Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

FAKTOR INTERPERSONAL DAN EMOSIONAL

DOSEN PEMBIMBING
MUJIZATIN FADIANA S.Si., M.Pd

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 7
NUR SETIA WATI ( 1104190010 )
VINKA RATNASARI ( 1104190011 )

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia – Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
artikel ini dalam bentuk makalah yang berjudul “Faktor Interpersonal dan
Emosional” hingga selesai tanpa ada kendala apapun.
Maksud dan tujuan kami dalam membuat artikel ini adalah dalam rangka
untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik II yang
dibimbing oleh Mujizatin Fadiana S.Si., M,pd.
Tidak lupa, kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari
pihak – pihak yang telah menuangkan ide pemikiran tentang materi ini khususnya
kepada Ibu Fadiana selaku dosen pembimbing yang telah mendukung serta
memberi ide pemikiran dari yang diberikan kepada kami. Mungkin tanpa bantuan
dari beliau kami tidak akan bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
benar.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat berguna dalam menambah
ilmu pengetahuan bagi para pembaca. Untuk kedepannya nanti kami dapat
memperbaiki bentuk, isi maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik
lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah baik dari segi isi, penulisan, maupun
hal lainnya. Karena kami tahu kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT dan kami
hanyalah manusia biasa. oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ...................................................................................... 2
DAFTAR ISI ..................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ........................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................... 5
C. TUJUAN ................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
A. KRITERIA KEBENARAN DALAM MATEMATIKA ....................... 6
Pencideraan Terhadap Kecerdasan ........................................................ 8
B. ATURAN-ATURAN TANPA ALASAN.............................................. 9
C. DUA MACAM WEWENANG............................................................... 10
D. DISKUSI ................................................................................................ 12
1. Manfaat Diskusi ............................................................................... 12
2. Sikap-Sikap Dalam Diskusi Kelompok ........................................... 14
3. Guru Sebagai Pemimpin Suatu Kelompok ...................................... 14
E. KECEMASAN DAN AKTIVITAS MENTAL YANG TINGGI .......... 16
1. Penyebab Awal Kecemasan ............................................................. 19
2. Adaptasi Terhadap Kecemasan ........................................................ 20
F. MOTIVASI UNTUK BELAJAR ........................................................... 21
1. Motivasi Ekstrinsik .......................................................................... 21
2. Motivasi Instrinsik ........................................................................... 22
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ...................................................................................... 25
B. SARAN .................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 27

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hal yang paling utama dalam buku The Pshycology of Learning Mathematics
yaitu membahas tentang bagaimana belajar matematika dengan pemahaman, tidak
hanya sekedar pengajaran. Tentu saja hal itu akan memberi manfaat pada tahap
berikutnya. Tetapi sebagian besar dari kita cenderung memiliki sikap yang sama
yang diperoleh dari sekolah. Oleh karena itu perlu diuji apakah yang dipelajari itu
masih relevan atau tidak. Bagi mereka yang tidak menyukai matematika, putus asa
terhadap matematika akan ditunjukkan bahwa kesalahan pemahaman tersebut
bukan karena kesalahan mereka sendiri. Tanggapan ini mungkin menjadi salah
satu faktor yang tepat untuk masalah non matematika yang mereka temui. Dan
bagi mereka yang menyukai matematika di sekolah, akan menyadari minat dan
keberuntungan mereka karena tidak melakukan kesalahan sebelumnya.
Sebelum memulai proses pembelajaran, seorang guru mempunyai dua tugas yang
penting, yaitu :
1. Menganalisa konsep materi yang akan disajikan
2. Merencanakan dengan hati-hati skema yang akan dikembangkan, dengan
perhatian khusus ke tahap dimana restrukturisasi skema akan dibutuhkan.
Ketika proses belajar mengajar berlangsung, guru bertanggung jawab untuk :
1. Membimbing siswa dalam belajar
2. Menjelaskan dan mengoreksi kesalahan
3. Memberikan variasi pengayaan
4. Membangkitkan dan mempertahankan minat dan motivasi siswa.
Dalam pembahasan ini istilah “guru” dibatasi pada guru yang mengajar secara
langsung (atau mungkin tutor ) yang secara langsung dan terus menerus
berkomunikasi dengan siswa. Dalam bab ini kita akan fokus pada interaksi antara
guru dan siswa, serta cara yang digunakan dapat berdampak pada pembelajaran
matematika berdasar pada pemahaman.

4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Itu Kriteria Kebenaran Dalam Matematika ?
2. Apa Itu Aturan-Aturan Tanpa Alasan?
3. Apa Saja Dua Macam Wewenang Dalam Matematika ?
4. Apa Maksud Dari Diskusi ?
5. Apa Maksud Dari Kecemasan Dan Aktivitas Mental Yang Tinggi ?
6. Apa Saja Motivasi Untuk Belajar ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui Kriteria Kebenaran Dalam Matematika
2. Mengetahui Aturan-Aturan Tanpa Alasan
3. Mengetahui Dua Macam Wewenang Dalam Matematika
4. Mengetahui Maksud Dari Diskusi
5. Mengetahui Maksud Dari Kecemasan Dan Aktivitas Mental Yang Tinggi
6. Mengetahui Apa Saja Motivasi Untuk Belajar

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. KRITERIA KEBENARAN DALAM MATEMATIKA


Kebenaran merupakan sesuatu yang krusial dalam kehidupan ini. Sering
kali dengan dalih sebuah kebenaran seseorang, kelompok, lembaga, atau bahkan
negara akan menghalalkan tindakan terhadap orang lain karena dianggap sudah
melakukan tindakan yang benar. Begitu pula dalam bidang pendidikan tidak
mungkin seorang guru melakukan pendidikan, dan pengajaran terhadap peserta
didik jika tidak meyakini sebuah kebenaran.
Matematika memiliki banyak kesamaan dengan ilmu pengetahuan alam,
sedikit kesamaan dengan pelajaran bahasa, dan mata pelajaran seperti sejarah, dan
kesastraan Inggris. Akan tetapi Matematika berbeda dengan semua mata pelajaran
itu, namun semua pelajaran itu sama pentingnya dengan matematika. Di dalam
ilmu pengetahuan alam, kriteria utama dari kebenaran suatu pernyataan adalah
dengan melakukan eksperimen. Memang, tidak semua eksperimen akan dilakukan
atau dibuktikan oleh siswa.
Sebagaimana ilustrasi yang digambarkan Jujun S. Suriasumantri, yang
menggambarkan seorang peserta didik yang mogok tidak mau belajar walaupun
orang tuanya sudah merayunya, memberikan iming-iming hadiah, bahkan
hukuman fisik agar anaknya mau belajar matematika.
Ketika ditelusuri  alasan anak tersebut  mogok belajar karena seorang guru
matematika di sekolahnya dianggap sebagai pembohong. Pada suatu hari guru
tersebut mengatakan bahwa  3+ 4 = 7, pada hari berikutnya  5+2 = 7, kemudian
pada hari lainnya 6+1 =7 dan seterusnya. Menurut pemikiran anak tersebut
dengan keterbatasan pikirannya, guru matematika  yang mengajarnya tidak
konsisten dengan apa yang dikatakan sebelumnya, sehingga dianggap sebagai
pembohong.
Ilustrasi tersebut jika diuji materil kebenaran dengan pengetahuan
matematika semua yang disampaikan guru matematika tersebut benar, akan tetapi
keterbatasan seorang peserta didik menganggap itu salah. Sehingga menimbulkan
dampak-dampak  negatif maupun positif  dalam kehidupan.

6
Oleh karena itu, Kebenaran tidak mungkin berdiri sendiri jika tidak
ditopang dengan dasar-dasar penunjangnya, baik pernyataan, teori, keterkaitan,
konsistensi, keterukuran , dapat dibuktikan, dan berfungsi.

Tentunya didalam matematika, pertimbangan utama bukanlah pada


eksperimen (dengan percobaan laboratorium apa dapat membuktikan bahwa akar
pangkat dua dari -1 adalah bukan bilangan real?), lalu apa kaitannya dengan
wewenang guru. (jika seorang siswa menjawab tidak tepat hendaknya guru
meminta siswa tersebut untuk mengecek lagi apakah pekerjaannya sudah benar
atau belum?). Kriteria akhir matematika adalah konsistensi. Dalam bagian tertentu
dari matematika, solusi untuk persamaan harus memenuhi persamaan dalam
bentuk aslinya, dan jika siswa member solusi yang salah, hendaklah guru yang
baik meminta mengoreksi kembali pekerjaannya. Konsistensi ini muncul sebagai
suatu kesepakatan antara ahli matematika yang satu dan yang lain, dan antara guru
dan siswanya. Yang menarik adalah tingkat kesepakatan yang tinggi sehingga
dapat dicapai sebagai suatu dasar.
Selanjutnya, kriteria ini mengacu pada dapat diterimanya suatu
kesepakatan(perstujuan) yang mengatur hubungan antara guru dengan siswa. Jika
seorang guru membuat kesalahan ketika mengerjakan soal di papan tulis, dan
seorang siswa mengetahui hal itu, guru tidak memiliki pilihan lain kecuali
meralatnya(memperbaiki kesalahannya). Guru tunduk pada aturan yang sama
seperti siswanya, dan tidak ada aturan-aturan hirarki kewenangan tetapi aturan
dari suatu struktur konsep-konsep secara bersama-sama. Dalam matematika
mungkin lebih berbeda dari pelajaran lain, proses belajar tergantung pada
kesepakatan dan kesepakatan itu merupakan alasan yang murni.

7
Pencideraan Terhadap Kecerdasan
Para siswa tidak perlu menerima apapun yang tidak sesuai dengan
kemampuannya, dan mempunyai hak untuk tidak melakukannya. Peserta didik
harus dibimbing untuk setuju dengan perkataan guru. Pengajaran dan
pembelajaran matematika haruslah menjadi satu interaksi antara kecerdasan-
kecerdasan yang dimiliki guru dan siswa, saling menghormati satu sama lain. Para
siswa menghormati kemampuan yang dimiliki guru, dan berharap
pengetahuannya sendiri menjadi lebih luas.
Andaikata jika yang siswa menemui materi yang sulit dimengerti, misalnya bahwa
siswa harus memecahkan suatu persamaan, ‘Cari semua x di satu ruas dan semua
kostanta di ruas lain dengan cara mengubah tanda’ ( 6x – 3 = 7 + x ). Petunjuk
semacam ini digambarkan sebagai suatu rangkaian dari pencideraan terhadap
kecerdasan karena pada dasarnya guru mengerti alasan suatu aturan itu, tetapi
tidak selalu disampaikan kepada siswa.
Istilah ‘pencideraan’ disini adalah Mencoba memahami sesuatu yang
meliputi bantuan skema seseorang (guru), untuk menjelaskan bahwa yang
dikomunikasikan tidak dapat dimengerti, siswa berusaha untuk menampung
skema-skemanya tetapi menghasilkan hal yang tidak berarti. Usaha ini sama
artinya dengan merusak skema-skema, dimana pikiran diibaratkan sebagai tubuh
yang terluka.
Dalam hal ini dapat dilihat mengapa siswa mendapatkan bukan hanya
kekurangan antusiasan terhadap matematika, walaupun menunjukkan perubahan
yang positif. Selanjutnya mereka yang berada dalam keadaan ini, cukup benar
melakukan hal itu, karena salah satu tingkat pemikiran mereka yang lebih tinggi,
yaitu kecerdasan mereka yang berkembang terbuka dengan pengaruh yang buruk.
Seorang guru bukan dimaksudkan dalam hal yang buruk, namun tindakannya
yang mengabaikan proses berpikir siswa. Dan sama saja terhadap siswa yang
tingkat kecerdasan lebih, terkejut pada kumpulan aturan tanpa alasan yang tidak
tertata yang sering mengatur suatu pengajaran matematika. Mereka menyadari
bahwa mereka tidak dapat memperoleh makna dari apa yang disajikan kepada
mereka, tapi tidak menyadari bahwa kesalahan bukan berasal dari mereka.

8
Bentuk penyajian yang diberikan kepada mereka tak bermakna, atau
mereka tidak diberikan ide-ide prasyarat tertentu yang dibutuhkan dalam
memahami materi baru.

B. ATURAN-ATURAN TANPA ALASAN


Pengajaran seperti di atas diibaratkan seseorang belajar mengemudi tidak
diberitahu dan harus menekan pedal kopling serta rem, tanpa pernah diberitahu
apa fungsi dari pedal kopling. “Mengapa ? “mereka bertanya. “Jika Anda tidak
melakukan, mesin akan berhenti”. “Kenapa?” “itu akan terjadi”. Alasan pertama
terdengar sejauh itu pergi, tetapi untuk menjawab kedua “mengapa?”, Dua fakta
dasar diperlukan. Pertama, bahwa mesin pembakaran internal tidak akan berjalan,
seperti motor listrik atau mesin uap, jika tidak menekan pedal kopling. Ia
memiliki kecepatan operasional minimum. Kedua, untuk memungkinkan mesin
untuk terus berjalan, alat yang disebut kopling dipasang yang memungkinkan
mesin untuk dihubungkan dan akan terputus dari kotak gear.
Untuk menjawab kata ’Mengapa?’ Pembaca dipersilahkan untuk mengingat
apakah ia pernah diberi suatu alasan yang baik untuk menjawab hal ini atau
kemungkinan lain untuk mencari satu penjelasan dari anak sekolah yang usianya
sesuai, untuk menemukan apakah ia sudah menerima alasan yang baik untuk
masalah yang dimaksud.
Beberapa contoh soal matematika dapat diberikan pada anak sekolah dasar
sampai jenjang yang lebih tinggi. Siswa mungkin masih ingat cara menyelesaikan
persamaan-persamaan dengan beberapa metode dan sebuah buku teks yang masih
memperkenalkan penyelesaian dari persamaan sederhana dengan kata-kata : ’Kita
menggunakan aturan bahwa ketika berpindah ruas kita mengubah tanda’.
Untuk menyelesaikan persamaan ini pertama, kumpulkan x dalam satu ruas
(dikiri) dengan mengubah tanda dari x
6x – 3              = 7 + x
6x – x – 3        = 7
Selanjutnya pindahkan -3 keruas kanan dengan merubah tandanya menjadi (+3)
dan pindahkan x keruas kiri dengan merubahnya menjadi (-x)

9
Menjadi => 6x – x              = 7 + 3
Sederhanakan kedua ruas dan membaginya dengan 5 pada kedua ruas tersebut
5x                    = 10
x                      = 10 : 5
x                      = 2
Jawabannya adalah x = 2

Jika ingin siswa mampu menyelesaikan persamaan-persamaan jenis ini


dengan cepat dan efisien, maka metode seperti itu cukup memadai. Akan tetapi,
jika ada hal lain yang diperlukan untuk memahami hasil pekerjaan seseorang,
maka metode ini tidak cukup. Dan pemahaman ini tidak sekedar kebanggaan
untuk membuat tugas lebih menyenangkan melainkan suatu keperluan agar
mampu menyesuaikan pengetahuannya dengan situasi-situasi baru. Ide-ide yang
diperlukan untuk mengubah aturan tanpa alasan menjadi informasi yang dapat
diasimilasikan oleh kecerdasan hanya sedikit dan sederhana. Dalam kasus
persamaan, skema awal membutuhkan waktu lebih lama untuk membangun
pemahaman.

C. DUA MACAM WEWENANG


Dalam mengembangkan pengetahuan, ide-ide prasyarat yang diperlukan
untuk pemahaman tidak harus tersedia pada siswa, apapun yang dikomunikasikan
hanya merupakan hal yang biasa dalam bentuk pernyataan, dan hal ini tidak akan
diperlukan untuk pertumbuhan kecerdasan. Penerimaan dari suatu pernyataan-
pernyataan bergantung pada penerimaan dari wewenang guru itu, dan dilakukan
berdasarkan sifat yang sesuai dengan pemahaman tersebut. Jelasnya, asimilasi dari
materi yang bermakna, tergantung pada kemampuan penerimaan kecerdasan
siswa. kegiatan-kegiatan tersebut akan menghasilkan konsolidasi dan perluasan
skema siswa.
Istilah wewenang dalam konteks ini bersifat umum, seperti seseorang yang
harus dihormati dan ditaati berdasarkan status dan fungsinya. Akan tetapi
wewenang juga bisa muncul karena pengetahuan yang tinggi dan hal ini adalah
jenis wewenang dari seorang guru. Akan tetapi di sekolah-sekolah (dimana kita

10
pertama dan terakhir kali belajar matematika), ada kebimbangan dan konflik
antara dua macam wewenang ini.
Yang pertama erat hubungannya dengan penegakan dan pemeliharaan
disiplin, mengatur tingkah laku dan kepatuhan pada instruksi-instruksi guru. Ini
merupakan jenis disiplin yang sama diterapkan pada militer namun masih lebih
ringan. Meskipun begitu kita juga perlu membahas juga tentang disiplin-disiplin
dari matematika. Jika siswa mau diajak guru berkumpul untuk belajar, maka
diharapkan hal ini merupakan kemauannya sendiri karena mereka ingin belajar
dari guru.
Seorang guru sekolah harus berlatih kedua jenis wewenang tersebut
(penegakkan dan pemeliharaan disiplin), dan mempromosikan kedua disiplin itu.
Jika gagal untuk mengendalikan para siswanya, yang mungkin tidak masuk
sekolah atas keinginan mereka sendiri(membolos), maka guru hanya mempunyai
sedikit kesempatan untuk mengajar mereka.
Namun pada dasarnya dua peranan ini tidak hanya berbeda, tetapi juga
bertentangan. Dalam keadaan tertentu, kedua peranan ini biasanya dipisah. Pada
suatu pertemuan masyarakat terpelajar, wewenang pertama yang perlu dilatih oleh
pimpinan rapat untuk mengatur jalannya rapat, seperti menunjuk siapa yang harus
berbicara, mengontrol agar pertemuan berjalan lancar. Tidak tepat bagi siapapun
untuk beraksi menentang wewenang pimpinan rapat, tetapi sebaliknya juga setiap
peserta mempunyai hak yang sama untuk bertanya dan membicarakan ucapan
pembicara sesuai kenyataan yang ada.
Kombinasi kedua fungsi ini dalam diri seseorang diperlukan walaupun
beberapa orang memandang jika siswa sebaiknya menerima peranan pengawasan
guru, sedangkan untuk belajar memahami suatu pokok persoalan dilakukan
dengan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan dan diskusi antara siswa dengan
siswa dan antar siswa dengan guru. Biasanya suatu pemenuhan yang berdasarkan
modus vivendi dicapai, dimana siswa belajar seberapa jauh guru dalam peranan
pertamanya, membolehkan bahkan mendorong mereka untuk mengekspresikan
rasa tidak setuju pada peranan yang kedua.
Masalah-masalah rumit yang berperanan khusus dalam matematika diberikan
terlebih dahulu: yaitu untuk keseluruhan materi, pengajaran dan pembelajaran

11
didasarkan pada alasan dan kesepakatan. Situasi menjadi kurang baik jika guru
tidak berhati-hati dalam memberikan alasan yang tepat, karena (barangkali
merupakan kesalahan yang tidak disengaja) tidak mengetahui hal tersebut.
Kemudian (karena kurang analisa konsep yang memadai) guru tidak
mengembangkan skema-skema yang dimiliki siswa dengan cara tertentu sehingga
materi yang diperoleh tidak didasarkan pada alasan tepat. Didalam kondisi seperti
ini, belajar yang didasarkan pada pemahaman akan macet, dan digantikan dengan
belajar yang didasarkan pada keteraturan dan kepatuhan.

D. DISKUSI
Diskusi adalah terjadinya interaksi antara 2 orang atau lebih, dalam bentuk
pengetahuan, musyawarah, ataupun ilmu tertentu yang bertujuan untuk
memberikan pemahaman yang benar. Dalam sebuah diskusi biasanya ada tema
atau topik yang dibahas oleh orang-orang yang terlibat di dalamnya. Biasanya
hasil dari topik yang dibahas tersebut yaitu adanya pemahaman mengenai topik
yang telah dibicarakan bersama. Diskusi juga bisa dianggap sebagai cara untuk
bertukar pikiran demi meraih adanya kesepakatan untuk bersama.

1. Manfaat Diskusi
Selama ini kalau kita perhatikan pembelajaran terpusat pada guru. Tetapi
diskusi dengan teman sekolah dapat menjadi kontribusi penting dalam belajar.
Semata-mata sebagai tindakan berkomunikasi dengan cara mengungkapkan
gagasan (ide) dapat membantu mereka dalam mengungkapkan pendapat sehingga
menjadi lebih jelas, “setiap masalah dapat diungkap untuk dipecahkan”, dan kita
mendapat kesempatan diskusi dengan teman sehingga diperoleh suatu solusi
(penyelesaian).
Teknik diskusi yang menarik dari guru untuk siswanya, seorang siswa yang
membuat pernyataan dan yang lain diminta untuk menanggapi dan menjelaskan
tentang pernyataan tersebut. Selanjutnya guru ini meminta kepada siswa lain
untuk membuat kesimpulan sebagai pertimbangan dari semua pernyataan. Hasil
umum yang didapat adalah bahwa siswa dapat mengerti (mengoreksi)
kesalahannya dan menambah ilmu, setelah mendapat beberapa tanggapan

12
(pernyataan) dari teman di kelas tersebut maka mereka telah mempelajari sesuatu
yang baru.
Diskusi juga melahirkan gagasan(ide)baru, sebagai contoh ada suatu teka-teki
dimana potongan benda dibagi-bagikan antar beberapa orang dan masing-masing
tidak bisa melihat punya yang lain. Masing-masing bagian jika disatukan akan
bisa menjelaskan atau menjawab teka-teki tersebut. Masalah ini akan menjadi
rumit jika masing-masing orang tetap memegang bagiannya sendiri, tetapi dengan
memperlihatkan potongan-potongan itu pada suatu meja dimana semua orang
dapat melihat semua potongan maka mereka bisa bekerja sama untuk
menyelesaikannya menjadi satu kesatuan yang berarti.
Manfaat lain dari diskusi adalah melatih tumbuhnya gagasan(ide). Ketika
mendengarkan orang lain membaca akan bisa membantu mencetuskan gagasan
baru yang tidak bisa dikemukakan oleh orang lain sebelum ada komunikasi
dengan mereka. Sehingga dengan diskusi terjalin interaksi kreatif yang baik dan
menyenangkan. Dalam diskusi, yang kreatif dan efektif terdiri dari dua orang atau
lebih, ketika seorang teman yang mengemukakan pendapat maka yang lain
diminta diam (mendengarkan), sehingga akan muncul suatu gagasan baru yang
baik.
Manfaat diskusi dalam pembelajaran antara lain :
1. Melatih kemampuan berpikir setiap anggota/peserta diskusi sehingga pikiran
menjadi luas dan tidak terbatas
2. Menanamkan sikap demokrasi karena anda akan terbiasa mengemukakan
pendapat saat sedang berdiskusi
3. Membiasakan sikap saling menghargai, pendapat atau argumen yang muncul
saat berdiskusi membuat kita akan menghargai setiap pendapat atau
pemikiran setiap orang yang berbeda-beda.
4. Melatih kemampuan bicara di hadapan orang banyak saat kita
mengemukakan pendapat di muka umum

13
2. Sikap-Sikap Dalam Diskusi Kelompok
Suatu kesalahan yang sering muncul dalam diskusi kelompok adalah
mencoba memaksakan kehendak anggota kelompok menyesuaikan diri dengan
cara berpikir kita atau mengisolasi diri dari teman-teman lain dalam kelompok
tersebut
Ini tidak berarti bahwa anggota kelompok harus setuju dengan semua ide
yang muncul. Setiap anggota kelompok boleh tidak setuju untuk mengadakan
diskusi berdasarkan alasan yang masuk akal, dan tidak bereaksi secara berlebihan
terhadap pendapat dari teman kelompoknya. Pada akhirnya, setiap anggota
kelompok harus setuju dengan hasil akhir diskusi.
Sikap yang perlu dimiliki saat kegiatan diskusi kelompok berlangsung :
 Menghargai dan Menghormati pendapat teman kelompok.
 Tidak Egois atau memaksakan pendapat dalam berdiskusi
 Menyelesaikan masalah secara bermusyawarah

3. Guru Sebagai Pemimpin suatu Kelompok


Sikap yang menggambarkan kedewasaan seseorang digambarkan
sebagaimana yang diuraikan diatas, setiap anggota belum tentu bisa bersikap
demikian. Kemungkinan terjadi anggota dalam kelompok bisa kurang kreatif,
agak bersifat merusak, bahkan kadang-kadang lebih daripada anggota mereka
sehingga bersikap individualis.
Dalam kegiatan kelompok, terdapat beberapa hal yang belum diketahui
sepenuhnya diantaranya 2 (dua) faktor yang menurut Freud adalah faktor ukuran
dan kepemimpinan
1. Ukuran
Berdasarkan pengalaman, kelompok yang baik adalah kelompok kecil yang terdiri
atas 2 sampai 5 atau 6 orang.    Walaupun umumnya 30 sampai 40 merupakan
jumlah kecil untuk suatu kelas, terdapat pula kecenderungan khususnya di sekolah
dasar untuk bekerja secara individu atau bekerja dalam kelompok-kelompok kecil.
Dalam pengajaran tradisional, digunakan kelas yang agak besar, yang
memungkinkan seorang guru bersikap otoriter. Jika dia tidak membentak dan

14
memberi perintah, dia sulit menjalankan fungsinya sebagai komunikator
pengetahuan. Akan tetapi pada dasarnya kedua peranan ini bertentangan,
sebagaimana dijelaskan sebelumnya.
2. Kepemimpinan
Idealnya seorang guru yang baik harus bertindak sebagai berikut:
1. Berperan seperti seorang major dalam militer dan konduktor dari sebuah
orkestra, yang sangat bergati-hati dalam memainkan peranannya. Untuk
menggabungkan kedua peranan   ini   dengan kemampuan akademis
merupakan persoalan besar. Untuk meperlancar kegiatan belajar mengajar,
2. Mampu mengontrol kelas dan harus berperan dengan baik. Kemampuam
guru tersebut dalam memimpin (mengatur) kelompoknya difungsikan pada
tingkat intuitif dan tidak pada tingkat reflektif.. Jika dalam pengajaran
seorang siswa memberikan jawaban yang salah, guru menulis jawaban
tersebut di papan tulis dan dengan mengajukan pertanyaan khusus yang
mengarahkan seluruh siswa (kelas) untuk mencari jawaban lain yang
benar. Dengan cara ini, siswa terutama siswa perempuan yang menjawab
salah tidak merasa karena kesalahan yang dibuatnya. Dengan cara ini guru
dapat menciptakan kebersamaan kelompok ketika separuh dari kelas
memahami persoalan sedangkan sisanya belum. Mereka yang benar-benar
mengerti, terlihat pada wajah mereka kepuasan memperoleh wawasan
yang baru; tetapi juga mereka akan sungguh-sungguh mencoba membantu
temannya yang mengalami kesulitan.
Jika setiap siswa sudah mengerti, maka terciptalah suasana santai dan
perasaan puas.
1. Memahami tentang matematika dan mampu mengkomunikasikannya
2. Menjadi pemimpi-pemimpin kelompok yang baik

E. KECEMASAN DAN AKTIVITAS MENTAL YANG TINGGI

15
Alasan lain mengapa hubungan antar pribadi yang baik sangat diperlukan
dalam pemahaman matematika, ketika kecemasan diri meningkat maka dapat
menyebabkan kesulitan dalam pemahaman. Ketika siswa diberikan beberapa
penjelasan secara terperinci, maka beberapa siswa ada yang akan mampu
memahaminya, sebagian lagi tidakmampu memahaminya.
Bagi mereka yang tidak memahaminya, hal ini dapat menimbulkan rasa
cemas pada kegagalan. Kecemasan ini bisa berdampak positif dan negatif bagi
siswa. Dampak positif bagi siswa adalah mereka akan berusaha belajar lebih giat
lagi untuk dapat memahaminya. Tetapi perasaan terlalu cemas bisa merugikan diri
sendiri, misalkan dapat menimbulkan putus asa dalam usaha untuk dapat
memahaminya. Makin tinggi kecemasan siswa maka akan lebih berusaha untuk
memahaminya, namun bila tidak mampu dapat menyebabkan lebih cemas lagi.
Kecemasan dalam keadaan tertentu dapat mengurangi   efisiensi berpikir
matematika.
Terdapat beberapa pendapat yang menyatakan bahwa kecemasan dalam
keadaan tertentu dapat mengurangi efisiensi berpikir matematika.
Sebuah prinsip yang dikenal sebagai hukum Yerkes-Dodson, yang berdasarkan
bukti-bukti hasil percobaan yang sudah cukup umum diterima oleh psikolog.
Hukum ini menyatakan bahwa tingkat optimal motivasi untuk suatu tugas,
semakin memperkuat motivasi kinerja yang lebih baik. Tetapi untuk tugas yang
lebih kompleks, ini hanya terjadi sampai titik tertentu. Mulai dari nol motivasi,
yang diperkirakan menghasilkan kinerja nol, peningkatan motivasi meningkatkan
kinerja. Tetapi di luar tingkat tertentu, motivasi yang lebih meningkat tidak
menghasilkan perbaikan kinerja lebih lanjut, tetapi justru kemunduran. Dan pada
tugas yang lebih kompleks lagi, semakin rendah tingkat motivasi yang
memberikan kinerja terbaik.
Motivasi adalah hal yang cukup sulit untuk dinilai secara akurat, meskipun
biasanya merupakan kinerja langsung. Hal ini karena motivasi bersifat internal
bagi orang yang bersangkutan, dan tidak secara langsung diamati kinerjanya, di
sisi lain, secara eksternal jelas dapat dinilai secara objektif. Untuk menilai
motivasi berdasarkan percobaan, kita harus menyiapkan kondisi yang kita
asumsikan yang akan memiliki efek motivasi tertentu pada subjek. Sebagai

16
contoh, dalam salah satu percobaan, tikus dihadapkan dengan dua pintu yang
berbeda, salah satu dari pintu itu terkunci, yang lain terbuka dan mengarah ke
udara. Tingkat motivasi di sini bervariasi, dengan menjaga mereka tenggelam
untuk 0, 2, 4 dan 8 detik sebelum mereka diizinkan untuk memulai. Hasilnya
sesuai dengan Donson Yerkes-hukum.
Dapat dimengerti, ada sedikit bukti semacam ini mengenai subjek manusia. Tetapi
pembaca dibiarkan membayangkan dirinya dalam suatu lapangan ketika ia
menemukan bahwa banteng maju mengancamnya. Banteng yang sengit semakin
mendekat, semakin baik kinerjanya, dia akan lari (tugas kompleksitas rendah),
melompat ke parit, atau mendaki gerbang. tetapi anggaplah bahwa banteng
menerobos pagar, dan pembaca mencari keselamatan di mobilnya: maka dalam
tugas yang sedikit lebih kompleks untuk menemukan kunci yang tepat dan
membuka kunci mobil, dia mungkin meraba-raba. Jika kunci tidak dalam saku
yang biasanya, dia mungkin memakan waktu lebih lama untuk mengingat bahwa
ia telah menyimpannya di tempat lain. Atau terka, dengan imajinasi, bahwa ia
harus memecahkan masalah yang mudah untuk melarikan diri (seperti yang
dilakukan tikus-tikus percobaan), pembaca mungkin akan menemukan bahwa ia
membutuhkan waktu lebih lama untuk melakukan hal ini daripada dia berada di
bawah kondisi yang lebih santai.
Kecemasan situasi mempengaruhi aktivitas mental yang lebih tinggi. Hal ini telah
lama dikenal dalam militer. Aksi–aksi   yang harus dilakukan di bawah tekanan
perang diajarkan sebagai kebiasaan yang dibentuk dengan keras, untuk
ditampilkan secara otomatis, ketika harus merencanakan strategi perang dan
melaksanakan taktik. Banyak guru mengakui bahwa ujian merupakan situasi yang
menegangkan, demikian pula melatih siswa dalam kegiatan rutin yang
terorganisir.
Eksperimen yang dilakukan di atas didasarkan pada hipotesis bahwa hal ini
merupakan refleksi dari kecerdasan. Satu tugas yang digunakan untuk menguji
hipotesis ini adalah tugas penyortiran sederhana. Kartu-kartu yang disiapkan
memiliki satu, dua. tiga atau empat gambar yang sama pada masing-masing jenis.
Gambar ini bisa berupa segiempat, lingkaran, palang, silang atau segitiga; dan
masing-masing mungkin berwarna merah, hijau, kuning atau biru; gambar pada

17
kartu yang sama warnanya sama. Empat kategori kartu disusu: satu segitiga
merah, dua segiempat hijau, tiga palang silang kuning, empat lingkaran biru.
Subyek diberi enam puluh kartu, kemudian disuruh untuk menyortirnya
berdasarkan kriteria dan kategori yang diinginkan. Sebagai contoh,sebuah kartu
yang memiliki empat palang silang hijau akan ditempatkan pada tumpukan dua
dari kiri jika kriterianya berdasar warna. Jika pemisahan menurut bentuk, kartu itu
akan diletakkan di tumpukan tiga, jika menurut jumlah gambar, ditumpukan
empat.
Jika kriteria yang sama digunakan seluruhnya, siswa dapat mengerjakan tugas itu
dengan cepat dan efisien. Kemudian saat siswa disuruh menyortir kartu pertama
menurut warna, kedua menurut bentuk, ketiga menurut ukuran, keempat menurut
warna dan seterus nya. Ini bukan tugas rutin lagi, tetapi melibatkan aktivitas
reflektif, meskipun sederhana. Siswa harus sadar kegunaan kategori sasi dan hal
ini sebagai sesuatu yang internal; dan mereka harus mengalihkan kategori pada
masalah berikutnya secara seri setelah masing-masing kartu dipilih. Kegiatan
yang pertama di atas disebut receptor dan yang kedua berikut ini disebut effektor.
Siswa disuruh, seperti pada tugas pertama, untuk menyortir secepat dan setepat
mungkin. Tetapi pada kondisi ini, sejauh peningkatan latihan, mereka melakukan
kesalahan terus menerus. Kadang-kadang mereka memisahkan seluruhnya. Dalam
hal ini dapat dikatakan bahwa mereka mendapat sejenis rintangan mental, jika
mereka tidak mengalami kemajuan sama sekali dengan tugas itu. Seorang subyek,
yakni seorang mahasiswa universitas yang berintelegensi tinggi, melaporkan
adanya adanya gelombang kepanikan yang harus dilawan. Subyek-subyek itu
menyadari bahwa mereka sedang diperhatikan dan bahwa kesalahan mereka akan
dicatat. Hal ini cukup menyolok, bagaimana pengubahan tugas rutin (setelah
kegiatan refleksif dimulai, untuk memulai sortiran berdasarkan kategori) ke  
tugas   yang   melibatkan   refleksi berkelanjutan, yang dapat mencipta kan
kondisi dimana subyek pada saat-saat tertentu mengalami kelumpuhan mental.
Seorang guru yang baik dapat mengurangi kecemasan dan membentuk
kepercayaan diri siswa melalui penyisipan tugas rutin. Dengan mengajukan
pertanyaan yang menurutnya siswa dapat menjawab maka akan meningkatkan
penampilan siswa, mengurangi kecemasan dan membangun kepercayaan diri,.

18
Dengan demikian hubungan antar pribadi, pengalaman pribadi perlu mendapat
perhatian. Sebab dalam belajar matematika sulit untuk melupakan pengalaman
masa lampau. Walaupun siswa sudah dewasa belajar hanya melalui teks saja, tetap
tidak dapat lepas dari pengaruh historis guru terdahulu yang membentuk sikapnya
percaya diri atau kurang percaya diri.

1. Penyebab Awal Kecemasan


Penyebab yang mungkin dari suatu kecemasan salah satunya adalah guru
yang otoriter, penegakan disiplin yang sangat ketat, dan pembelajran yang
mementingkan hafalan dan kurang memperhatikan pemahaman siswa.
Alasan bahwa pembelajaran yang didasarkan pada hafalan kurang efektif adalah:
1. Bahwa semakin pelajaran matematika menjadi lebih kompleks, maka
jumlah rutinitasyang berbeda-beda untuk dihafalkan semakin membebani
ingatan.
2. Kebiasaan bekerja hanya untuk ruang lingkup masalah yang terbatas, dan
tidak dapat disesuaikan oleh pelajar untuk masalah-masalah lain,
tampaknya berbeda, namun berdasarkan ide-ide matematika yang sama.
Pembelajaran-skema lebih dapat menyesuaikan, dan mengurangi beban
pada ingatan.
Usaha yang mereka tempuh adalah mencoba mengingat lebih banyak aturan   dan
metode. Kenyataannya mereka perlu kembali lagi ke permulaan dan mulai lagi
dari awal.   Kondisi ini dapat menimbulkan kecemasan sehingga untuk
meningkatkan usahanya siswa pasti menggunakan satu-satunya pendekatann yang
ia kenal yaitu mengingat. Proses ini tidak bertahan lama, sehinhgga kelanjutan
program beikutnya akan berakhir dengan munculnya suatu kecemasan.
Siswa akan selalu mengatur apa yang mereka pelajari dalam beberapa cara, titik
pentingnya adalah apakah organisasi ini memasukkan konsep-konsep matematika
dasar dan struktur yang diperlukan untuk keberhasilan jangka panjang maupun
jangka pendek. Jadi perbedaan antara peserta didik- hafalan dan peserta didik-
skematis bukanlah membagi dalam dua bagian, melainkan sebuah kesatuan.
Pemahaman ini tidak menyeluruh, dan kita semua memiliki lebih banyak untuk
belajar, bahkan tentang topik dasar. Hal yang sebenarnya penting adalah apakah

19
yang skema yang tersedia sedemikian rupa sehingga hal itu dapat tumbuh, dan
tumbuh cukup cepat mengikuti materi yang baru yang harus dipelajari, atau tidak.
Dalam kasus terakhir, sambil menerima bahwa mereka tanpa struktur dan
fleksibilitas, akan lebih mudah untuk menghubungi organisasi-organisasi mental,
dengan nama lain: kebiasaan, atau rutinitas. Seperti telah ditekankan, kita perlu
untuk mengurus secara rutin untuk memanipulasi soal yang diberikan dan
membebaskan perhatian kita untuk berkonsentrasi pada aspek novel, adaptasi
yang membutuhkan ide-ide kita. Ini adalah kebiasaan yang sangat berguna, dan
keberhasilan awal yang mereka dapat bawa, yang dapat menyesatkan kita ke
dalam ketergantungan pada kebiasaan-belajar sendiri.

2. Adaptasi Terhadap Kecemasan


Dua batasan penting yang harus dibuat untuk mengawali pembahasan ini.
Pertama, hukum Yerkes Dodson yang menunjukkan bahwa motivasi secara
umum, mungkin meningkat disebabkan kecemasan. Kedua, tingkat motivasi
untuk suatu tugas yang diberikan tergan tung pada individu dan jenis tugas yang
diberikan. Kerumitan tugas bagi satu orang mungkin menjadi salah satu yang
relatif mudah bagi orang lain
Kemampuan yang tinggi bagi seorang siswa akan memberi keuntungan pada
dirinya pertama, ia merasa kurang cemas terhadap masalah yang dihadapi karena
ia yakin dapat mengatasinya. dan kedua ia dapat menggunakan kecemasannya
secara konstruktif untuk mengatasi masalah itu.
Kecemasan tertentu dapat menjadi suatu stimulus yang berguna; dan salah satu
kegunaan dari pendidikan adalah belajar untuk menggunakannya. Hal ini disebut
dengan “adaptasi terhadap kecemasan”.
Salah satu cata adaptasi terhadap kecemasan ini adalah penggunaan teknik- teknik
yang tepat untuk menghasilkan masalah (soal-soal) yang menjadi sumber
kecemasan. Faktor lain merupakan faktor pribadi yang tidak akan dibahas dalam
buku ini.

F. MOTIVASI UNTUK BELAJAR

20
Salah satu langkah awal dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru adalah memberikan motivasi kepada siswa agar semangat dan sungguh
mengikuti serta memahami materi yang akan dipelajari dalam kelas, termasuk
juga bidang studi matematika. Motivasi juga termasuk faktor yang mempengaruhi
pembelajaran dan pemahaman matematika. Kita sering mendapatkan pertanyaan
dari siswa : Mengapa kita harus belajar matematika ? Pertanyaan ini merupakan
langkah awal dari penyelidikan. Dari pertanyaan ini guru berusaha memberikan
jawaban dengan alasan yang tepat agar meraka termotivasi. Karena tanpa motivasi
tidak ada alasan untuk mengharapkan seseorang untuk melakukan upaya
diperlukan.
“Termotivasi” adalah deskripsi prilaku yang diarahkan pada kepuasan
pemenuhan beberapa kebutuhan. Beberapa kebutuhan seperti makanan, tidur,
kehangatan merupakan kebutuhan bawaan sejak lahir, lain halnya kebutuhan
seperti tembakau, sabun, televisi, hal yang perlu dipelajari dll. Dan kebutuhan
yang satu merupakan penyebab kebutuhan yang lain. Dan matematika tampaknya
cukup jelas menjadi kebutuhan yang perlu dipelajari. Dan matematika sangat
berharga sebagai teknik untuk memenuhi kebutuhan lain, matematika sebagai alat
yang penting dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan komersial, termasuk dalam
bidang lain.
Motivasi terhadap matematika berdasarkan penyebab asalnya, motivasi ada dua
yaitu motivasi Ekstrinsik dan motivasi Instrinsik.

1. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik berdasarkan waktunya ada dua yaitu motivasi jangka
panjang dan motivasi jangka pendek. Motivasi jangka panjang merupakan
motivasi yang diberikan kepada seseorang untuk mempelajari matematika, karena
matematika sangat berharga sebagai alat penting dalam pengetahuan, teknologi,
dan bidang yang lain. Tetapi motivasi ini terlalu jauh untuk dapat diterapkan pada
tahun-tahun awal sekolah, ketika pertama kali mempelajari matematika.
Sedangkan motivasi jangka pendek merupakan motivasi yang diberikan kepada
seseorang atau siswa agar mempelajari matematika pada kegiatan pembelajaran di
dalam kelas dengan baik dan sungguh-sungguh, motivasi inilah yang cenderung

21
efektif digunakan seorang guru. Adapun motivasi jangka pendek yang biasa
langsung digunakan adalah :
 Keinginan untuk menyenangkan guru
 Ketakutan yang tak menyenangkan
 Pemberian reward atau penghargaan
 Pemberian hukuman

Motivasi esktrinsik terhadap matematika merupakan motivasi yang asalnya


bukan dari dalam diri sendiri tetapi dari orang lain misalnya guru atau orang tua,
atau suatu hal yang membutuhkan untuk mempelajari matematika, misalnya agar
nilainya bagus, lulus ujian, cita-citanya tercapai dan lain sebagainya. Motivasi
ekstrinsik terhadap matematika yang paling penting adalah dari guru, karena guru
adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan matematika, mereka
yang membimbing dan menunjukkan pentingnya matematika baik untuk
pengetahuan, teknologi maupun dalam permasalahan sehari-hari. Bahkan ada
siswa yang senang dengan matematika karena dia senang dengan guru yang
mengajar matematika sehingga dia mudah mempelajari matematika padahal
sebelumnya dia tidak suka dengan yang namanya pelajaran matematika.

2. Motivasi Instrinsik
Motivasi instrinsik merupakan motivasi yang berasal dari diri sendiri yang
berupa kesenangan dalam mempelajari matematika. Ada beberapa orang yang
menjadikan matematika sebagai sesuatu yang menyenangkan dan aktif dalam
matematika itu sendiri, tanpa mempedulikan tujuan atau manfaatnya. Mereka
itulah para matematikawan murni. Dan jika pandangan ini diterima, maka banyak
siswa yang berumur 7, 10 dan 12 tahun dapat memberikan diskripsi sebanyak
mungkin dari pada anak berusia 16 tahun dan siswa dewasa. Mengapa orang
seharusnya senang belajar matematika. Apakah karena matematika sendiri
menarik atau karena memenuhi kebutuhan tertentu.
Perhatikan seorang anak yang berjalan di atas tembok yang rendah tanpa
bantuan orang tuanya, untuk melatih keseimbangan. Atau perhatikan seorang

22
pendaki gunung yang penuh resiko dan bahaya. Ia melakukan pendakian meski
sebenarnya ia dapat menggunakan kereta gantung. Aktivitas ini bukan merupakan
kebutuhan pokok, tetapi dilakukan untuk tujuan lain dan mempunyai arti yang
penting untuk mencapai tujuan akhir.
Kebutuhan umum mendasar yang lain adalah kebutuhan untuk “bertumbuh” atau
“berkembang”. Kata “berkembang” dimaksud tidak   hanya   meliputi
pertumbuhan fisik tetapi   juga   perkembangan   ketrampilan,   kekuatan,
pengetahuan dan organisasi fisik yang lain, organisasi sensori motor atau
organisasi mental yang lain. Anak kecil belum dapat berjalan di atas tembok,
memanjat pohon, melompat melalui jendela tetapi semuanya secara langsung
menyiapkan kebutuhan pertumbuhannya untuk melatih paru-paru, otot dan daya
kontrolnya.
Perkembangan mental itu lebih penting untuk kelangsungan hidup daripada
perkembangan fisik, dimana aktifitas memberikan kontribusi kepada pertumbuhan
mental, oleh karena itu harus dinikmati oleh anak-anak sebanyak kegiatan fisik.
Selain itu pertumbuhan mental dapat dilanjutkan lebih lama setelah pertumbuhan
fisik terhenti, sehingga kesenangan bisa berasal dari berbagai cara melatih
kecerdasan seseorang sejak kecil hingga tua. Dan matematika sebenarnya
hanyalah sebuah bentuk khusus dari kegiatan intelegensi.
Kesenangan yang kita alamai dari kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan adalah pengalaman instrinsik dalam
kegiatan itu sendiri. Seorang anak tidak tahu bahwa suka memanjat bisa membuat
dia kuat dan tangkas, tetapi ia bertambah kuat dan tangkas karena dia suka
memanjat. Oleh karena itu membiarkan anak melakukan kesenangan mereka
seperti memanjat pohon itu lebih baik dari pada menyuruh anak untuk melakukan
latihan.
Untuk orang dewasa, situasi yang baik adalah memadukan motivasi jangka
pendek dan jangka panjang. Yang jangka pendek dengan menjadikan kesenangan
belajar dan mengerjakan matematika yang merupakan motivasi instrinsik.
Sedangkan motivasi jangka panjang berupa tujuan pribadi, praktis dan akademik
yang dapat dicapai dengan bantuan pengetahuan matematika. Tetapi yang
terpenting adalah motivasi instrinsik, karena kita tidak tahu bahwa sesuatu yang

23
kita pelajari berguna bagi kita. Tetapi langkah yang utama adalah belajar dan
mengerjakan matematika dalam ilmu pengetahuan adalah untuk kepentingan disi
sendiri.
Kita senang belajar matematika, maka hal itu dapat menjadi faktor insentif yang
sangat kuat untuk belajar. Pengetahuan itu apakah akan berguna di kemudian hari,
tidak dapat diramalkan pada waktu belajar. Ketika saya membeli obeng yang saya
tahu dengan tepat, pekerjaan apa yang akan saya lakukan. Ketika belajar Kalkulus
dan Geometri di perguruan tinggi, para matematikawan dari program penelitian
angkasa milik Amerika tidak tahu bahwa mereka akan menggunakan pengetahuan
mereka untuk menggambar orbit dari satu modul.
Bagaimanapun efektifnya motivasi intrinsik untuk belajar matematika, tetap
merupakan sesuatu yang kurang diperhatikan dan dihargai guru. Dalam berbagai
kesempatan, guru menemukan bahwa siswanya dapat menikmati matematika
ketika matematika diajarkan dan dipelajari. Guru tersebut melaporkan hal ini
kepada saya dengan perasaan terkejut dan senang, tetapi juga agak kuatir, seolah-
olah terjadi kesalahan pendekatan terhadap matematika yang diikuti anak. Hal ini
mungkin disebabkan guru kurang mengetahui tentang adanya motivasi intrinsik
yang mendorong anak menikmati belajar matematika.

BAB III
PENUTUP

24
A. KESIMPULAN
Bab ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa kesalahan bukan pada siswa
seutuhnya melainkan pada guru mereka sendiri, misal: kurangnya motivasi dari
guru. Guru mempunyai tugas penting dalam mengajarkan matematika, yaitu :
(1) menganalisis konsep materi yang akan disajikan kemudian membuat
perencanaan dan
( 2) bertanggung jawab atas pelaksanaan KBM.

Kebenaran merupakan sesuatu yang krusial dalam kehidupan ini. Sering kali
dengan dalih sebuah kebenaran seseorang, kelompok, lembaga, atau bahkan
negara akan menghalalkan tindakan terhadap orang lain karena dianggap sudah
melakukan tindakan yang benar. Begitu pula dalam bidang pendidikan tidak
mungkin seorang guru melakukan pendidikan, dan pengajaran terhadap peserta
didik jika tidak meyakini sebuah kebenaran.
Kebenaran tidak mungkin berdiri sendiri jika tidak ditopang dengan dasar-dasar
penunjangnya, baik pernyataan, teori, keterkaitan, konsistensi, keterukuran , dapat
dibuktikan, dan berfungsi
Kebenaran matematika adalah sifat kekonsistenan, yaitu kesepakatan antara
ahli matematika dan ahli lain, antara guru dan murid. Istilah “pencemoohan”
diartikan sebagai sesuatu yang merugikan organism lain (siswa) dan pencemohan
kecerdasan membuat siswa kurang memahami apa yang disampaikan guru
sehingga merusak skema yang telah dimiliki oleh siswa.Jenis-jenis wewenang
(pengaruh): pengaruh seseorang yang harus dihormati dan ditaati sebagai hasil
dari status atau fungsinya dan pengaruh sebagai hasil dari pengetahuan yang lebih.
Untuk mendukung KBM guru harus melatih kedua jenis pengaruh ini.manfaat dari
diskusi: menghubungkan ide kita dengan ide-ide dari teman yang lain, mendorong
munculnya ide baru, pembuahan ide-ide.Kesalahan yang sering muncul dalam
diskusi kelompok adalah memaksakan anggota kelompok menyesuaikan dengan
cara berpikir kita atau mengisolasi diri dari teman-teman lain dalam kelompok
tersebut. Oleh karena itu harus diadakan diskusi secara rasional dan tidak bereaksi
brlebihan terhadap pendapat teman diskusi, dan pada akhirnya setiap anggota

25
kelompok harus setuju dengan hasil akhir diskusi. Kepemimpinan dan besar
kelompok merupakan faktor-faktor dalam diskusi yang secara tidak sadar
mempengaruhi jalannya diskusi. Semakin besar sebuah kelompok semakin besar
konflik yang terjadi. Oleh karena itu, ibarat seorang mayor dalam militer dan
konduktor dalam orkestra, seperti itulah guru harus berperan.   Hukum Yerkes-
Dodson yang mendukung bahwa kecemasan mengurangi efisiensi berpikir
matematika mengatakan bahwa semakin kompleks suatu tugas, semakin rendah
tingkat motivasi dan sebaliknya. Situasi kecemasan juga mengakibatkan Aktivitas
mental yang tinggi.Salah satu penyebab awal dari kecemasan adalah guru otoriter
tetapi dalam jumlah tertentu, kecemasan dapat menjadi stimulus yang bermanfaat
(adaptasi kecemasan).Motivasi adalah sebuah deskripsi tingkah laku yang kita
terapkan untuk membimbing kita kearah kepuasan akan kebutuhan.
Jenis-jenis motivasi berdasarkan rentang waktu:
a. Motivasi jangka pendek
b. Motivasi jangka panjang

Penyebab motivasi berdasarkan asal timbulnya:


a. Motivasi intrinsik
b. Motivasi ekstrinsik

B. SARAN
Pada saat pembuatan makalah, Penulis menyadari bahwa banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan.  dengan sebuah pedoman yang bisa
dipertanggungjawabkan dari banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut . Oleh sebab itu penulis harapkan kritik serta sarannya mengenai
pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

DAFTAR PUSTAKA

26
https://books.google.com/books/about/The_Psychology_of_Learning_Mathematic
s.html?hl=id&id=szOVXetvXP0C
https://podakdelan.wordpress.com/2016/01/12/faktor-interpersonal-dan-
emosional/
https://jagad.id/pengertian-diskusi-macam-jenis-fungsi-manfaat-dan-tujuan/

27

Anda mungkin juga menyukai