Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Experientia Volume 9, Nomor (2) Desember 2021

Hubungan Alexithymia dan Kecenderungan Bunuh Diri pada Remaja Laki-Laki di


Surabaya

Michelle Aveline Kurniawan1


michelleaveline13@gmail.com

Jaka Santosa Sudagijono2


jaka_s@ukwms.ac.id

Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Abstrak

Masa remaja merupakan suatu masa yang diwarnai dengan konflik dan perubahan suasana hati.
Konflik yang dialami oleh individu pada masa ini salah satunya adalah bunuh diri. Indonesia
diprediksi menjadi negara dengan tingkat kematian tertinggi akibat bunuh diri di Asia Tenggara
dan individu laki-laki memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk bunuh diri yaitu 3x lebih
banyak dibandingkan perempuan. Fenomena kecenderungan bunuh diri sendiri memiliki kaitan
dengan suatu fenomena yang disebut alexithymia yang merupakan suatu keadaan dimana
individu mengalami kekurangan atau kendala dalam area kognitif serta mengatur emosi, yang
menyebabkan individu tidak dapat menyampaikan emosinya secara verbal maupun non-verbal.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan alexithymia
dan kecenderungan bunuh diri pada remaja laki-laki di Surabaya. Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan incidental sampling pada remaja laki-laki yang bertempat tinggal di
Surabaya dan pernah memiliki pemikiran untuk melakukan tindakan bunuh diri. Skala yang
digunakan dalam penelitian ini adalah skala kecenderungan bunuh diri yang terdiri dari 3 aspek
dan skala alexithymia yang terdiri dari 4 karakteristik. Hasil uji asumsi normalitas terpenuhi,
sedangkan uji asumsi linearitas tidak terpenuhi. Data penelitian ini dianalisis dengan
menggunakan statistik non-parametrik Kendall’s Tau B. Berdasarkan hasil analisis data
diperoleh hasil nilai signifikansi sebesar 0,015 (p < 0,05) dan nilai koefisien korelasi 0,315.
Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan alexithymia dan
kecenderungan bunuh diri pada remaja laki-laki di Surabaya. Arah hubungan kedua variabel
positif yang berarti semakin tinggi kecenderungan bunuh diri maka akan diikuti semakin tinggi
alexithymia, begitu juga sebaliknya.

Kata kunci: kecenderungan bunuh diri, alexithymia, remaja laki-laki

Abstract

Adolescence is a time of conflict and mood swings. One of the conflicts experienced by
individuals during this period is suicide. Indonesia is predicted to be the country with the
highest death rate due to suicide in Southeast Asia and male individuals have a higher tendency
to commit suicide, which is 3x more than women. Suicidal tendencies is related to a
phenomenon called alexithymia. Alexithymia is a condition where individuals experience
deficiencies or constraints in the cognitive area and regulate emotions, which causes
individuals unable to convey their emotions verbally or non-verbally. The purpose of this study
was to determine whether there is a relationship between alexithymia and suicidal tendencies
in teenage males in Surabaya. This research was conducted using incidental sampling on male
adolescents who live in Surabaya and have had thoughts of committing suicide. The scale used

126
Michelle Aveline Kurniawan, Jaka Santosa Sudagijono : Hubungan Alexithymia…
Hal. 126-136

in this study was a suicide tendency scale consisting of 3 aspects and an alexithymia scale
consisting of 4 characteristics. The results of the normality assumption test are fulfilled, while
the linearity assumption test is not fulfilled. Research data were analyzed using non-parametric
statistics, Kendall's Tau B. From data analysis, a significance value of 0.015 (p <0.05) and a
correlation coefficient value of 0.315 was obtained. Based on these results, it can be concluded
that there is a correlation between alexithymia and suicidal tendencies in teenage males in
Surabaya. Correlation between two variables is positive, which means the higher the suicidal
tendencies, the higher the alexithymia, vice versa.

Key words: suicidal tendencies, alexithymia, adolescent males

Pendahuluan Brahe, 2006) sebagai bagian dari


Masa remaja merupakan suatu masa Multicentre Study of Parasuicide
transisi dalam kehidupan manusia, yakni menyatakan bahwa bunuh diri merupakan
masa yang menjembatani masa kanak- suatu tindakan yang diketahui dan
kanak dan masa dewasa. Rentang usia diharapkan oleh individu dapat
remaja diawali dari usia tiga belas tahun dan menghasilkan hasil yang fatal. Sehingga
berakhir pada usia delapan belas tahun kecenderungan bunuh diri dapat
(Hurlock, 1991 : 206). Masa remaja juga disimpulkan sebagai sebuah keinginan hati
dideskripsikan sebagai masa evaluasi, masa atau niat untuk melakukan tindakan
untuk mengambil keputusan serta membunuh yang dapat berakibat fatal yaitu
komitmen. Tetapi, G. S. Hall (1904, dalam kematian pada diri sendiri.
Santrock, 2012) mendefinsikan masa Menurut WHO (2019), kematian
remaja sebagai masa yang diwarnai oleh akibat bunuh diri ini memiliki jumlah
konflik dan perubahan suasana hati. Salah mendekati 800.000 orang setiap tahunnya,
satu konflik utama yang biasanya dialami yang dapat disimpulkan bahwa ada 1
remaja adalah terkait bunuh diri. Hal yang kematian setiap 40 detik. Menurut data
dapat menjadi penyebab remaja dapat yang didapatkan dari sample registration
melakukan tindakan bunuh diri ini antara sample (SRS, 2016 dalam Pusat Data dan
lain karena remaja merasa kewalahan Informasi Kementerian Kesehatan RI, n.d.)
dengan stressor akademik serta sosial, ditemukan bahwa angka kematian akibat
adanya laporan berita terkait kasus bunuh bunuh diri di Indonesia berjumlah 1.800
diri sehingga remaja melakukan pemodelan kasus per tahun, dengan persentase 75% di
perilaku tersebut dengan harapan kematian usia produktif, yakni usia 15 hingga 64
mereka akan memiliki dampak yang berarti tahun. Berdasarkan data tersebut disebutkan
pada keluarga dan orang lain di sekitar juga bahwa laki-laki memiliki
mereka. Faktor lainnya yang dapat menjadi kecenderungan meninggal karena bunuh
penyebab remaja melakukan tindakan diri 3x lebih tinggi dari perempuan,
bunuh diri adalah karena orang tua mereka sehingga hal ini menjadi dasar bagi peneliti
pernah melakukan tindakan tersebut. untuk menetapkan populasi penelitian
Tindakan bunuh diri juga sering dimotivasi dengan lebih rinci yaitu pada remaja laki-
oleh keinginan untuk lepas dari rasa sakit laki. Menurut berita yang dilansir dari
secara emosional yang tidak tertahankan kompas.com pada tanggal 22 Oktober 2019
lagi (Nevid, Rathus & Greene, 2014). mengenai “Depresi dan Bunuh Diri di
Beberapa hal ini menjadi dasar bagi peneliti Indonesia Diprediksi Meningkat,
untuk menetapkan populasi penelitian yaitu Mengapa?” kepala koordinator komunitas
pada remaja. Into the Light Indonesia, yaitu Benny
World Health Organization Regional Prawira menyatakan bahwa hingga tahun
Office for Europe (WHO/EURO dalam De 2012 diketahui ada 9.106 individu di
Leo, Burgis, Bertolote, Kerkhof, & Bille- Indonesia meninggal dunia akibat bunuh

127
Jurnal Experientia Volume 9, Nomor (2) Desember 2021

diri, kemudian jumlah kematian akibat Diri” yang digelar oleh Badan Kesehatan
bunuh diri di Indonesia ini diprediksi Jiwa Indonesia (Bakeswa Indonesia)
merupakan angka bunuh diri tertinggi di bersama GE Volunteers dan Kopi Panas
Asia Tenggara. Foundation. Diskusi ini menjadikan
Peneliti juga melakukan pengambilan generasi milenial sebagai sasaran kegiatan
data pada remaja yang berusia 13 hingga 17 serta mengangkat kampanye
tahun dalam bentuk kuesioner online, yaitu #RemajaPeduliKesehatanMental yang
melalui google form. Berikut adalah hasil bertujuan untuk menggalang dukungan bagi
dari pengambilan data tersebut berkaitan penggiat kesehatan jiwa untuk dapat saling
dengan percobaan bunuh diri serta terhubung dan berkolaborasi guna
pemikiran bunuh diri, yakni dari 81 meningkatkan mutu kesehatan jiwa di
responden laki-laki yang mengisi Indonesia. Secara lingkup global,
kuesioner, sebanyak 25,9% responden permasalahan kesehatan mental ini juga
(sebanyak 21 responden dari 81 responden menjadi keprihatinan bagi WHO, yakni
laki-laki) pernah memiliki pemikiran untuk dilansir pada website WHO disebutkan
melakukan bunuh diri dan 7,4% responden bahwa WHO melihat ada kesenjangan
(sebanyak 6 responden dari 81 responden antara orang yang membutuhkan perawatan
laki-laki) bahkan pernah mencoba untuk dan mereka yang memiliki akses ke
melakukan bunuh diri. perawatan tetap besar, sehingga pada tahun
Kesehatan jiwa menjadi hal yang saat 2019, WHO meluncurkan semacam suatu
ini menjadi perhatian oleh Pemerintah program WHO Special Initiative for Mental
Indonesia. Hal ini telah nampak dengan Health (2019-2023) untuk memastikan
dikeluarkannya UU No.18 Tahun 2014 akses ke perawatan berkualitas dan
mengenai kesehatan jiwa yang terjangkau untuk kondisi kesehatan mental
didefinisikan sebagai suatu upaya kesehatan di 12 negara prioritas untuk 100 juta lebih
jiwa merupakan setiap kegiatan yang banyak orang.
dilakukan untuk mewujudkan derajat Tetapi, berdasar pada berita dari
kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap kompas.com pada tanggal 14 Oktober 2019
individu, keluarga, dan masyarakat dengan mengenai “Angka Bunuh Diri Tinggi, Baru
pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan 9 Persen Penderita Depresi Dapat
rehabilitatif yang diselenggarakan secara Pengobatan Medis” individu dengan
menyeluruh, terpadu, dan depresi yang mendapatkan pengobatan
berkesinambungan oleh Pemerintah, medis hanya 9 persen atau 1.018.395 orang,
Pemerintah Daerah, dan / atau masyarakat. yang berarti 91 persen atau 10.297.105
Pemerintah juga mulai menjalankan orang pasien depresi belum tersentuh
berbagai program yang dinilai dapat pengobatan medis. Hal ini tentunya dapat
membantu untuk meningkatkan kesehatan membuat individu akan mengalami depresi
mental di Indonesia, contohnya seperti yang kronis, mengalami disabilitas tidak
pengadaan hotline kesehatan jiwa dari produktif, dan tidak jarang berakhir bunuh
kementerian kesehatan (kemenkes). diri.
Permasalahan terkait kesehatan jiwa Perilaku bunuh diri ternyata memiliki
ini tentunya juga menjadi perhatian keterkaitan dengan suatu fenomena yaitu
Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI). alexithymia, yang merupakan suatu
Berdasar pada berita dari kompas.com pada konstruk yang mencerminkan defisit dalam
tanggal 22 September 2019 terkait proses kognitif dan regulasi emosi (Taylor,
“Kesehatan Jiwa, Remaja “Galau” Perlu Bagby, dan Taylor dalam Taylor, 2000).
Mendapat Pendampingan” HIMPSI Tanda dari individu yang memiliki
berpartisipasi atau terlibat dalam kegiatan alexithymia adalah berkurangnya
diskusi publik dengan tema “Promosi kemampuan individu dalam menunjukkan
Kesehatan Jiwa dan Pencegahan Bunuh emosi mereka melalui ekspresi wajah

128
Michelle Aveline Kurniawan, Jaka Santosa Sudagijono : Hubungan Alexithymia…
Hal. 126-136

(Nemiah, Freyberger, dan Sifneos dalam (2017) dituliskan bahwa beberapa studi
Taylor, Bagby, & Parker, 1997 : 30-31). pada sampel klinis pasien dengan gangguan
Sebuah penelitian yang dilakukan di kejiwaan telah mengkonfirmasi bahwa
Amerika serta Australia menunjukkan alexithymia dapat meningkatkan risiko
bahwa alexithymia memiliki keterkaitan bunuh diri.
dengan perilaku bunuh diri dengan Alexithymia juga menjadi hal yang
koefisien korelasi yang berkisar antara 0,09 menarik untuk dikaji dalam penelitian ini,
hingga 0,22 dengan perilaku bunuh diri karena berdasar pada hasil pengambilan
(Lester ; Zlotnick, Shea, Pearlstein, data awal yang dilakukan oleh peneliti
Simpson, Costello, Begin ; Meaney, kepada 81 responden laki-laki diperoleh
Hasking, & Reupert dalam Hemming dkk., sebuah hasil bahwa sebanyak 39,5%
2019). Alexithymia juga memiliki responden menyatakan bahwa mereka
keterkaitan dengan faktor-faktor yang mengalami kesulitan dalam mengenali
menjadi penyebab bunuh diri yakni terkait emosi dan perasaan mereka sendiri,
faktor emosional, yaitu depresi. Sebuah kemudian sebanyak 56,8% responden
penelitian telah menunjukkan bahwa menyatakan bahkan mereka sering merasa
alexithymia memiliki keterkaitan dengan tidak dapat mengungkapkan emosi mereka.
depresi dengan koefisien korelasi 0,46 (Li, Selain itu, sebanyak 21% responden
Zhang B., Guo, & Zhang J., dalam menyatakan bahwa mereka juga tidak dapat
Hemming dkk., 2019). Beberapa studi yang mengenali emosi atau merespons emosi
melakukan penelitian terkait alexithymia orang lain, baik dari ekspresi wajah ataupun
pada populasi yang berperilaku agresif, dari nada bicara orang lain tersebut.
termasuk individu yang melakukan perilaku Pernyataan-pernyataan ini berkaitan dengan
disruptif (Manninen, Therman, Suvisaari, karakteristik dari alexithymia, yakni
Ebeling, Moilanen, Huttunen, & Joukamaa terutama terkait dengan individu yang tidak
dalam Hemming dkk., 2019) serta pelaku dapat mengidentifikasi apa yang mereka
cyber bullying (Aricak dan Ozbay dalam rasakan dan tidak dapat menyampaikan
Hemming dkk., 2019), telah menemukan perasaan mereka kepada orang lain.
sebuah hasil bahwa beberapa perilaku Penelitian ini bertujuan untuk
agresif tersebut memiliki korelasi dengan mengetahui ada tidaknya hubungan
alexithymia, dengan koefisien korelasi 0,25 alexithymia dan kecenderungan bunuh diri
hingga 0,84 dimana beberapa perilaku pada remaja laki-laki di Surabaya. Peneliti
agresif memiliki kekuatan korelasi ada yang ingin meneliti lebih lanjut terkait penelitian
tergolong kecil hingga besar (Cohen dalam ini karena penelitian terkait alexithymia
Pallant, 2007:132). Beberapa perilaku yang masih tergolong jarang diangkat menjadi
telah dijelaskan diatas termasuk dalam sebuah topik penelitian terutama terkait
faktor tindakan bunuh diri yaitu faktor hubungannya dengan fenomena bunuh diri.
perilaku. Hipotesis penelitian ini adalah ada
Taiminen, Saarijarvi, Helenius, Hubungan Alexithymia dan Kecenderungan
Keskinen, & Korpilahti T (dalam Berardis, Bunuh diri pada Remaja Laki-Laki di
Fornaro, Orsolini, Valchera, Carano, Surabaya.
Vellante, Perna, Serafini, Gonda, Pompili,
Martinotti, & Giannantonio, 2017) pada Metode Penelitian
evaluasi 50 kasus percobaan bunuh diri
dalam jangka waktu 24 jam setelah individu Partisipan
yang mencoba untuk bunuh diri masuk Partisipan dalam penelitian ini
rumah sakit, ditemukan bahwa hampir berjumlah 31 orang, yang merupakan
setengah dari individu yang melakukan remaja laki-laki dengan usia 13 hingga 18
dianggap positif alexithymia. Berdasar pada tahun, berdomisili atau bertempat tinggal di
jurnal yang dituliskan oleh Berardis, dkk. Surabaya, serta pernah berpikir atau

129
Jurnal Experientia Volume 9, Nomor (2) Desember 2021

memiliki keinginan untuk melakukan correlation untuk skala kecenderungan


tindakan bunuh diri. Teknik pengambilan bunuh diri berada pada range 0,333 hingga
sampel atau partisipan yang digunakan 0,707 (p ≥ 0,3). Melalui uji validitas
dalam penelitian ini adalah teknik dinyatakan bahwa ada 20 aitem sahih dan 1
incidental sampling. Teknik incidental aitem gugur. Pada skala alexithymia, nilai
sampling merupakan suatu teknik dalam koefisien Alpha Cronbach adalah sebesar
pengambilan sampel berdasarkan 0,825 (p > 0,7) yang menunjukkan bahwa
kebetulan, yaitu saat individu secara alat ukur ini juga reliabel. Pada uji validitas,
kebetulan bertemu dengan peneliti dan nilai corrected item-total correlation untuk
memiliki karakteristik yang sesuai dengan skala kecenderungan bunuh diri berada
penelitian yang dilakukan akan dipilih pada range 0,356 hingga 0,705 (p ≥ 0,3).
sebagai sampel atau responden penelitian. Melalui uji validitas dinyatakan bahwa ada
12 aitem sahih dan 12 aitem gugur.
Alat Ukur
Penelitian ini menggunakan alat ukur Teknik Analisis Data
yang dibuat sendiri oleh peneliti yaitu skala Teknik analisis data yang akan
kecenderungan bunuh diri dan skala digunakan adalah metode analisa korelasi
alexithymia. Jumlah aitem dari skala Pearson Product Moment yang merupakan
kecenderungan bunuh diri adalah 20 aitem, suatu teknik analisis data yang menguji
yang terdiri dari 3 aspek yaitu agency, hubungan antara variabel bebas (X) dan
intent, dan outcome. Jumlah aitem untuk variabel tergantung (Y). Apabila uji asumsi
skala alexithymia adalah 12 aitem, yang tidak terpenuhi, maka data akan diolah
terdiri dari 4 karakteristik yaitu kesulitan dengan menggunakan statistika non
mengidentifikasi dan membedakan antara parametrik Kendall’s Tau-B. Penelitian ini
perasaan dan sensasi rangsangan emosional akan dilakukan dengan variabel bebas
tubuh, kesulitan untuk menggambarkan alexithymia dan variabel tergantung
perasaan kepada orang lain, terbatasnya kecenderungan bunuh diri. Sebelum
kapasitas imajiner, serta gaya kognitif yang melakukan uji korelasi, akan dilakukan uji
berorientasi eksternal. Bentuk skala yang asumsi terhadap data yang diperoleh
digunakan oleh peneliti adalah skala likert, terlebih dahulu dengan menggunakan
dimana aitem terbagi menjadi 2 bagian Statistical Packages for Social Science
yaitu aitem favorable serta aitem versi 16.0.
unfavorable dan untuk pilihan jawaban Uji asumsi yang digunakan dalam
terbagi menjadi 5 pilihan jawaban, yakni penelitian ini adalah uji asumsi normalitas
mulai dari Sangat Setuju (SS), Setuju (S), dan linearitas. Uji asumsi normalitas
Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat merupakan suatu analisa data yang
Tidak Setuju (STS). Skoring aitem digunakan bertujuan untuk mengetahui
favorable adalah untuk pilihan jawaban SS bahwa data terdistribusi secara normal.
akan di skor 5, untuk pilihan jawaban S Syarat dalam uji asumsi ini adalah, jika nilai
akan di skor 4, untuk pilihan jawaban netral p > 0.05, maka data tersebut terdistribusi
akan di skor 3, untuk pilihan jawaban TS secara normal, namun jika nilai p < 0.05,
akan di skor 2, dan untuk pilihan jawaban maka data tersebut tidak terdistribusi secara
STS akan di skor 1, sedangkan skoring normal. Uji asumsi linearitas merupakan
untuk aitem unfavorable akan diberikan suatu Analisa data yang digunakan
sebaliknya. bertujuan untuk mengetahui apakah kedua
Pada skala kecenderungan bunuh diri, data pada variabel X dan variabel Y bersifat
nilai koefisien Alpha Cronbach adalah linear atau apakah sudah membentuk satu
sebesar 0,914 (p > 0,7) yang menunjukkan garis linear. Syarat dalam uji asumsi ini
bahwa alat ukur ini reliabel. Pada uji adalah, jika nilai p < 0.05, maka data
validitas, nilai corrected item-total tersebut linear, namun jika nilai p > 0.05,

130
Michelle Aveline Kurniawan, Jaka Santosa Sudagijono : Hubungan Alexithymia…
Hal. 126-136

maka data tersebut tidak linear atau tidak bunuh diri pada remaja laki-laki di
memenuhi uji asumsi linearitas. Surabaya.

Hasil Penelitian Diskusi


Peneliti melakukan uji asumsi Penelitian ini berfokus untuk melihat
normalitas dan linieritas terlebih dahulu. hubungan alexithymia dan kecenderungan
Pengujian dilakukan dengan menggunakan bunuh diri pada remaja laki-laki di
program Statistical Packages for Social Surabaya. Berdasarkan hasil uji hipotesis
Science (SPSS) versi 16.0. Hasil uji asumsi yang telah dilakukan dengan menggunakan
normalitas dilakukan dengan melihat kolom statistik non-parametrik Kendall’s Tau-B
Shapiro-Wilk dikarenakan jumlah melalui program Statistical Packages for
responden dalam penelitian ini berada di Social Science (SPSS) versi 16.0 diperoleh
bawah 50 responden, yaitu berjumlah 31 hasil sig (2-tailed) sebesar 0,015 (p < 0,05)
responden. Pada variabel kecenderungan sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa
bunuh diri, diperoleh nilai sig sebesar 0,758 penelitian diterima yang berarti ada
(p > 0,05) yang berarti data normal. Pada hubungan alexithymia dan kecenderungan
variabel alexithymia, diperoleh nilai sig bunuh diri pada remaja laki-laki di
sebesar 0,169 (p > 0,05) yang berarti data Surabaya. Penelitian ini juga menunjukkan
normal. Berdasarkan hal tersebut maka bahwa korelasi antara alexithymia dan
dapat disimpulkan kedua data memenuhi uji kecenderungan bunuh diri pada remaja laki-
asumsi normalitas. Hasil uji linearitas laki di Surabaya berarah positif yang berarti
diamati pada tabel ANOVA bagian semakin tinggi kecenderungan bunuh diri
linearity dan didapatkan nilai sig sebesar maka akan diikuti semakin tinggi pula
0,059 (p > 0,05) yang berarti data tidak alexithymia, begitu juga sebaliknya. Hasil
memenuhi uji asumsi linearitas. penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
Penelitian ini akhirnya dilanjutkan yang dilakukan oleh Lester ; Zlotnick, Shea,
dengan menggunakan statistik non- Pearlstein, Simpson, Costello, Begin ;
parametrik yaitu dengan menggunakan Meaney, Hasking, & Reupert (dalam
pengujian Kendall’s Tau-B karena ada 1 uji Hemming dkk., 2019) yang menyatakan
asumsi yang tidak terpenuhi. Peneliti bahwa alexithymia memiliki korelasi
selanjutnya melakukan uji korelasi serta uji dengan perilaku bunuh diri. Hasil penelitian
hipotesis. Hasil dari uji korelasi diamati juga sejalan dengan penelitian yang
pada tabel correlations dengan nilai dilakukan oleh Berardis, dkk. (2017) yang
koefisien korelasi sebesar 0,315. menyimpulkan bahwa ada hubungan
Berdasarkan kategorisasi yang signifikan antara alexithymia dan
dikemukakan oleh Cohen (dalam Pallant, peningkatan risiko bunuh diri.
2007) dapat disimpulkan bahwa kekuatan Hasil penelitian ini juga sejalan
korelasi antara variabel kecenderungan dengan hasil dari perbandingan hasil
bunuh diri dan alexithymia tergolong kategorisasi antara variabel kecenderungan
sedang (medium). Arah korelasi positif bunuh diri dan variabel alexithymia. Pada
sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin hasil kategorisasi dapat diamati bahwa
tinggi kecenderungan bunuh diri maka akan remaja yang memiliki kecenderungan
diikuti semakin tinggi pula alexithymia, bunuh diri dalam kategori sedang dan
begitu juga sebaliknya. Uji hipotesis dapat remaja yang memiliki alexithymia juga
diamati pada tabel correlations pada bagian dalam kategori sedang memiliki jumlah
sig (2-tailed). Berdasarkan tabel tersebut total yang hampir sama, melalui hal ini
didapatkan nilai sig sebesar 0,015 (p < 0,05) peneliti menyimpulkan bahwa hal ini
yang berarti hipotesis penelitian diterima mendukung hasil penelitian yang
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada menyatakan arah hubungan positif antara
hubungan alexithymia dan kecenderungan kecenderungan bunuh diri dan alexithymia.

131
Jurnal Experientia Volume 9, Nomor (2) Desember 2021

Hasil kategorisasi antara kedua variabel telah disebutkan tersebut menunjukkan


juga menunjukkan bahwa ada subyek yang adanya ketidaksesuaian dengan hasil
memiliki kategorisasi kecenderungan penelitian. Hal ini dapat muncul karena
bunuh diri dan alexithymia pada kategori adanya faktor lain yang dapat
sangat rendah, rendah, dan tinggi. Selisih mempengaruhi variabel penelitian, yaitu
dari jumlah remaja pada masing-masing saat individu memiliki kecenderungan
kategori tersebut, yakni antara bunuh diri, belum tentu hal yang
kecenderungan bunuh diri dan alexithymia menyebabkan individu memiliki hal
terlihat cukup jauh, oleh karena itu peneliti tersebut adalah alexithymia, melainkan ada
menyimpulkan bahwa ada kemungkinan faktor lain seperti depresi atau tekanan
selisih yang terlampau cukup jauh ini hidup lainnya yang dialami individu
dikarenakan ada pengaruh faktor lain yang tersebut yang mempengaruhi variabel
mempengaruhi variabel penelitian. Selisih kecenderungan bunuh diri.
yang semakin besar menunjukkan bahwa Korelasi dari variabel alexithymia dan
pengaruh faktor lain pada variabel kecenderungan bunuh diri dapat diamati
penelitian semakin besar. berdasar pada kaitan variabel alexithymia
Hasil penelitian yang menunjukkan dengan salah satu faktor dari
hipotesis penelitian diterima dan arah kecenderungan bunuh diri yaitu faktor
hubungan yang positif ini tentunya juga depresi. Hal ini sesuai dengan penelitian
didukung oleh hasil dari tabulasi silang yang dilakukan oleh Joybari (2014) pada
bahwa mayoritas subyek penelitian 441 remaja yang merupakan siswa-siswa di
memiliki kecenderungan bunuh diri dan Schools of Sari yang berada di Iran dengan
alexithymia dalam kategori sedang. Jumlah usia 12 hingga 16 tahun yang berjudul
subyek pada kategori tersebut ditemukan “Depression and Interpersonal Problems in
memiliki jumlah yang lebih tinggi Adolescents: Their Relationship with
dibandingkan jumlah subyek yang Alexithymia and Coping Styles”, yaitu
kecenderungan bunuh diri nya pada diperoleh sebuah hasil bahwa alexithymia
kategori rendah dan alexithymia pada memiliki keterkaitan dengan depresi dan
kategori sedang. Jumlah subyek yang masalah interpersonal pada remaja. Dalam
kecenderungan bunuh diri serta alexithymia penelitian tersebut disebutkan bahwa
nya berada pada kategori sangat rendah remaja dengan alexithymia memiliki skor
serta kecenderungan bunuh diri pada yang lebih tinggi dalam depresi dan
kategori sangat rendah dan alexithymia masalah interpersonal dibandingkan dengan
pada kategori rendah memiliki jumlah yang remaja yang tidak alexithymia. Hal ini
lebih besar dibandingkan subyek pada nampak dalam diri subyek penelitian bahwa
kategori kecenderungan bunuh diri sangat permasalahan interpersonal ini dialami oleh
rendah dan alexithymia sangat tinggi. subyek penelitian yaitu ada subyek yang
Pada hasil tabulasi silang masih memiliki permasalahan dengan teman
ditemukan data-data outlier yaitu ada sebaya nya, yakni teman sebaya subyek
subyek penelitian yang kecenderungan memberi nama julukan pada subyek
bunuh dirinya berada pada kategori rendah sehingga subyek merasa tidak nyaman dan
tetapi alexithymia nya berada pada kategori tidak menyukai teman sebaya nya tersebut.
tinggi. Subyek yang memiliki Peristiwa ini juga membuat subyek sulit
kecenderungan bunuh diri pada kategori percaya pada orang lain dan membuatnya
sangat rendah dan alexithymia pada cukup sulit untuk dapat membangun relasi
kategori tinggi juga ditemukan. Data outlier dengan teman sebaya. Subyek juga
lainnya yang ditemukan peneliti adalah ada menyampaikan bahwa permasalahan yang
subyek yang kecenderungan bunuh diri dialaminya membuatnya tertekan dan
pada kategori tinggi dan alexithymia pada membuat subyek tersebut memiliki
kategori rendah. Data-data outlier yang pemikiran untuk membunuh dirinya sendiri

132
Michelle Aveline Kurniawan, Jaka Santosa Sudagijono : Hubungan Alexithymia…
Hal. 126-136

karena muncul juga perasaan ia tidak menunjukkan nilai sig (2-tailed) sebesar
penting dan orang disekitarnya 0,015 (p < 0,05). Kekuatan korelasi antara
meninggalkannya. Keterkaitan faktor- kedua variabel juga tergolong sedang
faktor inilah yang menjadi alasan bahwa (medium) dengan nilai koefisien korelasi
variabel alexithymia memiliki keterkaitan sebesar 0,315. Arah hubungan dari kedua
dengan variabel kecenderungan bunuh diri. variabel juga positif yang berarti semakin
Berdasar data terkait kondisi subyek, tinggi kecenderungan bunuh diri maka akan
peneliti mengamati adanya keterkaitan diikuti semakin tinggi pula alexithymia,
antara hasil tersebut dengan data outlier, begitu juga sebaliknya.
dimana data-data outlier menunjukkan
adanya faktor lain yang mempengaruhi Keterbatasan dan Saran
variabel, yaitu subyek dalam penelitian Penelitian ini tentunya tidak lepas dari
menyampaikan bahwa ia tidak menyukai keterbatasan peneliti. Beberapa
teman sebaya nya karena telah memberinya keterbatasan tersebut antara lain: (1) aitem
nama julukan dan membuatnya tidak yang dapat menimbulkan social
nyaman, selain itu ia juga merasa desirability, hal ini dapat disebabkan karena
ditinggalkan, hal ini berkaitan dengan tema penelitian yang cukup sensitif yaitu
faktor-faktor dari kecenderungan bunuh diri terkait kecenderungan bunuh diri, sehingga
yaitu faktor emosional pada poin subyek penelitian dapat merasa tidak
kemarahan. Perasaan subyek penelitian nyaman dalam melakukan pengisian
yang mengarah bahwa ia merasa kuesioner dan ada kecenderungan untuk
ditinggalkan oleh orang disekitarnya ini menyembunyikan keadaan yang
berkaitan dengan faktor kognitif pada sebenarnya. Dengan ada pilihan jawaban
kecenderungan bunuh diri pada poin “netral” maka ada kemungkinan individu
hopelessness. Data terkait kondisi subyek yang tidak nyaman lebih memilih untuk
juga menunjukkan tindakan subyek menjawab aitem dengan jawaban netral; (2)
penelitian yang tidak menjauhi obat-obatan validitas dari alat ukur yang dibuat oleh
yang dapat membunuh diri mereka. Hal ini peneliti masih membutuhkan peninjauan
menunjukkan keterkaitan perilaku dengan lebih lanjut terkhusus pada alat ukur
faktor kecenderungan bunuh diri yaitu alexithymia, karena dari 24 aitem, sebanyak
faktor perilaku pada poin penggunaan zat 12 aitem dinyatakan gugur dan ada 1 aspek
berbahaya. Subyek penelitian juga dalam alexithymia yang hanya terwakili 1
menyampaikan hal yang membuatnya aitem saja dan tentunya hal ini dapat
memiliki pemikiran untuk melakukan mempengaruhi hasil penelitian, sehingga
tindakan bunuh diri adalah karena berbagai ada kemungkinan variabel alexithymia
tekanan yang dialami dalam hidupnya. kurang tergambarkan terkhusus pada 1
Tindakan ini berkaitan dengan faktor aspek tersebut. Banyaknya aitem yang
kecenderungan bunuh diri yaitu pada faktor gugur dalam alat ukur alexithymia ini dapat
lingkungan mengenai peristiwa kehidupan juga terjadi karena aitem-aitem yang
yang penuh tekanan. mungkin kurang dapat dipahami oleh
responden dan dikarenakan penyebaran
Kesimpulan kuesioner secara online, peneliti tidak dapat
Berdasarkan data yang telah menjelaskan secara langsung apabila
diperoleh oleh peneliti dan pembahasan responden kurang memahami maksud aitem
diatas maka dapat disimpulkan bahwa ada dalam alat ukur tersebut; (3) peneliti
hubungan alexithymia dan kecenderungan mengalami keterbatasan terkait
bunuh diri pada remaja laki-laki di pengetahuan akan keadaan responden saat
Surabaya. Hal ini dapat diamati melalui melakukan pengisian kuesioner dari
hasil dari uji hipotesa dengan statistik non- peneliti. Hal ini merupakan faktor yang
parametrik Kendall’s Tau-B yang berada di luar kendali peneliti. Beberapa

133
Jurnal Experientia Volume 9, Nomor (2) Desember 2021

responden yang mengisi mungkin tidak emosi-emosi yang mungkin tidak dapat
dalam kondisi yang baik, yaitu mungkin ada diungkapkan atau tidak disadari anak
faktor responden kelelahan karena telah remaja nya dapat terungkap dan orang tua
melakukan banyak aktivitas sebelum dapat membantu anak remaja nya agar
melakukan pengisian kuesioner sehingga dapat lebih mengenali hal-hal yang terjadi
jawaban dari responden kurang dalam dirinya, mengenal apa yang
menggambarkan keadaan yang sebenarnya dirasakannya berdasarkan suatu kejadian
terkait variabel yang diamati dalam tertentu. Melalui pendampingan ini
penelitian ini, dan faktor lainnya; (4) diharapkan kecenderungan bunuh diri pada
peneliti tidak mencatumkan pertanyaan remaja juga menurun; (3) bagi organisasi
terkait domisili atau tempat tinggal atau komunitas kesehatan mental, peneliti
responden apakah benar di Surabaya atau berharap organisasi atau komunitas
kota lainnya, yakni peneliti hanya kesehatan mental dapat lebih mendalami
melakukan pemberitahuan secara lisan saat terkait alexithymia dan melakukan
proses pencarian responden kepada subyek pembahasan lebih lagi terkait hal tersebut
penelitian serta kepada rekan peneliti yang karena pembahasan terkait alexithymia
turut membantu untuk mencari responden masih cukup jarang dibahas di Indonesia
yang memenuhi kriteria; (5) adanya terlebih lagi berdasarkan hasil penelitian
ketidaksesuaian antara kriteria pemilihan alexithymia sendiri memiliki keterkaitan
responden penelitian dengan judul dengan kecenderungan bunuh diri. Selain
penelitian, yakni peneliti membatasi itu, organisasi atau komunitas kesehatan
responden dengan kriteria hanya memiliki 1 mental di Indonesia mungkin dapat
kali pemikiran untuk melakukan tindakan membagikan informasi-informasi lebih lagi
bunuh diri. terkait regulasi emosi, pengenalan emosi,
Peneliti juga ingin menyampaikan dan sebagainya agar individu yang mungkin
saran berdasarkan hasil penelitian yang ada sedang mengalami kendala atau
yakni : (1) bagi remaja, peneliti berharap permasalahan dalam ranah emosi dapat
mereka dapat mulai melatih diri untuk menemukan cara dan melatih diri melalui
mengatur emosi lebih lagi dan mulai informasi-informasi yang dibagikan; (4)
melatih diri untuk dapat menyampaikan bagi peneliti selanjutnya, peneliti berharap
emosinya kepada orang lain di sekitarnya, mereka dapat memperluas populasi
mungkin dapat menyampaikan pada orang- penelitian yaitu tidak hanya di Surabaya
orang terdekat. Dengan berlatih mungkin dapat diperluas ke kota-kota lain
menyampaikan emosi tersebut, remaja juga yang mungkin memiliki tingkat bunuh
diharapkan dapat terbiasa dan dapat lebih diri yang tergolong tinggi agar hasil yang
mengenali emosi-emosi yang ada dalam diperoleh lebih menggambarkan variabel
dirinya atau hal apa saja yang terjadi seperti yang diteliti secara lebih mendalam lagi dan
gejala fisik dan sebagainya yang berkaitan dengan memperluas populasi diharapkan
dengan emosi. Melalui hal ini diharapkan peneliti akan lebih banyak responden yang
kecenderungan bunuh diri pada remaja, sesuai dengan penelitian, kemudian peneliti
terkhusus remaja laki-laki di Surabaya selanjutnya juga dapat memperhatikan
dapat menurun; (2) bagi orang tua yang pemilihan kata atau bahasa yang digunakan
memiliki anak-anak di usia remaja, peneliti untuk aitem dalam alat ukur dapat dibuat
berharap mereka dapat lebih lebih sederhana dan lebih mudah dipahami
memperhatikan anak-anak remaja mereka agar peneliti lebih banyak memiliki jumlah
yang mungkin mengalami kesulitan dalam aitem yang valid sehingga dapat
menyampaikan emosi yang dirasakannya. menggambarkan lebih dalam terkait
Orang tua dapat mulai melakukan variabel yang diteliti. Peneliti juga berharap
pendampingan mungkin dapat menjadi penelitian ini diharapkan dapat memberikan
teman bercerita bagi anak remaja nya agar kajian literatur tambahan untuk para

134
Michelle Aveline Kurniawan, Jaka Santosa Sudagijono : Hubungan Alexithymia…
Hal. 126-136

peneliti selanjutnya yang ingin meneliti 9, Jilid I). Penerjemah: Kartika


dengan tema yang sama. Yuniarti, S.Psi. Jakarta: Erlangga.
Pallant, J. (2007). SPSS Survival Manual: A
Daftar Pustaka Step by Step Guide to Data Analysis
Berardis, D.D., Fornaro, M., Orsolini, L., using SPSS for Windows (3th edition).
Valchera, A., Carano, A., Vellante, England: Open University Press.
F., Perna, G., Serafini, G., Gonda, X., Pusat Data dan Informasi Kementerian
Pompili, M., Martinotti, G., Kesehatan RI. (n.d.). Situasi dan
Giannantonio, M.D. (2017). Pencegahan Bunuh Diri. Diunduh
Alexithymia and Suicide Risk in pada tanggal 20 Mei 2020 dari
Psychiatric Disorder: A Mini- https://pusdatin.kemkes.go.id/downlo
Review. Front Psychiatry, Vol.8. ad.php?file=download/pusdatin/infod
doi:10.3389/fpsyt.2017.00148 atin/infodatin-Situasi-dan-
De Leo, D., Burgis, S., Bertolote, J.M., Pencegahan-Bunuh-Diri.pdf
Kerkhof, A.J.F.M., & Bille-Brahe, U. Santrock, J.W. (2012). Life-Span
(2006). Definition of Suicidal Development: Perkembangan Masa-
Behavior. Crisis: The Journal of Hidup (Edisi Ke-13, Jilid I).
Crisis Intervention and Suicide, Vol. Penerjemah: Benedictine
27(1), 4-15. doi:10.1027/0227- Wisdyasinta. Jakarta: Erlangga.
5910.27.1.4 Susanti, R. (14 Oktober 2019). Angka
Harususilo, Y.E. (22 September 2019). Bunuh Diri Tinggi, Baru 9 Persen
Kesehatan Jiwa, Remaja “Galau” Penderita Depresi Dapat Pengobatan
Perlu Mendapat Pendampingan. Medis. Retrieved from
Retrieved from https://bandung.kompas.com/read/20
https://edukasi.kompas.com/read/201 19/10/14/12421151/angka-bunuh-
9/09/22/18023401/kesehatan-jiwa- diri-tinggi-baru-9-persen-penderita-
remaja-galau-perlu-mendapat- depresi-dapat-pengobatan?page=all
pendampingan?page=1 Taylor, G.J., Bagby, R.M., Parker, J.D.A.
Hemming, L., Haddock, G., Shaw, J., & (1997). Disorders of Affect
Pratt, D. (2019). Alexithymia and Its Regulation: Alexithymia in Medical
Associations With Depression, and Psychiatric Illness. United
Suicidality, and Aggression: An Kingdom: Cambridge University
Overview of the Literature. Front Press.
Psychiatry, 10, 203. Advance online Taylor, G.J. (2000). Recent Development in
publication. Alexithymia Theory and Research.
doi:10.3389/fpsyt.2019.00203 The Canadian Journal of Psychiatry,
Hurlock, E. (1991). Psikologi Vol 45, No.2, 134-142. Diunduh dari
Perkembangan: Suatu Pendekatan https://journals.sagepub.com/doi/pdf/
Sepanjang Rentang Kehidupan. 10.1177/070674370004500203
Jakarta: Erlangga. Undang-Undang Republik Indonesia
Joybari, M.T. (2014). Depression and Nomor 18 Tahun 2014 tentang
interpersonal problems in Kesehatan Jiwa (2014). [Versi
adolescents: their relationship with elekronik] Diambil pada tanggal 22
alexithymia and coping styles. Mei 2020 dari
Iranian Journal of Psychiatry and http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/
Behavioral Sciences, 8(4), 38-45. arsip/ln/2014/uu18-2014bt.pdf
Advance online publication. Wisnubrata (ed.). (22 Oktober 2019).
Nevid, J.S., Rathus, S.A., & Greene, B. Depresi dan Bunuh Diri di Indonesia
(2014). Psikologi Abnormal: Di Diprediksi Meningkat, Mengapa?.
Dunia yang Terus Berubah (Edisi Ke- Retrieved from

135
Jurnal Experientia Volume 9, Nomor (2) Desember 2021

https://lifestyle.kompas.com/read/20 https://apps.who.int/iris/bitstream/ha
19/10/22/194548020/depresi-dan- ndle/10665/311696/WHO-DAD-
bunuh-diri-di-indonesia-diprediksi- 2019.1-eng.pdf
meningkat-mengapa World Health Organization. (n.d.) Mental
World Health Organization. (2019). World Health. Retrieved from
Health Statistics 2019: Monitoring https://www.who.int/health-topics/
Health for the SGDs (Sustainable mental-health#tab=tab_1
Development Goals). Diunduh pada
tanggal 20 Februari 2020 dari

136

Anda mungkin juga menyukai