Anda di halaman 1dari 18

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING

MAHASISWA RANTAU DI YOGYAKARTA

MATA KULIAH PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:
Yogi Pangestu
17081301

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Latar Permasalahan
Bagian ini memuat uraian yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian ini, Sebagai pengantar
dapat dimulai dari minat bidang psikologi (PIO, Pendidikan dll) dalam penelitian. Selanjutnya
menyinggung sedikit tentang subjek penelitian. Pada latar permasalahan ini belum membahas
variabel Y
Note : pada latar permasalahan belum membahas variabel Y
Menurut Badan Bahasa Kemendikbud, n.d. Mahasiswa merupakan sebutan bagi individu yang sedang belajar di
perguruan tinggi. Mereka belajar agar mencapai pemahaman tingkat tinggi akan disiplin ilmu tertentu dan mencapai kematangan
pribadi (Nashori, 2012). Mahasiswa juga dituntut untuk dapat menghadapi tekanan yang diakibatkan oleh perbedaan budaya dari
daerah asalnya dengan tempat ia menuntut ilmu. Perubahan lain yang juga sering dihadapi oleh mahasiswa adalah perubahan
gaya hidup dan lingkungan (Gunarsa dan Gunarsa, 2004).

Pada zaman globalisasi dewasa ini, banyak mahasiswa yang menempuh pendidikan tinggi di luar kampung halamannya,
sehingga mereka harus memberanikan diri tinggal di luar rumah atau luar daerah dalam jangka waktu tertentu demi
menyelesaikan pendidikannya atau disebut dengan istilah mahasiswa merantau. Mahasiswa perantau adalah individu yang
tinggal di daerah lain untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi dan mempersiapkan diri dalam pencapaian suatu keahlian jenjang
perguruan tinggi diploma, sarjana, magister, doktor, atau spesialis. Masa transisi yang dialami mahasiswa, termasuk mahasiswa
perantau, adalah perpindahan dari sekolah menengah ke pendidikan tinggi. Di tingkat pendidikan yang lebih baru ini ada
berbagai perubahan, yaitu keharusan mahasiswa berinteraksi dengan mahasiswa lain yang berasal dari berbagai wilayah
Indonesia dan berbagai budaya, perpindahan ke lembaga pendidikan yang lebih besar dan lebih kompleks, dan fokus ke
peningkatan performansi akademik (Santrock ,2002)

Mahasiswa termasuk dalam usia remaja tetapi remaja yang masuk dalam tahap akhir dan menginjak ke dewasa awal
yang berkisar pada usia 18-25 tahun. Pada masa dewasa awal ini seorang individu berada di tahap operasional formal yaitu masa
dimana seorang individu dapat memikirkan dan membayangkan konsep-konsep yang tidak berhubungan dengan realitas konkret
dan realitas yang dapat diamati secara langsung (Piaget (dalam Ormrod, 2009)). Menurut Hurlock (2007), Masa dewasa awal
memiliki tugas-tugas antara lain masa pengaturan, masa reproduksi, masa bermasalah, masa ketegangan sosial, masa komitmen,
masa perubahan nilai, masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru, dan masa kreatif.

Alasan seorang mahasiwa merantau adalah dikarenakan kualitas pendidikan yang belum merata pada setiap wilayah di
Indonesia, karena perguruan-perguruan tinggi yang berkualitas masih didominasi oleh perguruan tinggi yang ada di Pulau Jawa
(“PT Berkualitas Belum Merata”, 2008). Irawati (2013) juga mengatakan bahwa salah satu alasan merantau adalah untuk
mendapatkan pendidikan yang lebih layak.

Yogyakarta merupakan kota dengan sejumlah julukan, diantaranya adalah kota pelajar atau kota pendidikan (Ciputra,
2022). Sebuah data dari Badan Pusat Statistik (2020) jumlah mahasiswa baik itu perguruan tinggi negeri maupun swasta di
Daerah Istimewa Yogyakarta sejumlah 368.066 mahasiswa. Untuk jumlah dari tenaga pendidik, menurut   Badan Pusat Statistik
(2020) Daerah Istimewa Yogyakarta berjumlah 12.773. Kemudian tidak meratanya kualitas perguruan tinggi di Indonesia
menyebabkan banyaknya mahasiswa yang pindah dari kota asalnya untuk menimba ilmu yang lebih baik di wilayah Pulau Jawa
salah satunya Yogyakarta. Dari artikel yang ditulis di Tirto.id bahwa dari 4,472 Perguruan tinggi di Indonesia hanya 50
diantaranya yang terakreditasi A (Ratnasari, 2017 dalam Kurniawan., Eva, 2020). Banyaknya Universitas yang masih belum
berkualitas tinggi tersebut membuat banyak mahasiswa memilih untuk merantau.
Sumber masalah
Pada bagian ini mulai menyinggung subjek penelitian beserta karakteristiknya disertai uraian
masalah-masalah apa saja yg dialami subjek, disertakan contoh kasus nyata berdasar
wawancara dan observasi untuk mengungkap masalah-masalah yang dialami oleh subjek
penelitian. Selain itu uraian masalah bersumber dari hasil penelitian terdahulu untuk
mendukung uraian mengenai pentingnya permasalahan
Dari berbagai masalah yang dialami oleh subjek penelitian akan muncul permasalahan
Variabel Y dalam penelitian

Mahasiswa termasuk dalam usia remaja tetapi remaja yang masuk dalam tahap akhir dan menginjak ke dewasa awal
yang berkisar pada usia 18-25 tahun. Pada masa dewasa awal ini seorang individu berada di tahap operasional formal yaitu masa
dimana seorang individu dapat memikirkan dan membayangkan konsep-konsep yang tidak berhubungan dengan realitas konkret
dan realitas yang dapat diamati secara langsung (Piaget (dalam Ormrod, 2009)). Menurut Hurlock (2007), Masa dewasa awal
memiliki tugas-tugas antara lain masa pengaturan, masa reproduksi, masa bermasalah, masa ketegangan sosial, masa komitmen,
masa perubahan nilai, masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru, dan masa kreatif.

Dikatakan oleh Lee, Koesker, dan Sales (2004), dalam menempuh pendidikan di perguruan tinggi, tantangan yang
dihadapi mahasiswa perantau berbeda dengan mahasiswa yang bukan perantau. Pelajar yang berasal dari luar daerah harus
mampu beradaptasi dengan kebudayaan yang baru, sistem pendidikan yang baru dan lingkungan sosial yang baru. Mahasiswa
perantau tingkat pertama pada dasarnya membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan statusnya yang baru dalam
berbagai masalah pergaulan maupun studi. Kesulitan penyesuaian pada mahasiswa berkisar pada perbedaan sifat pendidikan di
SLTA ke Perguruan Tinggi, hubungan sosial, masalah ekonomi, dan pemilihan bidang studi. Banyak dari mahasiswa perantau
tingkat pertama yang dapat mengatasi permasalahan yang terjadi ketika masa transisi ini. Namun, tidak sedikit juga mahasiswa
yang gagal mengatasi permasalahan tersebut.

Thurber & Walton (2012) menyatakan bahwa masa transisi dari yang tadinya tinggal di rumah menjadi tinggal jauh dari
rumah, menjadi masa perpindahan yang penting bagi mahasiswa baru atau mahasiswa tahun pertama. Sebagai mahasiswa baru
merantau yang merasakan kebebasan dan tanggung jawab lebih besar, hubungan dengan orang tua dan significant others lainnya
menjadi berubah (Baumeister & Leary, dalam Al- Qaisy, 2010). Salah satunya adalah berkurangnya kontak dan dukungan yang
diterima oleh mahasiswa baru dari keluarga dan teman (Friedlander, et al., 2007). Selain itu, hubungan yang berubah antara
orang tua dan anaknya sebagai mahasiswa baru yang merantau dapat menjadi tekanan dan stres tambahan ketika sedang
menjalani proses perkembangan memasuki usia dewasa (Mudore, dalam Al-Qaisy, 2010).

Mahasiswa baru yang merantau juga dapat merasakan homesick, yakni ancaman yang dirasakan oleh individu ketika
harus meninggalkan kampung halaman. Kebanyakan mahasiswa baru mengeluhkan adanya perpaduan dari gejala cemas dan
depresif, perilaku menarik diri dari lingkungan sekitar, dan kesulitan untuk fokus pada hal-hal yang tidak berkaitan dengan
rumah (Thurber & Walton, 2012). Selain itu, sebuah penelitian dari Heinrich dan Gullone (Goossens, Klimstra, Luyckx,
Vanhalst, dan Teppers, 2014) menyatakan bahwa remaja akhir yang sudah memasuki universitas, memiliki tingkatan loneliness
atau kesepian yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena dewasa awal banyak mengalami transisi atau perubahan sosial seperti
meninggalkan rumah, tinggal seorang diri, memasuki masa kuliah, atau memasuki dunia kerja. Kesepian dan kehilangan
significant other ini kemungkinan dapat mempengaruhi kebahagiaan para mahasiswa perantau.
Variabel Y/variabel tergantung
Selanjutnya fokus pada variabel Y/variabel tergantung/variabel dependen yang diteliti, uraikan
\ 2-3 pengertian/definisi (yang berasal dari sumber pertama, bisa buku, jurnal teori, e-book), salah
satu pengertian tersebut adalah pengertian yang akan digunakan dalam penelitian ini
Kemudian dilanjutkan dengan menuliskan satu teori aspek dari variabel tergantung yang
akan digunakan dalam penelitian ini. (yang berasal dari sumber pertama, bisa buku, jurnal
teori, e-book)

Kebahagiaan sendiri adalah tujuan bagi setiap manusia. Sesuatu yang menyenangkan,
menciptakan kenikmatan serta tercapainya suatu tujuan. Kebahagiaan tiap individu berbeda satu
sama lain meskipun mengalami kejadian yang sama. Kebahagiaan tergantung pada pemaknaan
dan memahami kebahagiaan (Lukman, 2008) tidak terkecuali remaja akhir menuju dewasa.
Kemudian istilah happiness atau kebahagiaan dan Subjective well-being atau di terjemahkan
sebagai kesejahteraan subjektif sering juga digunakan bergantian (Diener dan Biswas, 2008).

Diener, Lucas, dan Oishi (2002) mendefinisikan subjective well-being sebagai konsep
evaluasi yang meliputi pengalaman emosi positif yang menyenangkan, tingkat mood negatif
yang rendah, serta kepuasan hidup yang tinggi. Ketiga hal ini yang kemudian membuat hidup
dirasakan berharga. Selain itu, Diener (2000) menyebutkan juga bahwa individu yang memiliki
emosi positif dan bahagia, rata-rata cenderung lebih produktif dalam kesehariannya. Sementara
World Health and Organisation (2004) mendefenisikan subjective well-being sebagai indikator
kesehatan mental yang ditunjukkan oleh kemampuan individu untuk mengatasi tekanan dalam
hidup biasa, produktif, dan mampu berkontribusi kepada masyarakat.

Aspek variable Y
Pada bagian ini nenuliskan satu teori aspek variabel X1yang akan digunakan dalam penelitian. Aspek
yang ditulis berasal dari sumber pertama, bisa diperoleh dari buku, jurnal teori atau ebook.

Menurut Diener (dalam Hessels., dkk, 2018) subjective well-being terbagi dalam dua komponen
umum yaitu Komponen kognitif dan Komponen Afektif. Dalam komponen kognitif dibagi menjadi
tiga antara lain : Evaluasi terhadap kepuasan hidup secara keseluruhan (life satisfaction), Evaluasi
terhadap kepuasan domain tertentu, serta domain-domain dalam kehidupannya
Data Umum
Data yang dituliskan adalah data kuantitatif berupa kategorisasi (tinggi, sedang, rendah) data
disesuaikan dengan permasalahan. bersumber dari data lapangan hasil penelitian terdahulu. Data
umum bisa diperoleh dari hasil tesis, disertasi maupun jurnal.
Apabila permasalahan Variabel Y negatif maka data umum mengarah pada kategori tinggi ke
sedang
Apabila permasalahan Variabel Y positif maka data umum mengarah pada kategori sedang ke
rendah

Berdasarkan penelitian oleh Kurniawan & Eva (2020) yang dilakukan kepada 30
mahasiswa rantau di Universitas Malang menunjukkan rendahnya kesejahteraan pada mahasiswa
rantau, hal ini disebabkan karena kurangnya manajemen uang dan menajemen waktu bagi
mahasiswa rantau ketika berpisah dari keluarganya. Kemudian ada juga fenomena yang terjadi
pada mahasiswa, salah satunya terdapat 3 mahasiswa Universitas Padjajaran pada bulan maret
2019 yang ditemukan bunuh diri (Putra, 2019). Menurut psikiater fakultas kedokteran UNPAD
Teddy Hidayat, Ia mengungkapkan mereka bunuh diri bukan karena menginginkan kematian,
melainkan tak dapat menemukan jalan keluar dalam menyelesaikan masalah. Situasi yang
membuat dia terperangkap dan membuat dia stres bisa diakibatkan oleh beban akademik atau
mahasiswa tersebut tak kunjung lulus dan terancam drop out. Masalah keuangan, masalah
hubungan antar manusia, dengan pacar atau orangtua bisa menjadi permasalahan. Hal itu, umum
ditemukan di mahasiswa. (Putra, 2019).

Data Khusus
Merupakan data yang berasal dari subjek penelitian. Data tersebut adalah hasil observasi dan
atau wawancara yang dilakukan peneliti dengan panduan wawancara dan atau observasi
didasarkan aspek variabel Y.

Studi awal yang dilakukan pada delapan mahasiswa rantau di Yogyakarta mengindikasikan
rendahnya kesejahteraan subjektif pada mahasiswa rantau, terutama pada dimensi otonomi yang
disebabkan karena kurangnya manajemen uang dan manajemen waktu ketika berpisah dari
keluarga, emosi negatif seperti sedih dan stress karena situasi yang berbeda dari sebelum
merantau. makanan yang harus membeli atau memasak sendiri yang biasanya sudah disiapkan
ibu. kemudian pada penguasaan lingkungan yang disebabkan karena perbedaan budaya di
Daerah Istimewa Yogyakarta yang membuat mereka butuh beradaptasi, dan juga pada dimensi
membangun hubungan positif dengan orang lain yang disebabkan karena adanya perbedaan
bahasa ketika berkomunikasi sehingga menyulitkan mereka berkomunikasi dengan mahasiswa
lainnya.
Harapan
Uraikan harapan/das sollen (yang seharusnya terjadi) dari permasalahn variabel Y
dapat bersumber dari teori/harapan masyarakat/nilai/norma)
kutipan berasal dari sumber pertama, bisa buku, jurnal teori, e-book

Penelitian lain tentang kesejahteraan subjektif dilakukan oleh Rohmad, 2014. Dari pengambilan data yang sudah
dilakukan pada 129 mahasiswa yang terdiri dari 36 laki-laki dan 93 perempuan yang berusia antara 19-25 tahun. Lebih
dari 26 persen kesejahteraan subjektif dikaitkan dengan terpenuhinya kebutuhan. Kemudian 30,2 persen menyebutkan
kesejahteraan subjektif tercapai jika keinginan terpenuhi, 16,3 persen jika damai, 8,6 persen jika dapat bersyukur dengan
yang diberikan Alloh, 6,2 persen jika sudah mandiri dan dekat dengan keluarga, 4,6 persen jika sudah kaya dan 1,6 persen
kesejahteraan subjektif ketika hidupnya dapat bermakna bagi orang lain.

Berdasarkan data-data tersebut mayoritas responden menyebutkan kesejahteraan subjektif mengacu pada hal-hal
nyata dan emosional yang dapat dilihat secara langsung. Padahal harapannya seorang mahasiswa dapat berfikir secara
lebih mendalam, tidak hanya berdasarkan apa yang diamati saja dan mengartikan tentang kesejahteraannya berdasarkan
konsep eudaimonia. Konsep ini mengartikan bahwa kesejahteraan subjektif tidak hanya bersumber dari emosional semata
melainkan sesuatu yang lebih bersifat kompleks. Konsep eudaimonia menyebutkan bahwa kesejahteraan subjektif adalah
bagaimana seseorang dapat berguna bagi orang lain, berbuat mulia, dan bisa mengembangkan potensi dasar manusia yang
tujuan akhirnya menjadi orang yang berbudi dalam kehidupannya. Konsep ini juga mengartikan kesejahteraan bersumber
pada kehidupan spiritual seorang individu. Konsep eudaimonia mengajak manusia untuk hidup selaras dengan diri yang
sebenarnya (Abdulah dan Zainal, 2006).

Arti penting
Pada bagian ini menguraikan dampak-dampak yang dialami, disesuaikan dengan permasalahan. Jika
permasalahnya negatif dibahas dampak negatif, sebaliknya jika masalah positif dibahas dampak
positif dan negative. Arti penting in berdasarkan teori atau hasil penelitian, dan alangkah lebih baik
dari keduanya.

Menurut Havinghurst (dalam Hurlock, 2004), tugas perkembangan adalah tugas yang muncul
pada saat periode tertentu dari kehidupan setiap individu. Jika berhasil maka akan menciptakan rasa
bahagia dan membawa individu kearah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya.
Sebaliknya, apabila gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi
tugas-tugas berikutnya. Fisher ( dalam Susilowati & Hasanat, 2011), menyatakan bahwa kegagalan
seorang mahasiswa dalam mengatasi segala permasalahan dan perbedaan yang terjadi serta tidak
mampunya mahasiswa tersebut dalam melakukan penyesuaian diri terhadap kejadian-kejadian yang
menekan tersebut dapat mendorong timbulnya depresi dalam diri mahasiswa. Depresi yang dialami
oleh mahasiswa baru tersebut dapat menimbulkan rendahnya kesejahteraan subjektif atau
kebahagiaan dalam diri mahasiswa.
Faktor-faktor
Bagian ini berisi uraian faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi variabel Y. Gunakan teori dari
sumber pertama, karena dari faktor ini peneliti akan menentukan variabel X.
Pastikan variabel X yang akan dipilih ada di dalam salah satu faktor baik langsung maupun
tidak langsung

Dari faktor-faktor tersebut buat kalimat yang menjelaskan variabel X yang dipilih dalam
penelitian

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi subjective well-being individu antara lain harga diri
(self-esteem), pendapatan, usia, pekerjaan, pendidikan keyakinan, pernikahan, keluarga, kepribadian,
jenis kelamin, peristiwa kehidupan, serta aktivitas (Diener, 2009). Berkaitan dengan usia, mahasiswa
memiliki perbedaan dengan orang dewasa ataupun dengan tingkat usia lainnya dalam hal
kesejahteraan subjektif. Tingkat kepuasan hidup mahasiswa umumnya lebih rendah dibandingkan
dengan orang dewasa pada populasi umum (Coutinho & Woolery, 2004).

Alasan pemilihan variabel X1

Pada bagian ini menguraikan mengapa memilih salah satu faktor untuk dijadikan variabel X1.
Peneliti menguraikan alasan Mengapa memilih atau menduga variabel tersebut mempengaruhi
variabel Y (variabel tergantung) berdasarkan teori, hasil penelitian dan kondisi di lapangan
berdasarkan wawancara dan atau observasi ketiganya akan lebih baik

Setiap individu dalam mencapai subjective well-being dalam hidupnya tentu tidak terlepas dari
dukungan keluarga dan lingkungan disekitarnya. Seperti yang dikemukakan oleh Rook (dalam Smet,
1994) yang mengatakan bahwa dukungan sosial merupakan salah satu fungsi dari ikatan sosial, dan
ikatan-ikatan sosial tersebut menggambarkan tingkat kualitas umum dari hubungan interpersonal.
Ikatan dan persahabatan dengan orang lain dianggap sebagai aspek yang memberikan kepuasan secara
emosional dalam kehidupan individu. Saat seseorang didukung oleh lingkungan maka segalanya akan
terasa lebih mudah. Menurut Stanley (dalam Muslihah, 2011) faktor-faktor yang mempengaruhi
dukungan sosial adalah kebutuhan fisik, kebutuh psikis dan juga kebutuhan sosial
Pengertian variabel X1
uraikan 2-3 pengertian/definisi (yang berasal dari sumber pertama, bisa buku, jurnal teori, e-book),
salah satu pengertian tersebut adalah pengertian yang akan digunakan dalam penelitian ini

Zimet, Dahlem, Zimet, dan Farley (1988) menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan
keyakinan individu mengenai ketersediaannya dukungan sosial yang diberikan oleh orang-orang
terdekat, yang termasuk di dalamnya adalah keluarga, teman, atau orang-orang di sekitarnya sewaktu
individu membutuhkan. Selain itu Sarafino dan Smith (2012) mengemukakan bahwa dukungan sosial
tidak hanya mengacu pada tindakan yang dilakukan orang lain tetapi mengacu pada persepsi
seseorang bahwa kenyamanan, kepedulian, dan bantuan yang tersedia dapat dirasakan dukungannya.
Kartoni (dalam Maharani dan Andayani, 2003) juga menambahkan dukungan sosial dapat diperoleh
dari keluarga, kerabat, sahabat, serta rekan kerja. Seperti keluarga yang biasanya memberikan
dukungan kepada individu dalam bentuk rasa cinta dan kasih sayang.

Teman dan keluarga berperan dalam memberikan dukungan paling optimal bagi remaja. Bentuk
dukungan sosial berupa perhatian, motivasi, informasi, interaksi positif, dan dukungan materi dari
anggota keluarga atau orang lain dapat meningkatkan kualitas hidup remaja (Sherbourne & Stewart,
1991).

Menurut Wijaya & Pratitis (2012) dukungan sosial orang tua memiliki pengertian bantuan yang
diberikan oleh orang tua kepada anaknya yang membuat individu memiliki keyakinan diri dan
perasaan positif tentang dirinya sendiri sehingga individu mampu menjalani kehidupan kuliahnya.
Kemudian Penelitian oleh Walker & Satterwhite menemukan bahwa dukungan orang tua memberikan
pengaruh positif terhadap kemampuan koping anaknya dan mengu-rangi tingkat stres yang dialami
ketika menjalani pendidikan di perguruan tinggi (dalam Mustafa, Nasir, & Yusooff, 2010).

Aspek variabel X1
Pada bagian ini nenuliskan satu teori aspek variabel X1yang akan digunakan dalam penelitian. Aspek
yang ditulis berasal dari sumber pertama, bisa diperoleh dari buku, jurnal teori atau ebook.

Kemudian Sarason, Levine, dan Baasham (dalam Kirana, 2010) menambahkan bahwa
dukungan sosial adalah transaksi interpersonal yang melibatkan salah satu faktor atau lebih dari
karakteristik berikut ini : afeksi (ekspresi menyukai, mencintai, mengagumi dan menghormati),
penegasan (ekspresi persetujuan, penghargaan terhadap ketepatan, kebenaran dari beberapa tindak
pernyataan, pandangan) dan bantuan (transaksi-transaksi dimana bantuan dan pertolongan dapat
langsung diberikan seperti barang, uang, informasi dan waktu).
Dinamika Permasalahan
Menguraikan proses variabel bebas (X1) mempengaruhi variabel tergantung (Y) dengan didukung
beberapa hasil penelitian terdahulu.

Dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang paling konsisten mempengaruhi
kesejahteraan subjektif. Dengan adanya dukungan sosial sekitarnya, dapat memberikan dampak
positif bagi individu, karena ketika menerima dukungan sosial individu memilih coping stress yang
efektif dalam menghadapi masalah sehingga dapat meningkatkan well-being dalam diri individu
(Fábián & Szoboszlai, 2017). Hasil penelitian Gurung, Taylor, dan Seeman (2003) juga
mengungkapkan dukungan sosial memberikan efek yang positif bagi kesehatan dan kesejahteraan
individu. Ditambahkan juga oleh Suhita (dalam Pipin 2014) dukungan sosial memiliki peranan
penting untuk mencegah dari ancaman kesehatan mental. Apabila seseorang memiliki dukungan
sosial yang tinggi maka kecil kemungkinan individu tersebut mengalami konsekuensi psikis yang
negatif. Manfaat bagi individu yang memiliki dukungan sosial yang tinggi individu tersebut lebih
optimis dalam menghadapi kehidupannya pada saat ini dan untuk masa mendatang, lebih terampil
dalam memnuhi kebutuhan psikologis, memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah, memiliki skil
interpersonal yang tinggi, dan mampu mengembangkan dirinya.

Kesejahteraan remaja menjadi isu penting dalam pembangunan bangsa karena kehidupan
bangsa di masa mendatang dipengaruhi oleh kualitas remaja di masa sekarang. Kesejahteraan
subjektif atau subjective well-being merupakan faktor penting dalam perkembangan remaja karena
dianggap mampu melindungi kesehatan mental serta mampu membuat remaja menjadi lebih kreatif,
produktif dan mampu mengatasi stress dengan baik (Karaca, Karakoc, Bingol, Eren & Andsoy, 2016).
Remaja yang memiliki kesejahteraan subjektif menunjukkan sikap yang lebih empati, lebih mudah
menjalin relasi sosial, bersedia berbagi, percaya diri, aktif berkegiatan, dan juga memiliki kemampuan
menyelesaikan masalah dengan baik dan kreatif. Selain itu lebih sering merasakan emosi positif
daripada emosi negatif, lebih sering merasakan kebahagiaan daripada ketidakbahagiaan, merasa puas
karena tercapainya tujuan hidup dan lebih merasa bermakna (Veenhoven, 1988).
Permasalahan diakhiri dengan rumusan permasalahan yang dinyatakan dalam pertanyaan
penelitian.

Oleh sebab itu, berdasarkan beberapa pernyataan diatas, melalui penelitian ini peneliti tertarik
meneliti adanya hubungan antara dukungan sosial dari orang tua dengan subjective well-being
mahasiswa yang merantau di Yogyakarta. Sehingga Rumusan masalah yang peneliti ajukan pada
penelitian ini adalah : 1) apa arti dari dukungan sosial orang tua?, 2) apa arti dari subjective well
being?, 3) Arti dukungan sosial orang tua terhadap mahasiswa yang merantau?, 4) apakah ada
hubungan antara dukungan sosial dengan subjective well being mahasiswa perantau di Yogyakarta?

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berisi sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Rumusan tujuan
menggambarkan hasil akhir secara spesifik yang ingin dicapai dari penelitian.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif pada
\ dukungan sosial orang tua dengan subjective well-being mahasiswa perantau di Yogyakarta

2. Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis berisi kebermanfaatan penelitian bagi pengembangan ilmu pengetahuan sedangkan
manfaat praktis berisi manfaat terapan dari penelitian yang dilakukan.

1. Manfaat penelitian

a. Manfaat Teoritis
Memperluas wawasan khasanah pengetahuan dalam bidang psikologi Sosial dan psikologi klinis khususnya
untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan pada dukungan sosial dari orang tua dengan subjective
well-being mahasiswa perantau di Yogyakarta
b. Manfaat Praktis
Mendapatkan berbagai gambaran serta informasi kepada mahasiswa dan orang tua tentang dukungan sosial,
apakah dapat mempengaruhi kebahagiaan dari individu. Diharapkan agar mahasiswa menyadari hal-hal tentang
dukungan dari lingkungan sosialnya khususnya orang tua serta subjective well-being atau kesejahteraan
subyektifnya. Bagi orang tua agar memperhatikan dan mendukung anaknya secara baik agar anak tersebut dapat
berkuliah dan kemudian bekerja dengan sepenuh hati dan optimal, serta mendapat hasil terbaik dari
perantauannya apabila kedua variabelnya berhubungan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. VARIABEL Y

1. Pengertian Variabel Y

3 atau 4 kutipan pengertian


Salah satu pengertian merupakan pengertian yang akan digunakan dalam penelitian ini
Cari dari sumber pertama, bisa buku, jurnal teori, ebook yang salah satu penyusunnya adalah
tokoh yang dituliskan disini

. Pengertian Subjective well-being

Definisi subjective well-being menurut Diener., dkk (2002) adalah sebuah konsep evaluasi
diri yang meliputi pengalaman emosi yang menyenangkan, rendahnya tingkat mood negatif, serta
tingginya kepuasan hidup. Ketiga hal ini yang kemudian membuat hidup terasa lebih berharga.

Diener (1984) juga menyatakan bahwa terdapat tiga kelompok untuk mendefinisikan
subjective well-being. Kelompok yang pertama mendefinisikan swb berdasar pada faktor
eksternal yang normative, seperti keunggulan atau kesucian. Kelompok yang kedua
mendefinisikan bahwa swb sebagai evaluasi yang dilakukan oleh individu terhadap kepuasan
hidupnya. Kelompok terakhir mendefinisikan swb sebagai kebahagiaan yang dirasakan individu
sehari-hari. Kebahagiaan ini terkait dengan tingkat keseimbangan perasaan positif dan negatif yang
dirasakan individu secara subjektif. Definisi kedua dan ketigalah yang kemudian dipelajari dalam
subjective well-being

Kesimpulan dari pengertian

Dengan demikian Subjective well-being memiliki arti cara pandang individu terhadap emosi
menyenangkan, mood negative yang rendah dan kepuasan hdup sehingga hidupnya berharga dan
sejahtera.
2. Aspek Variabel Y

Cari dari sumber pertama, bisa buku, jurnal teori, ebook yang salah satu penyusunnya adalah
tokoh yang dituliskan disini
Minimal dari 2 ahli yg berbeda
Salah satu digunakan dalam penelitian ini
Dijelaskan lebih rinci dari BAB 1

Aspek-Aspek Subjective well-being

Aspek-aspek kesejahteraan subjektif Menurut Diener subjective well-being terbagi dalam dua
komponen umum, yaitu :

a. Komponen kognitif, merupakan evaluasi atau penilaian dari hidup seseorang. Evaluasi terhadap
kepuasan hidup dapat dibagi menjadi:

1) Kepuasan hidup secara global merupakan evaluasi individu terhadap berbagai domain kehidupan.
Evaluasi kehidupan secara global dimaksudkan untuk mempresentasikan penilaian individu secara
menyeluruh dan reflektif terhadap kehidupannya.

2) Evaluasi terhadap kepuasan pada domain tertentu merupakan penilaian individu terhadap
beberapa domain tertentu dalam kehidupannya. Seperti kesehatan pekerjaan, rekreasi, hubungan
sosial, pernikahan, agama, fisik dan mental.

3) Evaluasi terhadap Domain-domain dalam kehidupannya, seperti dalam kesehatan fisik dan
mental, pekerjaan, rekreasi atau hiburan, hubungan sosial dan keluarga .

b. Komponen Afektif Komponen afektif kesejahteraan subjektif merupakan refleksi dari pengalaman dasar
atau peristiwa yang terjadi di dalam hidup seseorang. Komponen afektif terbagi menjadi dua, yaitu:

1) Afek positif merupakan suasana hati dan emosi yang menyenangkan, seperti kegembiraan, kasih
sayang, dan sukacita. Emosi positif merupakan refleksi dari reaksi individu terhadap pengalaman-
pengalaman hidup yang berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Afek positif terlihat dari
emosi-emosi spesifik seperti kuat, gembira, bersemangat, aktif, perhatian, berminat, bangga,
waspada, gigih, dan bertekad.

2)Afek negatif merupakan suasana hati dan emosi yang tidak menyenangkan, serta mewakili respon
negatif yang individu alami terhadap kehidupan, kesehatan, peristiwa, dan lingkungannya. Afek
positif terlihat dari emosi-emosi spesifik seperti khawaitr, gugup, gelisah, malu, tertekan, kecewa,
bersalah, bermusuhan, tersinggung, dan cemas.
3. Faktor yang mempengaruhi varibel Y

Cari dari sumber pertama, karena dari faktor ini peneliti akan menentukan var X
Muncul variabel X dari salah satu faktor yang dituliskan disini
Cara menuliskan bisa berdasarkan
1. Teori
2. Hasil penelitian
3. Teori didukung hasil penelitian
Dijelakan lebih rinci dari BAB 1

. Faktor-Faktor Subjective well-being


a. Kepribadian
Menurut Tatarkiewicz (dalam Diener, 1984), kepribadian merupakan hal yang lebih berpengaruh pada kesejahteraan subjektif
dibandingkan dengan faktor lainya. Alasannya adalah beberapa dari variabel kepribadian menunjukkan konsistensi dengan
kesejahteraan subjektif seperti harga diri dan inteligensi. Menurut Laxer (dalam Diener, 1984) harga diri juga akan menurun selama
masa ketidak bahagiaan.
b. Tujuan
Diener menyatakan bahwa orang-orang merasa bahagia ketika mencapai tujuan yang dinilai tinggi dibandingkan dengan tujuan
yang dinilai rendah. Contohnya mendapat nilai tinggi pada ujian akhir lebih dinilai tinggi daripada mendapat nilai ujian tinggi
pada ulangan harian saja.
c. Kualitas Hubungan Sosial
Menurut penelitian dari Seligman, Jika dilihat dari hubungan individu dengan lingkungan sosialnya, kebahagiaan seseorang akan
lebih tinggi jika memiliki hubungan sosial yang baik. (Diener dan Scollon, 2003)
d. Kesehatan
Kesehatan yang bisa berpengaruh terhadap kebahagiaan adalah kesehatan yang dipersepsikan oleh individu (kesehatan subjektif),
bukan kesehatan yang sebenarnya dimiliki (kesehatan objektif). (Seligman, 2002)
e. Uang (Harta)
Menurut Biswas dan Diener, Kemiskinan yang paling berat adalah penyakit sosial dan individu-individu yang mengalami
kemiskinan tersebut memiliki kepekaan terhadap kebahagiaan yang lebih rendah. Penilaian seseorang terhadap uang akan
mempengaruhi kebahagiaannya lebih daripada uang itu sendiri (Seligman, 2005)
f. Agama dan Spiritualitas
Secara umum orang yang lebih religious memiliki tingkat well-being yang lebih tinggi dan lebih spesifik. Kedekatannya dengan
tuhan, layanan, dan berdo’a dikaitkan dengan tingkat well-being yang lebih tinggi. (Diener, 2009)
g. Pernikahan
Menikah memanglah tidak meningkatkan tingkat kesejahteraan subjektif individu secara langsung, menurut Carr (2004), ada dua
penjelasan mengenai hubungan kebahagiaan dan pernikahan. Pertama, individu yang lebih bahagia cenderung lebih atraktif sebagai
pasangan. Kedua, menikah memberikan banyak manfaat yang dapat membahagiakan individu,diantaranya keintiman psikologis dan
fisik, memiliki anak, membangun rumah tangga, menjalankan peran orang tuam menguatkan identitas, serta menciptakan keturunan
(Carr, 2004)
h. Usia dan Jenis Kelamin
Usia dan jenis kelamin memiliki pengaruh yang kecil bergantung pada segi komponen kesejahteraan subjektif yang akan diukur.
Menurut penelitian yan dilakukan Wilson, diungkapkan bahwa usia yang lebih muda dianggap mencerminkan keadaan yang lebih
bahagia.(Diener, dkk. 2005).
Kemudian Kesejahteraan subjektif mahasiswa juga dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Beberapa faktor
eksternal yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif adalah kondisi keuangan, pertemanan, pelayanan yang dirasakan, kondisi
transportasi, dan sebagainya (O’Cornor, 2005), kesehatan, dan latar belakang pendidikan (Diener et al., 2003), keterlibatan dalam
kegiatan ekstra kurikuler (Utami, 2009). Sementara beberapa faktor internal yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif adalah jenis
kelamin dan usia (Suhail & Chaudry, dalam Utami, 2009).
B. Pengertian Variabel X

1. Pengertian Variabel Y

3 atau 4 kutipan pengertian


Salah satu pengertian merupakan pengertian yang akan digunakan dalam penelitian ini
Cari dari sumber pertama, bisa buku, jurnal teori, ebook yang salah satu penyusunnya adalah
tokoh yang dituliskan disini

Zimet, Dahlem, Zimet, dan Farley (1988) menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan
keyakinan individu mengenai ketersediaannya dukungan sosial yang diberikan oleh orang-orang
terdekat, yang termasuk di dalamnya adalah keluarga, teman, atau orang-orang di sekitarnya
sewaktu individu membutuhkan. Kemudian Menurut Sarafino & Smith (2011), dukungan sosial
dapat diartikan sebagai kenyamanan, perhatian, ataupun bantuan yang diterima individu dari
orang lain, dimana orang lain disini bisa berarti individu secara perseorangan ataupun kelompok.

Wijaya & Pratitis (2012) menyatakan bahwa dukungan sosial orang tua adalah bantuan
yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya yang membuat individu memiliki keyakinan diri
dan perasaan positif tentang dirinya sendiri sehingga individu mampu menjalani kuliahnya.

Kesimpulan dari pengertian

Berdasarkan definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Dukungan Sosial orang tua
adalah bentuk pertolongan atauu bantuan dari keluarga terutama orang tua yang dapat berupa
materil, emosional, dan informasional. Bantuan atau pertolongan dari orang tua ini diberikan
dengan tujuan individu yang mengalami masalah merasa diperhatikan, dihargai, mendapat
kenyamanan dan didukung sehingga mampu mengatasi masalah yang dia hadapi.
4. Aspek Variabel X

Cari dari sumber pertama, bisa buku, jurnal teori, ebook yang salah satu penyusunnya adalah
tokoh yang dituliskan disini
Minimal dari 2 ahli yg berbeda
Salah satu digunakan dalam penelitian ini
Dijelaskan lebih rinci dari BAB 1

Menurut House (dalam Smet, 1994) ada empat jenis dukungan sosial, yaitu:

1. Dukungan emosional, Dukungan ini melibatkan ekspresi rasa empati dan perhatian
terhadap individu, sehingga individu tersebut merasa nyaman, dicintai, dan diperhatikan.
2. Dukungan penghargaan, Dukungan ini melibatkan ekspresi yang berupa pernyataan setuju
dan penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan, dan performa orang lain.
3. Dukungan instrumental, Dukungan ini melibatkan bantuan langsung, misalnya berupa
bantuan finansial atau bantuan dalam melakukan tugas tertentu.
4. Dukungan informasi, Dukungan yang bersifat informasi ini dapat berupa saran,
pengarahan, dan penilaian tentang bagaimana individu melakukan sesuatu.

Kesimpulan dari aspek yang akan digunakan disertai alasan pemilihan Mengapa memilih salah
satu faktor untuk dijadikan variabel X
Dukung dengan teori dan hasil penelitian
Bisa sama dgn BAB 1 tapi harus diperjelas dan lebih detail lagi di BAB 2
C. DINAMIKA HUBUNGAN

Bagaimana proses variabel x mempengaruhi var y. dijelaskan per aspek. Aspek X yg pertama
bagaimana prosesnya bisa mempengaruhi Y; ds

Setiap individu dalam mencapai subjective well-being dalam hidupnya tentu tidak terlepas dari
dukungan sosial dari keluarga dan lingkungan disekitarnya. Seperti yang dikemukakan oleh Rook (dalam
Kumalasari dan Ahyani, 2012) yang mengatakan bahwa dukungan sosial merupakan salah satu fungsi dari
ikatan sosial, dan ikatan-ikatan sosial tersebut menggambarkan tingkat kualitas umum dari hubungan
interpersonal. Ikatan dan persahabatan dengan orang lain dianggap sebagai aspek yang memberikan
kepuasan secara emosional dalam kehidupan individu. Saat seseorang didukung oleh lingkungan maka
segalanya akan terasa lebih mudah.

Dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang paling konsisten mempengaruhi kesejahteraan
subjektif. Dengan adanya dukungan sosial sekitarnya, dapat memberikan dampak positif bagi individu,
karena ketika menerima dukungan sosial individu memilih coping stress yang efektif dalam menghadapi
masalah sehingga dapat meningkatkan well-being dalam diri individu (Fábián & Szoboszlai, 2017). Hasil
penelitian Gurung, Taylor, dan Seeman (2003) juga mengungkapkan dukungan sosial memberikan efek
yang positif bagi kesehatan dan kesejahteraan individu

Pada remaja dimasa kuliah atau biasa disebut mahasiswa, kesejahteraan psikologis menjadi sangat
penting sehingga mahasiswa harus memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi. Mahasiswa
memiliki tugas perkembangan yang berat. Keinginan beradaptasi di kondisi psikososial yang baru
mahasiswa Seperti yang dikatakan Baumeister & Leary, dalam Al- Qaisy, 2010 sebelumnya, Sebagai
mahasiswa baru merantau dikota orang dan merasakan kebebasan dan tanggung jawab lebih besar,
sehingga hubungan dengan orang tua dan significant others lainnya menjadi berubah. Salah satunya adalah
berkurangnya kontak dan dukungan yang diterima oleh mahasiswa baru dari keluarga dan teman
(Friedlander, et al., 2007). Selain itu, menurut Santrock (2002), mahasiswa juga akan mengalami transisi
menuju yang lebih kompleks dibanding sebelumnya. Kesejahteraan psikologis disini berperan penting,
karena kesejahteraan psikologis itu sendiri mampu membuat individu menyikapi segala sesuatu dengan
positif, dan berinteraksi dengan orang lain menjadi lebih baik. Apabila kesejahteraan subjektif mahasiswa
rendah maka individu tersebut tidak akan berinteraksi didunia perkuliahan dengan baik seperti, tidak
menjalin interaksi yang positif dengan mahasiswa lain, dosen, hanya kuliah dengan seadanya tanpa adanya
motivasi yang baik, mengalami homesick (Thurber & Walton (2012) , berhubungan dengan nilai
akademis, serta stress secara psikologis.
D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara dukungan sosial
orang tua dengan subjective well-being pada mahasiswa peerantauan. Semakin tinggi dukungan
sosial orang tua maka semakin tinggi pula subjective well-being. Sebaliknya semakin rendah
dukungan sosial orang tua maka semakin rendah pula subjective well-being
DAFTAR PUSTAKA
daftar pustaka yang dipakai dalam rangkuman
sesuai manual APA dan panduan penyusuna Skripsi

Abdullah, H. S. L & Zainal. M. 2006. Indeks Kesejahteraan Psikologi Remaja: Tahap Kadar Dan Pengaruh Latar Belakang Diri. Universitas Malaya. Jurnal
Pendidikan. Vol 26, No. 10 Hal 153

Badan Bahasa Kemendikbud. (tanpa tahun). Diakses dari : https://kbbi.web.id/mahasiswa

Badan Pusat Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta. (2020) Diakses dari : https://yogyakarta.bps.go.id/statictable/2020/08/05/141/jumlah-perguruan-tinggi1-
mahasiswa2-dan-tenaga-pendidik-negeri-dan-swasta-di-bawah-kementerian-riset-teknologi-dan-pendidikan-tinggi-kementerian-pendidikan-dan-kebudayaan-
menurut-kabupaten-kota-di-provinsi-di-yogyakarta-2019-.html

Baumeister, R. F., & Leary, M. R. (1995). The need to belong: Desire for interpersonal attachments as a fundamental human motivation. Psychological
Bulletin, 117 (3), 497–529. Doi : https://doi.org/10.1037/0033-2909.117.3.497

Ciputra, William. 2022. Awal Mula Yogyakarta Dijuluki Kota Pelajar. Artikel Kompas.com. Diakses dari :
https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/01/11/184512078/awal-mula-yogyakarta-dijuluki-kota-pelajar

Diener, E. & Biswas, R. (2008). Unlocking the Mysteries of Psychological Wealth. Oxford: Blackwell Publishing.

Diener, E. (2009). Subjective Well-Being. In E. Diener (Ed), The Science of Well-Being, Vol. 37, 11-58. https://doi.org/10.1007/978-90-481-2350-6_2

Fabian, G., & Szoboszlai, K. (2017). Hungarian female migrant sex workers : Social support and vulnerability at home and abroad.
https://doi.org/10.1177/0020872817742692

Friedlander, Laura J., Reid, Graham J., Shupak, Naomi., Cribbie, Robert. Journal of College Student Development, 48(3), 259-274 (article)

Hessels, J., Arampatzi, E., van der Zwan, P., & Burger, M. (2018). Life satisfaction and self-employment in different types of occupations. Applied Economics
Letters, 25(11), 734–740. https://doi.org/10.1080/13504851.2017.1361003

Hurlock, E. B. (2004). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Karaca, S., Karakoc, A., Bingol, F., Eren, N., & Andsoy, I. I. (2016). Comparison of subjective wellbeing and positive future expectations in between working and
nonworking adolescents in Turkey. Iranian Red Crescent Medical Journal, 18(2). doi:10.5812/ircmj.21055.

Lukman, M.E. (2008). Bahagia tanpa menunggu kaya. Jawa Timur: KanzunBokk.

Naim, Mirda I. A. (2020). Hubungan Antara Komitmen Karir Dengan Kesejahteraan Subjektif Pada Wanita Yang Bekerja. Skripsi Thesis. Universitas Mercu
Buana Yogyakarta.

Putra, W. (2019). Tiga Mahasiswa Unpad Bunuh Diri, Psikiater Ungkap Penyebabnya. Artikel DetikNews. JawaBarat. Diaskses dari :
https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-4463416/tiga-mahasiswa-unpad-bunuh-diri-psikiater-ungkap-penyebabnya

Santrock, J. W. (2002). Life-span development. Jakarta: Erlangga.

Sarason, I.G., Levine, H.M., Basham, R.B., Sarason, B.R. (1983). Assesing social support : The social support questionnaire. Journal of Personality and Social
Psychology. 44(1). 127-139. DOI:0022-3514/83/4401-0127800.75

Sherbourne, C.D., & Stewart, A.L. (1991). The MOS social support survey. Social science & medicine 32(6), 705-714. doi:10.1016/0277-9536(91)90150-B.

Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT Grasindo.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta,


Cv. www.cvalfabeta.com

Thurber, C.A., Walton, E. (2007). Preventing and Treating Homesick-ness. Pediatrics, 119:843-858.

Veenhoven, R. (1988). The utility of happiness. Social indicators research, 20(4), 333-354

Wijaya, I. P., & Pratitis, N. T. (2012). Efikasi diri akademik, dukungan sosial orang tua dan penyesuaian diri mahasiswa dalam perkuliahan. Jurnal Persona, (1)1,
40-52.

Zimet, G., Dahlem, N., Zimet, S., & Farley, G. (1988). The multidimensional scale of perceived social support. Journal of Personality Assessment, 52, 30-41.
doi:10.1207/s15327752jpa5201_2

Anda mungkin juga menyukai