Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PEROBLEMATIKA DALAM KELUARGA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Pendidikan Agama
Islam

Dosen Pengampu : Ina Maryana, S.Pd. M.Pd

Yudistira Abdul Aziz : 20230201048


Baits Ahmad Mubasyir : 20230201044
Yuda Taufik Hidayat : 20230201046
Iki Muhamad Yoga L : 20230201042
Muhamad Iqbal : 20230201054
Wijdan Nuranzad Azizi : 20230201039
Meirani Tinata : 20230201085

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS CIPASUNG
TASIKMALAYA
2023
KATA PENGNTAR
SYUKUR ALHAMDULILLAH SENANTIASA KAMI PANJATKAN
ATAS KEHADIRAT ALLAH SWT YANG TELAH MELIMPAHKAN
RAHMAT KAN KARUNIA-NYA. SEHINGGA KAMI DAPAT
MENYELESAIKAN MAKALAH INI GUNA MEMENUHI TUGAS
KELOMPOK UNTUK MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM,
DENGAN JUDUL: “PEROBLEMATIKA KELUARGA”.

TIDAK LUPA KAMI UCAPKAN TERIMA KASIH KEPADA IBU INA


MARYANA. SELAKU DOSEN PENGAMPU PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM, YANG TELAH MEMBERIKAN KAMI TUGAS MEMBUAT
MAKALAH INI. KAMI JUGA INGIN MENGUCAPKAN TERIMA KASIH
KEPADA SEMUA PIHAK YANG TELAH MEMBANTU PEMBUATAN
TUGAS MAKALAH INI.

KAMI MENYADARI BAHWA MAKALAH INI MASIH JAUH DARI


KATA SEMPURNA BAIK DARI SEGI BAHASA, PENYUSUNAN MAUPUN
PENULISANNYA. OLEH KARENA ITU, KAMI SANGAT
MENGHARAPKAN KRITIK DAN SARAN YANG MEMBANGUN DARI
SEMUA PEMBACA GUNA MENJADI ACUAN AGAR LEBIH BAIK LAGI DI
MASA MENDATANG. KAMI JUGA MENGHARAPKAN MAKALAH INI
BISA MENAMBAH WAWASAN PEMBACA DAN BERMANFAAT UNTUK
SEMUANYA.

TASIKMALAYA, 27 SEPTEMBER 2023

PENULIS

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................II
DAFTAR ISI..................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN..............................................................1
A. LATAR BELAKANG..........................................................2
B. RUMUSAN MASALAH......................................................2
C. TUJUAN...............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................3
A. PENGERTIAN PROBLEM KELUARGA...........................4
B. JENIS PROBLEM KELUARGA.........................................4
C. UPAYA MENGATASI PROBLEM KELUARGA.............12
BAB III PENUTUP.......................................................................16
A. KESIMPULAN.....................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketegangan maupun konflik dengan pasangan atau antara suami dan istri
merupakan hal yang wajar dalam sebuah keluarga atau rumah tangga. Tidak ada
rumah tangga yang berjalan tanpa konflik namun konflik dalam rumah tangga
bukanlah sesuatu yang menakutkan. Apabila konflik dapat diselesaikan secara
sehat maka masing-masing pasangan (suami-istri) akan mendapatkan pelajaran
yang berharga, menyadari dan mengerti perasaan, kepribadian, gaya hidup dan
pengendalian emosi pasangannya sehingga dapat mewujudkan kebahagiaan
keluarga. Penyelesaian konflik secara sehat terjadi bila masing-masing pihak baik
suami atau istri tidak mengedepankan kepentingan pribadi, mencari akar
permasalahan dan membuat solusi yang sama-sama menguntungkan melalui
komunikasi dan kebersamaan. Disisi lain, apabila konflik diselesaikan secara tidak
sehat maka konflik akan semakin sering terjadi dan semakin membahayakan bagi
keluarga khususnya suami dan istri yang terlibat konflik. Penyelesaian konflik
seperti ini terjadi bila setiap pihak tidak mampu bekerjasama untuk menciptakan
suatu hubungan yang selaras. Mereka hanya mementingkan kepentingan pribadi
daripada kepentingan bersama

Tiap keluarga akan senantiasa menghadapi berbagai masalah, tetapi


kemampuan untuk mengatasinya tidak terlalu memadai. Karena itu harus ada
usaha-usaha untuk memperkuat kemampuan keluarga atau anggota keluarga
dalam menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam keluarga itu sendiri
maupun dari luar. Usaha itu harus dimulai oleh keluarga itu sendiri atau oleh
seorang ahli yang dapat membantu mengatasi persoalan keluarga bila masalah
keluarga itu memerlukan orang lain untuk membantu penyelesaian konflik dalam
keluarga. Kita menyadari bahwa bahtera perkawinan tidak selamanya dapat
mengarungi samudera dengan tenang dan lancar. Setelah keluarga terbentuk,

1
berbagaimasalah dapat timbul dalam keluarga yang pada gilirannya akan menjadi
benih yang mengancam kehidupan perkawinan dan berakibat keretakan atau
perceraian. Sebelum hal ini terjadi di keluarga atau angota keluarga hendaklah
berusaha untuk mencegahnya dengan memperbaiki hubungan dalam keluarga dan
kadang-kadang memerlukan campur tangan orang luar dalam usaha membantu
keluarga itu untuk mengatasi masalah tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang disebut dengan problem dan problem keluarga ?
2. Apa saja jenis problem keluarga yang biasa terjadi di dalam keluarga ?
3. Bagaimana upaya mengatasi problem keluarga ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui arti dari problem dan problem keluarga.
2. Untuk mengetahui jenis problem keluarga yang ada di dalam keluarga.
3. Untuk mengetahui upaya mengatasi problem keluarga.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Problem Keluarga


Istilah problem merupakan objek utama dari bimbingan dan konseling. Adanya
organ dan kegiatan bimbingan dan konseling karena adanya individu yang
mempunyai problem, boleh juga dikatakan oleh karena adanya individu yang
memiliki suatu problem maka diperlukan adanya organ bimbingan dan konsleing,
untuk mengusahakan pencegahannya atau memberikan bantuan dalam pemecahan
problem tersebut.Hampir setiap manusia di dunia ini memiliki problem baik
problem itu besar maupun kecil,serius ataupun sederhana, banyak maupun sedikit,
dan berat maupun ringan. Ada kalanya seseorang akan sangat peka
menghadapi/menanggapi problem, walaupun problem itu sangat ringan sekalipun,
tetapi sebaliknya ada seseorang yang masih tetap tabah walaupun sedang
mengalami problem yang berat dan serius.

Maka seberapa berat penderitaan individu dalam mengalami problem tergantung


sekali kepada individu itu sendiri dalam menanggapi problem yang
diderita/dialami, sehingga problem sifatnya sangat relatif, tidak sama bagi
individu yang satu dengan yang lain. Tetapi pada umumnya problem memang
mengganggu kehidupan manusia karena yang dimaksud problem adalah:
A matter which needs thinking about in order to find the solution or
something to which an answer must be found. (Hornby, dalam
Pujosuwarno 2008:69)
Jadi problem adalah masalah yang membutuhkan pemikiran untuk
menemukan pemecahannya.
Problem yang berhasil bermukim pada seorang individu dengan tanpa
mendapatkan jalan keluar pemecahannya, akan sangat mengganggu kehidupan
individu tersebut. Seorang individu yang merasa memiliki problem akan tertekan

3
jiwanya dan bila problem yang satu belum terpecahkan tetapi telah ditambah
dengan kedatangan problem-problem yang lain lagi maka individu itu akan
menjadi semakin tertekan. Tekanan jiwa yang terus menerus tak mendapatkan
penyelesaian akan mengakibatkan individu itu mengalami gangguan jiwa. Padahal
bila jiwa yang terganggu itu dibiarkan saja terus menerus tanpa mendapatkan
bantuan pelayanan maka makin lama seseorang itu akan mengalami sakit jiwa.
Bagi seseorang yang telah sampai pada taraf sakit jiwa bukan lagi menjadi sasaran
bimbingan dan konseling.
Objek bimbingan dan konseling adalah seseorang yang normal tetapi
memiliki problem/kesulitan. Bimbingan dan konseling bertugas membantu
seseorang dalam mencegah datangnya problem (usaha preventive),
mempertahankan agar seseorang tetap pada keadaan yang telah sedemikian baik
(usaa preservative) dan membantu seseorang dalam menemukan dan memecahkan
problemnya (usaha curative).
Maka perlu diusahakan oleh manusia yang hidup di dunia ini jangan
sampai dikuasai oleh problem, melainkan harus sebaliknya problem dikuasai oleh
manusia. Problem yang diderita oleh seorang individu adalah berupa kesulitan
atau masalah yang mengganggu ketentraman kehidupan individu tadi dan problem
itu disebut problem individu. Sedang problem keluarga adalah problem atau
kesulitan atau masalah yang diderita oleh seseorang atau beberapa orang atau
semua orang dalam keluarga dan akibat dari problem itu menjadi penyebab
kegoncangan hidup keluarga itu dan mengakibatkan keluarga itu tidak
mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya.
B. Jenis Problem Keluarga
Mengenai problem individu Ross L.Mooney dalam Pujosuwarno (2008:
70) mengemukakan adanya sebelas klasifikasi factor problem yaitu:
1) Health and Physical Development yang artinya kesehatan dan perkembangan
jasmani.
2) Finance, Living conditions and Employment berarti keuangan, kondisi hidup,
dan pekerjaan.
3) Social and Recreational Activities yaitu sosial dan kegiatan rekreasi.

4
4) Social Psychological Relationns artinya hubungan personal psikologis.
5) Personal Psychological Relations artinya hubungan personal psikologis
6) Courtship, sex and marriage yang dimaksud pergaulan, seks, dan perkawinan
7) Home and Family, rumah dan keluarga
8) Morals and Religion, moral dan agama
9) Adjustment to College Work yaitu penyesuaian terhadap pekerjaan sekolah
10) The Future Vocational and Educational berarti hari depan pekerjaan dan
pendidikan.
11) Curriculum and Teaching Procedures yaitu kurikulum dan prosedur
pengajaran.
Kesebelas jenis problem Ross L.Mooney tersebut terutama merupakan
problem yang sering dialami oleh perorangan khususnya bagi siswa-siswa dan
mahasiswa. Walaupun pada kenyataannya siswa dan mahasiswa itu pasti hidup
dalam keluarga tetapi belum tentu problem siswa atau mahasiswa tersebut pasti
merupakan problem dari keluargnya, karena belum tentu problem
siswa/mahasiswa tersebut menggoncangkan keluarga siswa/mahasiswa itu. Jadi
mungkin problem siswa/mahasiswa yang menyangkut tentang pelajaran, tentang
pergaulan, dan lain sebagainya yang mengganggu si siswa/mahasiswa tersebut
secara perseorangan, tetapi keluarga tidak terganggu, keluarga tidak goncang
karena problem siswa/mahasiswa tersebut.
Dengan demikian kita dapat membedakan problem keluarga adalah suatu
problem yang cukup dapat menggoncangkan ketentraman kehidupan suatu
keluarga, keluarga akan terganggu ketenangannya, keluarga tidak akan hidup
bahagia, , demikianlah baru disebut problem keluarga.
Pujosuwarno (2008:72) mengklasifikasikan problem keluarga menjadi
tujuh yaitu problem seks, problem kesehatan, problem ekonomi (termasuk
sandang, pangan, papan), problem pendidikan, problem pekerjaan, problem
hubungan inter dan antar keluarga, problem agama. Adapun uraian stiap problem
keluarga tersebut adalah sebagai berikut:

1. Problem Seks

5
Problem sks bagi kluarga merupakan problem yang sangat gawat abgi
suani istri, poblem ini sngat erat hubungannya dengan fungsi keluarga
sebagai penyalur seks dan reproduksi,juga berkaitan dengan tipe keluarga
besar dan tipe keluarga kecil. Keluarga sebagai penyalur seks yang syah,
antara suami dan istri hendaknya ada aturan permainan seks yang sedemikian
ruoa sehingga dapat menatangkan kepuasan agi kedua belah pihak.
Hubungan seks antara suami isteri adalah sesuatu yang sangat suci, sangat
pribadi, luhur dan rahasia. Sehingga sering terjadi kekecewaan dalam
pelayanaan sek dari pihak suami atau isteri hanya disimpan saja di hati
sanubari pasangan suami isteri tersebut.
Tentu saja untuk zaman berkembang ini keluarga yang berpendirian
demikian kurang dibenarkan, para dokter dan konselor telah membuka pint
untuk membantu kesulitan keluarga dari berbagsi problem termasuk problem
seks. Kekurangan pelayanan seks dari pihak suami atau isteri bukan berarti
itu telah menjadi bakatnya yang tidak lagi dapat dirubah, kadang-kadang
kelemahan seks tersebt disebabkan oleh adanya penyakit tertentu yang dapat
diobati atau adanya hal-hal tekanan-tekanan batin yang tersimpan yang
sebetulnya dapat diusahakan pemecahannya. Demikian sebaliknya kekuatan
seks yang berlebihan pun dapat diusahakan penyalurannya.
Persoalan sks kadang-kadang tidak hanya terbatas mengganggu
pasangan suami isteri saja, tetapi anak-anak ada kalanya mengalami
gangguan seks ini juga, misalnya dilakuakannya onani/masturbasi bagi anak-
anak. Dilakukannya onani/masturbasi tersebut sebetulnya bukan merupakan
problem melainkan perbuatan yang wajar saja, tetapi seringkali bersamaan
dilakukannya perbuatan onani/ masturbasi itu diiringi pula dengan perasaan
takut, berdosa, bersalah, sehingga anak sering menjadi murung , kecewa,
putus asa, dan sebagainya.
Hubungan seks antara suami isteri yang tidak dapat dikendalikan
sering mengakibatkan akibat sampingan yang cukup menuntut beban bagi
keluarga, jauh dengan tambahnya anggota keluarga yang tidak se4suai lagi

6
dengan kemampuan orang tua dalam mempercai/ memelihara dan
mendidiknya.
2. Problem Kesehatan
Faktor ini tidak kalah pentingnya dari faktor seks tadi, seringnya
anggota keluarga yang sakit banyaknya pengeluaran untuk dokter, obat-
obatan, rumah sakit, dan sebagainya diderita penyakit menular dari salah
seorang anggota keluarga dan sebagainya tentu akan mengurangi dan
menghambat tercapainya kesejahteraan keluarga. Problem ini kesehatan di
sini tidak hanya problem kesehatan badan dari anggota-anggota keluarganya,
tetapu kesehatan rumah dan lingkungan pegang peranan penting juga.
Keluarga dapat menderita problem karena harus tinggal di lingkunagn yang
kurang sehat, karena tinggal di rumah yang kurang mendpatkan sinar
matahari ataupun terlalu lembap.Kesehatan badan sangat erat dengan
kesehatan jiwa, maka sering ada pepatah hanya dalam badan yang sehat
terdapat jiwa yang sehat.
Walaupun suatu keluarga mempunyai nafkah cukup baik, perumahan
dengan peralatan yang mewah, kendaraan dan barang-barang yang lain, tetapi
kalau ada dari anggota keluarga tersebut sakit-sakitan maka keluarga tersebut
pasti menderita. Maka bagi setiap keluarga tersebut perlu melaksanakan
usaha pencegahan agar keluarga tersebut selalu dalam keadaan sehat walafiat
jasmani dan rohani. Makanan bergizi dan pemeriksaan ke dokter sebelum
menderita sakit perlu sekali sebagi usaha pencegahan.
3. Problem Ekonomi (Sandang, Pangan, Papan)
Keadaan ekonomi yang lemah, sering sangat mencemaskan bagi
kehidupan keluarga. Maka besarnya keluarga. Maka besarnya keluarga perlu
disesuaikan dengan keadaan ekonomi dari keluarga tersebut. Dengan adanya
keluarga yang terbatas, dengan sendirinya memberikan kemungkinana yang
lebih beesar untuk segenap anggota-anggota keluarga yang sedikit itu,
sehingga masing-masing mendapat jatah yang lebih banyak, jatah uang saku,
jatah makanan sehat, jatah pakaian dan jatah tempat tinggal dan peralatan
yang khusus bagi setiap anggota keluarga.

7
Problem mengenai kurang layaknya pakaian bagi setiap anggota
keluarga akan mengganggu pergaulan dari keluarga tersebut, dan masalah ini
dapat mengakibatkan keluarga merasa rendah diri, enggan bergaul dengan
masyarakat, dan sebagainya. Problem ekonomi kadang-kadang tidak hanya
disebabkan karena hasilnya pendapatan dari keluarga tersebut, melaikan
kadang-kadang karena tidak adanya perimbangan antara pengeluaran dan
pemasukan.
Tidak semua keluarga beruntung dapat memperoleh penghasilan yang
mencukupi tetapi tidak jarang pula keluarga-keluarga yang penghasilannya
cukup besarpun mengeluh kekurangan uang, bahkan sampai berhutang ke
sana ke mari. Masalahnya tidak lain adalah kurang mampunyai keluarga
tersebut merencanakan hidupnya sehingga pengeluaran menjadi tidak
berencana.
Ada kalanya keluarga yang sudah tidak lengkap lagi (misal ayah
meninggal), padahal pencari nfkah satu-satunya adalah ayah. Dalam hal ini si
ib akan beranakan dalam berusaha menggantikan kedudukan ayah sebagai
pencari nafkah. Maka bagi keluarga yang menghendaki jangan sampai
mendapat problem ekonomi, seperti mungkin keluarga tersebut harus telah
pandai mengatur diri, agar selalu ada pos/ simpanan-simpanan uang, untuk
dipergunakan bila keadaan memaksa, terutama bagi kelanjutan studi putera-
puteranya.
4. Problem Pendidikan
Pendidikan yang tidak sesuai/ seimbang antara suami dan isteri
kadang-kadang dapat menimbulkan problem dalam keluarga, terutama dalam
mendidik anak sedemikian itu apabila antara suami dan isteri tidak ada
kesepakatan dalam mengambil keputusan-keputusan. Maka penting sekali
keputusan-keputusan yang dibuat dalam keluarga ditetapkan bersama-sama,
misalnya apakah anak-anak boleh pergi bermalam minggu, berapa uang saku
anak-anak setiap harinya dan lain sebagainya. Adakalanya isteri mempunyai
problem tidak pernah dibawa ke pergaulan teman-teman suami karena
pendidikan isteri jauh dari suami, sehingga suami merasa malu.

8
Demikian sebaliknya suami selalu cemburu dan khawatir terhadap
isterinya yang lebih tinggi pendidikannya daripada dirinya. Bukan berarti
tidak dibenarkan perkawinan antara suami isteri yang tidak seimbang
keadaan pendidikannya yang penting harus adanya kesepakatan pandangan
hidup antara suami isteri. Maka sering pemuda pemudi yang sedang dimabuk
asmara mengabaikan hal ini.
Mereka berpendapat bahwa cinta akan mengatasi segala-galanya,
karena itu mereka berani mengambil rediko untuk tidak memperdulikan
perbedaan-perbedaan yang ada, misalnya perbedaan tingkat pendidikan yang
menyolok. Kita harus yakin bahwa perkawinan diantara suami isteri yang
terdapat perbedaan yang semakin banyak akan dituntut pula perbedaan yang
semakin besar pula diantara kedua belah pihak.Tergantung sekarang apakah
kedua pihak dalam pasangan itu sama-sama mau berkorban.
Problem pendidikan kadang-kadang tumbuh dari pihak anak, di mana
anak mogok dalam melanjutkan pendidikannya, atau yang lebih ringan bagi
anak telah bersikeras memilih jurusan sekolah yang kurang disetujui oleh
ayah ibunya. Kesemua problem itu tadi nsebetulnya dapat diatasi asal antar
anggota keluarga tersebut ada sling pengertian dan saling pengorbanan.
5. Problem Pekerjaan

Bagi tipe keluarga yang besar, kadang-kadang ayah terpaksa bekerja


mati-matian demi mencapai nafkah untuk mencukupi kebutuhan hidup,
sehingga hampir tidak ada hubungan kasih sayang antara ayah dengan ibu dan
anak-anaknya. Isteri mereka tidak pernah mendapatkan kesempatan bersama
suami, padahal bagaimanapun juga isteri butuh nafkah jasmani maupun
rohani. Kadang-kadang tidak hanya suami yang harus bergulat dengan hidup,
isteri pun terpaksa setiap hari meninggalkan rumah untuk membantu suami
mencari tambahan nafkah, anak-anak tidak terurus, rumah pun demikian pula.
Inilah merupakan problem tipe keluarga yang sibuk.

Akibat dari kesibukan ayah dan ibu ini maka anak-anak seiring merasa
kesepian, kurang kasih sayang dari kedua orang tuanya, merasa kurang

9
mendapat perhatian dari orang tua. Perlu kita ketahui bahwa anak-anak tidak
cukup hanya mendapatkan jaminan materil saja, dengan diberi cukup sandang
dan pangan, melainkan mereka butuh jaminan moril dari orang tuanya, suatu
ketika mereka butuh makan bersama berkebun bersama, rekreasi bersama,
mengatur rumah tangga bersama orang tua dan saudara-saudaranya. Problem
keluarga yang menyangkut pekerjaan ini dapat kadang-kadang karena ayah
ibu sibuk, anak-anak pun membantu pekerjaan orang tua dalam mencari
nafkah.

6. Hubungan inter dan Antar Keluarga

Masalah hubungan inter keluarga tadi telah banyak kami singgung,


yaitu hubungan akrab, kerja sama, harmonis, antara anggota-anggota keluarga.
Adakalanya terdapat problem di mana anak merasa terlalu takut pada ayahnya,
ibu seing cekcok dengan ayah, ibu bersikap kurang adil terhadap anak-
anaknya, kakak beradik kurang cocok dan lain-lain, sehingga menyebabkan
suasana rumah panas, tegang dan tidak kompak. Maka orang tua sebagi
pemimpin dalam keluarga hendaknya dapat dapat membuat suasana rumah
sedemikian rupa dan mengkoordinir anggota keluarga, sehingga ada suasana
mesra anggota keluarga

Hal-hal yang menyangkut kepentingan seluruh keluarga, hendaklah


diputuskan bersama, misalnya kemana acara hari libur yang akan datang? Kita
piknik ke Tawangmangu, atau menengok nenek ke Semarang, Adakalanya
perundingan cukup dilakukan oleh ayah ibu saja, tetapi seringkali pula anak-
anak perlu diajak serta dalam perundingan. Hindarilah membuat keputusan
sendiri dan melaksanakan hal-hal yang belum disepakati bersama.
Perundingan dan keputusan yang dibuat bersama tidak saja menyebabkan
semua anggota keluarga lebih terikat kepada keputusan-keputusan yang sudah
dibuat itu, tetapi juga memberi kesempatan lebih banyak untuk anggota
keluarga saling berkomunikasi.

10
Makin banyaknya komunikasi berarti semakin besarnya kemungkinan
antara anggota keluarga untuk saling mengerti persoalan masing-masing.
Kadang keluarga mempunyai hubungan yang telah cukup baik ke dalam,
tetapi ada persoalan dengan tetangga mungkin masalah anak-anak, masalh
sampah, masalah radio yang terlalu keras di putar, atau masalah tetek bengek
yang sepele, cukup memperuncing persoalan, walaupun pada prinsipnya yang
terpenting adalah hubungan antara anggota keluarga dalam rumah, tetapi kalau
hubungannya dengan masyarakat umumnya dan tetangga kiri kanan rumah
keluarganya kurang baik, banyak sedikit akan mengganggu. Kerana menurut
orang-orang tua, kita harus berbuat baik dengan tetangga, karena tetangga
adalah saudara yang paling dekat, karena tetangga paling mudah dan paling
dekat untuk memberi pertolongan dari pada saudara-saudara kita yang
tinggalnya berjauhan.Untuk sekerdar mencegah timbulnya problem hubungan
antara keluarga, sebaiknya kita batasi pergaulan kita dengan tetangga, kita
cukup baik dengan keluarga, tetapi tidak perlu erat, kita begaul dimana perlu
saja.

7. Problem Agama

Perbedaan agama anatara suami isteri kadang-kadang menyebabkan


kesuliatan dalam kehidupan keluarga, lebih-lebih bila keluarga itu telah
mempunyai anak, terutama apabila keluarga itu belum
dirundingkan/direncanakan secara masak sebelumnya, karena anak akan sulit
dalam menentukan pilihan agama yang harus dipilih. Apakah akan mengikuti
agama ayah dan ibunya.tetapi apabila semuanya itu telah ditentukan
kesepakatan bersama, tentu saja problem yang timbul akan dapat ditekan
seminimal mungkin. Demi menjaga keselarasan hubungan dengan
pasangannya, maka perbedaan agama dapat ditutupi dengan dengan
persamaan cita-cita, persamaan pendidikan dan lain-lain. Dengan adanya
toleransi pengorbanan serta saling menghargai dalam keluarga. Bila suami
beragama Islam dan Isteri beragama Katholik, dapat saja pada hari Minggu
suami mengantar dan menjemput Isteri ke Gereja, sedang isteri membuat

11
menu istimewa pada hari Jumat. Suami ikut bersama-sama isteri merayakan
pesta hari Natal, dan isteri melayani suami makansahur pada bulan Puasa,
begitu selanjutnya dalam kegiatan-kegiatan yang lain.

Kadang-kadang keluarga mempunyai problem kurang dapat


membimbing putera-puteranya dalam menganut agama tertentu, misalnya
untuk agama islam, karena ada kalanya suatu keluarga walaupun pemeluk
agama Islam tetapi kurang mendalami ajaran-ajarannya, dalam hal ini kami
kira orang tua dapat meminta bantuan kepada orang yang ahli/mendatangkan
orang yang ahli untuk memberikan pelajaran membaca Al-Qur’an di
rumahnya dan lain sebagainya. Yang paling kita harus menyadari setiap ada
perbedaan antara suami isteri harus ada pengorbanan antara suami isteri itu,
dan semakin banyak adanya perbedaan semakin tinggi pula pengorbanan yang
harus dilakukan.

C. Upaya Mengatasi Problem Keluarga

1. Problem Seks
Upaya mengatasi problem seks pada keluarga yaitu :
a. Komunikasi, Hilangkan rasa sungkan dan malu. Bicarakan semua
masalah seks yang Anda rasakan bersama pasangan, biar pasangan
tahu problem seks yang sedang Anda alami.
b. Menahan emosi seks. Salah satu penyebab ejakulasi dini adalah tidak
bisa menahan emosi seks ketika bersetubuh. Kebanyakan pria selalu
ingin cepat ejakulasi.
c. Menghalangi semua permasalahan terbawa ke tempat tidur. Hindari
berhubungan seks bila amarah dan kejengkelan masih bersemayam di
hati.
d. Luangkan waktu untuk berduaan dengan istri. Kesibukan seringkali
menghalangi suami-istri untuk bersama, hingga tidak bisa menikmati
kehidupan secara pribadi.

12
e. Peliharalah kesehatan dengan mengatur pola makan dan tetap
berolahraga. Selain itu hindarilah minuman beralkohol secara
berlebihan
2. Problem Kesehatan
Upaya mengatasi problem kesehatan pada keluarga yaitu :
a. Memelihara kebersihan dan kesehatan pribadi dengan baik. Ajarkan
anak hidup sehat dimulai dari “diri sendiri”. Dapat dikatakan bahwa
kesehatan yang kita miliki adalah karena “upaya” kita sendiri.
b. Makan makanan sehat. Makan merupakan kebutuhan penting, tidak
saja bagi penyediaan energi untuk tubuh,tetapi juga merupakan
kebutuhan penting untuk kesehatan dan kelangsungan hidup.
c. Memelihara Kesehatan Lingkungan. Hidup sehat memerlukan situasi,
kondisi, dan lingkungan yang sehat. karena itu, kondisi lingkungan
perlu benar-benar diperhatikan agar tidak merusak kesehatan.
Kesehatan lingkungan harus dipelihara agar mendukung kesehatan
keluarga dan setiap orang yang hidup di sekitarnya. Memelihara berarti
menjaga kebersihannya. Lingkungan kotor dapat menjadi sumber
penyakit.
3. Problem Ekonomi
Upaya mengatasi problem ekonomi pada keluarga yaitu :
a. Terbuka. Hal pertama yang harus dilakukan untuk menghindari
keuangan adalah bersikap terbuka. Baik pasangan sama-sama mencari
uang atau hanya salah satu saja yang menghasilkan uang, seharusnya
tak ada yang disembunyikan masalah pengeluaran. Selalu diskusikan
semua keputusan yang menyangkut keuangan, seperti pengeluaran,
pemasukan, tabungan, dan lainnya.
b. Tentukan tujuan jangka panjang. Dalam hal keuangan, Anda juga
harus cermat dan bijak dalam melihat masa depan. Tentukan beberapa
hal di masa depan yang membutuhkan banyak uang. Misalkan biaya
pendidikan anak, liburan, dan lainnya. Ini akan membantu Anda
menyimpan uang dan tak kewalahan ketika saatnya tiba.

13
c. MenabungAnda tak harus menabung banyak di bank, namun sediakan
tabungan kecil di rumah yang bisa Anda isi setiap minggu. Mungkin
terdengar remeh, namun uang yang terkumpul bisa jadi sangat berguna
saat dibutuhkan.
d. Sisihkan ‘uang senang-senang’. Sisakan sedikit uang untuk hiburan
atau bersenang. Jangan banyak-banyak agar tidak terlalu boros. Anda
bisa menggunakan uang tersebut untuk makan malam bersama, nonton
film, atau membeli sesuatu untuk keluarga. Anggap saja uang ini
adalah sebuah reward atas kerja keras Anda dan pasangan.
e. Bekerjasama untuk mengatur keuangan.Pastikan Anda dan pasangan
saling bekerjasama untuk mengatur keuangan. Jangan terlalu
mendominasi atau malah pasif jika berkaitan dengan pengeluaran atau
pengaturan keuangan. Mungkin awalnya akan canggung, namun jika
dibiasakan Anda akan mendapatkan manfaat mengatur keuangan
sebagai tim bersama pasangan.
f. Memiliki usaha sampingan. Mungkin dengan isteri bekerja membuka
toko sembako ,maka sedikit demi sedikit keluarga tersebut tidak
kekurangan kebutuhan ekonomi karena saling membantu antara suami
dan isteri
4. Problem Pendidikan
Upaya mengatasi problem pendidikan pada keluarga yaitu :
a. mengikuti wajib belajar 12 th.
b. memprogram dan merencanakan pendidikan dengan baik untuk
keluarga.
c. memberikan kebebasan memilih pendidikan yang akan ditempuh
anggota keluarga
d. menyiapkan dana atau tabungan pendidikan sedini mungkin untuk
merealisasikan pendidikan yang akan ditempuh.
e. menyiapkan solusi jika mungkin pilihan pendidikan yang kita inginkan
tidak tercapai.
5. Problem Pekerjaan

14
Upaya mengatasi problem pekerjaan pada keluarga yaitu :
a. Adanya komunikasi dan interaksi hubungan yang baik antar keluarga
masalah pekerjaan agar salah satu di antara suami atau isteri dapat
mengerti dan memahami beban pekerjaan masing-masing yang sedang
di jalankan sehingga tidak ada kesalah pahaman.
b. Sebelum kita memutuskan untuk menikahi pasangan kita,pasti kita
sudah melihat dari segi pekerjaan, jadi saat kita sudah memutuskan
untuk menikah pun berarti kita sudah menerima pekerjaan pasangan
dan berjalan bersama memelihara dan mencintai pekerjaan pasangan
kita.
6. Hubungan Inter dan Antar Keluarga
Upaya mengatasi hubungan inter dan antar keluarga yaitu :
a. Hindarilah membuat keputusan sendiri dan melaksanakan hal-hal yang
belum disepakati bersama.
b. Memberi kesempatan lebih banyak untuk anggota keluarga saling
berkomunikasi
7. Problem Agama
Upaya mengatasi problem agama pada keluarga yaitu :
a. Luangkan waktu untuk selalu berintropeksi diri
b. Lebih memahami agama masing-masing pasangan sehingga tidak
muncul permasalahan diantara pasangan
c. Berusaha selalu mendekatkan diri kepada sang pencipta.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Problem adalah masalah yang membutuhkan pemikiran untuk menemukan


pemecahannya. Problem yang berhasil bermukim pada seorang individu dengan
tanpa mendapatkan jalan keluar pemecahannya, akan sangat mengganggu
kehidupan individu tersebut. Problem yang diderita oleh seorang individu adalah
berupa kesulitan atau masalah yang mengganggu ketentraman kehidupan individu
tadi dan problem itu disebut problem individu. Sedang problem keluarga adalah
problem atau kesulitan atau masalah yang diderita oleh seseorang atau beberapa
orang atau semua orang dalam keluarga dan akibat dari problem itu menjadi
penyebab kegoncangan hidup keluarga itu dan mengakibatkan keluarga itu tidak
mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya. Problem individu menurut Ross
L.Mooney terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu : Health and Physical
Development, Finance, Living conditions and Employment, Social and
Recreational Activities, Social Psychological Relationns, Personal Psychological
Relations, Courtship, sex and marriage, Home and Family, Morals and Religion,
Adjustment to College Work, The Future Vocational and Educational, Curriculum
and Teaching Procedures. Pujosuwarno (2008:72) mengklasifikasikan problem

16
keluarga menjadi tujuh yaitu problem seks, problem kesehatan, problem ekonomi
(termasuk sandang, pangan, papan), problem pendidikan, problem pekerjaan,
problem hubungan inter dan antar keluarga, problem agama.

Daftar Pustaka

Pujosuwarno, Sayekti. 2008. Bimbingan dan Konseling Keluarga. Yogyakarta :


Menara Mas Offset

Mursidadi, dkk. 2014. Problem di Dalam Keluarga. (Online).


(http://zientanurjaman.wordpress.com/konseling/konseling-keluarga/)

17

Anda mungkin juga menyukai