Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT RABIES

OLEH

ALEXANDER A.M PUTRA


225201800391

YAYASAN ST. LUKAS KEUSKUPAN MAUMERE


AKADEMI KEPERAWATAN ST. ELISABETH
LELA – MAUMERE – FLORES – NTT
2020 / 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rabies adalah infeksi virus akut yang menyerang sistem saraf pusat
(SSP)manusia dan mamalia dengan mortalitas 100%. Penyebabnya adalah
virus rabies yang termasuk genus Lyssa virus, famili Rhabdoviridae,
V i r u s   r a b i e s t e r d a p a t dalam air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini menularkan
infeksi kepada hewanlainnya atu manusia melalui gigitan dan kadang melalui
jilatan. Banyak hewan yang bisa menularkan rabies kepada manusia. Yang paling
sering menjadi sumber dari rabies adalah anjing, hewan lainnya yang juga bisa menjadi
sumber penularan rabies adalah kucing, kelelawar, rakun, sigung, rubah. Penyakit rabies
mempunyai gejala patognomik takut air (hydrophobia) , t a k u t s i n a r m a t a h a r i
(  photophobia), takut suara, dan takut udara (aerophobia). Gejala tersebut disertai dengan
air mata berlebihan (hiperlakrimasi), air liur berlebihan ( hipersalivasi), timbul
kejang bilaada rangsangan, kemudian lumpuh dan terdapat tanda bekas gigitan hewan
penular rabies.
Menurut laporan Departemen Kesehatan Republik Indonesia di Indonesia, kasus gigitan
rabies ke Indonesia mencapai jumlah 20.926 kasus gigitan per tahun pada tahun 2010
yang terlaporkankepada Dinas-Dinas Kesehatan di seluruh Kabupaten di Indonesia.

B. Rumusan masalah
a.    Bagaimanakah yang dimaksud dengan penyakit rabies ?
b.    Apa penyebab dari penyakit rabies ?
c.    Bagamaina gejala klinis dan perjalanan penyakit rabies ?
d.    Bagaimana epidemiologi dari penyakit rabies ?
C. Tujuan penulisan
a.    Untuk mengetahui yang dimaksud dengan penyakit rabies.
b.    Untuk mengetahui penyebab dari penyakit rabies.
c.    Untuk mengetahui gejala klinis dan perjalanan penyakit rabies.
d.    Untuk mengetahui epidemiologi dari penyakit rabies.
e.    Untuk mengetahui penanganan penyakit rabies.
                          
                       
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi
Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit hewan yang disebabkan oleh virus,
bersifat akut serta menyerang susunan saraf pusat. Hewan berdarah panas dan manusia.
Rabies bersifat zoonosis artinya penyakit tersebut dapat menular dari hewan ke manusia
dan menyebabkan kematian pada manusia dengan CFR (Case Fatality Rate) 100%. Virus
rabies dikeluarkan bersama air liur hewan yang terinfeksi da disebarkan melalui luka
gigitan at au jilatan.

B. Etiologi
Virus rabies merupakan virus RNA, termasuk dalam familia Rhabdoviridae,
genus Lyssa. Virus berbentuk peluru atau silindris dengan salah satu ujungnya berbentuk
kerucut dan pada potongan melintang berbentuk bulat atau elip (lonjong). Virus tersusun
dari ribonukleokapsid dibagian tengah, memiliki membrane selubung (amplop) dibagian
luarnya yang pada permukaannya terdapat tonjoloan (spikes) yang jumlahnya lebih dari
500 buah. Pada membran selubung (amplop) terdapat kandungan lemak yang tinggi.
Virus tersusun dari ribonukleokapsid dibagian tengah, memiliki membrane selubung
(amplop) dibagian luarnya yang pada permukaannya terdapat tonjoloan (spikes) yang
jumlahnya lebih dari 500 buah. Pada membran selubung (amplop) terdapat kandungan
lemak yang tinggi. Virus berukuran panjang 180 nm, diameter 75 nm, tonjolan berukuran
9 nm, dan jarak antara spikes 4-5 nm. Virus peka terhadap sinar ultraviolet, zat pelarut
lemak, alkohol 70 %,yodium, fenol dan klorofrom. Virus dapat bertahan hidup selama 1
tahun dalam larutan gliserin 50 %. Pada suhu 600 C virus mati dalam waktu 1 jam dan
dalam penyimpanan kering beku (freezedried) atau pada suhu 40 C dapat tahan selama
bebarapa tahun.
Gambar 2.1. Gambar Struktur Virus Rabies

Ket: Virus rabies dengan bentuk seperti peluru yang dikelilingi oleh paku-paku
glikoprotein. Glikonukleoproteinnya tersusun dari nukleoprotein, phosphorylatedatau
phosphoprotein dan polimerase. Diagram melintang ini menunjukkan lapisankonsentrik
yaitu amplop dengan membrane ganda, protein m dan digulung dalamRNA.

C. Gejala Klinis
1.    Pada Hewan
Gejala klinis pada hewan dibagi menjadi tiga stadium :
a)    Stadium Prodromal
Keadaan ini merupakan tahapan awal gejala klinis yang dapat berlangsung antara
2-3 hari. Pada tahap ini akan terlihat adanya perubahan temperamen yang masih
ringan. Hewan mulai mencari tempat-tempat yang dingin/gelap, menyendiri, reflek
kornea berkurang, pupil melebar dan hewan terlihat acuh terhadap tuannya. Hewan
menjadi sangat perasa, mudah terkejut dan cepat berontak bila ada provokasi. Dalam
keadaan ini perubahan perilaku mulai diikuti oleh kenaikan suhu badan.
b) Stadium Eksitasi
Tahap eksitasi berlangsung lebih lama daripada tahap prodromal, bahkan dapat
berlangsung selama 3-7 hari. Hewan mulai garang, menyerang hewan lain ataupun
manusia yang dijumpai dan hipersalivasi. Dalam keadaan tidak ada provokasi hewan
menjadi murung terkesan lelah dan selalu tampak seperti ketakutan. Hewan
mengalami fotopobi atau takut melihat sinar sehingga bila ada cahaya akan bereaksi
secara berlebihan dan tampak ketakutan.
c) Stadium Paralisis.
Tahap paralisis ini dapat berlangsung secara singkat, sehingga sulit untuk
dikenali atau bahkan tidak terjadi dan langsung berlanjut pada kematian. Hewan
mengalami kesulitan menelan, suara parau, sempoyongan, akhirnya lumpuh dan
mati.
2.    Pada Manusia
Gejala klinis pada manusia dibagi menjadi empat stadium.
a) Stadium Prodromal
Gejala awal yang terjadi sewaktu virus menyerang susunan saraf pusat adalah
perasaan gelisah, demam, malaise, mual, sakit kepala, gatal, merasa seperti terbakar,
kedinginan, kondisi tubuh lemah dan rasa nyeri di tenggorokan selama beberapa hari.
b) Stadium Sensoris
Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka
kemudian disusul dengan gejala cemas dan reaksi yang berlebihan terhadap ransangan
sensoris.
c) Stadium Eksitasi
Tonus otot-otot akan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala berupa
eksitasi atau ketakutan berlebihan, rasa haus, ketakutan terhadap rangsangan cahaya,
tiupan angin atau suara keras. Umumnya selalu merintih sebelum kesadaran hilang.
Penderita menjadi bingung, gelisah, rasa tidak nyaman dan ketidak beraturan.
Kebingungan menjadi semakin hebat dan berkembang menjadi argresif, halusinasi, dan
selalu ketakutan. Tubuh gemetar atau kaku kejang.
d) Stadium Paralis
Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi. Kadangkadang
ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan paresis otot-otot yang
bersifat progresif. Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang yang
memperlihatkan gejala paresis otot-otot pernafasan.

D. Patofisiologi
virus rabies masuk kedalam tubuh melalui luka atau kontak langsung dengan
selaput mukosa dengan rasio gigitan dan cakaran sebasar 50:1. Virus rabies tidak bisa
menemus kulit yang utuh. Virus rabies membelah diri dalam otot atau jaringan ikat pada
tempat inokolasi dan kemudian memasuki saraf tepi pada sambungan neuromuskuler. 
Setelah virus menempel pada reseptor nikotinik asetilkolin lalu virus menyebar secara
sentripetal melalui serabut saraf motorik dan juga serabut saraf sensorik tipe cepat dengan
kecepatan 50 sampai 100mm per hari. Setelah melewati medulla spinalis, virus
bereplikasi pada motor neuron dan ganglion sensoris, akhirnya mencapai otak. Kolkisin
dapat menghambat secara efektif transport akson tipe cepat tersebut. Virus melekat atau
menempel pada dinding sel inang. Virus rabies melekat pada sel melalui duri
glikoproteinnya, reseptor asetilkolin nikotinat dapat bertindak sebagai reseptor seluler
untuk virus rabies. Kemudian secara endositosis virus dimasukkan ke dalam sel inang.
Pada tahap penetrasi virus telah masuk kedalam sel inang dan melakukan penyatuan diri
dengan sel inang yang ditempati, terjadilah transkripsi dan translasi.

                       
                                             
Gambar 2 perjalanan penyakit rabies
   
Genom RNA untai direkam oleh polymerase RNA terkait, varion menjadi lima
sepsis mRNA. Genom ini merupakan cetakan untuk perantara replikatif yang menimbulkan
pembentukan RNA keturunan RNA genomic berhubungan dengan transkriptase virus, fosf
oprotein dan nukleuprotein. Setelah enkapsidasi, partikel berbentuk peluru mendapat
selubung melalui pertusan yang melalui slaput plasma. Protein matriks virus membentuk
lapisa pada sisi dalam seubung. Sementara glikoprotein virus berada pada selaput luar dan
membentuk duri. Setelah bagian-bagian sel lengkap, sel virus tadi menyatuh diri kembali
dan membentuk virus baru yang menginfeksi inang yang lainnya,
kemudian melanjutkan diri bergerak secara sentripetal sebagai sub viral, tanpa
nukleoplasmid menuju jaringan otak. Setelah melewati medulla spinalis virus
akan menginfeksi tegmentum batang otak dan nukleus selebralis batang otak
selanjutanya virus akan menyebar ke sel purkinya selebrum, diencephalon,
basal ganglia dan akhirnya menunju hipokampus terjadi lebih lambat dengan
girus dentatus yang relatif tidak terinfeksi.   Virus rabies tidak bias
menginfeksi sel granuler pada girusdentatus yang sebagian besar mengandung
reseptor AMPA dan Kinate.

           
                                           
     Gambar 3 Replikasi dan siklus infeksi virus
Jika virus telah mencapai otak, maka ia akan memperbanyak diri dan menyebar
kedalam semua bagian neuron, terutama mempunyai predileksi khususterhadap sel-sel
sistim limbik, hipotalamus, dan batang otak. Khusus mengenaisystem limbik
dimana berfungsi erat dengan pengontrolan dan kepekaan emosi. Akibat dari
pengaruh infeksi sel-sel dalam sistem limbic ini, pasien akan mengigit
mangsanya tanpa ada provokasi dari luar. Setelah memperbanyak diri dalam
neuron-neuron sentral virus kemudian bergerak ke perifer dalam serabut
aferen dan pada serabut saraf volunteer maupun otonom. Dengan demikian,
virus dapat menyerang hampir seluruh jaringan dan organ tubuh dan
berkembang biak dalam jaringan seperti kelenjar ludah. Virus rabies
menyebar menuju multiorgan melalui neuron otonom dan sensorik terutama
melibatkan jalur parasimpatis yang bertanggung jawab atas infeksi pada
kelenjar ludah, kulit, jantung, dan organ lain. Replikasi di luar saraf terjadi
pada kelenjar ludah, lemak coklat, dan kornea. Kepekaan terhadap infeksi dan
masa inkubasi bergantung pada latar belakang genetic inang, strain virus yang
terlibat, konsentrasi reseptor virus pada sel inag, jumlah nokulen, beratnya
laserasi, dan jarak yang harus ditempuh virus untuk bergerak dari titik masuk
ke susunan sarf pusat. Gambaran yang paling menonjol dalam infeksi rabies
adalah terdapatnya badan negri yang khas terdapat dalam sitoplasma sel
ganglion besa.

E. Masa Inkubasi

Masa inkubasi pada manusia yang khas adalah 1-2 bulan tetapi bisa 1 minggu
atau selama beberapa tahun (mungkin 6 tahun atau lebih). Biasanya lebih
cepat pada anak-anak dari pada dewasa. Kasus rabies manusia dengan periode inkubasi
yang panjang (2 sampai 7 tahun) telah dilaporkan, tetapi jarang terjadi. Masa inkubasi
tergantung pada umur pasien, latar belakang genetic, status immune, strain virus yang
terlibat, dan jarak yang harus ditempuh virus dari titik pintu. Masuknya ke susunan saraf
pusat. Masa inkubasi tergantung dari lamanya pergerakan virus dari lamanya pergerakan
virus dari luka sampai ke otak, pada gigitan dikaki masa inkubasi kira-kira 60 hari, pada
gigitan ditangan masa inkubasi 40 hari, pada gigitan di kepala masa inkubasi kira-kira 30
hari.
F. Epidemiologi
1.Berdasarkan Orang
Rabies telah menyebabkan kematian pada orang dalam jumlah yang cukup
banyak. Tahun 2000, World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa
setiap tahun di dunia ini terdapat sekurang-kurangnya 50.000 orang meninggal karena
rabies, kepekaan terhadap rabies kelihatannya tidak berkaitan dengan usia, seks atau
ras.
2.Berdasarkan Tempat
Di Amerika Serikat rabies terutama terjadi pada musang, raccoon, serigala dan
kelelawar. Rabies serigala terdapat di Kanada, Alaska dan New York. Kelelawar
penghisap darah (vampir), yang menggigit ternak merupakan bagian penting siklus
rabies di Amerika latin. Eropa mempunyai rabies serigala, di Asia dan Afrika masalah
utamanya adalah anjing gila.
Beberapa daerah di Indonesia yang saat ini masih tertular rabies sebanyak 16 propinsi,
meliputi Pulau Sumatera (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu,
Sumatera Selatan, dan Lampung), Pulau Sulawesi (Gorontalo, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara), Pulau Kalimantan
(Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur) dan Pulau Flores.
Kasus terakhir yang terjadi adalah Propinsi Maluku (Kota Ambon dan Pulau Seram).
3.Berdasarkan Waktu
Rabies bisa terjadi disetiap musim atau iklim.

G. Penanganan
1.Pencegahan
Strategi biaya yang paling efektif untuk mencegah rabies pada orang
adalah dengan menghilangkan rabies pada anjing melalui vaksinasi. Vaksinasi
hewan (kebanyakan anjing) telah mengurangi jumlah manusia (dan hewan)
kasus rabies di beberapa negara, khususnya di Amerika Latin. Namun, kenaikan
terbaru dalam kematian rabies pada manusia di beberapa bagian Afrika, Asia dan
Amerika Latin menunjukkan bahwa rabies adalah ulang muncul sebagai masalah
kesehatan masyarakat yang serius. Mencegah rabies pada manusia melalui
kontrol rabies anjing piaraan adalah tujuan yang realistis bagi sebagian besar
Afrika dan Asia, dan dibenarkan finansial dengan tabungan masa depan
penghentian profilaksis pasca pajanan bagi orang-orang. Kasus zoonosis yaitu
penyakit menular dari hewan ke manusia, cara penanganannya dan
pencegahannya ditujukan pada hewan penularnya. Pada manusia, vaksin rutin
diberikan kepada orang-orang yang pekerja dengan resiko tinggi, seperti dokter
hewan, pawang binatang, peneliti khusus hewan dan lainnya.
2. Pengobatan
Pada hewan tidak ada pengobatan yang efektif, sehingga apabila hasil
diagnosa positif rabies, diindikasikan mati/euthanasia. Sedangkan pada manusia
dapat dilakukan pengobatan Pasteur, pemberian VAR dan SAR sesuai dengan
prosedur standar operasi (SOP)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat kita simpulkan bahwa penyakit Rabies disebabkan oleh virus rabi.
Biasanya yang lebih rentan terkena remaja dan anak-anak yang tinggal di daerah dimana
anjing lebih banyak dari pada penghuni desa tersebut. Rabies adalah penyakit zoonosis
(penyakit yang ditularkan ke manusia dari hewan) yang disebabkan oleh virus. Penyakit
ini menginfeksi hewan domestik dan liar, yang menyebar ke orang melalui kontak dekat
dengan air liur yang terinfeksi melalui gigitan atau cakaran.
Gejala rabies pada manusia biasanya diawali dengan demam, nyeri kepala, sulit
menelan, hipersalivasi, takut air, peka terhadap rangsangan angin dan suara, kemudian
diakhiri dengan kematian. Biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah
terinfeksi.
B. Saran
Untuk mencegah penyakit ini dapat kita lakukan vaksinasi terhadap hewan-hewan
seperti Anjing, Monyet, Kucing, Musang dll. Dan apabila tergigit oleh hewan tersebut
maka kita harus cepat tanggap untuk menetralisir virus tersebut.

Anda mungkin juga menyukai