkaji ulang terhadap peran yang
dimainkan. Peserta akan menciptakan ulang karakter peran dan membuat alternatif-
alternatif kemungkinan yang
lain dari hasil masukan peserta diskusi. Pengamat dalam hal ini penonton sebagai
pihak yang tidak merasakan permainan akan memiliki pemikiran lain terhadap peran
yang dimainkan. Penonton memiliki sudut pandang berbeda dalam memainkan peran
dan menyelesain masalah yang telah disepakati. Pemikiran penonton sebagai bahan
alternatif untuk penciptaan baru. Dengan demikian permainan akan sangat beragam dan
akan mendapatkan jawaban yang beragam dalam menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi.

g. Memainkan ulang

Setelah mendapatkan masukan dari berbagai pihak, permainan diulang kembali


dengan mempertimbangkan saran pengamat atau penonton. Permainan ulang
diharapkan mendekati sempurna karena telah mendapat saran dan kritik yang
membangun. Dengan mendapatkan masukan maka alur cerita pasti mengalami
perubahan, menuju kebaikan. Permainan peran juga akan mengalami perubahan, tetapi
perubahan menuju kesempurnaan bermain. Permainan ulang harus mempertimbangkan
masukan dari pengamat atau penonton dan pembimbing latihan.

h. Berbagi pengalaman dan menarik kesimpulan

Pemain harus mempu menceritakan pengalaman bermain dalam roleplay setelah


permainan selesai. Pengalaman tersebut dibagikan kepada penonton sebagai satu
pengalaman kreatif. Penonton yang mengetahui pengalaman kreatif akan merasa
tertantang untuk ikut bermain. Dari pengalaman ini bisa diambil kesimpulan bagaimana
memainkan karakter tertentu dengan baik. Permasalah yang sebelum roleplay belum
diketahui, maka pada akhir cerita akan mendapatkan jawaban pemecahan. Dari
kesimpulan yang didapat, diharapkan dapat merubah pola perilaku baru. Perubahan pola
perilaku baru, maksudnya setelah ada kesadaran akan kebutuhan untuk mengubah
perilakunya, individu harus dapat mengembangkan kesadaran ke arah pengertian dan
pemahaman terhadap situasi masalah yang dihadapi. Pemahaman terhadap masalah
yang dihadapi terbantu dengan jalan memerankan situasi itu dalam sebuah permainan
peran. Individu dapat mencobakan perilaku baru dalam situasi yang aman. Di dalam
situasi bermain peran, individu sering menerima ide baru yang menakjubkan dari
anggota kelompok lain mengenai bagaimana orang lain akan mereaksi terhadap perilaku
baru, sehingga ia segera dapat membuat rencana untuk menghindari hasil negative. 6

Langkah Penerapan Metode Role Playing

Berikut step-stepnya :

1. Guru menyusun serta menyiapkan skenario

2. Menunjuk beberapa peserta didik untuk mempelajari skenario beberapa hari


sebelum kegiatan berlangsung

3. Guru membuat kelompok yang berisikan 5 orang siswa

4. Menjelaskan kompetensi yang hendak dicapai

5. Memanggil peserta didik untuk menjalankan skenario

6. Setiap peserta didik berada dikelompoknya sembari melihat peragaan kelompok


lain.

7. Setelah semua sudah selesai dilakukan, setiap peserta didik diberi lembar kerja
untuk melakukan penilaian atas penampilan tiap-tiap kelompok.

8. Setiap kelompok menyampaikan kesimpulan

9. Pendidik memberikan kesimpulan secara umum

10. Evaluasi7

C. Fungsi Role Playing & Simulasi

a. Fungsi Role Playing

Sigmund Freud dalam teori psikoanalisis mengatakan bahwa bermain secara


umum berfungsi untuk mengekspresikan dorongan impulsif sebagai cara untuk
mengurangi kecemasan pada anak atau lebih jelasnya bermain adalah alat yang sangat
6
Heru Subagiyo, Role Play, (Jakarta : direktorat pembinaan smk, 2013), hal, 11-14
7
http://rantaiguru.blogspot.com/2016/05/pengertian-dan-langkah-langkah-model-pembelajaran-role-
playing.html#.XmY76s3-u00 diakses pada tanggal 09 Maret 2020, pukul 23:09.
efektif bagi anak dalam melampiaskan emosinya. Melalui bermain, anak dapat
mengambil peran aktif sebagai pemindahan perasaan negatif kepada objek. Bentuk
bermain yang ditunjukkan berupa bermain fantasi dan imajinasi dalam sosiodrama atau
pada saat bermain sendiri. Contoh bentuk bermain, seorang anak yang meninju
bonekanya dan pura-pura bertarung untuk menunjukkan kekesalannya. meskipun
demikian, bermain tidak hanya berfungsi sebagai metode terapi pada anak yang
bermasalah seperti yang telah dipaparkan di atas, melainkan bermain juga mempunyai
fungsi-fungsi bagi perkembangan anak seperti yang dijelaskan sebelumnya.8

1. Mengatasi kesulitan diri

Proses role playing dilakukan dengan cara spontan tetapi tetap mengikuti aturan
yang telah disepakati oleh sesama pemain roleplay. Usaha meminimalkan hambatan
yang biasa dirasakan oleh calon pemeran membutuhkan suasana kebebasan sehingga
calon tidak merasa tertekan. Dalam roleplaying suasana kebebasan selalu
dijaga,sehingga akan memunculkan suasana kebahagiaan dan keceriaan.

2. Meningkatkan Kemampuan Simpati dan Empati

Proses role playing sebenarnya proses memainakn peran yang bukan diri sendiri
dan ini membutuhkan proses pemindahan jiwa, dari jiwa pemeran ke jiwa peran. Proses
pemindahan peran tidak hanya sekedar melibatkan logika tetapi juga melibatkan rasa.
Keterlibatan rasa dalam pemindahan proses inilah yang melibatkan simpati dan empati.

3. Mengembangkan Pola Pikir yang Adaptif

Pola pikir adaptif adalah kemampuan berfikir seseorang untuk beradaptasi dengan
berbagai lingkungan dan masalah. Fleksibilitas berfikir dan kemampuan menghadapi
tantangan setiap masalah sangat diperlukan dalam kehidupan. Permasalahn itu bisa dari
peran yang dimainkan,konteks cerita,maupun status. Masalah dikembangkan dari
kehidupan keseharian dan permasalahan ini bisa diurai dan disimulasikan dalam role
playing.

8
Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010) Cet-
Ke 1, hal. 100. 
4. Media Pengolah Emosi

Seorang pemeran harus mengingat-ingat segala emosi yang terekam dalam


sejarah hidupnya,baik itu merupakan pengalaman pribadi maupun pengalaman orang
lain yang direkam oleh jiwa dan pikirannya. Dengan ingatan emosi kita akan mudah
memanggil kemabali jika kita perlukan untuk memainkan peran tertentu.

5. Meningkatkan interpersonal skill

Interpersonal skill adalah keterampilan untuk memahami orang lain agar mau
bekerja sama. Dalam roleplay hal ini sangat diperlukankarena kalau tidak ada
ketrampilan ini maka roleplay tidak akan berjalan dengan baik. Kalau keterampilan
memahami orang lain ini tidak ada,amaka tidak bisa memahami pemain lain,dan kalu
tidak bisa memahami orang lain, maka tidak bisa memahami dialog. Jadi hal ini
sangtlah dibutuhkan untuk proses role playing.

6. Media Pemecah Masalah

Roleplay berasumsi bahwa emosi dan ide itu terpendam karena pola hidup yang
mekanis dan dapat diangkat ketaraf sadar,kemudian diangkat melalui proses kelompok.
Pemecahan masalah tidak selalu datang dari orang tertentu ,tetapi bisa saja muncul dari
reaksi pengamat atau penonton terhadap masalah yang diperankan. Dengan
demikian,pelaku role playing maupun penonton dapatdapat belajar dari pengalaman
orang lain tentang memecahkan masalah,yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan
untuk mengembangkan diri secara optimal dan memunculkan banyak alternatif
pemecahan masalah.

7. Membentuk Individu Bertanggung jawab

Pemeran harus bertanggung jawab pada peran yang dimainkan.role playing juga
menggunakan aturan yang disepakati sebelum dimainkan,aturan memainkan peran,
aturan suasana yang ditetapkan, aturan pada konteks apa peran tersebut dimainkan.
Aturan ini harus diikuti dan menjadi panduan bermain. Pemeran akan terbiasa dengan
mentaati peraturan tersebut dan akan membentuk jiwa yang bertanggung jawab.
b. Fungsi Simulasi

1. Untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa dengan melibatkan siswa dalam


mempelajari situasi yang hamper serupa dengan kejadian yang sebenarnya.

2. Untuk melatih siswa menguasai keterampilan tertentu,baik yang bersifat professional


maupun yang penting bagi kehidupan sehari-hari.

3. Untuk pelatihan memecahkan masalah.

4. Untuk memberikan kegairahan belajar siswa.

5. Untuk merasakan atau memahami tingkah laku manusia dan situasi masyarakat-
masyarakat sekitarnya.

6. Untuk melatih dan membantu siswa dalam memimpin, bergaul,dan memahami


hubungan antar manusia, bekerjasama dalam kelompok dengan efektif, dengan
menghargai dan memahami, perasaan dan pendapat orang lain dan memupuk daya
kreativitas siswa.9

D. Kelebihan dan Kelemahan Role Playing & Simulasi

Metode role playing memiliki kelebihan dalam penggunaananya. Menurut


Mansyur (Sagala, 2006) kelebihan dari metode role playing yaitu, dengan penerapan
metode role playing siswa dilatih untuk dapat memahami, mengingat bahan yang akan
didramakan seputar materi ajar. Selanjutnya murid akan terbiasa untuk berkreasi,
berinsiatif serta kreatif. Role playing dapat menuntun siswa untuk bekerja sama dalam
kelompok. Memupuk rasa tanggung jawab akan tugas yang diterima. Konsep penerapan
metode role playing yang dilakukan pada pemilihan materi atau topik tentunya yang
dekat dengan kehidupan siswa. Kemudian siswa bebas untuk mengekspresikan
imajinasinya kedalam gerakan-gerakan serta pengucapan kata-kata yang sesuai dengan
peran yang dimainkannya. 10
Ada beberapa keunggulan dengan menggunakan metode role playing, di antaranya
adalah:

9
Heru Subagiyo, Role Play, (Jakarta : direktorat pembinaan smk, 2013), hal 14-18

10
Ismawati Alidha Nurhasanah, Atep Sujana, Ali Sudin, “Penerapan metode role playing untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi hubungan makhluk hidup dengan lingkungannya” Jurnal PenaIlmiah:
Vol. 1, No. 1 (2016)
a. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping
merupakan pengalaman yang menyenangkan yang sulit untuk dilupakan.
b. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan
penuh antusias.
c. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta
menumbuhkan rasa kebersamaan.
d. Siswa dapat terjun langsung untuk memerankan sesuatu yang akan di bahas dalam
proses belajar.
Disamping memiliki keunggulan, metode role playing juga mempunyai kelemahan, di
antaranya adalah :
a. Bermain peran memakan waktu yang banyak.
b. Siswa sering mengalami kesulitan untuk memerankan peran secara baik
khususnya jika mereka tidak diarahkan atau tidak ditugasi dengan baik. Siswa
perlu mengenal dengan baik apa yang akan diperankannya.
c. Bermain peran tidak akan berjalan dengan baik jika suasana kelas tidak
mendukung.
d. Jika siswa tidak dipersiapkan dengan baik ada kemungkinan tidak akan melakukan
secara sungguhsungguh.
e. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.11

Kelebihan Model pembelajaran simulasi di antaranya adalah:

a. Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang
sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun
menghadapi dunia kerja.
b. Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa
diberi kesempatan untuk untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang
disimulasikan
.c. Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.

Kelemahan model pembelajaran ini, di antaranya adalah:


a. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai
dengan kenyataan di lapangan.
b. Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan,
sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.

Elizar Sinambela, “Efektifitas Model Role Playing Terhadap Peningkatan Kompetensi Akuntansi
11

Mahasiswa Dalam Mata Kuliah Pengantar Akuntansi II” Jurnal SNEMA-2015


c. Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa dalam
melakukan simulasi12

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

12
Riyan Rosal Yosma Oktapyanto, “Penerapan model pembelajaran simulasi untuk meningkatkan
keterampilan social anak sekolah dasar” JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016
Role playing merupakan model pembelajaran yang dapat diartikan sebagai
pembelajaran yang mengeksplorasi rangkaian hubungna manusia baik
perasaa,nilai,tingkah laku. Metode ini bisa di praktekkan diberbagai proses pembelajaran
yang membutuhkan gerak, bicara, mimik sampai yang hanya membutuhkan peragaan
lisan. Simulasi merupakan cara penyajian cara belajar dengan menggunakan situasi tiruan
untuk memahami konsep, prinsip dan keterampilan tertentu. Salah satu jenis
pembelajaran simulasi sosial adalah role playing.
Suatu pembelajaran akan berjalan dengan lancar apabila telah dipersiapkan
dahulu segala sesatu yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh guru sebelum masuk kelas dan memulai
role playing : menentukan masalah yang hendak dimainkan, memilih peran, menyusun
sekenario, menyiapkan penonton sebagai pengamat, memainkan role play, melakukan
diskusi dan evaluasi, memainkan ulang, berbagi pengalaman dan menarik kesimpulan.
Secara umum role play berfungsi untuk mengekpresikan dorongan implusif
sebagai cara untuk mengurangi kecemasan pada anak atau lebih jelasnya bermain adalah
yang sangat efektif bagi anak untuk melampiaskan emosinya.
Kelebihan dari metode role playing dan simulasi yaitu, dengan penerapan role
playing siswa dilatih untuk dapat memahami, mengingat bahan yang akan di dramakan
seputar materi ajar. Disamping memiliki kelebihan metode role playing dan simulasi
juga memiliki kelemahan seperti, memakan banyak waktu, mengalami kesulitan untuk
memerankan peran, tidak berjalan baik jika suasana kelas tidak mendukung, jika tidak
dipersiapkan dengan baik tidak akan sungguh-sungguh, tidak semua materi dapat
disajikan dalam metode ini.

B. Saran
Pemaparan mengenai role playing dalam makalah ini tentu jauh dari
sempurna,dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran demi perbaikkan makalah selanjutnya.
Daftar Pustaka
Heru Subagiyo. 2013. Role Play, Jakarta : direktorat pembinaan smk,
Diana Mutiah. 2010 Psikologi Bermain Anak Usia Dini, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
Cet-Ke 1
Moeslichatoen,2004 Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak, Jakarta : Departemen
Pendidikan & Kebudayaan
Mel Silbermen, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Penerjemah: Sardjuli Dkk.2005
Yogyakarta: Yappendis
Ismawati Alidha Nurhasanah, Atep Sujana, Ali Sudin,2016 “Penerapan metode role playing
untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi hubungan makhluk hidup dengan
lingkungannya” Jurnal PenaIlmiah: Vol. 1, No. 1
Riyan Rosal Yosma Oktapyanto, “Penerapan model pembelajaran simulasi untuk meningkatkan
keterampilan social anak sekolah dasar”Jurnal JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016
Elizar Sinambela,2015 “Efektifitas Model Role Playing Terhadap Peningkatan Kompetensi
Akuntansi Mahasiswa Dalam Mata Kuliah Pengantar Akuntansi II” Jurnal SNEMA-2015
Pilar-pilar pendidikan. Enam Pilar Pendidikan Yang Direkomendasikan Unesco Yang Dapat
Digunakan Sebagai Pembelajaran Yang Bisa Diterapkan Di Dunia Pendidikan.
http://haucef4hmultiply.com/journal/item/48/ diakses pada tanggal 6 maret 2019. 12.36
http://rantaiguru.blogspot.com/2016/05/pengertian-dan-langkah-langkah-model-pembelajaran-
role-playing.html#.XmY76s3-u00 diakses pada tanggal 09 Maret 2020, pukul 23:09.

Anda mungkin juga menyukai