Anda di halaman 1dari 3

NAMA : LAILY BAROKAH

NIM : K2318040
PENDIDIKAN FISIKA 2018B
Urgensi Pemahaman BK Bagi Mahasiswa Pendidikan Fisika
Bimbingan konseling adalah memandirikan individu atau suatu proses usaha
yang diberikan konselor untuk memfasilitasi/ membantu konseli/individu agar mampu
mengembangkan potensi atau mengatasi masalah. Artinya adalah Proses bimbingan
konseling melibatkan manusia dan kemanusiaanya sebagai totalitas, menyangkut
segenap potensi dan kecenderungannya, perkembangannya, dinamika kehidupannya,
permasalahan permasalahannya, dan interaksi dinamis antara berbagai unsur yang ada.
Dalam penyelenggaraan pendidikan peristiwa bimbingan setiap kali dapat terjadi yaitu
guru membimbing murid-muridnya, baik melalui kegiatan pengajaran maupun non
pengajaran. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dalam membentuk
kepribadian individu tersebut bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan dalam
tecapainya tujuan pendidikan tersebut (Sholikhah, Farhatus, 2013).
Pelajaran Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada
jenjang pendidikan Menengah (SMP/MTS dan SMA/ MA) di Indonesia. Fisika
merupakan bagian dari sains yang mempelajari fenomena dan gejala alam secara
empiris, logis, sistematis dan rasional yang melibatkan proses dan sikap ilmiah. Ketika
belajar fisika, siswa akan dikenalkan tentang produk fisika berupa materi, konsep, asas,
teori, prinsip dan hukum-hukum fisika. Siswa juga akan diajarkan untuk bereksperimen
di dalam laboratorium atau di luar laboratorium sebagai proses ilmiah untuk memahami
berbagai pokok bahasan dalam fisika. Hal yang juga dikembangkan selama
berlangsungnya proses belajar mengajar fisika adalah sikap ilmiah seperti jujur,
obyektif, rasional, skeptis, kritis, dan sebagainya
Sebagai calon guru fisika juga perlu adanya mata kuliah bimbingan konserling
(BK). Guru dalam menjalankan perannya sebagai pembimbing, pendidik, dan pelatih
bagi para peserta didiknya, oleh karena itu dituntut memahami tentang berbagai aspek
perilaku mengenai dirinya maupun perilaku orang – orang yang terkait sehingga dapat
menjalankan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Semakin kedepan tantangan menjadi guru akan semakin komplesks, sehingga
menuntut guru untuk melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian kemampuan
profesionalnya. Guru harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses
pembelajaran peserta didik (Nurul Atieka, 2015)
Di Hong Kong, pekerjaan bimbingan dan konseling di sekolah telah mengalami
banyak perubahan. Dalam panduan resminya “Pekerjaan Bimbingan di Sekolah
Menengah - Panduan yang Disarankan untuk Kepala Sekolah dan Guru”(Susanna, Wai,
2014).
Masih banyak peserta didik yang menganggap mata pelajaran fisika itu sulit
sehingga timbulnya rasa malas. Jadi ada siswa yang dapat menempuh kegiatan
belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun disisi lain tidak
sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan.
Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk
mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis,
sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di
bawah semestinya (Mahrus, Ali, 2013). Dari permasalahan yang dialami siswa, guru
juga perlu dilakukan pendekatan diri kepada anak dengan cara memahami psikologi
atau dengan cara melakukan bimbingan konseling kepada anak tersebut.
Tidak hanya program studi bimbingan konseling saja yang membutuhkan
pemahaman BK, tetapi semua program studi lainnya juga membutuhkan salah satunya
yaitu program studi pendidikan fisika karena semua guru terlibat dalam bimbingan dan
konseling siswa di sekolah hingga tingkat yang berbeda-beda, ada kebutuhan yang pasti
dan penting untuk pelatihan bimbingan dan konseling untuk semua guru. Beberapa guru
pembimbing memang menuntut pelatihan seperti itu untuk semua guru. Mereka bahkan
berpikir ini adalah "persyaratan dasar guru"(Susanna, Wai, 2014). Kita harus mengarah
pada pengembangan manusia seutuhnya termasuk karakter, sikap, fisik dan
keterampilan. Selain itu, siswa kami perlu tahu bagaimana menjadi individu yang
bertanggung jawab dan peduli (Abdellatif, Naouel, 2011).
Urgensinya pemahaman BK bagi pendidikan fisika yaitu hal ini dilakukan
karena kondisi mahasiswa perlu difasilitasi dengan memahami konseling pendidikan,
fungsi dan prinsip konseling. Konseling pendidikan diperlukan bagi peserta didik yang
mengalami problem memilih jurusan, kesulitan belajar, dan problem eksternal atau
lingkungan. Fungsi konseling meliputi fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan,
pengembangan dan pemeliharaan, dan advokasi. Prinsip konseling meliputi sasaran
pelayanan, pelayanan individu, program pelayanan, tujuan dan pelaksanaan pelayanan
(Moh. Rosyid, 2013). Pentingnya BK bagi pendidikan fisika supaya guru dapat
memahami psikologi anak sehingga jika terjadi suatu hambatan guru dapat
mengidentifikasi dengan cepat dan memberikan memotivasi - motivasi kepada anak
tersebut. Dan yang terakhir urgensinya pemahaman BK bagi pendidikan fisika yaitu
dibidang perencanaan masa depan yang menyangkut jabatan yang akan di pangku kelak
di sebut juga bimbingan karir yakni mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan,
dalam memilih lapangan pekerjaan atau jabatan/profesi tertentu serta membekali diri
supaya siap memangku jabatan dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan
dari lapangan pekerjaan yang telah di masuki. Memilih lapangan pekerjaan serta
mempersiapkan diri untuk memangku jabatan yang di pilih perlu memperhitungkan:
nilai-nilai kehidupan, cita-cita masa depan, minat, kemampuan otak, bakat khusus, sifat-
sifat kepribadian, harapan keluarga, prospek masa depan pekerjaan yang di pilih,
tuntutan-tuntutan yang terkandung dalam jabatan/profesi tertentu, pasaran kerja, siap
menghadapi frustrasi karena jabatan yang diidam-idamkan ternyata jauh dari teori
diprogram studi akademik. Jadi dapat membantu mempersiapkan mental di masa yang
akan datang (Sholikhah, Farhatus, 2013).
Daftar Pustaka
Abdellatif, Naouel. “Guidance and Counselling in Algeria : A Clarion Call For A
Restructured Policy in Education”. Journal : Social and Behavioral Sciences 30
( 2011 ) 242 – 246.
Mahrus, Ali. “Mengatasi Kesulitan Belajar melalui Klinik Pembelajaran(Studi Analisis
pada Mata Pelajaran Fisika)”. KOSELING RELIGI: Jurnal Bimbingan
Konseling Islam, Vol. 4, No. 2, (Desember) 2013, hlm. 263-294.
Moh. Rosyid. “Karateristik Konselor Bagi Mahasiswa”. KOSELING RELIGI: Jurnal
Bimbingan Konseling Islam, Vol. 4, No. 2, (Desember) 2013, hlm. 417-441.
Nurul Atieka. “Hubungan Antara Kompetensi Profesional Guru Bimbingan dan
Konseling Dengan Pelaksanaan Layanan Bimbingan Konseling di SMA Negeri
Se-Kota Metro”. Vol. 5, No 1, (Juni) 2015, hlm 29-39.
Sholikhah, Farhatus. “Konsep Bimbingan Konseling (BK) Sekolah Menengah Atas
(SMA) dalam Memberikan Keterampilan Manajemen Diri dan Pencegahan
Korupsi”. KOSELING RELIGI: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, Vol. 4, No.
2, (Desember) 2013, hlm. 239-262.
Susanna, Wai. “The Need for Guidance and Counselling Training for Teachers”.
Journal : Social and Behavioral Sciences 113 ( 2014 ) 36 – 43

Anda mungkin juga menyukai