Anda di halaman 1dari 28

BAB 1 PENDAHULUAN 1.

1 LATAR BELAKANG Bali adalah nama salah satu provinsi di Indonesia dan juga merupakan nama pulau terbesar yang menjadi bagian dari provinsi tersebut. Selain terdiri dari Pulau Bali, wilayah Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau yang lebih kecil di sekitarnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa Ceningan dan Pulau Serangan. Pulau Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu. Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni budayanya, khususnya bagi para wisatawan Jepang dan Australia. Tempat-tempat penting di Bali antara lain Ubud sebagai pusat seni dan peristirahatan, sedangkan Kuta, Sanur, Seminyak, Jimbaran dan Nusa Dua adalah beberapa tempat yang menjadi tujuan pariwisata, baik wisata pantai maupun tempat peristirahatan, spa dan lain-lain. Bali juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura. Kota Denpasar merupakan Ibukota Provinsi Bali dengan luas wilayah 2,18% dari keseluruhan wilayah yang ada di Provinsi Bali. Sebagai ibukota provinsi, tentu Kota Denpasar menjadi kota yang terpadat, tersibuk, dan terpenting di Provinsi Bali. Namun, sangat disayangkan tak jarang dijumpai sampah bertebaran di berbagai wilayah Kota Denpasar nyaris setiap waktu. Berdasarkan data pemerintah Kota Denpasar, jumlah sampah di Kota Denpasar mencapai 826.363 m3 pada tahun 2011. Meskipun sudah ada program pemerintah untuk menanggulangi masalah sampah di Kota Denpasar, dampak yang maksimal belum dapat dinikmati oleh penduduk kota Denpasar.

Jika hal ini terus dibiarkan, dikhawatirkan akan mengurangi kualitas pariwisata Kota Denpasar. Jika kualitas pariwisata Kota Denpasar tidak mumpuni, maka imbas buruk bisa terjadi di berbagai wilayah lain di Provinsi Bali karena Kota Denpasar merupakan Ibukota Provinsi Bali.

1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan rumusan masalah yang diangkat dalam karya tulis ini adalah Bagaimana cara mengurangi jumlah sampah di Kota Denpasar agar kualitas pariwisata Kota Denpasar semakin baik?

1.3 TUJUAN PENULISAN Penelitian ini dilakukan untuk dapat memenuhi tujuan yang dapat bermanfaat bagi segala pihak dalam pemahaman tentang pentingnya mengurangi jumlah sampah untuk meningkatkan kualitas pariwisata di Kota Denpasar. Secara terperinci tujuan dari karya tulis ini adalah memberi solusi untuk menanggulangi banyaknya sampah di Kota Denpasar dalam rangka meningkatkan kualitas pariwisata Kota Denpasar pada khususnya dan seluruh wilayah Bali pada umumnya.

1.4 MANFAAT PENULISAN Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah: 1. Memberi informasi tentang jumlah sampah yang sudah ditangani dan belum ditangani di Kota Denpasar
2

2. Mengetahui kaitan jumlah sampah dengan kualitas pariwisata 3. Memberi informasi tentang cara-cara menanggulangi masalah sampah di Kota Denpasar. 4. Dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari karya tulis ilmiah ini untuk menanggapi suatu kejadian. 5. Memberi petunjuk kepada masyarakat bagaimana cara mengelola sampah secara efektif.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. SAMPAH DI KOTA DENPASAR 2.1.1. Pengertian Sampah Sampah adalah barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi. Sampah dapat berupa kotoran, daun, dan kertas (KBBI). Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga dan tempat perdagangan dikenal dengan limbah municipal yang tidak berbahaya (non-hazardous). Soewedo (1983) menyatakan bahwa sampah adalah bagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan yang biologis. 2.1.2. Komposisi Sampah Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, kertas, dan sebagainya. Sampah jenis ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos; 2. Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk diubah menjadi produk lainnya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton;
4

Di negara-negara berkembang, komposisi sampah terbanyak adalah sampah organik, sebesar 60 70%, dan sisanya sampah anorganik sebesar 30%. 2.1.3. Dampak Negatif dari Sampah Dampak negatif yang ditimbulkan dari sampah yang tidak dikelola dengan baik adalah sebagai berikut: a. Gangguan Kesehatan: Timbunan sampah dapat menjadi tempat pembiakan lalat yang dapat mendorong penularan infeksi; Timbunan sampah dapat menimbulkan penyakit yang terkait dengan tikus;

b. Menurunnya kualitas lingkungan c. Menurunnya estetika lingkungan Timbunan sampah yang bau, kotor dan berserakan akan menjadikan lingkungan tidak indah untuk dipandang mata; d. Terhambatnya pembangunan negara Dengan menurunnya kualitas dan estetika lingkungan, mengakibatkan pengunjung atau wisatawan enggan untuk mengunjungi daerah wisata tersebut karena merasa tidak nyaman, dan daerah wisata tersebut menjadi tidak menarik untuk dikunjungi. Akibatnya jumlah kunjungan wisatawan menurun, yang berarti devisa negara juga menurun. e. Dalam kaitannya dengan kegiatan wisata alam, limbah atau sampah yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut dapat mengancam keasrian kawasan wisata alam.

2.1.4. Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah mencakup pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaurulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan, dan keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dan memerlukan metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat. Pengelolaan sampah memiliki nilai potensial, seperti menyediakan lapangan pekerjaan, peningkatan kualitas dan estetika lingkungan, dan pemanfaatan lain sebagai bahan pembuatan kompos yang dapat digunakan untuk memperbaiki lahan kritis di berbagai daerah di Indonesia, dan dapat juga memengaruhi penerimaan devisa negara. Dari sudut pandang kesehatan lingkungan, pengelolaan sampah dipandang baik jika sampah tersebut tidak menjadi media berkembang biaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi medium perantara menyebarluasnya suatu penyakit. Syarat

lainnya yang harus dipenuhi, yaitu tidak mencemari udara, air dan tanah, tidak menimbulkan bau (tidak mengganggu nilai estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan yang lainnya. 2.1.4.1. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengelolaan Sampah Ada beberapa faktor yang memengaruhi pengelolaan sampah, di antaranya: 1. Sosial politik, yang menyangkut kepedulian dan komitmen pemerintah dalam menentukan anggaran APBD untuk pengelolaan lingkungan (sampah), membuat keputusan publik dalam pengelolaan sampah serta upaya pendidikan, penyuluhan

dan latihan keterampilan untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah, 2. Aspek sosial demografi yang meliputi sosial ekonomi (kegiatan pariwisata, pasar dan pertokoan, dan kegiatan rumah tangga, 3. Sosial budaya yang menyangkut keberadaan dan interaksi antarlembaga

desa/adat, aturan adat (awig-awig), kegiatan ritual (upacara adat/keagamaan), nilai struktur ruang Tri Mandala, jiwa pengabdian sosial yang tulus, sikap mental dan perilaku warga yang apatis, 4. Keberadan lahan untuk tempat penampungan sampah, 5. Finansial (keuangan), 6. Keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan 7. Kordinasi antarlembaga yang terkait dalam penanggulangan masalah lingkungan (sampah). Pengelolaan sampah perkotaan juga memiliki faktor-faktor pendorong dan penghambat dalam upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah. Menurut hasil penelitian Nitikesari (2005) faktor-faktor tersebut di antaranya adalah tingkat pendidikan, penempatan tempat sampah di dalam rumah, keberadaan pemulung, adanya aksi kebersihan, adanya peraturan tentang persampahan dan penegakan hukumnya. Tingkat partisipasi masyarakat perkotaan (dalam hal ini Kota Denpasar) dalam menangani sampah secara mandiri masih dalam katagori sedang sampai rendah, dengan kata lain masyarakat masih enggan melakukan pemilahan sampah.

2.1.4.2. Berbagai Kesulitan dalam Mengelola Sampah Berdasarkan data SLHD (Status Lingkungan Hidup Daerah) Bali tahun 2005 tampak bahwa pada saat ini sampah sulit dikelola karena berbagai hal, antara lain: a. Cepatnya perkembangan teknologi, lebih cepat daripada kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memahami porsoalan sampah, b. Menigkatnya tingkat hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan keselarasan pengetahuan tentang sampah c. Meningkatnya biaya operasional pengelolaan sampah d. Pengelolaan sampah yang tidak efisien dan tidak benar menimbulkan permasalahan pencemaran udara, tanah, dan air serta menurunnya estetika e. Ketidakmampuan memelihara barang, mutu produk teknologi yang rendah akan mempercepat menjadi sampah. f. Semakin sulitnya mendapat lahan sebagai tempat pembuangan ahir sampah. g. Semakin banyaknya masyarakat yang keberatan bahwa daerahnya dipakai tempat pembuangan sampah. h. Sulitnya menyimpan sampah yang cepat busuk, karena cuaca yang panas. i. Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya dan memelihara kebersihan. j. Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai saat ini kebanyakan sampah dikelola oleh pemerintah. 2.1.4.3. Metode Pengelolaan Sampah Perkotaan dan Perdesaan Pasal 5 UU Pengelolan Lingkungan Hidup No.23 Th.1997 menyatakan bahwa masyarakat berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Untuk mendapatkan hak tersebut, pada Pasal 6 dijelaskan bahwa masyarakat dan pengusaha berkewajiban untuk berpartisipasi dalam memelihara kelestarian fungsi lingkungan, mencegah dan
8

menaggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

Terkait dengan ketentuan

tersebut, dalam UU NO. 18 Tahun 2008 secara eksplisit juga dinyatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak dan kewajiban dalam pengelolaan sampah. Dalam hal pengelolaan sampah pasal 12 dinyatakan, setiap orang wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara berwawasan lingkungan. Masyarakat juga dinyatakan berhak berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, pengelolaan dan pengawasan di bidang pengelolaan sampah. Tata cara partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan memperhatikan karakteristik dan tatanan sosial budaya daerah masing-masing. Berangkat dari ketentuan tersebut, tentu menjadi kewajiban dan hak setiap orang baik secara individu maupun secara kolektif, demikian pula kelompok masyarakat pengusaha dan komponen masyarakat lain untuk

berpartisipasi dalam pengelolaan sampah dalam upaya untuk menciptakan lingkungan perkotaan dan perdesaan yang baik, bersih, dan sehat. Beberapa pendekatan dan teknologi pengelolaan dan pengolahan sampah yang telah dilaksanakan antara lain adalah: 1. Teknologi Komposting Pengomposan adalah salah satu cara pengolahan sampah, merupakan proses dekomposisi dan stabilisasi bahan secara biologis dengan produk akhir yang cukup stabil untuk digunakan di lahan pertanian tanpa pengaruh yang merugikan (Haug, 1980). Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu (2008) menemukan bahwa pengomposan secara aerobik (aerasi) mampu menghasilkan kompos yang memiliki butiran lebih halus, kandungan C, N, P, K lebih tinggi dan pH, C/N rasio, dan kandungan Colform yang lebih rendah dibandingkan dengan pengomposan secara konvensional.

2. Teknologi Pembuatan Pupuk Kascing Kascing atau vermicompost adalah kotoran cacing tanah. Kascing mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur makro dan mikro yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Unsur-unsur kimia tersebut siap diserap tanaman dan sangat berguna bagi pertumbuhan dan produksinya. Disamping itu kascing mengandung mikroba dan hormon perangsang pertumbuhan tanaman. Jumlah mikroba yang banyak dan aktivitasnya yang tinggi bisa mempercepat pelepasan unsur-unsur hara dari kotoran cacing menjadi bentuk yang dapat diserap oleh tanaman. 3. Pengolahan sampah menjadi listrik. Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Gianyar dan Tabanan telah melakukan kerjasama dalam usaha pengelolaan sampah secara terpadu yang berorientasi pada teknologi dalam suatu Badan Bersama yaitu SARBAGITA. Teknologi yang direncanakan yaitu teknologi GALFAD (gasifikasi landfill dan anaerobic digestion). Pengelolaan sampah dengan pendekatan teknologi diharapkan penanganan sampah lebih cepat, efektif dan efisien serta dapat memberikan manfaat lain. 4. Pengelolaan sampah mandiri Pengolahan sampah mandiri adalah pengolahan sampah yang dilakukan oleh masyarakat di lokasi sumber sampah seperti di rumah-rumah tangga. Masyarakat perdesaan yang umumnya memiliki ruang pekarangan lebih luas memiliki peluang yang cukup besar untuk melakukan pengolahan sampah secara mandiri. Model pengelolaan sampah mandiri akan memberikan manfaat lebih baik terhadap lingkungan serta dapat mengurangi beban TPA. Pemilahan sampah secara mandiri

10

oleh masyarakat di Kota Denpasar masih tergolong rendah yakni baru mencapai 20% (Nitikesari, 2005). 5 . Pengelolaan sampah berbasis masyarakat 1) Berbagai masalah yang dihadapi masyarakat dalam pengelolaan sampah pemukiman kota yang ada di Desa Seminyak, Sanur Kauh, Sanur Kaja, dan Desa Temesi Gianyar, yaitu: terbatasnya peralatan teknologi dan

perawatannnya, terbatasnya dana untuk perekrutan tenaga kerja baru yang memadai, produksi kompos yang masih rendah, sulit dan terbatasnya pemasaran kompos sehingga secara ekonomi pengelola cendrung mengalami defisit. 2) Model pengelolaan sampah pemukiman kota yang berbasis sosial

kemasyarakatan dapat dilakukan secara adaptif dengan memperhatikan aspek karakteristik sosial dan budaya masyarakat, aspek ruang (lingkungan), volume, dan jenis sampah yang dihasilkan. Pola pengelolaan sampah berbasis masyarakat sebaiknya dilakukan secara

sinergis (terpadu) dari berbagai elemen (desa, pemerintah, LSM, pengusaha/swasta, sekolah, dan komponen lain yang terkait) dengan menjadikan komunitas lokal sebagai objek dan subjek pembangunan, khususnya dalam pengelolaan sampah untuk menciptakan lingkungan bersih, aman, sehat, asri, dan lestari Undang-Undang tentang pengelolaan sampah telah menegaskan berbagai larangan seperti membuang sampah tidak pada tempat yang ditentukan dan disediakan, membakar sampah yang tidak sesaui dengan persyaratan teknis, serta melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di TPA. Penutupan TPA dengan pembuangan terbuka harus dihentikan dalam waktu 5 tahun setelah berlakunya UU No. 18 Tahun 2008. Dalam upaya pengembangan model pengelolaan sampah perkotaan

11

harus dapat melibatkan berbagai komponen pemangku kepentingan seperti pemerintah daerah, pengusaha, LSM, dan masyarakat. Komponen masyarakat perkotaan lebih banyak berasal dari pemukiman (Desa Pakraman dan Dinas), sedangkan di perdesaan umumnya masih sangat erat kaitannya dengan keberadaan kawasan persawahan dengan kelembagaan subak yang mesti dilibatkan. Pemilihan model sangat tergantung pada karakteristik perkotaan dan perdesaan serta karakteristik sampah yang ada di kawasan tersebut. 2.1.4.4. Metode Pengolahan Sampah di Wilayah Wisata Alam Agar pengelolaan sampah berlangsung dengan baik dan mencapai tujuan yang diinginkan, maka setiap kegiatan pengelolaan sampah harus mengikuti filosofi pengelolaan sampah. Filosofi pengelolaan sampah adalah bahwa semakin sedikit dan semakin dekat sampah dikelola dari sumbernya, maka pengelolaannya akan menjadi lebih mudah dan baik, serta lingkungan yang terkena dampak juga semakin sedikit. Karena pengelolaan sampah secara dini di kawasan wisata alam dimungkinkan, alangkah baiknya pengelolaan sampah sudah dilakukan di kawasan wisata alam. Terlebih lagi kawasan wisata alam adalah salah satu kawasan yang menghasilkan sampah terbanyak, sehingga pengelolaan sampah dini patut dilakukan. Tahapan pengelolaan sampah yang dapat dilakukan di kawasan wisata alam adalah sebagai berikut. a. Pemilahan Sampah dari Sumbernya Kegiatan ini berupa kegiatan pemilahan atau pemisahan sampah organik dan anorganik dengan menyediakan tempat sampah organik dan anorganik disetiap kawasan yang sering dikunjungi wisatawan.

12

b.

Pemanfaatan Kembali Kegiatan pemanfaatan sampah kembali, terdiri atas: 1). Pemanfaatan sampah organik, seperti composting (pengomposan). Sampah yang mudah membusuk dapat diubah menjadi pupuk kompos yang ramah lingkungan untuk melestarikan fungsi kawasan wisata. Berdasarkan hasil penelitian didapat hasil bahwa dengan kegiatan

composting, sampah organik yang komposisinya mencapai 70%, dapat direduksi hingga mencapai 25%. 2). Pemanfaatan sampah anorganik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemanfaatan kembali secara langsung, misalnya pembuatan kerajinan yang berbahan baku dari barang bekas, atau kertas daur ulang. Sedangkan pemanfaatan kembali secara tidak langsung, misalnya menjual barang bekas seperti kertas, plastik, kaleng, koran bekas, botol, gelas dan botol air minum dalam kemasan. c. Tempat Pembuangan Sampah Akhir Sisa sampah yang tidak dapat dimanfaatkan secara ekonomis baik dari kegiatan composting maupun pemanfaatan sampah anorganik, jumlahnya mencapai 10%, dan harus dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA). Di Indonesia, pengelolaan TPA menjadi tanggung jawab masing-masing Pemda. Dengan pengelolaan sampah yang baik, sisa sampah akhir yang benar-benar tidak dapat dimanfaatkan lagi hanya sebesar 10%. Kegiatan ini tentu saja akan

menurunkan biaya pengangkutan sampah bagi pengelola kawasan wisata alam,

13

mengurangi luasan kebutuhan tempat untuk lokasi TPS, serta memperkecil permasalahan sampah yang saat ini dihadapi oleh banyak pemerintah daerah. Pengelolaan sampah yang dilakukan di kawasan wisata alam, akan memberikan banyak manfaat, diantaranya adalah: a. Menjaga keindahan, kebersihan dan estetika lingkungan kawasan sehingga menarik wisatawan untuk berkunjung; b. Tidak memerlukan TPS yang luas, sehingga pengelola wisata dapat

mengoptimalkan penggunaan pemanfaatan kawasan; c. d. Mengurangi biaya angkut sampah ke TPS; Mengurangi beban Pemda dalam mengelola sampah.

2.2. MASALAH SAMPAH DI KOTA DENPASAR

2.2.1. Manajemen Pengolahan Sampah Kota Denpasar

Manajemen pengelolaan sampah yang diterapkan di Kota Denpasar mencakup penyapuan, pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akhir.

Kegiatan penyapuan, terutama di jalan-jalan utama di Kota Denpasar dibagi dalam dua shift waktu, yaitu pagi hari (06.00 11.00 WITA) dan siang hingga sore hari (12.00 17.00). Kegiatan utama dalam proses penyapuan ini adalah menyapu badan jalan dan telajakan rumah tangga di sepanjang jalan yang dilayani.

Proses kedua yaitu pengumpulan sampah juga dilakukan dalam dua shift, yaitu pagi hari (06.00 11.00 WITA) dan siang sore hari (11.00 16.00). Kegiatan dalam

14

pegumpulan sampah adalah mengelola, menjaga, dan mengawasi pembuangan sampah di lokasi container dan transfer depo.

Kegiatan pengangkutan sampah ke lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dilakukan dalam empat shift, seperti dijelaskan dalam tabel berikut:

TABEL 2.1. KEGIATAN OPERASIONAL PENGANGKUTAN SAMPAH

Sumber: ciptakarya.pu.go.id

Peran serta masyarakat Kota Denpasar dalam pengelolaan sampah sangat tinggi. Selain dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan, pengelolaan persampahan di Kota Denpasar juga dilakukan oleh Dinas Pasar, swasta dan swakelola.

Di Kota Denpasar, terdapat 172 banjar/kelompok Pelaksana Swakelola Kebersihan yang tersebar di tiga kecamatan, yaitu:

Denpasar Timur : 39 Banjar/Kelompok, Denpasar Selatan : 51 Banjar/Kelompok, Denpasar Barat : 82 Banjar/Kelompok.

Volume sampah yang ditangani di Kota Denpasar oleh masing-masing pengelola pada tahun 2011 ditampilkan dalam tabel berikut:

15

TABEL 2.2. VOLUME SAMPAH KOTA DENPASAR TAHUN 2011

Sumber: DKP Kota Denpasar

Pengelolaan sarana dan prasarana kebersihan, yang meliputi pengadaan, pemeliharaan dan penyimpanan angkutan di DKP Kota Denpasar dilakukan oleh Sub Dinas Sarana dan Prasarana.

Jumlah alat angkut dan sarana pendukungnya tersedia sebanyak 113 unit. Dari jumlah tersebut, 64 unit dalam kondisi baik, 19 unit sedang, 19 unit rusak ringan dan 11 unit rusak berat. Ditinjau dari segi umur, 60 unit berumur dibawah 5 tahun, 34 unit berumur 510 tahun dan sisanya 19 unit berumur di atas 10 tahun.

16

Tabel 2.3. DATA KONDISI SARANA PERSAMPAHAN

Sumber: ciptakarya.pu.go.id

Kegiatan pembuangan akhir sampah ditetapkan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung, yang berada Desa Suwung Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan. Lokasi TPA dengan sumber sampah berada pada jangkauan 9 km. Sampah yang akan masuk ke TPA Suwung diseleksi, dan dilakukan pelarangan terhadap sumber sampah seperti:

Sampah medis (rumah sakit) Sampah dari barang pecah belah Sampah ban bekas, karet dan sejenisnya yang mudah terbakar Segala macam bangkai Tinja

17

2.2.2. Jumlah Sampah yang Belum Ditangani

Diasumsikan setiap penduduk kota Denpasar menghasilkan 4 liter sampah per hari. Dengan jumlah penduduk kota Denpasar yang mencapai 788.589 jiwa pada tahun 2011, maka sampah yang dihasilkan mencapai 1.151.341,40 m3 per tahun. Pada tahun 2011, kapasitas angkut armada DKP untuk Kota Denpasar mencapai 698.949 m3 sampah atau 60,71 % dari total sampah. Hal ini menandakan DKP Kota Denpasar belum dapat mencapai target pelayanan sebesar 80% dari total sampah Kota Denpasar.

Total sampah yang diangkut ke TPA Suwung oleh DKP Kota Denpasar, masyarakat, PD Pasar, dan swasta mencapai 826.363 m3 atau sebesar 71,77% dari total sampah yang dihasilkan (lihat Tabel 2). Ini berarti sisa sebesar 28,23% sampah tidak diangkut ke TPA Suwung dan sebagian di antaranya tercecer di jalanan (data Pemkot Denpasar).

18

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan penelitian kualitatif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan fenomenologi (McMillan dan Schumacher, 2001). Metode yang digunakan adalah metode jajak pendapat online. 3.2. Unit Analisis Unit analisis penelitian ini adalah individual sejumlah empat orang dari berbagai daerah di Indonesia yang berpartisipasi secara sukarela untuk penelitian ini. 3.3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah jajak pendapat. Penelitian ini memanfaatkan fasilitas Yahoo Answers (id.answers.yahoo.com) untuk melakukan jajak pendapat. Para responden tidak dipilih melainkan berpartisipasi atas keinginan pribadi untuk mengikuti jajak pendapat ini. 3.4. Jalannya Penelitian 1) Penulis menggunakan layanan Yahoo Answers yang dapat diakses di

id.answers.yahoo.com untuk melakukan jajak pendapat secara online. Jajak pendapat dilakukan pada tanggal 7 September 2012 dan diselenggarakan selama 12 jam. 2) Penulis mengajukan sebuah pertanyaan terbuka kepada komunitas Yahoo Answers dan menunggu jawaban dari orang-orang ingin berpartisipasi dalam jajak pendapat ini. Pertanyaan yang diajukan adalah: Bagaimana cara menanggulangi masalah sampah di suatu objek wisata agar kualitas pariwisata objek itu meningkat?
19

3) Ada sebanyak empat responden yang menjawab pertanyaan pertama dan empat responden lain menjawab pertanyaan kedua. Total ada delapan responden yang berpartisipasi dalam jajak pendapat ini.

20

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Pemaparan Hasil Berikut akan dipaparkan jawaban-jawaban para responden jajak pendapat ini. Pertanyaan: Bagaimana cara menanggulangi masalah sampah di suatu objek wisata agar kualitas pariwisata objek itu meningkat? Jawaban: Nama ID Responden Jawaban Responden (Tanpa Suntingan) Yoyok powerblock Sampah... masalah yang sering kita temui tanpa ada penanganan yang tepat, untuk permasalahan sampah di obyek wisata, seharusnya pengelola membentuk satu unit kerja pengolahan sampah, Sampah yang ada di obyek wisata pada umumnya adalah sampah organik dan sampah non organik (plastik, sterofoam), sampah sampah tersebut harus kita pungut dari areal obyek wisata, dan jangan terlalu berharap meskipun telah di sediakan tempat sampah yang memadai di areal obyek wisata tersebut, pengunjung biasanya akan membuang sampah di mana saja, karena di alam bawah sadarnya sudah terpatri "yang namanya sampah harus di buang", Kembali ke persoalan.... sampah yang telah di pungut selanjutnya di pisahkan antara sampah organik dan sampah non organik, Sampah organik; bisa kita ubah menjadi kompos dengan cara di

21

kubur didalam tanah dengan diberi panambahan kotoran sapi dan pupuk urea.... selanjutnya menjaga agar kondisi tanah tempat sampah tersebut di kubur selalu lebab..... bukan basah.... agar organisme pengurai sampah dapat melakukan tugasnya.... setelah sebulan... kompos tersebut pasti sudah siap digunakan dengan cara digali kembali dan di ayak agar ukuran pertikel kompos tersebut seragam dan di kemas di plastik kedap udara dan siap di jual, kalau di toko taman yang pernah saya temui kompos ini di jual 25rb per kantongnya.... Sampah non organik; pisahkan juga antara sampah bekas aqua (air mineral) dengan sampah yang berbentuk sterofoam, sampah sterofoam kebanyakan orang tidak tertarik untuk memanfaatkannya karena sterofoam tidak bisa didaur ulang, lain halnya dengan sampah bekas minuman mineral, banyak sekali para pemulung yang mau mengambil unruk selanjutnya di setor ke pengepul dan pada akhirnya akan di setor ke pabrik plastik untuk didaur ulang menjadi bentuk plastik yang lain Selanjutnya unit pengolahan sampah ini harus di perhatikan kesejahteraannya, sebelum unit ini belum menghasilkan profit dari apa yang diolahnya, maka wajib pihak pengelola memperhatikan kesejahteraannya, dengan membarikan intensif berupa upah, karena unit pengolahan sampah ini sangat penting bagi kemajuan suatu obyek wisata.... obyek wisata yang jorok tidak akan ada pengunjung... itu sudah menjadi hukum alam Hal yang terpenting adalah lakukan hal yang nyata, jangan hanya

22

banyak berteori tanpa ada kerja yang nyata, karena setiap usaha pasti ada efek baiknya Andy Law Berdayakan saja penghuni LP. Ngapain di dalam LP terus dalam kurungan nggak kerja? Dan sekarang banyak pengangguran, kenapa tidak diberdayakan saja, lalu dibayar dengan uang pajak dari pemerintah. Kalau sampah itu ya yang plastik didaur ulang dan yang organik dijadikan pupuk atau dibakar saja. Cindy Libatkan warga sekitar dalam membersihkan sampah, seperti pelajar, pecinta alam, petugas pemda (tugas utama mereka), TNI atau lainnya Lakukan minimal 1x seminggu, toh semua ini untuk masyarakat setempat juga Anank Ya pengelola objek wisata harus punya pekerja kebersihan yang efektif. Konsekuensinya dengan anggaran pengeluaran gaji karyawan kebersihan yang meningkat. Kalo mengandalkan pada tulisan, larangan, dll susah juga.. Masyarakat/ pengunjung udah pada bandel kalo soal sampah.. Udah budaya sih..buang sampah sembarangan.

4.2. Analisis Data Dari jawaban para responden penulis mendapat keterangan bahwa ada banyak cara untuk menanggulangi masalah sampah. Cara-cara yang disampaikan oleh para responden antara lain dengan pemilahan sampah, pengubahan sampah organik menjadi kompos, mendaur ulang sampah, memberdayakan masyarakat sekitar, hingga mempekerjakan para penghuni LP.
23

BAB 5 PEMBAHASAN Dari penelitian ini didapat informasi tentang cara-cara yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah sampah di Kota Denpasar. Cara-cara tersebut didapat dari keterangan dan saran dari para responden jajak pendapat. Cara-cara yang diperoleh, yaitu: 1. Memungut sampah-sampah yang ada di kawasan wisata dan dipilah menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah organk akan diubah menjadi kompos dengan teknik pengomposan. Sedangkan sampah anorganik berbentuk plastic dapat didaur ulang menjadi produk-produk lain yang berguna. Pengomposan merupakan proses dekomposisi dan stabilisasi bahan secara biologis dengan produk akhir yang cukup stabil untuk digunakan di lahan pertanian tanpa pengaruh yang merugikan (Haug, 1980). Pengomposan dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satu caranya yaitu sampah dikubur di dalam tanah dengan diberi tambahan kotoran sapi dan pupuk urea. Selanjutnya menjaga agar kondisi tanah tempat sampah tersebut dikubur selalu lembab. Setelah sebulan, kompos tersebut sudah siap digunakan dengan cara digali kembali, lalu diayak agar ukuran pertikel kompos tersebut seragam dan dikemas dalam plastik kedap udara. Kompos tersebut sudah layak dijual. 2. Unit pengolahan sampah termasuk para pekerjanya harus diperhatikan

kesejahteraannya karena unit pengolahan sampah ini sangat penting untuk mengelola sampah dan oleh sebab itu unit ini memiliki dampak bagi kemajuan suatu obyek wisata.

24

3. Berdayakan para penghuni LP (Lembaga Pemasyarakatan) agar dapat lebih berguna dalam membantu masyarakat. 4. Libatkan warga sekitar dalam membersihkan sampah, seperti pelajar, pecinta alam, petugas pemda (tugas utama mereka), TNI dan lain-lain setiap minimal seminggu sekali. 5. Berdayakan para pengangguran untuk membersihkan sampah agar mereka mendapat pekerjaan yang positif.

25

BAB 6 PENUTUP 1.1. KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada banyak cara untuk menanggulangi masalah sampah di Kota Denpasar, mulai dari memaksimalkan unit pengelolaan sampah yang sudah ada di Kota Denpasar hingga memberdayakan masyarakat secara maksimal untuk menjaga kebersihan kota. 1.2. SARAN Dengan banyaknya cara yang didapat melalui penelitian ini, diharapkan cara-cara tersebut dapat diaplikasikan untuk meningkatkan kebersihan kota dan kualtas pariwisata di Kota Denpasar.

26

DAFTAR PUSTAKA Afriani, Iyan. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. http://www.penalaranunm.org/index.php/artikel-nalar/penelitian/116-metode-penelitian-kualitatif.html. Diakses pada tanggal 8 September 2012. Anonim. 2012. Bali. http://id.wikipedia.org/wiki/Bali. Diakses pada tanggal 7 September 2012. Anonim. 2012. Pendekatan, Jenis dan Metode Penelitian Pendidikan. http://belajarpsikologi.com/pendekatan-jenis-dan-metode-penelitian-pendidikan/. Diakses pada tanggal 8 September 2012. Bank Data Kota Denpasar. 2011. Tempat Pembuangan Akhir (TPA). http://www.denpasarkota.go.id/instansi/file/?TPA.pdf. Diakses pada tanggal 6 September 2012. _____. 2010. Volume Sampah yang Terangkut ke TPA Suwung Tahun 2010. http://bankdata.denpasarkota.go.id/bankdata/Volume-Sampah_2010.pdf. Diakses pada tanggal 6 September 2012. _____. 2011. Volume Sampah 2011. http://bankdata.denpasarkota.go.id/bankdata/Volume%20sampah%202011.pdf. Diakses pada tanggal 6 September 2012. Dharma, Surya. 2008. Pendekatan, Jenis, Dan Metode Penelitian Pendidikan. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/PENELITIAN%20PENDIDIKAN.pdf. Diakses pada tanggal 8 September 2010.

27

Ditjen Cipta Karya Kementerian PU. 2006. Profil Kabupaten/Kota: Denpasar, Bali. http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/timur/bali/denpasar.pdf. Diakses pata tanggal 6 September 2012. Iman, Muhammad Iqbal Tubagus. 2010. Dampak Negatif Limbah Sampah Terhadap Lingkungan dan Pemanfaatannya. http://www.scribd.com/doc/34255315/DampakNegatif-Limbah-Sampah-Terhadap-Lingkungan-dan-Pemanfaatannyaenzolawyerslab-%C2%A6copyright-2010. Diakses pada tanggal 6 September 2012.

28

Anda mungkin juga menyukai