Anda di halaman 1dari 2

1.

Patogenesis
Rabies disebabkan oleh virus rabies yang termasuk dalam genus Lyssa-virus,
family Rhabdoviridae dan menginfeksi manusia melalui sekret terinfeksi pada gigitan
binatang. Virus rabies termasuk golongan virus RNA. Virus berbentuk peluru dengan
ukuran 180 x 75 nm, single stranded RNA, terdiri dari kombnasi nukleo-protein yang
berbentuk koil heliks yang tersusun dari fosfoprotein dan polimerasi RNA. Selubung
virus terdiri dari lipid, protein matriks, dan glikoprotein.
Infeksi biasanya terjadi melalui kontak dengan binatang seprti anjing, kucing,
kera, serigala, kelelawar. Hewan-hewan tersebut menularkan ke manusia melalui
gigitan binatang atau kontak virus dalam saliva binatang dengan luka terbuka pada
inang atau melalui membran mukosa. Transmisi antar manusia belum pernah
dilaporkan. Infeksi rabies pada manusia terjadi dengan masuknya virus lewat luka
pada kulit (garukan, lecet, robek) atau mukosa. Paling sering adalah melalui gigitan
anjing, kucing, kera, dan binatang lain yang terinfeksi. Cara infeksi lain tanpa gigitan
adalah melalui inhalasi. Cara lain terkena virus adalah melalui kecelakaan kerja di
laboratorium, vaksinasi rabies yang masih hidup, dan bisa juga dari transplantasi
kornea dari donor yang mungkin terinfeksi rabies.
Setelah virus rabies masuk ke manusia, virus akan menetap selama dua minggu
di tempat masuk dan di jaringan otot di dekatnya. Virus berkembang biak atau
langsung mencapai ujung serabut saraf perifer tanpa menunjukkan perubahan fungsi.
Tempat pengikatan lain adalah reseptor asetilkolin post sinaptik pada neuromuscular
junction di susunan saraf pusat (SSP). Setelah mencapai saraf perifer virus akan
menyebar melalui endoneurium sel Schwan dan melalui aliran aksoplasma kemudian
mencapai ganglion dorsalis dalam waktu 60-72 jam dan berkembang biak. Setelah itu
virus menyebar ke susunan saraf pusat (medulla spinalis dan otak) dengan kecepatan
3 mm/jam melalui cairan serebrospinal. Di otak virus menyebar dan berkembang biak
dalam semua bagian neuron, kemudian bergerak ke perifer dalam serabut saraf eferen
dan pada saraf volunter maupun saraf otonom. Tempat penyebaran lainnya adalah otot
skelet, otot jantung, kelanjar adrenal, ginjal, mata, pancreas. Tehap berikutnya virus
akan terdapat pada kelenjar ludah, kelenjar lakrimal, dan sistem respirasi, air susu,
dan urin. Perubahan patologi yang terjadi adalah degenerasi sel ganglion, infiltrasi sel
mononuklear dan perivaskular, neuronofagia, dan pembentukan nodul pada glia otak
dan medulla spinalis. Dapat pula dijumpai negri bodies pada seluruh bagian otak,
terutama korteks serebri, batang otak hipotalamus, sel Purkinje serebelum, ganglia
dorsalis medulla spinalis. Negri bodies adalah benda intrasitoplasmik yang berisi

komponen virus terutama protein ribonuklear dan fragmen organela seluler seperti
ribosom.
2. Patofisiologi
Masa inkubasi rabies 95 % antara 3-4 bulan, masa inkubasi bisa bervariasi antara 7
hari-7 tahun, hanya 1 % kasus dengan masa inkubasi 1-7 tahun. Lamanya masa
inkubasi dipengaruhi oleh dalam dan besarnya luka gigitan, lokasi luka gigitan (jauh
dekatnya dari susunan saraf pusat), derajat patogenitas virus dan persarafan daerah
luka gigitan. Luka pada kepala inkubasi 25-48 hari sedangkan pada ekstremitas 46-78
hari. Pada manusia gejala klinis terdiri dari beberapa stadium yaitu : stadium
prodromal, stadium neurologik akut, dan stadium koma.
a. Stadium prodromal
Stadium prodromal biasanya selama 1-4 hari dan tida didapatkan gejala spesifik.
Umumnya disertai gejala respirasi atau abdominal yang ditandai oleh demam,
menggigil, batuk, nyeri telan, nyeri perut, sakit kepala, malaise, mialgia, mual,
muntah, diare, dan nafsu makan menurun. Gejala yang lebih spesifik adalah
adanya gatal dan parestesia pada luka bekas gigitan yang sudah pulih (50 %).
Mioedema dapat dijumpai pada stadium prodromal dan menetap selama
perjalanan penyakit.
b. Stadium neurologik akut
Dapat berupa gejala furious dan paralitik. Pada gejala furious penderita menjadi
hiperaktif, disorientasi, mengalami halusinasi, atau bertingkah laku aneh. Setelah
durasi beberapa jam hingga hari, gejala hiperaktif menjadi intermiten setiap 1-5
menit yaitu berupa periode agitasi, ingin lari, menggigit diselingi periode tenang.
Selain itu terdapat hidrofobia, aerofobia, fotofobia.
Gejala paralitik ditandai dengan demam, sakit kepala, paralisis ekstremitas yang
digigit, dan dapat dijumpai kaku kuduk. Pada stadium ini tidak ditemukan
hidrofobia, aerofobia, hiperaktivitas, dan kejang, pada keadaan ini kesadaran
dapat utuh, akan tetapi dapat memburuk secara gradual menjadi bingung,
disorientasi, paraplegia, gangguan menelan, kelumpuhan pernafasan, dan akhirnya
meninggal. Seluruh fase neurologik akut terjadi selama 2-7 hari dengan fase
paralitik yang lebih panjang.
c. Stadium koma
Koma dapat terjadi pada 10 hari setelah tampak gejala rabies. Penderita dapat
bertahan beberapa jam hingga berbulan-bulan tergantung dari penangan intensif.

Anda mungkin juga menyukai