Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

Kehamilan dan melahirkan merupakan keadaan yang dapat menimbulkan


resiko kesehatan bagi setiap perempuan. Sebagian dari ibu hamil akan mengalami
masalah kesehatan yang berkaitan dengan komplikasi kehamilan jangak panjang
yang dapat mengancam jiwa.
Angka kematian perinatal, angka kematian anak (bayi), kematian maternal
merupakan parameter dari keadaan kesehatan, pelayanan kebidanan dan kesehatan
serta mencerminkan keadaan sosial ekonomi dari suatu negara. Kemajuan dalam
bidang sosial dan ekonomi umumnya mempunyai pengaruh baik terhadap
parameter diatas.
Data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001, kematian ibu terjadi
sebanyak 396 kasus per 100.000 persalinan, sedangkan kematian bayi yang
sebelumnya 41 per 1000 kelahiran menjadi 51 kematian per 1000 kelahiran.1
Di Indonesia pada saat ini belum ada angka nasional yang tepat tentang
kematian maternal, baik untuk daerah, wilayah dan secara nasional. Hal ini
disebabkan belum adanya sistem pencatatan, pelaporan dan pendaftaran wajib
bagi kelahiran dan kematian.1
Penyebab kematian maternal dapat digolongkan pada faktor-
faktor:reproduksi, komplikasi obstetrik, pelayanan kesehatan dan sosio ekonomi.
Cephalopelvic Disporpotion (CPD) merupakan salah satu bagian dari komplikasi
obstetrik yang dapat menyebabkan distosia pada jalan lahir jika tidak diatasi
secara dini, dapat menimbulkan partus lama bahkan ruptur uteri.1
Dari 1980 sampai 1982, hampir pada setiap tahun proporsi CPD dari
seluruh jumlah persalinan di masing-masing negara yakni, di Kiel Jerman
dilaporkan sekitar 13% - 15%, di India sekitar 7% - 8%, di Cina sekitar hampir
4%, di kota New York sekitar 3%-4%, sementara resiko lahir mati pada bayi,
yakni 180 kali lebih besar yang didapat pada confidence interval 95% pada
penelitian terhadap 613 ibu hamil di Petarukan, Pemalang Jawa Tengah pada
tahun 1995-1996. 1
Keadaan pelvis merupakan faktor penting dalam proses persalinan,
terutama dalam hubungan antara kepala janin dengan luas rongga pelvis ibu.
Perbandingan besar kepala janin dengan luas pelvis ibu menentukan CPD atau
1
2

tidak.1 Persalinan abnormal atau lambat umum terjadi bila ada disproporsi antara
ukuran bagian terbawah janin dengan jalan lahir. Pada presentasi kepala, distosia
adalah indikasi yang paling umum saat ini untuk seksio sesaria primer. CPD
(cephalopelvic disproportion) adalah akibat dari panggul sempit, ukuran kepala
janin yang besar, atau lebih sering kombinasi dari kedua di atas. Setiap
penyempitan diameter panggul yang mengurangi kapasitas pelvis dapat
mengakibatkan distosia selama persalinan. Panggul sempit bisa terjadi pada pintu
atas panggul, midpelvis, atau pintu bawah panggul, atau umumnya kombinasi dari
ketiganya. Karena CPD bisa terjadi pada tingkat pelvic inlet, outlet dan midlet,
diagnosisnya bergantung pada pengukuran ketiga hal tersebut yang
dikombinasikan dengan evaluasi ukuran kepala janin. Panggul sempit disebut-
sebut sebagai salah satu kendala dalam melahirkan secara normal karena
menyebabkan obstructed labor yang insidensinya adalah 1-3% dari persalinan. 2
Apabila persalinan dengan panggul sempit dibiarkan berlangsung sendiri
tanpa pengambilan tindakan yang tepat, timbul bahaya pada ibu dan janin. Bahaya
pada ibu dapat berupa partus lama yang dapat menimbulkan dehidrasi serta
asidosis, dan infeksi intrapartum, ruptur uteri mengancam serta resiko terjadinya
fistula vesikoservikalis, atau fistula vesikovaginalis, atau fistula rektovaginalis
karena tekanan yang lama antara kepala janin dengan tulang panggul. Sedangkan
bahaya pada janin dapat berupa meningkatkan kematian perinatal, dan perlukaan
pada jaringan di atas tulang kepala janin bahkan bisa menimbulkan fraktur pada
os parietalis. 2
Panggul sempit dikatakan sebagai salah satu indikasi persalinan seksio
sesarea yang kejadiannya semakin meningkat dalam tiga dekade terakhir. Angka
seksio sesarea di Amerika Serikat meningkat dari 4,5% pada tahun 1965 menjadi
23% pada tahun 1985.2 Pada tahun 2007, angka seksio sesaria adalah 31.8% -
angka seksio tertinggi yang pernah dilaporkan di Amerika Serikat. Menurut
American College of Obstetricians and Gynecologists (2003), kira-kira 60%
seksio sesaria primer di Amerika Serikat dihubungkan dengan distosia. Di Inggris
insiden meningkat kurang dari 5% pada tahun 1973 menjadi 10% pada tahun
1986. Di Indonesia, angka seksio sesarea di RSUD. Dr. Pirngadi Medan
meningkat dari 20,4% pada tahun 1994 menjadi 34,83% pada tahun 1998. 2
3

Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan cara pemeriksaan yang


penting untuk mendapatkan keterangan tentang keadaan panggul. Pada wanita
dengan tinggi badan kurang dari 150 cm dapat dicurigai adanya kesempitan
panggul. Pelvimetri dengan pemeriksaan dalam (manual) mempunyai arti yang
penting untuk menilai secara agak kasar pintu atas panggul serta panggul tengah,
dan untuk memberi gambaran yang jelas mengenai pintu bawah panggul. Dengan
pelvimetri rontgenologik diperoleh gambaran yang jelas tentang bentuk panggul
dan ukuran-ukuran dalam ketiga bidang panggul. Akan tetapi pemeriksaan ini
dalam masa kehamilan beresiko, khususnya bagi janin.2

Anda mungkin juga menyukai