Anda di halaman 1dari 3

LDR (Long Distance Relationship) Demi Perguruan Tinggi

LDR (Long Distance Relationship) artinya adalah hubungan jarak jauh. Fokus di sini
bukan LDR dengan seorang kekasih, melainkan LDR dengan orang tua atau keluarga yang ada
di rumah. Beberapa mahasiswa merasakan hal tersebut, khususnya mahasiswa baru. Seorang
mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan, sebab usianya 18 sampai 25 tahun. Tahap
perkembangan ini juga menuntut mahasiswa untuk mandiri.
Seorang mahasiswa yang merantau pasti tinggal di luar daerah kampung halamannya
dengan waktu tertentu, untuk menyelesaikan pendidikannya atau dengan kata lain mahasiswa
merantau (Halim dan Dariyo 2017). Mahasiswa perantauan adalah seorang mahasiswa yang
memutuskan untuk meninggalkan kampung halamannya dengan menjalani kehidupan sendiri
tanpa ada keluarga di sampingnya. Hal ini umum dilakukan oleh mahasiswa untuk
mendapatkan kualitas pendidikan yang lebih baik. Mereka dituntut untuk hidup mandiri dengan
mengenyam pendidikan tinggi di daerah tersebut. Hal ini dapat menyebabkan kesehatan mental
seorang mahasiswa terganggu. Misalnya stress, burn out, bahkan kesehatan pun terganggu.
Hurlock juga menyatakan bahwa supaya bisa mendapatkan tujuan dari pola sosialisasi
dewasa juga diperlukan penyesuaian lingkungan yang baru, seperti yang dialami oleh
mahasiswa baru yang merantau. Mahasiswa baru yang merantau jauh dari orang tua maupun
keluarganya, kemungkinan akan mengalami tekanan psikologis. Hal ini disebabkan mahasiswa
menghadapi perubahan kondisi maupun situasi di tempat perantauan.
Kesehatan mental mahasiswa baru yang merantau terganggu dapat disebabkan oleh
beberapa hal. Pertama, ketidakhadiran orang tua atau keluarga. Kehadiran orang tua atau
keluarga sebagai support system seorang mahasiswa sangatlah diperlukan. Mereka yang sejak
kecil tinggal bersama orang tua pastilah merasa tergantung terhadap mereka. Kedua, sistem
pertemanan yang berbeda. Seringkali mereka merasa takut tidak mempunyai teman. Perbedaan
sistem pertemanan bahkan pergaulan dari kampung halaman dan tempat merantau sangatlah
berbeda, sehingga mahasiswa baru yang merantau butuh penyesuaian diri terhadap lingkungan
yang baru. Ketiga, gaya belajar yang sulit diikuti. Hal inilah yang menuntut mahasiswa
berusaha lebih besar. Hal itu dikarenakan supaya mahasiswa itu mandiri dalam menghadapi
perubahan lingkungan di tempat perantauan.
Adapun kemandirian menurut Steinberg secara psikososial tersusun dari tiga aspek.
Pertama, kemandirian emosional. Kemandirian emosional merupakan kemandirian yang
menyatakan adanya perubahan kedekatan hubungan emosional antar orang lain, seperti halnya
hubungan emosional dengan orang tuanya atau hubungan dengan orang dewasa lainnya atau
orang yang banyak melakukan interaksi dengannya. Kedua, yaitu mandiri bertindak. Mandiri
bertindak adalah kemampuan seseorang supaya bisa memutuskan sesuatu secara bebas dan
menindaklanjutinya serta bertanggung jawab. Terakhir adalah mandiri berfikir. Mandiri berfikir
adalah kebebasan untuk memaknai prinsip yang benar dan yang salah, baik dan buruk serta apa
yang berguna untuk dirinya (Nurhayati 2016).
Untuk mengatasi dampak dari LDR (Long Distance Relationship) dengan keluarga di
rumah karena merantau, ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Pertama, ketidakhadiran orang
tua dapat diatasi dengan video call. Zaman yang sudah canggih ini dapat membantu mahasiswa
baru yang merantau mempunyai akses mudah untuk melihat wajah keluarga mereka. Kedua,
sistem pertemanan yang berbeda dapat diatasi dengan mencoba akrab dengan mereka.
Beradaptasi adalah cara paling bagus untuk saat ini. Ketiga, gaya belajar yang sulit diikuti.
Gaya belajar ketika di SMA memang berbeda dengan kuliah. Solusi dari hal ini bisa
menghubungi kakak tingkat untuk dibimbing dan seiring berkembangnya waktu, mahasiswa
baru akan terbiasa dengan gaya belajar di kuliah.
Mahasiswa baru yang mengalami LDR (Long Distance Relationship) dengan orang tua
maupun keluarganya mengalami tahap perkembangan dalam berbagai bidang kehidupannya,
baik akademik, sosial, dan emosi. Tahap perkembangan tersebut rentan memunculkan tekanan
psikologis terhadap mahasiswa. Mahasiswa dituntut untuk melakukan penyesuaian diri di
lingkungan yang baru. Mahasiswa baru yang merantau belajar mengembangkan kemampuan
dan mengemban tanggung jawab serta kemandirian yang lebih besar. Banyak factor yang dapat
memengaruhi kesehatan mental mahasiswa baru yang merantau terganggu. Contohnya adalah
ketidakhadiran orang tua maupun keluarga, sistem pertemanan yang berbeda, dan gaya belajar
yang sulit diikuti. Hal ini bisa diadaptasi dengan menghubungi orang tua maupun keluarga lebih
sering menggunakan smartphone dan beradaptasi.
Daftar Pustaka

Fauzia, N., Asmaran, Komalasari, S. (2020). Dinamika Kemandirian Mahasiswa Perantauan.


Jurnal Al Husna 01, no. 3: 167-181.
Gunandar, M.S. & Utami, M.S. (2017). Hubungan antara Dukungan Sosial Orang Tua
dengan Penyesuaian Diri Mahasiswa Baru yang Merantau. Gadjah Mada Journal of
Psychology 03, no. 2: 98-109.

Anda mungkin juga menyukai