Anda di halaman 1dari 5

CONTINUING MEDICAL EDUCATION

CONTINUING
CONTINUING MEDICAL
MEDICAL EDUCATION
EDUCATION

Akreditasi PB IDI4 SKP

Patogenesis Rabies Aspek Neurotransmiter


Yuliana Monika Imelda,* A. A. Raka Sudewi**
*Residen, **Staf Pengajar, Bagian Neurologi, Universitas Udayana,
Denpasar, Bali, Indonesia

ABSTRAK
Rabies merupakan penyakit virus yang menyebabkan peradangan otak akut pada manusia dan hewan berdarah panas lain. Penyebaran
penyakit rabies biasanya melalui gigitan atau goresan yang mengandung air liur hewan terinfeksi virus rabies. Virus rabies akan menuju ke
susunan saraf pusat (SSP) dan akan menyebar secara sentrifugal dari SSP ke berbagai organ, termasuk kelenjar ludah. Ada tiga reseptor virus
rabies, yaitu reseptor nikotinat asetilkolin (NAChR), reseptor molekul adhesi sel neural, dan reseptor neurotropin P75 low-affinity. Asetilkolin,
serotonin, dan gamma amino butyric acid (GABA) merupakan neurotransmiter yang mempengaruhi terjadinya disfungsi saraf pada penyakit
rabies.

Kata kunci: Rabies, infeksi SSP, neurotransmiter

ABSTRACT
Rabies is a viral disease that causes acute inflammation of the brain in human and warm-blooded animal. The spread of rabies is through
bites or scratches containing saliva of an infected animal. Rabies virus will go to the central nervous system (CNS) and will spread centrifugally
from CNS to various organs, including salivary glands. Three rabies virus receptors are nicotinic acethylcholine receptor, neural cell adhesion
molecule receptors and low-affinity receptor neurotropin P75. Acetylcholine, serotonin and GABA are neurotransmitters that play a role in
neuronal dysfunction in rabies. Yuliana Monika Imelda, AA. Raka Sudewi. Pathogenesis of Rabies : Role of Neurotransmitters.

Keywords: Rabies, CNS infection, neurotransmitter

PENDAHULUAN di daerah Bali Selatan dengan sumber (RNP) di bagian tengah dan diselubungi
Rabies tersebar luas di seluruh dunia, di- penularan anjing, hewan peliharaan yang envelope pada bagian luar. RNP dibentuk oleh
perkirakan lebih dari 55.000 orang meninggal sangat erat hubungannya dengan manusia.6 nukleoprotein dan dihubungkan dengan
tiap tahunnya akibat rabies, sekitar 99% fosfoprotein dan polimerase (L-protein),
kematian terjadi di negara berkembang, Penyakit rabies disebabkan oleh virus rabies sedangkan glikoprotein membentuk ge-
terutama di benua Asia dan Afrika.4,5 Menurut yang termasuk grup V negative-stranded lombang spike (paku) di daerah per-
data WHO lebih dari 30.000 orang di Asia Ribonucleic Acid (RNA) genome, ordo Mono- mukaan luar (envelope / membrane) virus
meninggal dunia setiap tahun karena rabies, negalovirales, famili Rhabdoviridae, genus dengan panjang 10 nm. Envelope dan RNP
sekitar 15% terjadi pada anak-anak di bawah Lyssavirus, spesies rabies virus. Virus rabies dihubungkan dengan matriks protein (M).
umur 15 tahun. Kejadian rabies di Indonesia berbentuk seperti peluru dengan diameter Nukleoprotein (N) virus memainkan peranan
sudah dikenal sejak tahun 1889; meskipun 75 nm X 180 nm, dapat dibagi menjadi unit penting dalam replikasi dan transkripsi.
sudah lebih dari satu abad, rabies di Indonesia struktural dan unit fungsional. Selubung virus Transkripsi virus dan replikasi virus akan ber-
masih sulit dihilangkan, penyakit ini makin dan intinya terbentuk dari ribonucleocapside. kurang jika nukleoprotein tidak terfosforilasi.1,2
menyebar luas dan meningkat kejadiannya Lima gen monosistronik berhubungan
dari tahun ke tahun, bahkan sekarang telah dengan lima protein virus, yaitu (1) kode gen Virus rabies temasuk jenis virus neurotropik
bersifat endemis di beberapa wilayah di N, (2) gen P, (3) gen M, (4) gen G, dan (5) gen yang dapat menginfeksi mamalia (hewan dan
Indonesia, seperti Sumatera, Jawa Barat, L.1 manusia) dan menyebabkan ensefalomielitis
Kalimantan, Sulawesi, dan Flores (Depkes, yang selalu fatal. Penularan ke manusia
2007). Kasus pertama rabies di Bali dilaporkan Pada umumnya rhabdoviridae terdiri dari dua melalui gigitan anjing, kucing, kera, dan
pada bulan November 2008, lokasi kejadian komponen dasar, yaitu ribonucleoprotein kelelawar yang mengandung virus rabies;

Alamat korespondensi email: imeldaoraadja@yahoo.co.id

CDK-225/ vol. 42 no. 2, th. 2015 87


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

94%-98% kematian akibat rabies pada saraf tepi, virus menyebar dengan jalan fast Horseradish Peroxidase (HRP). Kelenjar ludah
manusia disebabkan oleh gigitan anjing.3 axonal transport, kemudian memperbanyak mendapatkan persarafan parasimpatis
diri secara masif pada membran sel saraf. nervus fasialis melalui ganglion sub-
Setelah inokulasi, virus bereplikasi di Studi dengan kultur ganglia basalis tikus mandibular dan nervus glosofaringeal
jaringan otot lurik atau jaringan ikat tempat menunjukkan terjadinya anterograde fast melalui ganglion optikum, sedangkan
inokulasi, memasuki saraf perifer melalui axonal transport dengan kecepatan 100 400 persarafan simpatisnya melalui ganglion
neuromuscular junction (NMJ), kemudian mm/hari. Penyebaran dari neuron ke neuron servikal superior. Antigen virus rabies di-
menyebar ke sistem saraf pusat (SSP) di lain terjadi secara transinaptik. Tampaknya temukan pada bagian apeks sel muskulus
endoneurium sel-sel schwann, sehingga komponen glikoprotein virus memegang asinar dengan konsentrasi titer virus di
neuron yang terinfeksi virus menunjukkan peran penting dalam penyebaran antar kelenjar ludah lebih tinggi dari di SSP.7
kelainan struktural.4,5 neuron.7,8
Di samping penyebaran ke kelenjar ludah,
Masa inkubasi biasanya 20 sampai 90 Virus rabies memiliki daerah predileksi, infeksi terjadi pada lapisan ganglion retina
hari, kadang-kadang lebih dari 1 tahun. terutama pada sel-sel sistem limbik, dan epitel kornea yang dipersarafi oleh saraf
Perkembangan penyakit secara klinis me- hipotalamus, dan batang otak. Proses infeksi sensoris nervus trigeminalis. Deteksi antigen
nunjukkan bukti adanya infeksi jaringan otot juga terjadi di serebelum, medula spinalis, virus rabies dengan apusan kornea telah
ekstrafusal dan juga pada fibrosit di lokasi dan korteks serebri. Tanda patognomonik digunakan sebagai tes diagnostik penderita
inokulasi. Adanya infeksi di jaringan otot adanya virus rabies berupa negri body, rabies, dan transmisi virus rabies dari manusia
secara patogenetik merupakan jalur penting terutama di sel purkinje serebelum, juga ke manusia dapat terjadi melalui transplantasi
bagi virus rabies untuk menginfeksi sistem ditemukan di sel piramidal, hipokampus kornea. Pada biopsi kulit juga ditemukan
saraf perifer di mana virus rabies mengikat (Ammons horn), basal ganglia, dan nuklei nervi adanya infeksi pada ujung akhir saraf
reseptor nikotinik asetilkolin pada NMJ.4,5 kraniales. Meskipun perubahan patologis sensoris rambut, dan ini merupakan salah
akibat infeksi virus rabies sangat minimal, satu metode diagnostik yang baik untuk
PATOGENESIS RABIES namun infeksi virus ini telah menimbulkan tes konfirmasi rabies antemortem pada
Virus rabies adalah virus neurotropik yang disfungsi sistem saraf yang berat. Disfungsi manusia.7
menyebar di sepanjang jalur saraf dan sistem saraf terjadi akibat abnormalitas fungsi
menyerang SSP, menyebabkan infeksi akut. neurotransmiter serotonin, opiat, gamma Penyebaran virus secara sentripetal
Mekanisme penularan paling umum adalah amino butyric acid (GABA), dan asetilkolin. menyerang saraf yang melibatkan organ
melalui inokulasi perifer virus setelah gigitan Studi lain menunjukkan adanya keterlibatan ekstraneural, seperti kelenjar adrenal, ganglia
hewan yang terinfeksi rabies. Selanjutnya, N-Methil-D-Aspartate (NMDA) dalam proses kardiak, dan pleksus pada saluran cerna,
terjadi replikasi di jaringan perifer, sehingga kerusakan saraf. NMDA merupakan suatu kelenjar saliva, hati, dan pankreas. Infeksi
virus tersebar di sepanjang saraf perifer dan asam amino eksitatorik yang bersifat neuro- virus juga melibatkan sel yang bukan saraf,
medula spinalis menuju ke otak, kemudian toksik.7,8 seperti sel asini kelenjar ludah, epitel lidah,
terjadi diseminasi dalam SSP dan virus otot jantung, otot skeletal, dan folikel rambut.
menyebar secara sentrifugal dari SSP menuju Perjalanan Virus Rabies Secara Beberapa laporan kasus menemukan adanya
ke berbagai organ, termasuk kelenjar ludah.7 Sentripetal Menuju ke SSP miokarditis pada penderita rabies.7,8
Replikasi virus secara lokal terjadi pada sel-
Perantara Masuknya Reseptor ke Saraf sel otot di sekitar lokasi gigitan, sehingga Reseptor Virus Rabies
Perifer terjadi peningkatan jumlah virus. Virus Reseptor virus rabies memiliki peran dalam
Reseptor nikotinik asetilkolin (nAChR) adalah memasuki saraf tepi melalui NMJ dengan fungsi sel normal dan reseptor ini yang dirusak
reseptor pertama yang mengidentifikasi berikatan pada reseptor asetilkolin nikotinik. oleh virus untuk dapat masuk ke sel. Ada tiga
adanya virus rabies. Antigen virus rabies Ikatan ini menyebabkan konsentrasi virus reseptor virus rabies, yaitu:9
telah terdeteksi di lokasi inokulasi bertepatan tinggi di daerah post-sinaptik, sehingga 1. Reseptor nikotinat asetilkolin (NAChR)
dengan reseptor nAChR di myotube embrio memudahkan virus masuk ke saraf tepi. NAChR adalah reseptor virus rabies pertama
ayam yang terinfeksi, juga tak lama setelah Kemudian virus menyebar ke SSP secara yang diidentifikasi, dan reseptor ini dianggap
studi perendaman diafragma tikus dalam sentripetal melalui akson-akson saraf dengan penting untuk dapat akses ke SSP sepanjang
suspensi virus rabies. Dari studi tersebut cara retrograde fast axonal transport dengan saraf perifer bagi penyebaran virus dari NMJ
terbukti bahwa distribusi antigen virus kecepatan 50 100 mm/hari.7,8 di perifer. Pengikatan virus rabies pada NAChR
terdeteksi oleh pewarnaan antibodi di lokasi dalam otak dapat menyebabkan disfungsi
NMJ yang berhubungan dengan penyebaran Penyebaran Virus Rabies Secara saraf.9
reseptor nAChR.7 Sentrifugal dari SSP
Penyebaran virus rabies dari SSP ke perifer 2. Reseptor molekul adhesi sel neural
Perjalanan Virus Rabies di SSP terjadi secara sentrifugal melalui serabut Semua sel yang rentan terhadap infeksi virus
Apabila virus rabies telah mencapai SSP, saraf aferen volunter ataupun saraf otonom. rabies tampaknya mengandung reseptor
penyebaran virus akan sangat cepat sesuai Infeksi kelenjar ludah sangat penting dalam molekul adhesi sel neural (NCAM), yang
jalur neuroanatomi. Sama halnya dengan di penyebaran infeksi melalui air liur oleh merupakan glikoprotein sel adhesi dari

88 CDK-225/ vol. 42 no. 2, th. 2015


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

superfamili imunoglobulin pada permukaan dalam ganglia basalis, neuron motorik korteks serebri atau hipokampus tak berbeda
sel. Infeksi virus rabies akan terhambat jika yang menginervasi otot rangka, neuron signifikan pada tikus yang terinfeksi maupun
reseptor NCAM diblokir dengan heparin preganglion sistem saraf otonom, neuron pada kontrol. Penemuan ini meragukan
sulfat, yang merupakan ikatan fisiologis postganglion sistem saraf parasimpatik, hipotesis adanya pengikatan virus rabies pada
alami, dan antibodi poliklonal atau dan oleh beberapa neuron postganglion reseptor asetilkolin di otak. Hal ini mungkin
monoklonal diarahkan terhadap reseptor sistem saraf simpatik. Asetilkolin mempunyai karena adanya perbedaan spesies dan jalur
NCAM. Selanjutnya, NCAM akan menetralkan efek eksitasi, namun telah diketahui pula inokulasi (perifer/intraserebral) antara mencit
infeksi virus rabies. Hal ini menunjukkan mempunyai efek inhibisi pada beberapa dan tikus, sehingga didapatkan perbedaan
bahwa keberadaan reseptor pada partikel ujung saraf parasimpatis perifer, misalnya hasil antara dua penelitian tersebut.
virus dalam mengikat reseptor virus rabies inhibisi jantung oleh nervus vagus. Serotonin
pada sel target dapat dicegah.9 disekresi oleh nukleus yang berasal dari Penurunan pengikatan terbesar ditemukan
nukleus raphe di medial batang otak dan dalam hipokampus, dan diamati di korteks
3. Reseptor neurotropin P75 low-affinity berproyeksi di sebagian besar daerah otak, serebral dan di nukleus kaudatus. Pada anjing
Reseptor neurotropin (NTR) P75 adalah khususnya yang menuju radiks dorsalis yang terinfeksi virus rabies, secara alami
reseptor untuk virus rabies pada tingkat lanjut. medula spinalis dan menuju hipotalamus. pengikatan spesifik 3H-QNB berkurang pada
NTR P75 tidak ditemukan pada NMJ, namun Serotonin bekerja sebagai penghambat jaras hipokampus sebanyak 35% dan pada batang
ditemukan terutama pada kornu dorsalis nyeri dalam medula spinalis, dan bekerja otak sebanyak 27%, tetapi tidak ditemukan
medula spinalis, hal ini menunjukkan bahwa pada sistem saraf yang tingkatnya lebih penurunan pada daerah otak lainnya di-
reseptor tersebut bisa terlibat dalam jalur tinggi, diduga untuk membantu pengaturan bandingkan dengan anjing kontrol yang tidak
sensorik virus rabies.9 kehendak bahkan mungkin juga berperan terinfeksi. Hasilnya sama pada bentuk rabies
dalam siklus tidur. GABA disekresikan oleh paralitik dan rabies galak.9
Peranan Neurotransmiter ujung saraf dalam medula spinalis, serebelum,
Lebih dari 50 substansi kimia telah dibukti- ganglia basalis, dan sebagian besar korteks. 2. Serotonin
kan atau dinyatakan berfungsi sebagai GABA dianggap dapat menyebabkan Kerusakan neurotransmiter melibatkan neu-
transmiter sinaptik, di antaranya asetilkolin, inhibisi.10 rotransmiter lain yang mungkin berperan
norepinerfin, dopamin, serotonin, histamin, penting dalam patogenesis rabies, sehingga
GABA, glisin, glutamat, aspartat, nitrat oksida Infeksi neuron yang disebabkan virus peran serotonin dalam infeksi rabies turut
(NO). Molekul kecil, yaitu transmiter bekerja rabies, menyebabkan abnormalitas fungsi diperiksa. Serotonin memiliki distribusi yang
cepat, merupakan salah satu neurotransmiter neurotransmiterneurotransmiter tersebut luas di otak dan penting dalam pengendalian
yang menyebabkan respons cepat sistem di atas. siklus bangun tidur, persepsi nyeri, memori,
saraf, seperti penjalaran sinyal sensorik ke otak dan berbagai perilaku. Perubahan tahap tidur
dan sinyal motorik kembali ke otot. Sebaliknya, 1. Asetilkolin telah diamati dalam penyakit rabies dengan
neuropeptida biasanya bekerja lebih lambat, Sebuah hipotesis mengatakan bahwa percobaan pada tikus. Rantai yang mengikat
seperti perubahan jangka panjang jumlah penurunan neurotransmisi kolinergik reseptor serotonin, yaitu 5- hydroxytrytamine
reseptor, pembukaan atau penutupan jangka mungkin menjadi dasar disfungsi neuronal receptor (5-HT) dipelajari dalam CVS strain
panjang saluran ion tertentu, dan bahkan pada rabies. Hal ini diselidiki melalui otak tikus; pengikatan reseptor 5-HT1 (sub
mungkin perubahan jangka panjang jumlah pengikatan spesifik reseptor kolinergik tipe dari 5-HT) menggunakan [3H] 5-HT
sinaps atau ukuran sinaps. Pada sebagian terhadap reseptor asetilkolin muskarinik tidak terpengaruh dalam hipokampus,
besar kasus, transmiter jenis molekul kecil pada challenge virus standard (CVS) strain tetapi ada penurunan tajam B-max dalam
disintesis dalam sitosol di ujung presinaptik, perifer dari otak tikus yang terinfeksi. korteks serebral selama 5 hari setelah
kemudian diabsorbsi melalui transpor aktif Antagonis 3H berlabel Quinuclidinyl Benzylate inokulasi CVS strain ke dalam otot maseter.
ke transmiter di ujung sinaps. Selanjutnya, (QNB) digunakan untuk mengetahui defek Dengan adanya obat yang masuk 5-HT1A,
transmiter tersebut akan masuk ke dalam neurotransmisi itu. Pengikatan 3H label QNB 5-HT1B, dan reseptor 5-HT, pengikatan [3H]
celah sinaptik dalam waktu kurang dari terhadap AChRs menurun secara bermakna 5-HT terhadap reseptor berkurang 50%
beberapa milidetik. Efek yang paling sering setelah 120 jam, 1020 jam sebelum kematian di korteks serebral selama 3 hari setelah
berupa aktivasi reseptor protein yang terjadi. Penurunan ikatan AchRs terhadap QNB inokulasi, sedangkan ikatan rantai spesifik
meningkatkan atau menurunkan hantaran ini terbesar ditemukan di hipokampus, serta untuk 5 -HT1A dan reseptor 5-HT1B tidak
melalui saluran ion.10 ditemukan dalam jumlah kecil di korteks dan terpengaruh. Hasil ini menunjukkan bahwa
nukleus kaudatus. infeksi virus rabies mempengaruhi reseptor
Beberapa neurotransmiter yang mem- 5-HT lainnya di korteks serebral. Selanjutnya,
pengaruhi terjadinya disfungsi saraf pada Sebaliknya, aktivitas enzimatik kolin asetat berkurangnya ikatan ditunjukkan sebelum
penyakit rabies di antaranya asetilkolin, transferase dan asetilkolin esterase serupa antigen virus rabies terdeteksi di korteks
serotonin, dan GABA. Asetilkolin disekresi dari antara mencit yang terinfeksi CVS strain serebral, hal tersebut menunjukkan efek
neuron-neuron yang terdapat di sebagian dengan kontrol pada daerah korteks serebri virus rabies pada pengikatan reseptor tidak
besar daerah otak, khususnya oleh sel sel dan hipokampus, pengikatan QNB pada mungkin karena salah satu efek langsung
piramid di korteks motorik, beberapa neuron reseptor asetilkolin muskarinik daerah atau tidak langsung replikasi virus dalam

CDK-225/ vol. 42 no. 2, th. 2015 89


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

neuron kortikal. Ada proyeksi serotonergik neuron otak sangat penting dalam perjalanan sel T-limfosit pada manusia di mana terjadi
yang penting dari nukleus raphe dorsalis di infeksi virus rabies.1,9 proses kematian sel yang bersamaan dengan
batang otak ke korteks serebral dan telah ekspresi glikoprotein virus.7,10
diketahui adanya infeksi awal nukleus raphe Kanal Ion
di mesensefalon pada penelitian rabies Kerusakan neurotransmisi bukanlah satu- Guigoni dan Coulon (2002) mengamati
pada tupai. Berkurangnya pengikatan pada satunya penjelasan potensial gangguan bahwa CVS strain yang menginfeksi sel
reseptor serotonin 5-HT mungkin adalah efek fungsional neuron pada rabies. Infeksi virus motor neuron medula spinalis tikus tidak
tidak langsung infeksi di daerah non-kortikal juga memiliki efek penting pada kanal menyebabkan apoptosis selama 7 hari,
dengan mekanisme yang tidak diketahui atau ion neuron.7 Infeksi mengurangi ekspresi sementara neuron hipokampal yang ter-
bagian dari respons fisiologis terhadap stres fungsional tegangan kanal natrium dan kalium; infeksi virus rabies menunjukkan apoptosis
oleh infeksi. Dari penelitian di atas, diduga terjadi penurunan potensial membran sel saat pada lebih dari 90% neuron dalam 3 hari.
gangguan serotonin memainkan peranan istirahat yang mencerminkan depolarisasi Hal ini menunjukkan bahwa jenis sel saraf
penting disfungsi saraf dalam rabies.9 membran. Tidak ada perubahan kanal kalium berbeda memberikan respons yang berbeda
menunjukkan tidak terjadi disfungsi non- terhadap infeksi virus rabies.7-9
3. Asam -Amino-butirat selektif kanal ion. Penurunan jumlah kanal
Penurunan pembentukan dan pengikatan natrium dan kalium dapat mencegah neuron Apoptosis ditimbulkan lewat serangkaian
GABA ditemukan pada SSP tikus yang terinfeksi untuk melepaskan potensial kejadian molekuler yang berawal dengan
terinfeksi virus rabies, terutama pada neuron aksi dan menghasilkan potensial sinaptik, cara berbeda, tetapi pada akhirnya
kortikal primer, penurunan terjadi sekitar sehingga terjadi gangguan fungsional.7 berpuncak pada aktivasi enzim kaspase.
45% yang ditemukan 3 hari setelah infeksi, Proses apoptosis terdiri dari fase inisiasi
bertepatan dengan waktu pertumbuhan Apoptosis (kaspase menjadi aktif ) dan fase eksekusi.
virus. Didapatkan peningkatan pengikatan Apoptosis adalah mekanisme kematian sel Inisiasi apoptosis terjadi melalui dua jalur
GABA pada 98 tikus yang terinfeksi virus terprogram yang terjadi ketika sebuah sel yang berbeda, tetapi nantinya akan menyatu
rabies dibandingkan dengan kontrol. Akan mengaktifkan program bunuh-diri internal (konvergen), yaitu jalur ekstrinsik atau yang
tetapi, kelainan penyerapan dan pelepasan yang diatur ketat. Fungsi apoptosis adalah dimulai dari reseptor dan jalur intrinsik atau
GABA dalam patogenesis rabies in vivo belum untuk menghilangkan secara selektif sel tidak jalur mitokondria.11
ditentukan.9 dikehendaki, dengan seminimal mungkin
mengganggu sel di sekitar dan dalam tubuh Faktor apoptosis dari molekul proapoptotik
Perubahan Elektrofisiologi hospes. Membran plasma sel tetap utuh yang ditunjukkan pada infeksi akan
Gambaran elektroensefalografi (EEG) pada tetapi strukturnya berubah, sehingga sel diregulasi dan ditranslokasi dari sitoplasma
tikus yang terinfeksi virus rabies menunjuk- yang mengalami apoptosis tersebut menjadi ke nukleolus, tempat terjadi pengikatan
kan bahwa terdapat perubahan pada awal sasaran fagositosis. Sel yang mati dengan DNA dan menyebabkan terprovokasinya
tahapan tidur, berupa hilangnya fase rapid- cepat dibersihkan sebelum isinya merembes kondensasi kromatin, menunjukkan aktivasi
eye-movement (REM) dan berkembangnya keluar, sehingga kematian sel lewat lintasan jalur independen. Pada tikus dewasa yang
pseudoperiodic myoclonus yang selanjutnya ini tidak akan memicu reaksi inflamasi terinfeksi CVS intraserebral, perubahan
terjadi perlambatan secara umum pada EEG dalam tubuh hospes. Jadi, apoptosis secara morfologis yang terkait dengan apoptosis
(2-4 siklus per detik) dan berakibat fatal berupa fundamental berbeda dengan nekrosis, yang diamati pada neuron, terutama pada
hilangnya aktivitas di daerah hipokampus ditandai oleh hilangnya integritas membran, neuron piramidal di hipokampus, korteks
dengan aktivitas di daerah kortikal. Pada rabies, pencernaan enzimatik sel, dan kerap kali oleh serebri, dan pada pewarnaan terminal
aktivitas listrik otak berhenti sekitar 30 menit reaksi hospes.11 deoxynucleotidyl transferase-mediated dUTP
sebelum serangan jantung, menunjukkan Nick End Labeling (TUNEL) positif di daerah
bahwa dalam penelitian rabies, kematian Apoptosis sendiri berkaitan dengan yang sama. Penelitian lain menunjukkan
otak terjadi sebelum terjadi kegagalan fungsi endonuklease yang berperan dalam proses bahwa neuron yang terinfeksi benar-benar
vegetatif. Tikus yang terinfeksi virus rabies pembelahan kromatin Deoxyribonucleic Acid mengalami apoptosis. Namun, tidak semua
menunjukkan hilangnya semua tahapan tidur (DNA). Apoptosis sel mungkin memainkan neuron yang terinfeksi,misalnya sel purkinje,
seiring bertambahnya durasi tahapan bangun peran penting dalam patogenesis berbagai menunjukkan gambaran morfologi apoptosis
(menunjukkan insomnia) dan perubahan infeksi virus, termasuk proses apoptosis atau pewarnaan TUNEL positif .7-9
ini terjadi sebelum berkembangnya tanda- RNA dan DNA virus yang terjadi pada SSP
tanda klinis rabies. Kelainan EEG pada tikus manusia dan hewan coba yang terinfeksi Peran respons imun adaptif dalam apoptosis
yang terinfeksi virus rabies berlangsung virus rabies. Kematian sel melalui proses neuronal dengan inokulasi intraserebral
pada fase preagonal penyakit, di mana apoptosis ditemukan pada kultur sel dan dievaluasi dengan membandingkan infeksi
terjadi perubahan patologis yang ditandai neuron tikus yang terinfeksi strain virus rabies. pada tikus dewasa (defisit Sel T) dengan
oleh ditemukannya neuron yang terinfeksi Penelitian in vitro juga menunjukkan bahwa recombination activating gen 1 (RAG 1) pada
virus rabies di sepanjang proses infeksi virus Evelyn Rokitnicki Abelseth (ERA) strain virus tikus yang direkayasa genetik, sehingga
rabies, hal ini sesuai dengan penelitian yang rabies tetap bereplikasi dan menginduksi terjadi imunodefisiensi (defisit sel T dan
dilakukan bahwa gangguan fungsional proses apoptosis pada limfosit tikus dan sel B). Kedua strain tikus imunodefisiensi

90 CDK-225/ vol. 42 no. 2, th. 2015


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

menunjukkan manifestasi klinis sangat mirip atau ditandai dengan penurunan regulasi virus dari NMJ di perifer, reseptor NCAM
dan temuan neuropatologi berupa proses RNA seluler dan sintesis protein yang akan yang merupakan glikoprotein sel adhesi dari
apoptosis neuronal menunjukkan bahwa menjelaskan disfungsi saraf tanpa perubahan superfamili imunoglobulin pada permukaan
respons imun adaptif tidak mungkin ber- morfologi utama.7,8 sel, dan reseptor NTR P75 yang dapat terlibat
peran dalam apoptosis neuronal.7-9 dalam jalur sensorik virus rabies.
SIMPULAN
RNA Seluler dan Sintesis Protein Rabies merupakan penyakit yang disebab- Asetilkolin, serotonin, dan GABA merupakan
Penelitian in vitro menunjukkan bahwa virus kan oleh virus neurotropik yang dapat neurotransmiter yang mempengaruhi ter-
rabies memiliki sedikit atau tidak memiliki menginfeksi mamalia (hewan dan manusia) jadinya disfungsi saraf pada penyakit rabies;
efek penghambatan pada RNA seluler dan dan menyebabkan ensefalomielitis yang asetilkolin mempunyai efek eksitasi, namun
sintesis protein. Namun, suatu penelitian in selalu fatal. Penularan ke manusia melalui juga telah diketahui mempunyai efek inhibisi
vivo menggunakan tikus terinfeksi virus rabies gigitan anjing, kucing, kera, dan kelelawar pada beberapa ujung saraf parasimpatis
menunjukkan ada pengurangan progresivitas yang mengandung virus rabies, insiden perifer. Serotonin diketahui bekerja sebagai
ekspresi gen pada tikus tidak diinduksi yang kematian terbesar pada manusia disebabkan penghambat jaras nyeri dalam medula
mengkodekan dehidrogenase gliseraldehida- gigitan anjing. Mekanisme penularan paling spinalis, dan bekerja pada sistem saraf yang
3-fosfat dan gen yang mengkodekan respons umum adalah melalui inokulasi perifer virus lebih tinggi, diduga untuk membantu
proenkephalin, hal ini terjadi mungkin karena setelah gigitan hewan yang terinfeksi rabies. pengaturan kehendak bahkan mungkin
penekanan sintesis protein seluler secara Selanjutnya, terjadi replikasi di jaringan perifer, juga berperan dalam siklus tidur, sedangkan
luas yang terkait dengan sintesis mRNA virus sehingga virus tersebar di sepanjang saraf GABA disekresikan oleh ujung saraf dalam
rabies. Dalam hubungannya dengan induksi perifer dan medula spinalis menuju ke otak, medula spinalis, serebelum, ganglia basalis,
gen secara langsung pada awal respons kemudian terjadi diseminasi dalam SSP dan dan sebagian besar korteks. Infeksi neuron
growth response gene-1 (Erg-1), JunB, dan virus menyebar secara sentrifugal dari SSP yang disebabkan virus rabies menyebabkan
C-los di hipokampus dan korteks serebral, menuju ke berbagai organ, termasuk kelenjar abnormalitas fungsi ketiga neurotransmiter
ada penempatan ulang ekspresi gen dengan ludah. tersebut.
ekspresi mRNA virus. Dalam penelitian lain,
infeksi CVS-N2C mengakibatkan penurunan Reseptor virus rabies memiliki peran dalam Apoptosis sel mungkin memainkan peranan
regulasi, sekitar 90% gen otak normal lebih fungsi sel normal dan reseptor ini yang penting dalam patogenesis berbagai infeksi
rendah empat kali lipat pada tikus yang dirusak oleh virus untuk dapat masuk ke sel. virus, termasuk proses apoptosis RNA dan
menjalani hibridisasi. Hanya sekitar 1,4% Ada tiga reseptor virus rabies, yaitu reseptor DNA virus pada SSP manusia dan hewan
gen diregulasi, termasuk gen yang terlibat NAChR yang merupakan reseptor virus percobaan yang terinfeksi virus rabies, jenis
dalam regulasi metabolisme sel, sintesis rabies pertama yang diidentifikasi dan di- sel saraf yang berbeda ditemukan mem-
protein, pertumbuhan, dan diferensiasi. Tidak anggap penting untuk mendapat akses ke berikan respons yang berbeda terhadap
diketahui apakah penyakit rabies mengalami SSP sepanjang saraf perifer bagi penyebaran infeksi virus rabies.

DAFTAR PUSTAKA
1. Hemachudha T, Wacharapluesadee S, Laothamatas J, Wilde H. Rabies and pathogenesis of rabies. Infect Dis J Pakistan 2007; 69-74.
2. Kienzle T. Deadly disease and epidemics rabies. New York: Chelsea House Publishing; 2007.
3. Wunner W. Rabies virus : Rabies. 2nd ed. Elsevier Inc. 2007. p.23-68.
4. Knobel D, Cleaveland S, Coleman P, Fevre E, Meltzer M, Miranda M. Re-evaluating the burden of rabies in Africa and Asia. Bull WHO 2005;83:360-8.
5. Childs J, Real L. Epidemiology. In: Jackson A., Wunner W, eds. Rabies. 2nd ed. Elsevier Inc. 2007. p.123-258.
6. World Health Organization. Current WHO guide for rabies pre and post exposure prophylasis in human. 2009.
7. Jackson AC. Human Disease. In: Jackson A, Wunner W, eds. Rabies. 2nd ed. Elsevier Inc. 2007. p.309-409.
8. Warell M, Warell D. Rabies and other lyssavirus disease. Lance 2004;363:959-69.
9. Jackson AC. Rabies: Scientific basis of the disease and its management. Elsevier Inc. British. 3rd ed. 2013. p.326-8.
10. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 1997. p.712-3.
11. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Robbins and cotran pathologic basis of disease. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2005. p.26-30.

CDK-225/ vol. 42 no. 2, th. 2015 91

Anda mungkin juga menyukai