Anda di halaman 1dari 21

TEKNIK DAN PROSEDURAL PERAWATAN LUKA

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dasar II

Oleh :

Mira Patimah 12210093

Rifa Nur Alia 12210111

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN INDONESIA WIRAUTAMA

JALAN SATRIA RAYA NO.29, ANDIR, PAKUTANDANG, KEC.


CIPARAY BANDUNG, JAWA BARAT 40381

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan


jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam
ciptaan-Nya. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan
kita Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus
berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah berjudul


“Teknik dan Prosedural Perawatan Luka” yang menjadi tugas mata kuliah
Keperawatan Dasar II.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Deni Arisandi, S.Kep,.


M.Pd. selaku dosen mata kuliah Keperawatan Dasar II. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah
ini.

Akhir kata, penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari
kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki
karya-karya kami di waktu-waktu mendatang

Cianjur, 20 Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang ...............................................................................................1


B. Rumusan Masalah...........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................2
D. Manfaat Penulisan...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3

A. Definisi Luka..................................................................................................3
B. Etiologi Luka..................................................................................................3
C. Jenis-jenis Luka..............................................................................................4
D. Tujuan Perawatan Luka..................................................................................6
E. Klasifikasi Luka..............................................................................................6
F. Proses Penyembuhan Luka.............................................................................8
G. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka..............................9
H. Penatalaksanaan Luka...................................................................................10

BAB III PENUTUP..........................................................................................17

A. Kesimpulan ..................................................................................................17
B. Saran.............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perawatan luka merupakan tindakan keperawatan yang sering
dilakukan di rumah sakit sehingga kemungkinan terjadinya infeksi klinis
karena perawatan luka cukup tinggi dan ini akan menambah tingginya biaya
perawatan dan angka kesakitan pasien (Anonim, 2005).

Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan harus sesuai


dengan prosedur tetap yang berlaku serta selalu menunjukkan sikap dan
tingkah laku profesional yang sesuai dengan etika profesi keperawatan yang
merupakan kesadaran dan pedoman yang mengatur nilai-nilai moral dalam
melaksanakan kegiatan profesi keperawatan, sehingga mutu dan kualitas
profesi keperawatan tetap terjaga dengan cara yang terhormat (Azwar, 2007).
Pelayanan keperawatan yang diberikan secara menyeluruh salah
satunya adalah perawatan luka yang harus dilaksanakan sesuai dengan
prosedur tetap. Prosedur perawatan luka ini bertujuan agar mempercepat
proses penyembuhan dan bebas dari infeksi, indikator adanya infeksi akibat
perawatan luka yang tidak baik salah satunya adalah terjadinya infeksi
nosokomial yang merupakan infeksi yang didapat atau yang timbul pada
waktu pasien di rawat di rumah sakit (Potter, 2005)

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat
disusun rumusan makalah ini yaitu :
1. Apa itu luka ?
2. Bagaimana etiologi luka?
3. Apa saja jenis-jenis luka?
4. Apa tujuaan perawatan luka?
5. Apa saja klasifikasi luka?
6. Bagaimana fase penyembuhan luka?

1
7. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka?
8. Bagaimana penatalaksanaan luka?
9. Bagaimana cara melakukan perawatan luka kering?
10. Bagaimana cara melakukan perawatan luka basah?
11. Apa saja alat yang digunakan dalam melakukan perawatan luka?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Agar pembaca mengetahui mengenai prosedur perawatan luka. Dan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Dasar II.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian luka
b. Mengetahui etiologi luka
c. Mengetahui jenis-jenis luka
d. Mengetahui tujuaan perawatan luka
e. Mengetahui klasifikasi luka
f. Mengetahui fase penyembuhan luka
g. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
h. Mengetahui penatalaksanaan luka
i. Mengetahui cara melakukan perawatan luka basah
j. Mengetahui cara melakukan perawatan luka kering
k. Mengetahui alat yang digunakan dalam melakukan perawatan luka

D. MANFAAT PENULISAN
1. Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan/
menjadi sumber referensi dan informasi bagi pembaca.
2. Dapat digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan pengetahuan
pembaca dalam melaksanakan tindakan perawatan luka

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI LUKA

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini
dapat dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu,
zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan (Sjamsuhidajat, 2017).

Luka adalah terputusnya kontinuitas jaringan karena cedera atau


pembedahan. Luka bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat,
proses penyembuhan, dan lama penyembuhan (Kartika, 2015).
Luka merupakan suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh
yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh, sehingga dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari (Hidayat, 2014).

B. ETIOLOGI LUKA

Bentuk luka bermacam-macam bergantung penyebabnya, misalnya


luka sayat atau vulnus scissum yang disebabkan oleh benda tajam, sedangkan
luka tusuk yang disebut vulnus punctum akibat benda runcing. Luka robek,
laserasi atau vulnus laceratum merupakan luka yang tepinya tidak rata atau
compang-camping disebabkan oleh benda yang permukaanya tidak rata. Luka
lecet pada permukan kulit akibat gesekan disebut ekskoriasi. Panas dan zat
kimia juga dapat menyebabkan luka bakar atau vulnus kombusi
(Sjamsuhidajat, 2017).

Sedangkan menurut Dealey (2005), ada beberapa penyebab luka yaitu


traumatis misalnya luka karena trauma mekanik, kimia, fisik; luka yang
disengaja misalnya luka operasi; luka iskemia misalnya ulkus kaki diabetes;
dan luka karena tekanan misalnya ulkus tekan/ulkus dekubitus.

3
C. JENIS-JENIS LUKA

1. Luka Terbuka

Luka Terbuka adalah luka yang mengenai lapisan kulit terluar


sehingga membuat jaringan di dalamnya terpapar udara.Jenis luka ini
biasanya ditimbulkan dari gesekan atau tusukan pada kulit dengan
permukaan benda yang kasar atau tajam.Tidak hanya yang diakibatkan
oleh kecelakaan, luka terbuka juga bisa berupa luka yang berasal dari
prosedur medis seperti halnya luka operasi.

a. Luka lecet atau abrasi terjadi ketika kulit bergesekan dengan


permukaan yang kasar atau keras. Ciri-ciri luka lecet biasanya tidak
mengeluarkan banyak perdarahan dan dapat sembuh tanpa
meninggalkan bekas. Jenis luka ini termasuk ke dalam golongan luka
superfisial, artinya hanya mengenai lapisan kulit terluar saja. Meski
demikian, luka lecet tetap perlu dibersihkan agar tidak terjadi infeksi.
Saat membersihkan luka, pastikan Anda mencuci tangan terlebih dulu
hingga benar-benar bersih untuk mencegah kuman penyakit
masuk.Setelah itu, bersihkan luka dengan menggosok lembut bagian
yang lecet dengan air mengalir dan sabun. Agar memberi perlindungan
yang optimal, Anda bisa mengoleskan salep antibiotik, lalu balut area
yang terluka dengan perban.
b. Luka robek, dikenal juga dengan sebutan laserasi (vulnus laceratum),
luka robek disebabkan oleh kecelakaan ketika menggunakan pisau atau
peralatan tajam lainnya.Tidak seperti luka lecet, luka robek ini tidak
melibatkan pengikisan lapisan terluar kulit (epidermis).Namun,
laserasi bisa menyebabkan kerusakan pada jaringan kulit dalam.
Beberapa jenis luka yang termasuk laserasi adalah luka goresdan luka
sayatan.
c. Luka tusuk, jenis luka ini biasanya disebabkan oleh benda tajam yang
runcing seperti paku atau jarum. Dibandingkan laserasi, luka tusuk
umumnya mengenai jaringan kulit yang lebih dalam.Terkadang luka

4
tusuk bisa tidak mengeluarkan banyak darah, tdtapi tusukan yang
terlalu dalam bisa merusak organ atau jaringan di bawah kulit.Selain
itu, risiko infeksi lebih tinggi karena cenderung sulit dibersihkan. Area
yang terluka juga lebih hangat dan lembab sehingga dapat menjadi
tempat yang ideal untuk pertumbuhan bakteri.Bila Anda ingin
melakukan perawatan pada jenis luka ini, cara yang sesuai adalah
mencuci luka di bawah aliran air.
d. Luka bakar, seperti paparan sinar matahari, tersiram air panas, kontak
dengan api, bahan kimia, atau listrik.Berdasarkan tingkat
keparahannya, luka bakar terbagi menjadi beberapa derajat.Semakin
tinggi derajat luka bakar, artinya tingkat kerusakan jaringan kulit juga
bisa semakin luas.
e. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang
tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik)
biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang
luka diikat (Ligasi)
f. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti
oleh kaca atau oleh kawat.
g. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu
tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak,
perdarahan dan bengkak.
h. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ
tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi
pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.

2. Luka Tertutup
Luka tertutup adalah luka yang biasanya berasal dari benturan
benda tumpul. Ciri-ciri luka ini ditandai dengan munculnya memar tanpa
perdarahan luar. Berbeda dengan luka terbuka, pada luka tertutup jaringan
kulit terluar atau epidermis tetap utuh. Luka tertutup justru terdapat pada
jaringan di bawah kulit.Kerusakan dari luka tertutup ini bisa mencapai
otot, organ dalam, dan tulang.

5
a. Kontusio adalah jenis luka tertutup yang paling umum. Penyebab
kontusio adalah benturan benda tumpul yang merusak pembuluh darah
kecil, kapiler, otot, dan jaringan di bawahnya.Pada beberapa kasus,
kontusio juga dapat menyebabkan kerusakan pada tulang.Kemunculan
luka ditandai dengan memar berwarna kemerahan hingga kebiruan di
area yang terdampak.
b. Serupa dengan kontusio, hematoma juga disebabkan oleh gangguan
pada pembuluh darah kecil dan kapiler yang mengakibatkan
penggumpalan darah pada daerah yang terluka. Bedanya, hematoma
berbentuk benjolan kenyal yang bernama lesi.Tergantung pada tingkat
keparahannya, jenis luka tertutup ini bisa berukuran besar atau kecil.

D. TUJUAN PERAWATAN LUKA


1. Agar terhindar dari infeksi
2. Agar luka tetap bersih
3. Mempercepat penyembuhan
4. Mencegah masuknya kuman dan kotoran dalam luka
5. Mencegah terjadinya pencemaran oleh cairan dan kuman yang berasal dari
luka ke daerah sekitarnya
6. Mencegah terjadinya infeksi silang
7. Mengistirahatkan bagian yang luka atau sakit
8. Memberikan rasa aman dan nyaman

E. KLASIFIKASI LUKA
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan
luka itu dan menunjukkan derajat luka (Taylor, 1997).

1. Berdasarkan tingkat kontaminasi


a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana
tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem
pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih
biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan

6
drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt). Kemungkinan terjadinya
infeksi luka sekitar 1% - 5%.
b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan
luka pembedahan dimana aluran respirasi, pencernaan, genital atau
perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi,
kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.
c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka,
fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar
dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna pada
kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen.
Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.

d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya


mikroorganisme pada luka.

2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka


a. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka
yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
b. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit
pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka
superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang
yang dangkal.
c. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit
keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang
dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang
mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan
fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai
suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan
sekitarnya.
d. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot,
tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

7
3. Berdasarkan waktu penyembuhan luka
a. Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan
konsep penyembuhan yang telah disepakati.
b. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses
penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.

F. PROSES PENYEMBUHAN LUKA

Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan hal


ini juga berhubungan dengan regenerasi jaringan. Fase penyembuhan luka
digambarkan seperti yang terjadi pada luka pembedahan (Kozier, 1995).
Menurut Taylor (1997) :

1. Fase Inflamasi
Fase inflamasi dimulai setelah perlukaan dan berakhir hari ke 3 –
4. Dua tahap dalam fase ini adalah hemostasis dan fagositosis. Sebagai
hasil adanya suatu 8konstriksi pembuluh darah, berakibat terjadinya
pembekuan darah untuk menutupi luka. Diikuti vasodilatasi menyebabkan
peningkatan aliran darah ke daerah luka yang dibatasi oleh sel darah putih
untuk menyerang luka dan menghancurkan bakteri dan debris.
Lebih kurang 24 jam setelah luka sebagian besar sel fagosit
(makrofag) masuk ke daerah luka dan mengeluarkan faktor angiogenesis
yang merangsang pembentukan anak epitel pada akhir pembuluh luka
sehingga pembentukan kembali dapat terjadi.
2. Fase Proliferasi
Dimulai pada hari ke 3 atau 4 dan berakhir pada hari ke 21.
Fibroblast secara cepat mensintesis kolagen dan substansi dasar. Lapisan
tipis dari sel epitel terbentuk melintasi luka dan aliran darah ada
didalamnya, jaringan baru ini disebut jaringan granulasi.
3. Fase Maturasi
Fase akhir dari penyembuhan, dimulai hari ke 21 dan dapat
berlanjut sampai luka sembuh secara sempurna. Kolagen baru menyatu,
menekan pembuluh darah dalam penyembuhan luka, sehingga bekas luka

8
menjadi rata dan tipis. Perkembangan perawatan luka sejak tahun 1940
hingga sekarang, telah banyak mempelajari tentang perawatan luka.
Hasilnya menunjukkan bahwa lingkungan yang lembab lebih baik
daripada lingkungan kering. Hasil penelitian terdahulu menyimpulkan
bahwa migrasi epidermal pada luka superfisial lebih cepat pada suasana
lembab daripada kering, dan hal ini merangsang perkembangan balutan
luka modern (Potter, 1998).
Konsep penyembuhan luka dengan teknik lembab ini merubah
konsep perawatan luka dan memberikan rangsangan bagi perkembangan
balutan lembab (Potter, 1998).
Penggantian balutan dilakukan sesuai kebutuhan tidak hanya
berdasarkan kebiasaan, melainkan disesuaikan terlebih dahulu dengan tipe
dan jenis luka. Penggunaan antiseptik hanya untuk yang memerlukan saja
karena memiliki efek toksik terhadap sel sehat. Pembawa sitotoksik seperti
povidine iodine, asam asetat, seharusnya tidak secara sering digunakan
untuk membersihkan luka karena dapat menghambat penyembuhan dan
mencegah reepitelisasi (Walker, 1996).

G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN


LUKA

Faktor yang mempengaruhi pada penyembuhan luka dapat dibagi


menjadi dua faktor yaitu sistemik dan faktor lokal

1. Faktor sistemik
a. Usia
Pada usia lanjut proses penyembuhan luka lebih lama
dibandingkan usia muda. Faktor ini kerena kemungkinan adanya
proses degenerasi, tidak adekuatnya pemasukan makanan, menurunya
kekebalan, dan menurunnya sirkulasi
b. Nutrisi
Faktor nutrisi sangat penting dalam proses penyembuhan luka,
pada pasien yang mengalami penurunan tingkat diantaranya serum

9
albumin, total limposit dan transferin adalah merupakan risiko
terhambatnya proses penyembuhan luka. Selain protein, Vitamin A, E
dan C juga mempengaruhi dalam proses penyembuhan luka,
kekurangan vitamin A menyebabkan berkurangnya produksi
macrophag yang konsekuensinya rentan terhadap infeksi, reterdasi
epitelialisasi, dan sistesis kolagen, vitamin E mempengaruhi pada
produksi kolagen, sedangkan vitamin C menyebabkan kegagalan
fibroblast untuk memproduksi kolagen.
c. Insufisiensi vascular
Insufisiensi vascular juga merupakan faktor penghambat pada
proses penyembuhan luka, sering kali pada kasus luka ekstremitas
bawah seperti luka diabetik dan pembuluh arteri dan atau vena
kemudian decubitus karena faktor tekanan yang semuanya akan
berdampak pada penurunan atau gangguan sirkulasi darah.
d. Obat-obatan
Terutama sekali pada pasien yang menggunakan terapi
steroid,kemoterapi dan imunosupresi (Suriadi, 2004).

2. Faktor local
a. Suplai darah
b. Infeksi
Infeksi sistemik atau lokal dapat menghambat penyembuhan luka
c. Nekrosis
Luka dengan jaringan yang mengalami nekrosis dan eskar akan dapat
menjadi faktor penghambat untuk perbaikan luka.
d. Adanya benda asing pada luka (Suriadi, 2004).

H. PENATALAKSANAAN LUKA

1. Perawatan Luka Bersih (Kering)

Perawatan luka bertujuan untuk meningkatkan proses


penyembuhan jaringan juga untuk mencegah infeksi. Luka yang sering

10
ditemui oleh bidan di klinik atau rumah sakit biasanya luka yang bersih
tanpa kontaminasi misal luka secsio caesaria, dan atau luka operasi
lainnya. Perawatan luka harus memperhatikan teknik steril, karena luka
menjadi port de entre nya mikroorganisme yang dapat menginfeksi luka.

Tujuan :

1. Mencegah infeksi silang dan mempercepat proses penyembuhan


2. Memberikan rasa nyaman baik fisik maupun mental

a. Persiapan alat
Alat Steril dalam bak instrumen ukuran sedang tertutup:
- Pinset anatomis (2 buah)
- Pinset chirurgis (2 buah)
- Handscoon steril
- Kom steril (2 buah)
- Kassa dan kapas steril secukupnya
- Gunting jaringan/ Gunting Up Hecting (jika diperlukan)

Alat Lain:

- Gunting Verband/plester
- Plester
- Nierbekken (Bengkok)
- Lidi kapas
- Was bensin
- Alas / Perlak
- Selimut Mandi
- Kapas Alkohol dalam tempatnya
- Betadine dalam tempatnya
- Larutan dalam botolnya (NaCL 0,9%)
- Lembar catatan klien

11
b. Prosedur Pelaksanaan
1) Mencuci Tangan
2) Melakukan inform consent lisan pada klien/keluarga dan intruksikan
klien untuk tidak menyentuh area luka atau peralatan steril.
3) Menjaga privacy dan kenyamanan klien dan mengatur kenyamanan
klien
4) Atur posisi yang nyaman bagi klien dan tutupi bagian tubuh selain
bagian luka dengan selimut mandi.
5) Siapkan plester untuk fiksasi (bila perlu)
6) Pasang alas/perlak
7) Dekatkan nierbekken
8) Paket steril dibuka dengan benar
9) Kenakan sarung tangan sekali pakai
10) Membuka balutan lama :
- Basahi plester yang melekat dengan was bensin dengan lidi
kapas.
- Lepaskan plester menggunakan pinset anatomis ke 1 dengan
melepaskan ujungnya dan menarik secara perlahan, sejajar
dengan kulit ke arah balutan.
- Kemudian buang balutan ke nierbekken.
- Simpan pinset on steril ke nierbekken yang sudah terisi larutan
chlorin 0,5%
11) Kaji Luka:
Jenis, tipe luka, luas/kedalaman luka, grade luka, warna dasar luka,
fase proses penyembuhan, tanda-tanda infeksi perhatikan
kondisinya, letak drain, kondisi jahitan, bila perlu palpasi luka
denga tangan non dominan untuk mengkaji ada tidaknya puss.
12) Membersihkan luka:
- Larutan NaCl/normal salin (NS) di tuang ke kom kecil ke 1
- Ambil pinset, tangan kanan memegang pinset chirurgis dan
tangan kiri memegang pinset anatomis ke-2

12
- Membuat kassa lembab secukupnya untuk membersihkan luka
(dengan cara memasukkan kapas/kassa ke dalam kom berisi
NaCL 0,9% dan memerasnya dengan menggunakan pinset)
- Lalu mengambil kapas basah dengan pinset anatomis dan
dipindahkan ke pinset chirurgis
- Luka dibersihkan menggunakan kasa lembab dengan kassa
terpisah untuk sekali usapan. Gunakan teknik dari area kurang
terkontaminasi ke area terkontaminasi.
13) Menutup Luka
- Bila sudah bersih, luka dikeringkan dengan kassa steril kering
yang diambil dengan pinset anatomis kemudian dipindahkan ke
pinset chirurgis di tangan kanan.
- Beri topikal therapy bila diperlukan/sesuai indikasi
- Kompres dengan kasa lembab (bila kondisi luka basah) atau
langsung ditutup dengan kassa kering (kurang lebih 2 lapis)
- Kemudian pasang bantalan kasa yang lebih tebal
- Luka diberi plester secukupnya atau dibalut dengan pembalut
dengan balutan yang tidak terlalu ketat.
14) Alat-alat dibereskan
15) Lepaskan sarung tangan dan buang ke tong sampah
16) Bantu klien untuk berada dalam posisi yang nyaman
17) Buang seluruh perlengkapan dan cuci tangan

2. Perawatan Luka Kotor (Basah)

Balutan basah kering adalah tindakan pilihan untuk luka yang


memerlukan debridemen (pengangkatan benda asing atau jaringan yang
mati atau berdekatan dengan lesi akibat trauma atau infeksi sampai
sekeliling jaringan yang sehat). Indikasi : luka bersih yang terkontaminasi
dan luka infeksi yang memerlukan debridement

13
Tujuan :
1. Membersihkan luka terinfeksi dan nekrotik
2. Mengabsorbsi semua eksudat dan debris luka

a. Persiapan Alat

1) Bak balutan steril :


- Kapas balut atau kassa persegi panjang
- Kom kecil 2 buah
- 2 pasang pinset (4 buah) atau minimal 3 buah (2 cirurgis dan
1 anatomis)
- Aplikator atau spatel untuk salep jika diperlukan
- Sarung tangan steril
2) Perlak dan Pengalas
3) Bengkok 2 buah
- Bengkok 1 berisi desinfektan 0,5% untuk merendam alat bekas
- Bengkok 2 untuk sampah
4) Larutan Nacl 0,9%
5) Gunting plester dan sarung tangan bersih
6) Kayu putih dan 2 buah kapas lidi

b. Prosedur Pelaksanaan

1) Jelaskan prosedur yang akan dilakuakan


2) Dekatkan peralatan di meja yang mudah dijangkau perawat
3) Tutup ruangan sekitar tempat tidur dan pasang sampiran
4) Bantu klien pada posisi nyaman. Buka pakaian hanya pada bagian
luka dan instruksikan pada klien supaya tidak menyentuh daerah
luka atau peralatan
5) Cuci tangan
6) Pasang perlak pengalas di bawah area luka

14
7) Pakai sarung tangan bersih, lepaskan plester dengan was bensin
menggunakan lidi kapas, ikatan atau balutan. Lepaskan plester
dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan perlahan sejajar
kulit dan mengarah pada balutan. Jika masih terdapat bekas plester
di kulit bersihkan dengan kayu putih
8) Angkat balutan kotor perlahan-lahan dengan menggunakan pinset
atau sarung tangan, pertahankan permukaan kotor jauh dari
penglihatan klien. Bila terdapat drain angkat balutan lapis demi
lapis
9) Bila balutan lengket pada luka lepaskan dengan menggunakan
normal salin ( NaCl 0,9 % )
10) Observasi karakter dari jumlah drainase pada balutan
11) Buang balutan kotor pada sampah, hindari kontaminasi permukaan
luar kantung, lepaskan sarung tangan dan simpan pinset dalam
bengkok yang berisi larutan desinfektan
12) Buka bak steril, tuangkan larutan normal salin steril ke dalam
mangkok kecil. Tambahkan kassa ke dalam normal salin
13) Kenakan sarung tangan steril
14) Inspeksi keadaan luka, perhatikan kondisinya, letak drain,
integritas jahitan atau penutup kulit dan karakter drainase ( palpasi
luka bila perlu dengan bagian tangan yang nondominan yang tidak
akan menyentuh bahan steril )
15) Bersihkan luka dengan kapas atau kassa lembab yang telah
dibasahi normal salin. Pegang kassa atau kapas yang telah dibasahi
dengan pinset. Gunakan kassa atau kapas terpisah untuk setiap
usapan membersihkan. Bersihkan dari area yang kurang
terkontaminasi ke area terkontaminasi
16) Pasang kassa yang lembab tepat pada permukaan kulit yang luka.
Bila luka dalam maka dengan perlahan buat kemasan dengan
menekuk tepi kasa dengan pinset. Secara perlahan masukan kassa
ke dalam luka sehingga semua permukaan luka kontak dengan
kassa lembab

15
17) Luka ditutup dengan kassa kering. Usahakan serat kassa jangan
melekat pada luka. Pasang kassa lapisan kedua sebagai lapisan
penerap dan tambahkan lapisan ketiga
18) Luka difiksasi dengan plester atau dibalut dengan rapi,
19) Lepaskan sarung tangan dan buang ke tempat yang telah
disediakan, dan simpan pinset yang telah digunakan pada bengkok
perendam
20) Bereskan semua peralatan dan bantu pasien merapikan pakaian,
dan atur kembali posisi yang nyaman
21) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

Perhatian :

- Pengangkatan balutan dan pemasangan kembali balutan basah


kering dapat menimbulkan rasa nyeri pada klien
- Perawat harus memberikan analgesi dan waktu penggantian
balutan sesuai dengan puncak efek obat
- Pelindung mata harus digunakan jika terdapat resiko adanya
kontaminasi ocular seperti percikan dari luka

16
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya


cedera atau pembedahan. Luka merupakan rusaknya kesatuan/komponen
jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau
hilang.
Ada faktor tertentu yang mempengaruhi proses penyembuhan luka.
Dan dibutuhkan keahlian khusus dalam melakukan perawatan luka, agar luka
dapat segera disembuhkan.

B. SARAN

Sebaiknya dalam perawatan luka dilakukan dengan cara yang benar


sesuai dengan prosedur. Peralatan yang steril dan kemampuan yang bisa
dipertanggung jawabkan. Agar luka tidak bertambah parah dan cepat
disembuhkan.

Untuk pemerintah daerah sebaiknya mengadakan sosialisasi kepada


masyarakat awam tentang pentingnya merawat luka agar meminimalisasi
terjadinya penularan penyakit yang disebabkan oleh luka yang tidak dirawat.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/543795521/Makalah-Perawatan-Luka
https://id.scribd.com/document/545565298/Makalah-Perawatan-Luka
https://id.scribd.com/document/363697879/Teknik-Perawatan-Luka
https://www.academia.edu/11517743/
Perawatan_Pada_Luka_Bersiih_Dan_Luka_Kotor

18

Anda mungkin juga menyukai