1. Pengkajian
1. Umum : Keadaan umumnya bervariasi dari sedang sampai berat. Pada kondisi yang
berat. Tergantung derajat mortilitas steven jonson. Bila derajat 1 biasanya keadaan
umum pasien ringan, derajat 2 dan 3 berat.
a. Keadaan berat bila terjadinya erosi dan perforasi kornea yang dapat menyebabkan
kebutaan, pseudomembran klien mengalami kesulitan bernafas, dan bula antara 10-30%
dan telah terjadi infeksi pada kulit, Kulit berupa eritema, papel, vesikel, atau bula secara
simetris pada hampir seluruh tubuh, mukosa berupa vesikel, bula, erosi, ekskoriasi,
perdarahan dan kusta berwarna merah.
b. Keadaan umum sedang biasa bila menunjukkan gejala awal, ruam, gatal, demam,
nausea.
2. Pengkajian kesadaran
Pasien dengan steven jonson pada kondisi yang berat, kesadarannya menurun,
penderita dapat soporous sampai koma.
a. Pain : Pada psien derajat 2 lepasnya lapisan epidermis antara 10-30% . Klien
biasanya meringis saat di perintahkan dengan perintah sederhana karena adanya
kerusakan saraf perifer
b. Unresponsive : Pada pasien dengan derajat 3 lepasnya lapisan epidermis lebih dari
30%. Pasien dengan overload SJS dan TEM dalam keadaan koma
3. Pengkajian primer
a. Airway
Jalan napas, adakah sumbatan jalan napas berupa sputum, lendir atau pun darah
yang ditandai oleh kesulitan bernapas atau suara napas yang berbunyi (stridor,
hoarness).
Intervensi :
1. Monitor frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan
2. Auskultasi paru, perhatikan stridor, mengi
3. Ajarkan batuk efektif
4. Lakukan penghisapan (suction) bila klien tidak bisa mengeluarkan lendir
5. Tempatkan pasien pada resusitasi
6. Beri oksigen 4-6 L/menit dengan kanul sankup
7. Lakukkan tindakan kedaruratan jalan nafas agresif
b. Breathing
1. Klien sesak, batuk, mengi, tidak mampu menelan
2. Bunyi napas : gemerik (edema paru), stridor (edema laryngeal) ronkhi (sekret jalan
napas dalam)
3. Pernapasan menggunakan otot-otot pernapasan
4. Pernapasan cepat lebih dari 20 x/menit
5. Irama pernapasan regular/ ireguler
6. Refleks batuk ada
Intervensi :
1. Jika laring atau bronkospasme menyebabkan hipoksi, pemberian O2 3 – 5 ltr / menit
harus dilakukan. Pada keadaan yang amat ekstrim tindakan trakeostomi atau
krikotiroidektomi perlu dipertimbangkan.
2. Pertahankan jalan napas melalui pemberian posisi yang tepat (tinggikan kepala
tempat tidur 15 – 30 derajat)
c. Circulation
7. Tekanan darah hipotensi
8. Takikardia
9. Disritmia, detak jantung tidak beraturan
10. Edema jaringan
11. Kulit dingin, pucat
12. Akral dingin
Intervensi :
Mengatur keseimbangan cairan atau elektrolit tubuh, karena penderita sukar atau
tidak dapat menelan makanan atau minuman akibat adanya lesi oral dan tenggorokan
serta kesadaran penderita yang menurun. Infus yang diberikan berupa glukosa 5% dan
larutan Darrow.
3. Penggolaongan Triage
Dalam pengolongan triage sindrom steven jonson termasuk P2 dan P1. P1 jika memiliki
mortalitas .> 50% dengan mengunakan SCORTEN dan bula terbar >10—30 %
Pengkajian sekunder
a. Riwayat kesehatan pasien
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang dengan keadaan terdapat trias SJS yaitu terdapat bula, eritema, dan
vesikel pada mata, mukosa bibir, dan kulit
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah terkena atau sedang menjalani pengobatan penyakit Infeksi virus
herpes simplex, dan Mycoplasma pneumonia, Viral: herpes simplex virus (HSV)1
dan 2, HIV, Morbili, Coxsackie, cat-scratch fever, influenza, hepatitis B, mumps,
lymphogranuloma venereum(LGV), mononucleosis infeksiosa, Vaccinia rickettsia
dan variola. Epstein-Barr virus and enteroviruses diidentifikasi sebagai penyebab
timbulnya sindrom ini pada anak. Alergi obat secara sistemik ( misalnya penisilin,
analgetik, anti- peuritik ).
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Bila terdapat keluarga alergi obat dan berasal dari ras krustesea
b. Tanda-tanda vital
Pengkajian terhadap adanya demam tinggi, dan adanya takikardi
c. Pengkajian fisik
Head toe toes:
1) Wajah
Eritema, vesikel dan bula
2) Mata
Kelopak mata : Edema dan sulit dibuka
Konjungtiva : Konjungtivitis kataralis dan purulen
Kornea : Ulkus kornea
Reaksi cahaya : Positif
Lapang penglihatan : Penyempitan lapangan penglihatan
Kelaianan mata : Simbleferon, iritis, iridosiklitis
3) Mulut dan leher
Mukosa bibir : Bengkak, kering, warna mukosa merah
Selaput lendir : Stomatitis, afte (vesikel, bula), erosi, perdarahan
Sakit saat menelan : Ada
Lidah : Terdapat lesi
Tonsil/pharix : Meradang
Ketidakmampuan menelan
4) Paru-paru
a. Inspeksi : Bentuk dada simetris kanan dan kiri, terdapat sumbatan pada jalan
napas, klien tampak sesak, terdengar stridor saat ekspirasi/inspirasi, retraksi
dinding dada, penggunaan otot-otot pernapasan, frekuensi pernafasan > 20
x/menit, reflek bentuk ada, pernapasan cepat dan dangkal, klien batuk
b. Auskultasi : Bunyi napas vesikuler, wheezing (+), Ronkhi (+)
5) Kardio vaskuler
a. Inspeksi : edema jaringan
b. Palpasi : frekuensi HR > 100 x/menit, irama regular/ireguler, akral dingin,
kapilar repil > 3 detik
c. Auskultasi :Tekanan darah hipotensi, irama jantung tidak beraturan, tidak ada
bunyi jantung tambahan
6) Abdomen
a. Inspeksi : mual muntah
b. Auskultasi : peristaltik usus bisa menurun atau meningkat
7) Genetalia
a. Vagina : warna secret
b. Anus : pelebaran vena ani/tidak
c. Mukosa : vesikel, bula, erosi, perdarahan, krusta berwarna merah
8) Ektermitas
Edema, tremor, rom terbatas, akral dingin
d. Pengkajian diagnostik
1. Laboratorium : leukositosis atau esosinefilia
2. Histopatologi : infiltrat sel mononuklear, oedema dan ekstravasasi sel darah
merah, degenerasi lapisan basalis, nekrosis sel epidermal, spongiosis dan
edema intrasel di epidermis.
3. Imunologi : deposis IgM dan C3 serta terdapat komplek imun yang mengandung
IgG, IgM, IgA.
Analisa data
N Symptom Etiologi Problem
o
1 DS : Kerusakan jaringan kulit Kekurangan volume
- Klien atau keluarga Adanya bula vesikel dan
cairan tubuh
kelian mengatakan telah eritema
terjadi lepuhan pada kulit ↓
seperti luka bakar Membuat rusaknya lapisan
DO: epidermis dan dermis
A - adanya eritema, vesikel ↓
dan bula perpindahan cairan dari
- -bibir kelainan krusta intravaskuler ke dalam
berwarna hitam yang rongga interstisial,
tebal. rusaknya jaringan kulit
-Stomatitis akibat luka.
-Hipotensi
-akral dingin
- takikardi
Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan perpindahan cairan dari
intravaskuler ke dalam rongga interstisial, hilangnya cairan secara evaporasi, rusaknya
jaringan kulit akibat luka.
2. Kerusakan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi lokal
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat
respon sekunder dari kerusakan krusta pada mokosa mulut
4. Resiko tinggi infeksi b.d penurunan imunitas, dan hilangnya pertahanan barier , dan
adanya pord de entere pada lesi
5. Nyeri b.d kerusakan jaringan lunak , erosi jaringan
Intervensi keperawatan
N Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
o Keperawatam kriteria hasil
1 Kekurangan Dalam waktu 1 X 1. Identifikasi 1. Parameter penentu
volume cairan 24 jam tidak penyebab SJS, dan kedaruratan. Kehilangan
tubuh berhubungan terjadi derajat SJS dan cairan dengan derajat II
dengan kekurangan faktor mortalitas yaitu terdapat bula 10-30 %
perpindahan cairan volume cairan berdasarkan scorten 2. Dengan memeriksa TTD
dari intravaskuler Kriteria hasil: 2. Observasi tanda mengetahui perkembangan
ke dalam rongga - Haluaran urine vital keadaan pasien
interstisial, individu adekuat 3. Manitor dan catat 3. Cairan yang diberiakan
hilangnya cairan (0,5-1,0 mg/kg cairan yang masuk dilakukkan menurut
secara evaporasi, BB/jam) dan keluar program medis volume
rusaknya jaringan - Urin jernih dan 4. Kolaborasi skor cairan juga harus sebanding
kulit akibat luka. berwarna kuning dehidrasi dengan volume aoutput
- Membran 4. Menentukan derajat
mukosa lembab dehidrasi dan jumalah
- TD normal cairan yang akan di berikan
(100-139/60-96 5.Terlebih karena pasien
mmHg) 5 sukar atau tidak dapat
- Denyut nadi menelan akibat lesi di mulut
(60-100 x/menit) dan di tenggorokan dan
- Kadar elektrolit kesadaran dapat menurun.
serum dalam Untuk itu dapat diberikan
batas normal infuse, misalnya dekstrosa
5%, NaCl 9% dan ringer
laktat berbanding 1:1:1
2 Gangguan integritas Dalam5 X 24 jam 1.Kaji kerusakan 1.Menjadai data dasar untuk
kulit b.d. inflamasi integritas kulit jaringan kulit yang melakukkan intervensi
dermal dan membaik secara terjadi pada klien 2. Menentukan garis dasar
epidermal optimal 2. Manitor dan catat dimana perubahan pada
Kriteria hasil : cairan yang masuk status dapat dibandingkan
Pertumbuhan dan keluar dan melakukan intervensi
jaringan 3. Lakukkan intervensi yang tepat
membaik untuk mencegah 3.Menurunkan iritasi garis
komplikasi jahitan dan tekanan dari
4.Kolaborasi baju, membiarkan insisi
pemberian terbuka terhadap udara
kortikosteroid meningkat proses
5. Pemeberian penyembuhan dan
antibiotik menurunkan resiko infeksi
4.Untuk mencegah infeksi
5.Untuk mencegah infeksi
lebih lanjut
6.Tindakan asepsis seperti
mencuci tanggan, agar tidak
terjadinya sepsis yang
meyebar
7.Kortikosteroid merupakan
tindakan file-saving dan
digunakan deksametason
intravena
8.Antibiotic di berikan untuk
pasien yang infeksi
3 Gangguan nutrisi Dalam waktu 5 x 1.Kaji status nutrisi 1.Lesi oral merupakan
kurang dari 24 jam asupan pasien, berat badan, indikasi pemberian nutrisi
kebutuhan tubuh nutrisi terpenuhi mukoasa oral, secara sonde atau parental
b.d. kesulitan Kriteria hasil: kemampuan 2.SJS merupakan sindrom
menelan 1.Pasien dapat menelan, dan riwayat yang dapat di sebabkan
mempertahankan mual dan muntah juga oleh alergi makanan
status nutrisi 2.Evaluasi adanya 3.Memberikan pasien/orang
yang adekuat alergi makanan dan terdekat rasa kontrol,
2.Memenuhi kontra indikasi meningkatkan partisipasi
kebutuhan makanan dalam perawatan dan dapat
nutrisinya 3.Timbang BB klien memperbaiki pemasukan
4.Membantu mencegah
distensi
gaster/ketidaknyamanan
5.Meningkatkan nafsu makan
6.Kalori protein dan vitamin
untuk memenuhi
peningkatan kebutuhan
metabolik, mempertahankan
berat badan dan mendorong
regenerasi jaringan.
4 Resiko Infeksi Tujuan : tidak 1.Monitor tanda-tanda 1.Perubahan tanda vital
berhubungan terjadi infeksi vitaL secara drastis merupakan
dengan hilangnya local atau 2.Observasi keadaan komplikasi lanjut untuk
barier/perlindungan sistemik.Kriteria luka dengan terjadinya infeksi
kulit hasil : penentuan derajat 2.Keadaan luka dapat di
1.Tidak ada SJS kriteriakan sebagai derajat
tanda-tanda 3.Jaga agar luka tetap mortalitas
infeksi (merah, bersih atau steril 3.Mencegah terjadinya
bengkak, panas, 4.Berikan perawatan infeksi silang
nyeri, fungsio pada mata 4. Mata dapat membengkak
lesi) 5.Pantau hitung oleh drainase luka
2.Leukosit (5000 leukosit, hasil kultur 5.Peningkatan leukosit
- 10000/mm3) dan tes sensitivitas. menunjukkan infeksi,
3.Kultur luka 6. Berikan antibiotic pemeriksaan kultur dan
memperlihatkan sensitivitas menunjukkan
jumlah bakteri mikroorganisme yang ada
yang minimal dan antibiotic yang tepat
4.Suhu tubuh diberikan
dalam batas 6. Mengurangi jumlah
normal (36,5 - bakteri
37,4 C)
5. RR : 16 – 20
x/menit
6.TD : 100-
139/60-96 mmHh
7. Pols : 60 – 100
x/menit
5 Gangguan rasa Dalam waktu 1 X 1.Kaji nyeri dengan 1.Manajemen untuk
nyaman, nyeri b.d. 24 jam PQRST mengetahui intervensi yang
inflamasi pada kulit 1.Melaporkan 2.Atur posisis fisiologis akan di berikan
nyeri berkurang, 3. Kaji TTV 2.Dengan posisi fisiologis
menunjukkan 4.Berikan penggantian akan meningkatkan asupan
ekspresi cairan IV yang oksigen kejaringan yang
wajah/postur dihitung, elektrolit, mengalami peradangan
tubuh rileks plasma, albumin 3.Indikator penurunan nyeri
Kriteria evaluasi 5.
: Kolaborasi dengan 4.Nyeri hampir selalu ada
1.Pasien tidak dokter pemberian pada beberapa derajat
gelisah analgetik beratnya keterlibatan
2. Skla nyeri jaringan
menurun 5.Meningkatkan relaksasi,
3.Adanya menurunkan tegangan otot
perbaikan dan kelelahan umum
jaringan 6.Metode IV sering
4.Suhu tubuh digunakan pada awal untuk
normal 36,5-37,5 memaksimalkan efek obat
derajat celsius 7.Menghilangkan rasa nyeri
PROSEDUR TINDAKAN SISTEM INTEGUMEN
SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)
KOMPETENSI :
PEMERIKSAAN SISTEM INTEGUMEN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
P.01.2012
Prosedur Tetap
Pengertian Suatu kegiatan yang di laksanakan untuk menilai kemampuan mahasiswa dalam
Teknik pengkajian penting untuk mengevaluasi integumen yang mencakup
teknik inspeksi dan palpasi.
Tujuan Untuk mengetahui kemampuan mahasiswa keperawataan yang akan
melaksanakan praktek klinik di rumah sakit dalam :
1. Melakukan pemeriksaan kulit
2. Melakukan pemeriksaan kuku
3. Melakukan pemeriksaan rambut
4. Mengidentifikasi kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan integumen
Prosedur Uraian bobot nilai Tanda tangan
I. Persiapan alat :
1. Sarung tangan/handscoen
2. Penggaris
3. Bullpen
4. Lembar dokumentasi
II. Persiapan Perawat
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan maksud dan tujuan
pemeriksaan
3. Memberikan posisi yang nyaman pada
Pasien
III. Persiapan lingkungan
1. Ciptakan lingkungan yang nyaman
2. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur
IV. Pelaksanaan :
1. Cuci tangan.
2. Pakai sarung tangan.
3. Menanyakan Riwayat kesehatan pasien
a. Keluhan/riwayat kesehatan yang
dirasakan atau dialami (gatal,benjolan).
b. Riwayat Alergi (obat, makanan dan
kosmetik)
c. Riwayat kesehatan berdasarkan tingkat
perkembangan, anak-anak, lansia dan
wanita hamil.
d. Aktifitas sehari-hari seperti kebersihan
diri, lingkungan, gaya hidup dan hal
lain yang menimbulkan penyakit atau
masalah pada sistem integument.