Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KELOMPOK 5

"SUMBER SUMBER PELANGGARAN DISIPLIN DAN TEKNIK


PENANGGULANGANNYA"

OLEH : CAHAYA PUTRI RAMADHANI LUBIS (1203311075)

: MAULIA SARI SIMANJUNTAK (1203311134)

: RACHEL RIA FELISIANA SIDEBANG (1203311110)

KELAS : PGSD K

MATA KULIAH : MANAJEMEN KELAS

DOSEN PENGAMPU : LAURENSIA M. PERANGIN-ANGIN S.Pd.,M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGRI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih
karunia-Nya penulis masih diberikan kesempatan dan kesehatan untuk dapat menyelesaikan
makalah Manajemen Kelas materi “Sumber -Sumber Pelanggaran Disiplin dan Teknik
Penanggulangannya”

Penulis berterima kasih kepada ibu Laurensia M. Perangin-angin, S.Pd., M.Pd. selaku
dosen mata kuliah Manajemen Kelas yang telah membimbing dan membantu penulis sehingga
dapat menyelesaikan makalah dengan baik. Penulis juga berterima kasih kepada orang tua dan
semua pihak yang telah mendoakan dan membagi ilmu pengetahuanya,sehingga penulis dapat
menyelesaikankanya dengan baik dan tepat waktu.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya
sehingga menambah ilmu dan pengetahuanya, penulis menyadari sepenuhnya makalah ini masih
jauh dari kata sempurna karena masih terdapat banyak kekurangan di dalam laporan observasi
tersebut, baik dari segi bahasa maupun penulisan. Oleh sebab itu penulis meminta maaf dan
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk bahan evaluasi bagi
penulis lebih baik kedepanya.

Medan, Maret 2023

Kelompok 5
DAFAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. 2
BAB I ..................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................................... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................... 5
1.3 TUJUAN ....................................................................................................................................... 5
BAB II .................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 6
2.1 MASALAH DIDALAM KELAS ................................................................................................... 6
2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA MASALAH ............................ 10
2.3 TEKNIK PENANGULANGAN TERHADAP MASALAH ......................................................... 15
BAB III ................................................................................................................................................. 18
PENUTUP ............................................................................................................................................ 18
3.1 KESIMPULAN ........................................................................................................................... 18
3.2 SARAN ....................................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 19
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Orang yang berpendidikan tentu saja memiliki ilmu pengetahuan. Karena ilmu
merupakan bekal kita untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Tanpa adanya ilmu sesorang bisa
saja diperbudak oleh nafsu keduniaannya, dengan demikian ilmulah yang dapat
mengendalikannya. Selain itu, ilmu yang bermanfaat juga dapat membimbing kita kejalan yang
benar yang tentu saja dibarengi dengan iman dan taqwa kepada Allah Swt. sehingga ilmu yang
didapatkan dapat diajarkan kepada anak cucuk kita kelak. Mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada
anak merupakan suatu keharusan bagi setiap orangtua, namun ilmu tersebut tentulah pula
dibarengi dengan mengajarkan keimanan kepada anak, karena tanpa adanya iman maka dia akan
tersesat dengan menyalahgunakan ilmunya.

Mendapatkan ilmu pengetahuan tentunya perlu usaha dan kesabaran untuk


mendapatkannya, perlu kedisiplinan untuk mendapatkan ilmu tersebut. Islam sangat
menganjurkan kita agar bersikap disiplin, salah satunya disiplin dalam beribadah. Namun bukan
berarti kaum beriman harus terus menerus larut dalam urusan ibadah saja melainkan harus
diseimbangkan dengan urusan dunia, karena tidak dibenarkan mementingkan yang satu dan
mengabaikan yang lain. Disiplin yang dilakukan secara seimbang antara urusan dunia dan
akhirat itulah yang akan mengantarkan kaum beriman kepada kesuksesan.

Disiplin adalah kunci sukses, sebab dalam disiplin akan tumbuh sifat yang teguh dalam
memegang prinsip, tekun dalam usaha, pantang mundur dalam kebenaran, dan rela berkorban
untuk kepentingan negara. Adapun pengertian disiplin ialah kata yang berasal dari bahasa latin
“disciplina” yang menunjuk kepada belajar dan mengajar. Disiplin pada dasarnya adalah
kepatuhan akan aturan dan norma, di dasarkan atas kerelaan hati atau kesadaran sendiri dalam 4
melaksanakan tugas dan tanggung jawab.
Disiplin bukan hanya tepat waktu saja, tetapi juga patuh pada peraturanperaturan yang
ada. Di samping itu juga melakukan perbuatan tersebut secara teratur dan terus menerus
walaupun hanya sedikit.

Mentaati peraturan merupakan suatu kewajiban, namun tidak semua peraturan dapat
ditaati dengan sempurna, tentu saja ada pelanggaran walaupun dalam jumlah yang sedikit.
Seperti halnya di sekolah, di setiap kelas sering terjadi pelanggaran tata tertib, baik itu dari salah
satu siswa maupun berkelompok. Seperti ribut saat belajar, tidak memperhatikan guru saat
menjelaskan, keluar masuk kelas saat pelajaran berlangsung, apabila guru tidak bisa hadir untuk
mengajar, peserta didik lebih memilih untuk bermain daripada belajar sehingga dapat
mengganggu kelas lain yang sedang belajar.

Dengan demikian guru diharapkan dapat menanggulangi masalah-masalah yang terjadi di


kelas. Penanggulangan pelanggaran disiplin di kelas perlu dilaksanakan dengan penuh kehati-
hatian, demokrasi dan edukatif. Cara menanggulanginya haruslah memperhatikan apa masalah
yang dilanggar dan siapa pelakunya. Guru juga harus tetap menjaga perasaan peserta didik dan
tetap mengutamakan rasa cinta pada mereka, bukan karena rasa benci dan emosional.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana Masalah di Dalam Kelas?
2. Apa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Masalah?
3. Bagaimanakah Teknik Penanggulangan Terhadap Masalah?
4. Bagaimanakah Mengelola Kelompok (Berkebutuhan) Khusus?

1.3 TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Informasi Tentang Masalah di Dalam Kelas
2. Untuk Mengetahui Informasi Tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya
Masalah
3. Untuk Mengetahui Informasi Tentang Teknik Penanggulangan Terhadap Masalah
4. Untuk Mengetahui Informasi Tentang Mengelola Kelompok (Berkebutuhan) Khusus
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 MASALAH DIDALAM KELAS


Masalah adalah ketidaksamaan antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihatnya
sebagai tidak terpenuhinya harapan sesuatu kebutuhan seseorang, ada pula yang mengartikan
sebagai sesuatu yang tidak mengenakan. Prayitno (1985) megemukakan ciri-ciri masalah ialah:

1. Masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya.


2. Menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain.
3. Dan adanya keinginan untuk menghilangkannya.

Setiap masalah yang dialami seseorang biasanya mengandung satu atau lebih ciri diatas.
Untuk merefleksikan pengertian tersebut, dapat dilihat dari kita sendiri. Apabila dalam diri ada
sesuatu yang tidak dikehendaki, tidak disukai atau berkenaan pada sendiri dapat menimbulkan
kesulitan bagi atau bagi orang lain. Jika ada maka dapat dikatakan dalam diri kita ada masalah,
masalah dapat dialami oleh siapa pun, termasuk siswa sekolah dasar. Untuk itu perlu kita
diupayakan penanggulannya.

Masalah yang dialami siswa sekolah dasar dapat bermacam-macam menurut corak dan
ragamnya. Keragaman tersebut itu dapat pula dilihat dari intensitas dan kuantitasnya. Secara
intensitas, masalah siswa sekolah dasar dapat bergerak dari masalah yang bersifat temporer
(masalah ringan), sampai pada tingkat yang sedang yang berupa neurosis, dan berat yang berupa
psikosis. Prayitno (1985) menyusun klasifikasi masalah yang dihadapi siswa sekolah dasar
menjadi enam klasifikasi sebagai berikut:

1. Masalah perkembangan jasmani dan kesehatan.


2. Masalah keluarga dan rumah tangga.
3. Masalah-masalah psikologis
4. Masalah-masalah sosial.
5. Masalah kesulitan dalam belajar.
6. Masalah motivasi dan pendidikan pada umumnya.

Berbagai bentuk perilaku anak akan ditemai oleh guru di sekolah, seperti agresif, tak bisa
tenang dan suka bertengkar, pemalu dan lebih suka menyendiri, suka menangis dan suka
memukul. Perilaku-perilaku tersebut merupakan tanda bagi guru bahwa mereka sedang
menghadapi masalah. Oleh karena itu guru perlu mengetahui penyebab dari masalah-masalah
yang dihadapi anak tersebut. Perilaku anak dikelas, di depan guru, teman-temannya atau di depan
orang lain disebabkan oleh pengalaman pengalaman yang diperoleh anak, kondisi yang
dihadapinya dan disebabkan oleh berbagai keinginannya. Hal ini merupakan hasil interaksi
antara dirinya dengan semua aspek lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat umumnya.

Ahli lain, Rice (Shertzer dan Stone. 1974) menggolongkan masalah-masalah yang dialami siswa
sekolah dasar dalam enam kategori sebagai berikut:

1. Masalah-masalah emosional, yaitu gelisah, aktivitas berlebihan, tidak matang, impulsif


dan murung
2. Kelemahan intelektual, misalnya tidak dapat memusatkan perhatian, kemampuan rendah,
lemah ingatan, syaraf penerimaan tidak berfungsi dengan baik, kebiasaan buruk dalars
belajar dan hasil belajar rendah.
3. Kurang motivasi, termasuk kurang semangat, sikap tidak baik, frustrasi dan kurang minat
belajar.
4. Kerusakan moral, seperti pendusta, bicara porno, sembrono, mencuri, nilai- silai belum
berkembang
5. Sakit jasmani, seperti sakit kronis, dan kesehatan kronis.
6. 6 Kesalahsuaian sosial, seperti tingkah laku anti sosial, agresif, konflik, keterasingan, dan
tingkah laku kasar.

Dari berbagai pendapat ahli tersebut, dapat kita buat berbagai masalah yang berkaitan dengan
perkembangan siswa sekolah dasar sebagai berikut:

1. Anak yang sulit memahami pelajaran


2. Suka mengasingkan diri
3. Anak yang pemalu
4. Anak yang pemalas
5. Kurang motivasi dalam belajar
6. Anak yang suka menghayal
7. Daya ingat yang lemah
8. Berfikir lambat
9. Anak yang suka membolos
10. Anak yang minder
11. Anak yang suka tidur di setiap jam pelajaran
12. Tidak bisa diam di tempat
13. Membuat keributan
14. Anak yang mudah merengut
15. Anak yang mudah marah
16. Suka mengadu
17. Suka menarik perhatian
18. Suka bertengkar ketika sedang belajar

Salah satu masalah yang sering terjadi di sekolah yaitu Bully. Bullying adalah salah satu
bentuk kekerasan yang dilakukan pelajar di lingkungam sekolah, selain tawuran antar pelajar.
Perilaku agresif pelajar dalam bentuk tawuran, mendapat perhatian yg cukup, baik dari pendidik,
orang tua pemerintah dan aparat kepolisian.

Sedangkan bullying, meskipun sebenarnya sudah lama terjadi di lingkung pendidikan,


tampaknya tidak mendapat perhatian yang memadai Sekalipun telah sejak berabad-abad lalu
bullying menjadi masalah, namun bullying tidak mendapatkan perhatian penelitian yang
signifikan sampai tahun 1970-an (Olweus, 1978) Dr Dan Olweus adalah ilmuwan pertama yang
memfokuskan diri pada topik bullying, dan mengkontribusikan data ilmiahya pada literatur
bullying. Riset-riset Olweus memberi penjelasan, mengapa beberapa anak melakukan bullying
dan mengapa beberapa lainnya menjadi korbannya. Namun yang terpenting adalah, Olweus
menunjukkan bahwa tallying di sekolah dapat direduksi secara signifikan

Menurut Rigby (2005: dalam Anesty, 2009) merumuskan bahwa bullying merupakan
sebuah hasrat untuk menyakiti, yang diperlihatkan dalam aksi sehingga menyebabkan seseorang
menderita. Aksi tersebut dilakukan secara langsung oleh seseorang atau sekelompok orang yang
lebih kuat dan tidak bertanggung jawab. Tindakan bullying dilakukan secara berulang ulang dan
dengan perasaan senang (Reto Astuti, 2008: 3).

Pakar lain menilai, bullying bukan hanya sekedar keinginan untuk menyaki orang lain.
Ahli yang tak sepakat dengan definisi tersebut di atas mengatakan, bahwa antara "keinginan
untuk menyakiti seseorang" dan "benar-benar menyakiti seseorang" adalah dua hal yang jelas
berbeda. Para ahli psikologi behavioral kemudian menambahkan, bahwa bullying merupakan
sesuatu yang dilakukan bukan sekedar dipikirkan oleh pelakunya, keinginan untuk menyakiti
orang lain dalam bullying selalu diikuti oleh tindakan negatif

Ada beberapa tipe bullying, yakni:

1. Physical bullying (Kontak fisik langsung) memukul, mendorong, mencubit, mencakar,


juga termasuk memeras dan merusak barang-barang yang dimiliki orang lain.
2. Verbal bullying (kontak verbal langsung) mengancam, mempermalukan, merendahkan,
mengganggu, memberi panggilan nama (name-calling), sarkasme, merendahkan (put-
down), mencela/ mengejek, mengintimidasi, mengejek, menyebarkan gosip).
3. Non Verbal bullying (Perlaku non-verbal langsung); melihat dengan sinis, menjulurkan
lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam,
biasanya disertai oleh bullying fisik atau verbal
4. Indirect non verbal (Perilaku non verhal tidak langsung); mendiamkan seseorang,
memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau
mengabaikan, mengirimkan surat kaleng
5. Social Alienation (Alienasi sosial): mengecualikan seseorang dari kelompok seperti
dengan menyebarkan rumor, dan mengolok-olok
6. Cyber bullying (Bullying elektronik) merupakan bentuk perilaku bullying yang dilakukan
pelakunya dengan menggunakan sarana elektronik seperti komputer, handphone, internet,
website, chatting room, e-mail, SMS dan sebagainya. Tujuannya meneror korban dengan
menggunakan tulisan, animasi, gambar dan rekaman video atau film yang sifatnya
mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan. Bullying jenis ini hanya dilakukan oleh
kelompok remaja yang telah memiliki pemahaman cukup baik terhadap sarana teknologi
informasi dan media elektronik lainnya
7. Bullying dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain temperamen dan kepribadian
dengan control yang rendah. Perilaku agresif dan impulsivitas sering diasosiasikan
dengan perilaku Bullying. Ketidak-pedulian serta rendahnya self-ekstern dan kurangnya
ketegasan sering diasosiasikan dengan victimation (Bogle, 1996, datan Trevi, 2010)
8. Faktor keluarga yang menyangkut faktor kualitas hubungan orang tua dengan anak, yang
penggunaan hukuman fisik di rumah, dinilai sangat signifikan dengan faktor resiko
terjadinya bullying (Olweus, trevel 2010), Olwen juga melaporkann adanya ketikadak
acuhan material. Pendekatan disiplin yang permisif serta orang tua yang mengunakan
hukuman fisik, sering diasosiasikan dengan frekuensi tinggi munculnya perilaku agresif
yang terjadi pada berbagai situasi
9. Anak yang sering terkena bully, mempunyai kecenderungan hubungan yang tidak
harmonis pada lingkungan keluarganya. Anak tersebut biasanya bermasalah dalam
menjalin komunikasi yang baik. Padahal, hal ini dapat membantu anak untuk
mengembangkan pikiran yang positif tentang dirinya dan mempunyai kemampuan
berinteraksi dengan sesamanya (Noller &Clan dalen Trevi, 2010)
10. Riphy (2002, dalam Trevi, 2010) dalam penelitiannya membuat kesimpulan bahwa ketika
komunikasi antar keluarga minim, anak akan terlibat dalam Bullying dan dapat menjadi
korban. Rigby juga mengatakan bahwa sebagian besar pelaku bully itu berasal dari
keluarga yang tidak harmonis diman sering dikarakteristikan dengan kurangnya kasih
sayang dan dukungan penuh dari keluarga. Selanjutnya, Bowers (dalam Trevi, 2010) juga
mengatakan bahwa struktur tingkat hirarki yang tinggi tepatnya ketika seorang ayah
menghukum anakuya dengan kekerasan fisik dapat memicu anak menjadi pelaku
Bullying. Biasanya keluarga yang seperti ini tidak mengawasi pergaulan anaknya
sehingga anak dapat memasuki pergaulan dengan teman sebaya yang sifatnya negative
dan cenderung mempunyai sifat perilaku anti sosial.

2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA MASALAH


Masalah yang dihadapi oleh siswa sekolah dasar tidak timbul begitu saja, tetapi ada berbagai
faktor yang menyebabkan timbulnya masalah tersebut. Apabila guru mampu mengidentifikasi
penyebab timbulnya masalah yang dialami oleh siswa maka ia akan mampu memberikan
penanganan atau pencegahan sedini mungkin. Secara mudah, apabila dikaitkan dengan
penguasaan tugas perkembangan yang seharusnya dicapai tidak tercapai. Keadaan ini dilihat dari
prilaku murid sehari-hari melalui aktivitasnya di sekolah saat ia mengikuti pelajaran atau saat ia
sedang bermain.

Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah yang dhadapi
siswa dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa
(internal) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal).

• Faktor Internal

a. Keadaan fisik

Ada tiga kelompok penyebab timbulnya masalah yang berkaitan dengan keadaan fisik, yaitu
sebagai berikut:

1) Keadaan indra persepsinya

Keberadaan indra merupakan penyebab langsung permasalahan pada siswa. misalnya


siswa yang mengalami ganggan pada indra penglihatan, akan muncul berbagai masalah yang
berkaitan dengan persepsi mata, pada gilirannya akan mengalami masalah dalam pembentukan
konsep melalui mata. Demikian pula halnya yang mengalami gangguan persepsi lewat telinga,
persepsi lewat kulit (peraba, persepsi lewat pengecap, dan persepsi lewat alvaktorik (hidung).
Selain itu, mereka yang mengalami gangguan persepsi, sering mengalam gangguan syaraf
sensorik dan syaraf motoriknya.

2) Perkembangan fisik

Perkembangan fisik merupakan sumber permasalahan bagi siswa, misalnya anak yang
terlalu kecil karena perkembangan fisiknya terganggu, akan mengalami gangguan penyesuaian,
demikian pula halnya mereka yang terlalu besar. Kejadian ini sering samjadi sumber masalah
karena lingkungan anak sekitarnya yang mengejek kehadirannya.

3) Kesehatan siswa

Kesehatan siswa merupakan penyebab permasalahan. Siswa yang keschatty terganggu


(sakit-sakitan) cenderung akan mempunyai banyak masalah dibanding dengan siswa yang sehat.
Anak yang sehat selalu akan segera ikut ambil bagian dalam kegiatan bermain, sedangkan
mereka yang sakit-sakitan cendering pasif. Keadaan ini juga berakibat pada keterlibatan anak
dalam kegiatan belajar-mengajar.

b. Keadaan paikologis

Banyak sumber permasalahan yang disebabkan oleh keadaan psikologis anak,

di antaranya sebagai berikut:

1) Kurangya kemampuan dasar (intelegensi)

2) Kurangnya pengalaman berfantasi

3) Kurangnya perhatian, konsentrasi terhadap kegiatan yang terjadi di sekolah maupun di


lingkungan anak.

4) Bakat yang tidak sesuai dengan lingkungan anak

5) Tidak adanya minat dalam diri anak

6) Sikap yang tidak sesuai dengan hati nuraninya

7) Tidak adanya kemauan dalam diri anak,

c. Pemenuhan gizi (nutrisi)

Banyak permasalahan yang timbul karena keadaan nutrisi gizi anak tidak baik. Pengaruh
langsung dari malnutrisi adalah tidak tercapainya derajat kesehatan anak. Hal ini akan
menimbulkan berbagai gangguan, misalnya mudah lelah, mudah sakit, dan tidak ada konsentrasi.
Kekurangan protein dapat berakibat langsung terhadap kecerdasan anak, avitaminosis dapat
berakibat kebutaan, dan vitaminosis yang lain akan muncul berbagai gangguan dalam kesehatan
anak.

• Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang mengakibatkan timbulnya permasalahan bagi anak adalah


lingkungan tempat anak berada. Secara garis besar ada tiga macam lingkunga snak, yaitu sebagai
berikut:
a. Lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama yang sering menyebabkan masalah.


Masalah yang sering timbul dari lingkungan keluarga ini, di antaranya adalah

1). Keadaan status ekonomi keluarga

Dalam keluarga miskin cenderang timbul berbagai masalah yang berkaitan dengan
pembiayaan hidup anak. Keadaan ini cenderung akan menuntut anak untuk membantu dalam
memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga sehingga merasa terbebani kegiatan ekonomi ini, yang
pada gilirannya terganggu kegistan belajarnya.

2) Perhatian orang tua

Kurangnya perhatian orang tua cenderung akan menimbulkan berbagai masalah anak.
Makin besar anak sebenarnya perhatian orang tua makin diperlukan, hanya variasiinya makin
banyak dan caranya berbeda. Kenakalan anak salah satu penyebabaya adalah kurangnya
perhatian orang tua.

3) Harapan orang tua

Harapan orang tua sering menimbulkan masalah bagi anak orang tua yang mempunyai
harapan yang terlalu tinggi terhadap anak, apabila tidak sesuai dengan kemampuan anak justru
menimbulkan masalah yang cukup serius bagi anak. Hal ini karena terjadi tuntutan yang lebih
dari orang tua, sementara anak tidak mampu memenuhinya, akhirnya terjadi kompensasi pada
diri anak, demikian pula halnya, bila orang tua harapannya terlalu rendah juga berakibat tidak
adanya motivasi berprestasi bagi anak itu sendiri.

4) Hubungan keluarga yang tidak harmonis

Hubungan antar keluarga yang tidak harmonis dapat berupa perceraian orang tua,
hubungan antar anggota keluarga yang tidak saling peduli, dan sebagainya. Kendaan ini dapat
berakibat anak menjadi tidak betah berada di rumah, apabila ini berkelanjutan dapat merupakan
faktor penyebab permasalahan yang serius.
b. Lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah sering merupakan sumber penyebab masalah, di antaranya adalah sebagai
berikut:

1) Kondisi kurikulum

Keadaan kurikulum yang sering berubah akan timbulnya masalah cukup serius bagi
siswa. Seyogyanya perubahan kurikulum diterapkan dengan cukup hati-hati dengan
memperhatikan aspek kesiapan siswa sebagai subyek belajar. Selain itu, isi kurikulum sendiri
hendaknya benar-benar sesuai dengan perkembangannya

2) Hubungan guru dengan siswa

Jauhnya perbedaan antar guru dan siswa dari sisi usia sering menjadi masalah tersendiri
bagi siswa. Untuk itu hubungan antar guru dengan siswa terjalin hubungan akrab seperti halnya
hubungan antar bapak dan anak di rumah. Guru hendaknya memahami perbedaan antar individu
siswa.

3) Hubungan antar siswa

Keadaan latar belakang siswa yang berbeda sering menjadi penyebab hubungan antar
siswa kurang harmonis. Untuk itu, guru hendaknya cukup peka walaupun di sekolah diciptakan
kompetensi siswa, hendaknya guru Iebih giat dalam membantu siswa untuuk saling
menyesuaikan diri

4) Iklim sekolah

Iklim sekolah yang kurang sehat akan menimbulkan masalah tersendiri bagi siswa.
Adanya persaingan antar siswa yang tidak sehat mendong guru untuk selalu membantu dalam
membina kepribadian dan penyesuaian dirinya. Penekanan yang terus menerus untuk berhasil
akan berakibat munculnya sifat bohong, masa bodo kepatuhan pasif, hilangnya inisiatif dan
pengkhayal
e. Lingkungan masyarakat

Selain lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat juga dapat menjadi sumber timbulnya
masalah. Lingkungan masyarakat yang baik, selalu mendukung kehadiran sekolah di
masyarakatnya sehingga sekolah dapat berkembang dengan baik. Namun, masyarakat yang tidak
mendukung terhadap kehadiran sekolah alan mengacau, pada gilirannya akan menolak kehadiran
sekolah tersebut. Masyarakat lingkungan sekolah yang sehat dapat menjadi sumber belajar yang
cukup baik

2.3 TEKNIK PENANGULANGAN TERHADAP MASALAH


Teknik pengelolan ketas dapat dikelompokan kedalam teknik preventif dan teknif kuratif.
Teknik prevetif adalah teknik untuk mencegah timbulnya tingkah laku yang dapat mengganggu
kegiatan pembelajaran, sedangkan teknik kuratif adalah teknik untuk menanggulangi perilaku
anak yang menggagu kegiatan belajar

Teknik preventif dilakukan guru dengan maksud tersedianya suatu kondisi yang nyaman
dan aman bagi anak untuk beraktivitas dikelas. Teknik kuratif merupakan tindakan korelaif guru
serhadap perilaku anak yang menyimpang dan merusak kondisi optimal bagi kelangsungan
aktivitas anak di dalam kelas. Hasibuan (1994) mengemukakan sejumlah sikap dan tindakan
guru dalam masing-masing teknik diatas, yaitu:

1. Teknik Preventif

Tindakan guru yang preventif adalah

a) Sikap terbuka

Sikap terbuka merupakan sikap guru yang penting untuk menunjukan keakraban gurunya dengan
anak. Dengan suasana keterbukaan, anak-anak merasa bebas dan leluasa mengemukakan
pendapatnya serta yakin bahwa guru selalu mendengarkan dan memperhatikan pendapatnya.

b) Sikap menerima dan menghargai siswa sebagai manusia

Sikap menerima dan menghargai siswa sebagai manusia, akan berpengaruh baik juga kepada
perkembangan anak. Sikap menerima apa adanya merupakan pernyataan sayang, merasa
diterima berarti merasa di savang. Anak tidak akan merasa rendah diri dan malu, karena guru
memperlakukannya dengan cara yang tidak membeda- bedakan

c) Sikap empati

Sikap empati, upaya yang dilakukan dlam dimensi pencegahan. Sikap empati berarti guru
harus memandang anak dari sudut pandangan siswa. Sikap empati mencegah timbulnya rasa
malu dan takut pada anak, dan dapat pula membangun keberanian anak, jika diminta untuk
melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pembelajaran.

d) Sikap demokratis

Sikap demokratis, ditunjukan guru untuk teknik pencegahan. Guru berusaha


menempatkan perannya sebagai pengarah dan pembimbing dalam proses pembelajaran.
Berbicara dengan ramah, membimbing anak, menggunakan kata-kata ajakan, menolong anak dan
membagi tanggung jawab secara bersama untuk menciptakan suasana demokratis di dalam kelas.

e) Mengarahkan anak pada tujuan kelompok

Aturan kelompok penting dilakukan guru untuk pencegahan perilaku anak. Mengarahkan
anak pada tujuan kelompok adalah mengarahkan anak ke tujuan kelas. khususnya tujuan
pengajaran. Guru perlu merumuskan tujuan pembelajaran yang realistis, mengkomunikasikan
pada anak secara jelas.

2. Teknik Kuratif

Dengan teknik kuratif guru dapat melakukan beberapa hal, yaitu:

a) Penguatan negative

Guru yang melakukan penguatan negatif akan berusaha untuk mengurangi atau
selanjutnya menghilangkan suatu stimulus yang tidak menyenangkan, agar anak terdorong
kembali untuk berperilaku yang sama sebagai akibat dari pengurangan atau penghilangan
stimulus tersebut.
b) Penghapusan

Penghapusan dapat pula dilakukan guru dalam menanggulangi perilaku anak yang
mengganggu kegiatan belajar. Kegiatan ini kebalikan dari penguatan, khususnya penguatan
positif. Dalam penguatan positif tingkah laku anak dipertahankan, sedangkan dalam
pengahapusan, tingkah laku anak dikurang atau dihilangkan sama sekali.

c) Penghukuman

Hukuman merupakan tindakan yang dapat diterapkan guru untuk anak berperilaku
mengganggu kelancaran pembelajaran. Pemberian hukuman secara bijaksana secara terbatas
menimbulkan akibat yang baik secara tepat. tetapi guru harus hati-hati mencatat akibat-akibat
dari hukuman Pemberian hukuman hendaklah dihindarkan sekiranya masih ada alternatif yang
tepat untuk menghilangkan tingkah laku anak yang tidak diinginkan. sehingga tidak
menimbulkan akibat sampingan, baik terhadap anak maupun guru. Hukuman memberikan
pengaruh psikologis yang negatif pada anak. Namun pemberian hukuman yang cocok dengan
situasi dan perilaku anak, ada kemungkinan dapat meningkatkan proses pembelajaran anak.

d) Pembicaraan situasi pelanggaran dan bukan pelaku pelanggaran

Membicarakan situasi pelanggaran, bukan pelaku pelanggaran. Dalam hal ini guru
menghadapi masalah perilaku anak, tidak bersikap marah atau tidak menyalahkan anak, tetapi
memelihara situasi yang telah diciptakan.

e) Pemasabodohan terhadap pelanggaran anak

Guru bersikap masa bodoh terhadap pelanggaran yang dilakukan anak yang berprilaku
menguasai, kemudian memberikan respons positif jika anak bertingkah laku positif. Bersikap
masa bodoh dimaksudkan tidak membedakan respon dari prilaku anak yang ingin menguasai.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Masalah yang dialami siswa sekolah dasar dapat bermacam-macam menurut corak dan
ragamnya. Keragaman tersebut itu dapat pula dilihat dari intensitas dan kuantitasnya. Prayitno
(1985) menyusun klasifikasi masalah yang dihadapi siswa sekolah dasar menjadi enam
klasifikasi sebagai berikut:

1. Masalah perkembangan jasmani dan kesehatan.


2. Masalah keluarga dan rumah tangga.
3. Masalah-masalah psikologis
4. Masalah-masalah sosial.
5. Masalah kesulitan dalam belajar.
6. Masalah motivasi dan pendidikan pada umumnya.

3.2 SARAN
Jika terdapat penulisan yang kurang atau salah penulis memohon maaf,
semoga makalah ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan kita sebagai
calon guru di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Masri Laurensi Perangin-angin S.Pd.,M.Pd. 2017. Bahan Ajar Manajemen Kelas. Medan : CV.
Harapan Cerdas

Anda mungkin juga menyukai