Anda di halaman 1dari 19

PROBLEMATIKA DALAM KELUARGA

disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam


Dosen matkul : Ibu Ina Maryana, S.Pd.I.,M.Pd.I

Deny Qodar Ramdhani ( 20230103040)

Fida Alifah ( 20230103061)

Ahmad muzaki ( 20230103064)

Riyan nur arifa (20230103062)

Uga sugantina ( 20230103059)

Yayan adipriatna ( 20230103070)

JURUSAN BISNIS DIGITAL


FAKULTAS EKONOMI BISNIS
UNIVERSITAS CIPASUNG TASIKMALAYA
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabbila’alamin, puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT


atas segala limpahan rahmat dan karunia serta nikmat-Nya sehingga dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul “Problematika dalam
Keluarga” tak lupa shalawat serta salam kami ucapkan kepada nabi besar
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat-sahabat, , dan para pengikut beliau
hingga akhir zaman kamisebagai penulis menyadari dalam pembuatan makalah
ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan dalam tutur bahasa dan penulisan,
oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Demikian kata pengantar dari kami. Akhirnya besar harapan agar makalah ini
dapat bermanfaaat bagi para pembaca dan diterima sebagai perwujudan dalam
dunia kesehatan dan dapat digunakan sebagaimana mestinya, semoga kita semua
mendapat faedah dan diterangi hatinya dalam setiap menuntut ilmu yang
bermanfaat untuk dunia dan akhirat.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................iii

BAB I.............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2

1.3 Tujuan............................................................................................................................2

BAB II...........................................................................................................................................3

PEMBAHASAN............................................................................................................................3

2.1 Pengertian Problem Keluarga..............................................................................................3

2.2 Jenis Problem Keluarga.......................................................................................................4

2.3 Upaya Mengatasi Problem Keluarga...........................................................................11

BAB III........................................................................................................................................14

PENUTUP...................................................................................................................................14

3.1 Simpulan.........................................................................................................................14

Daftar Pustaka..............................................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketegangan maupun konflik dengan pasangan atau antara suami dan istri merupakan
hal yang wajar dalam sebuah keluarga atau rumah tangga. Tidak ada rumah tangga
yang berjalan tanpa konflik namun konflik dalam rumah tangga bukanlah sesuatu yang
menakutkan. Apabila konflik dapat diselesaikan secara sehat maka masing-masing
pasangan (suami-istri) akan mendapatkan pelajaran yang berharga, menyadari dan
mengerti perasaan, kepribadian, gaya hidup dan pengendalian emosi pasangannya
sehingga dapat mewujudkan kebahagiaan keluarga. Penyelesaian konflik secara sehat
terjadi bila masing-masing pihak baik suami atau istri tidak mengedepankan
kepentingan pribadi, mencari akar permasalahan dan membuat solusi yang sama-sama
menguntungkan melalui komunikasi dan kebersamaan. Disisi lain, apabila konflik
diselesaikan secara tidak sehat maka konflik akan semakin sering terjadi dan semakin
membahayakan bagi keluarga khususnya suami dan istri yang terlibat konflik.
Penyelesaian konflik seperti ini terjadi bila setiap pihak tidak mampu bekerjasama
untuk menciptakan suatu hubungan yang selaras. Mereka hanya mementingkan
kepentingan pribadi daripada kepentingan bersama

Tiap keluarga akan senantiasa menghadapi berbagai masalah, tetapi kemampuan


untuk mengatasinya tidak terlalu memadai. Karena itu harus ada usaha-usaha untuk
memperkuat kemampuan keluarga atau anggota keluarga dalam menghadapi berbagai
tantangan, baik dari dalam keluarga itu sendiri maupun dari luar. Usaha itu harus
dimulai oleh keluarga itu sendiri atau oleh seorang ahli yang dapat membantu
mengatasi persoalan keluarga bila masalah keluarga itu memerlukan orang lain untuk
membantu penyelesaian konflik dalam keluarga. Kita menyadari bahwa bahtera
perkawinan tidak selamanya dapat mengarungi samudera dengan tenang dan lancar.
Setelah keluarga terbentuk, berbagaimasalah dapat timbul dalam keluarga yang pada
gilirannya akan menjadi benih yang mengancam kehidupan perkawinan dan berakibat
keretakan atau perceraian. Sebelum hal ini terjadi di keluarga atau angota keluarga
hendaklah berusaha untuk mencegahnya dengan memperbaiki hubungan dalam
keluarga dan kadang-kadang memerlukan campur tangan orang luar dalam usaha
membantu keluarga itu untuk mengatasi masalah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang disebut dengan problem dan problem keluarga ?

2. Apa saja jenis problem keluarga yang biasa terjadi di dalam keluarga ?

3. Bagaimana upaya mengatasi problem keluarga ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui arti dari problem dan problem keluarga.

2. Untuk mengetahui jenis problem keluarga yang ada di dalam keluarga.

3. Untuk mengetahui upaya mengatasi problem keluarga.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Problem Keluarga


Istilah problem merupakan objek utama dari bimbingan dan konseling. Adanya
organ dan kegiatan bimbingan dan konseling karena adanya individu yang
mempunyai problem, boleh juga dikatakan oleh karena adanya individu yang
memiliki suatu problem maka diperlukan adanya organ bimbingan dan konsleing,
untuk mengusahakan pencegahannya atau memberikan bantuan dalam pemecahan
problem tersebut.

Hampir setiap manusia di dunia ini memiliki problem baik problem itu besar
maupun kecil,serius ataupun sederhana, banyak maupun sedikit, dan berat maupun
ringan. Ada kalanya seseorang akan sangat peka menghadapi/menanggapi problem,
walaupun problem itu sangat ringan sekalipun, tetapi sebaliknya ada seseorang yang
masih tetap tabah walaupun sedang mengalami problem yang berat dan serius.

Maka seberapa berat penderitaan individu dalam mengalami problem tergantung


sekali kepada individu itu sendiri dalam menanggapi problem yang diderita/dialami,
sehingga problem sifatnya sangat relatif, tidak sama bagi individu yang satu dengan
yang lain. Tetapi pada umumnya problem memang mengganggu kehidupan manusia
karena yang dimaksud problem adalah:

A matter which needs thinking about in order to find the solution or something to
which an answer must be found. (Hornby, dalam Pujosuwarno 2008:69)

Jadi problem adalah masalah yang membutuhkan pemikiran untuk menemukan


pemecahannya.

Problem yang berhasil bermukim pada seorang individu dengan tanpa mendapatkan
jalan keluar pemecahannya, akan sangat mengganggu kehidupan individu tersebut.
Seorang individu yang merasa memiliki problem akan tertekan jiwanya dan bila
problem yang satu belum terpecahkan tetapi telah ditambah dengan kedatangan
problem-problem yang lain lagi maka individu itu akan menjadi semakin tertekan.
Tekanan jiwa yang terus menerus tak mendapatkan penyelesaian akan mengakibatkan
individu itu mengalami gangguan jiwa. Padahal bila jiwa yang terganggu itu dibiarkan
saja terus menerus tanpa mendapatkan bantuan pelayanan maka makin lama
seseorang itu akan mengalami sakit jiwa. Bagi seseorang yang telah sampai pada taraf
sakit jiwa bukan lagi menjadi sasaran bimbingan dan konseling.

Objek bimbingan dan konseling adalah seseorang yang normal tetapi memiliki
problem/kesulitan. Bimbingan dan konseling bertugas membantu seseorang dalam
mencegah datangnya problem (usaha preventive), mempertahankan agar seseorang
tetap pada keadaan yang telah sedemikian baik (usaa preservative) dan membantu
seseorang dalam menemukan dan memecahkan problemnya (usaha curative).

Maka perlu diusahakan oleh manusia yang hidup di dunia ini jangan sampai dikuasai
oleh problem, melainkan harus sebaliknya problem dikuasai oleh manusia. Problem
yang diderita oleh seorang individu adalah berupa kesulitan atau masalah yang
mengganggu ketentraman kehidupan individu tadi dan problem itu disebut problem
individu. Sedang problem keluarga adalah problem atau kesulitan atau masalah yang
diderita oleh seseorang atau beberapa orang atau semua orang dalam keluarga dan
akibat dari problem itu menjadi penyebab kegoncangan hidup keluarga itu dan
mengakibatkan keluarga itu tidak mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya.

2.2 Jenis Problem Keluarga


Mengenai problem individu Ross L.Mooney dalam Pujosuwarno (2008: 70)
mengemukakan adanya sebelas klasifikasi factor problem yaitu:

1) Health and Physical Development yang artinya kesehatan dan perkembangan


jasmani.
2) Finance, Living conditions and Employment berarti keuangan, kondisi hidup, dan
pekerjaan.
3) Social and Recreational Activities yaitu sosial dan kegiatan rekreasi.
4) Social Psychological Relationns artinya hubungan personal psikologis.
5) Personal Psychological Relations artinya hubungan personal psikologis
6) Courtship, sex and marriage yang dimaksud pergaulan, seks, dan perkawinan
7) Home and Family, rumah dan keluarga
8) Morals and Religion, moral dan agama
9) Adjustment to College Work yaitu penyesuaian terhadap pekerjaan sekolah
10) The Future Vocational and Educational berarti hari depan pekerjaan dan
pendidikan.
11) Curriculum and Teaching Procedures yaitu kurikulum dan prosedur pengajaran.

Kesebelas jenis problem Ross L.Mooney tersebut terutama merupakan problem yang
sering dialami oleh perorangan khususnya bagi siswa-siswa dan mahasiswa. Walaupun
pada kenyataannya siswa dan mahasiswa itu pasti hidup dalam keluarga tetapi belum
tentu problem siswa atau mahasiswa tersebut pasti merupakan problem dari keluargnya,
karena belum tentu problem siswa/mahasiswa tersebut menggoncangkan keluarga
siswa/mahasiswa itu. Jadi mungkin problem siswa/mahasiswa yang menyangkut
tentang pelajaran, tentang pergaulan, dan lain sebagainya yang mengganggu si
siswa/mahasiswa tersebut secara perseorangan, tetapi keluarga tidak terganggu,
keluarga tidak goncang karena problem siswa/mahasiswa tersebut.

Dengan demikian kita dapat membedakan problem keluarga adalah suatu problem yang
cukup dapat menggoncangkan ketentraman kehidupan suatu keluarga, keluarga akan
terganggu ketenangannya, keluarga tidak akan hidup bahagia, , demikianlah baru
disebut problem keluarga.

Pujosuwarno (2008:72) mengklasifikasikan problem keluarga menjadi tujuh yaitu (1)


problem seks, (2) problem kesehatan, (3) problem ekonomi (termasuk sandang, pangan,
papan), (4) problem pendidikan, (5) problem pekerjaan, (6) problem hubungan inter
dan antar keluarga, (7) problem agama. Adapun uraian stiap problem keluarga tersebut
adalah sebagai berikut:

1. Problem Seks

Problem seks bagi keluarga merupakan problem yang sangat gawat bagi suami istri,
poblem ini sangat erat hubungannya dengan fungsi keluarga sebagai penyalur seks dan
reproduksi,juga berkaitan dengan tipe keluarga besar dan tipe keluarga kecil. Keluarga
sebagai penyalur seks yang syah, antara suami dan istri hendaknya ada aturan
permainan seks yang sedemikian ruoa sehingga dapat menatangkan kepuasan agi kedua
belah pihak. Hubungan seks antara suami isteri adalah sesuatu yang sangat suci, sangat
pribadi, luhur dan rahasia. Sehingga sering terjadi kekecewaan dalam pelayanaan sek
dari pihak suami atau isteri hanya disimpan saja di hati sanubari pasangan suami isteri
tersebut.

Tentu saja untuk zaman berkembang ini keluarga yang berpendirian demikian kurang
dibenarkan, para dokter dan konselor telah membuka pint untuk membantu kesulitan
keluarga dari berbagsi problem termasuk problem seks. Kekurangan pelayanan seks
dari pihak suami atau isteri bukan berarti itu telah menjadi bakatnya yang tidak lagi
dapat dirubah, kadang-kadang kelemahan seks tersebt disebabkan oleh adanya penyakit
tertentu yang dapat diobati atau adanya hal-hal tekanan-tekanan batin yang tersimpan
yang sebetulnya dapat diusahakan pemecahannya. Demikian sebaliknya kekuatan seks
yang berlebihan pun dapat diusahakan penyalurannya.

Persoalan seks kadang-kadang tidak hanya terbatas mengganggu pasangan suami


isteri saja, tetapi anak-anak ada kalanya mengalami gangguan seks ini juga, misalnya
dilakuakannya onani/masturbasi bagi anak-anak. Dilakukannya onani/masturbasi
tersebut sebetulnya bukan merupakan problem melainkan perbuatan yang wajar saja,
tetapi seringkali bersamaan dilakukannya perbuatan onani/ masturbasi itu diiringi pula
dengan perasaan takut, berdosa, bersalah, sehingga anak sering menjadi murung ,
kecewa, putus asa, dan sebagainya.

Hubungan seks antara suami isteri yang tidak dapat dikendalikan sering
mengakibatkan akibat sampingan yang cukup menuntut beban bagi keluarga, jauh
dengan tambahnya anggota keluarga yang tidak sesuai lagi dengan kemampuan orang
tua dalam mempercai/ memelihara dan mendidiknya.

2. Problem Kesehatan

Faktor ini tidak kalah pentingnya dari faktor seks tadi, seringnya anggota keluarga
yang sakit banyaknya pengeluaran untuk dokter, obat-obatan, rumah sakit, dan
sebagainya diderita penyakit menular dari salah seorang anggota keluarga dan
sebagainya tentu akan mengurangi dan menghambat tercapainya kesejahteraan
keluarga. Problem ini kesehatan di sini tidak hanya problem kesehatan badan dari
anggota-anggota keluarganya, tetapu kesehatan rumah dan lingkungan pegang peranan
penting juga. Keluarga dapat menderita problem karena harus tinggal di lingkunagn
yang kurang sehat, karena tinggal di rumah yang kurang mendpatkan sinar matahari
ataupun terlalu lembap.Kesehatan badan sangat erat dengan kesehatan jiwa, maka
sering ada pepatah hanya dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat.

Walaupun suatu keluarga mempunyai nafkah cukup baik, perumahan dengan


peralatan yang mewah, kendaraan dan barang-barang yang lain, tetapi kalau ada dari
anggota keluarga tersebut sakit-sakitan maka keluarga tersebut pasti menderita. Maka
bagi setiap keluarga tersebut perlu melaksanakan usaha pencegahan agar keluarga
tersebut selalu dalam keadaan sehat walafiat jasmani dan rohani. Makanan bergizi dan
pemeriksaan ke dokter sebelum menderita sakit perlu sekali sebagi usaha pencegahan.

3. Problem Ekonomi (Sandang, Pangan, Papan)

Keadaan ekonomi yang lemah, sering sangat mencemaskan bagi kehidupan keluarga.
Maka besarnya keluarga. Maka besarnya keluarga perlu disesuaikan dengan keadaan
ekonomi dari keluarga tersebut. Dengan adanya keluarga yang terbatas, dengan
sendirinya memberikan kemungkinana yang lebih beesar untuk segenap anggota-
anggota keluarga yang sedikit itu, sehingga masing-masing mendapat jatah yang lebih
banyak, jatah uang saku, jatah makanan sehat, jatah pakaian dan jatah tempat tinggal
dan peralatan yang khusus bagi setiap anggota keluarga.

Problem mengenai kurang layaknya pakaian bagi setiap anggota keluarga akan
mengganggu pergaulan dari keluarga tersebut, dan masalah ini dapat mengakibatkan
keluarga merasa rendah diri, enggan bergaul dengan masyarakat, dan sebagainya.
Problem ekonomi kadang-kadang tidak hanya disebabkan karena hasilnya pendapatan
dari keluarga tersebut, melaikan kadang-kadang karena tidak adanya perimbangan
antara pengeluaran dan pemasukan.

Tidak semua keluarga beruntung dapat memperoleh penghasilan yang mencukupi


tetapi tidak jarang pula keluarga-keluarga yang penghasilannya cukup besarpun
mengeluh kekurangan uang, bahkan sampai berhutang ke sana ke mari. Masalahnya
tidak lain adalah keluarga tersebut kurang merencanakan kebutuhan hidup untuk
kedepannya sehingga pengeluaran menjadi tidak berencana.

Ada kalanya keluarga yang sudah tidak lengkap lagi (misal ayah meninggal), padahal
pencari nfkah satu-satunya adalah ayah. Dalam hal ini si ibu akan berusaha dalam
menggantikan kedudukan ayah sebagai pencari nafkah. Maka bagi keluarga yang
menghendaki jangan sampai mendapat problem ekonomi, seperti mungkin keluarga
tersebut harus telah pandai mengatur diri, agar selalu ada pos/ simpanan-simpanan
uang, untuk dipergunakan bila keadaan memaksa, terutama bagi kelanjutan studi
putera-puteranya.

4. Problem Pendidikan

Pendidikan yang tidak sesuai/ seimbang antara suami dan isteri kadang-kadang dapat
menimbulkan problem dalam keluarga, terutama dalam mendidik anak sedemikian itu
apabila antara suami dan isteri tidak ada kesepakatan dalam mengambil keputusan-
keputusan. Maka penting sekali keputusan-keputusan yang dibuat dalam keluarga
ditetapkan bersama-sama, misalnya apakah anak-anak boleh pergi bermalam minggu,
berapa uang saku anak-anak setiap harinya dan lain sebagainya. Adakalanya isteri
mempunyai problem tidak pernah dibawa ke pergaulan teman-teman suami karena
pendidikan isteri jauh dari suami, sehingga suami merasa malu.

Demikian sebaliknya suami selalu cemburu dan khawatir terhadap isterinya yang
lebih tinggi pendidikannya daripada dirinya. Bukan berarti tidak dibenarkan
perkawinan antara suami isteri yang tidak seimbang keadaan pendidikannya yang
penting harus adanya kesepakatan pandangan hidup antara suami isteri. Maka sering
pemuda pemudi yang sedang dimabuk asmara mengabaikan hal ini.

Mereka berpendapat bahwa cinta akan mengatasi segala-galanya, karena itu mereka
berani mengambil rediko untuk tidak memperdulikan perbedaan-perbedaan yang ada,
misalnya perbedaan tingkat pendidikan yang menyolok. Kita harus yakin bahwa
perkawinan diantara suami isteri yang terdapat perbedaan yang semakin banyak akan
dituntut pula perbedaan yang semakin besar pula diantara kedua belah
pihak.Tergantung sekarang apakah kedua pihak dalam pasangan itu sama-sama mau
berkorban.

Problem pendidikan kadang-kadang tumbuh dari pihak anak, di mana anak mogok
dalam melanjutkan pendidikannya, atau yang lebih ringan bagi anak telah bersikeras
memilih jurusan sekolah yang kurang disetujui oleh ayah ibunya. Kesemua problem itu
tadi nsebetulnya dapat diatasi asal antar anggota keluarga tersebut ada sling pengertian
dan saling pengorbanan.

5. Problem Pekerjaan
Bagi tipe keluarga yang besar, kadang-kadang ayah terpaksa bekerja mati-matian
demi mencapai nafkah untuk mencukupi kebutuhan hidup, sehingga hampir tidak ada
hubungan kasih sayang antara ayah dengan ibu dan anak-anaknya. Isteri mereka tidak
pernah mendapatkan kesempatan bersama suami, padahal bagaimanapun juga isteri
butuh nafkah jasmani maupun rohani. Kadang-kadang tidak hanya suami yang harus
bergulat dengan hidup, isteri pun terpaksa setiap hari meninggalkan rumah untuk
membantu suami mencari tambahan nafkah, anak-anak tidak terurus, rumah pun
demikian pula. Inilah merupakan problem tipe keluarga yang sibuk.

Akibat dari kesibukan ayah dan ibu ini maka anak-anak seiring merasa kesepian,
kurang kasih sayang dari kedua orang tuanya, merasa kurang mendapat perhatian dari
orang tua. Perlu kita ketahui bahwa anak-anak tidak cukup hanya mendapatkan jaminan
materil saja, dengan diberi cukup sandang dan pangan, melainkan mereka butuh
jaminan moril dari orang tuanya, suatu ketika mereka butuh makan bersama berkebun
bersama, rekreasi bersama, mengatur rumah tangga bersama orang tua dan saudara-
saudaranya. Problem keluarga yang menyangkut pekerjaan ini dapat kadang-kadang
karena ayah ibu sibuk, anak-anak pun membantu pekerjaan orang tua dalam mencari
nafkah.

6. Hubungan inter dan Antar Keluarga

Masalah hubungan inter keluarga tadi telah banyak kami singgung, yaitu hubungan
akrab, kerja sama, harmonis, antara anggota-anggota keluarga. Adakalanya terdapat
problem di mana anak merasa terlalu takut pada ayahnya, ibu seing cekcok dengan
ayah, ibu bersikap kurang adil terhadap anak-anaknya, kakak beradik kurang cocok dan
lain-lain, sehingga menyebabkan suasana rumah panas, tegang dan tidak kompak.
Maka orang tua sebagi pemimpin dalam keluarga hendaknya dapat dapat membuat
suasana rumah sedemikian rupa dan mengkoordinir anggota keluarga, sehingga ada
suasana mesra anggota keluarga

Hal-hal yang menyangkut kepentingan seluruh keluarga, hendaklah diputuskan


bersama, misalnya kemana acara hari libur yang akan datang? Kita piknik ke
Tawangmangu, atau menengok nenek ke Semarang, Adakalanya perundingan cukup
dilakukan oleh ayah ibu saja, tetapi seringkali pula anak-anak perlu diajak serta dalam
perundingan. Hindarilah membuat keputusan sendiri dan melaksanakan hal-hal yang
belum disepakati bersama. Perundingan dan keputusan yang dibuat bersama tidak saja
menyebabkan semua anggota keluarga lebih terikat kepada keputusan-keputusan yang
sudah dibuat itu, tetapi juga memberi kesempatan lebih banyak untuk anggota keluarga
saling berkomunikasi.

Makin banyaknya komunikasi berarti semakin besarnya kemungkinan antara anggota


keluarga untuk saling mengerti persoalan masing-masing. Kadang keluarga mempunyai
hubungan yang telah cukup baik ke dalam, tetapi ada persoalan dengan tetangga
mungkin masalah anak-anak, masalh sampah, masalah radio yang terlalu keras di putar,
atau masalah tetek bengek yang sepele, cukup memperuncing persoalan, walaupun
pada prinsipnya yang terpenting adalah hubungan antara anggota keluarga dalam
rumah, tetapi kalau hubungannya dengan masyarakat umumnya dan tetangga kiri kanan
rumah keluarganya kurang baik, banyak sedikit akan mengganggu. Kerana menurut
orang-orang tua, kita harus berbuat baik dengan tetangga, karena tetangga adalah
saudara yang paling dekat, karena tetangga paling mudah dan paling dekat untuk
memberi pertolongan dari pada saudara-saudara kita yang tinggalnya berjauhan.Untuk
sekerdar mencegah timbulnya problem hubungan antara keluarga, sebaiknya kita batasi
pergaulan kita dengan tetangga, kita cukup baik dengan keluarga, tetapi tidak perlu
erat, kita begaul dimana perlu saja.

7. Problem Agama

Perbedaan agama anatara suami isteri kadang-kadang menyebabkan kesuliatan dalam


kehidupan keluarga, lebih-lebih bila keluarga itu telah mempunyai anak, terutama
apabila keluarga itu belum dirundingkan/direncanakan secara masak sebelumnya,
karena anak akan sulit dalam menentukan pilihan agama yang harus dipilih. Apakah
akan mengikuti agama ayah dan ibunya.tetapi apabila semuanya itu telah ditentukan
kesepakatan bersama, tentu saja problem yang timbul akan dapat ditekan seminimal
mungkin. Demi menjaga keselarasan hubungan dengan pasangannya, maka perbedaan
agama dapat ditutupi dengan dengan persamaan cita-cita, persamaan pendidikan dan
lain-lain. Dengan adanya toleransi pengorbanan serta saling menghargai dalam
keluarga. Bila suami beragama Islam dan Isteri beragama Katholik, dapat saja pada hari
Minggu suami mengantar dan menjemput Isteri ke Gereja, sedang isteri membuat menu
istimewa pada hari Jumat. Suami ikut bersama-sama isteri merayakan pesta hari Natal,
dan isteri melayani suami makansahur pada bulan Puasa, begitu selanjutnya dalam
kegiatan-kegiatan yang lain.
Kadang-kadang keluarga mempunyai problem kurang dapat membimbing putera-
puteranya dalam menganut agama tertentu, misalnya untuk agama islam, karena ada
kalanya suatu keluarga walaupun pemeluk agama Islam tetapi kurang mendalami
ajaran-ajarannya, dalam hal ini kami kira orang tua dapat meminta bantuan kepada
orang yang ahli/mendatangkan orang yang ahli untuk memberikan pelajaran membaca
Al-Qur’an di rumahnya dan lain sebagainya. Yang paling kita harus menyadari setiap
ada perbedaan antara suami isteri harus ada pengorbanan antara suami isteri itu, dan
semakin banyak adanya perbedaan semakin tinggi pula pengorbanan yang harus
dilakukan.

2.3 Upaya Mengatasi Problem Keluarga


1. Problem Seks

Upaya mengatasi problem seks pada keluarga yaitu :

a) Komunikasi, Hilangkan rasa sungkan dan malu. Bicarakan semua masalah seks
yang Anda rasakan bersama pasangan, biar pasangan tahu problem seks yang
sedang Anda alami.
b) Menahan emosi seks. Salah satu penyebab ejakulasi dini adalah tidak bisa
menahan emosi seks ketika bersetubuh. Kebanyakan pria selalu ingin cepat
ejakulasi.
c) Menghalangi semua permasalahan terbawa ke tempat tidur. Hindari berhubungan
seks bila amarah dan kejengkelan masih bersemayam di hati.
d) Luangkan waktu untuk berduaan dengan istri. Kesibukan seringkali menghalangi
suami-istri untuk bersama, hingga tidak bisa menikmati kehidupan secara pribadi.
e) Peliharalah kesehatan dengan mengatur pola makan dan tetap berolahraga. Selain
itu hindarilah minuman beralkohol secara berlebihan

2. Problem Kesehatan

Upaya mengatasi problem kesehatan pada keluarga yaitu :

a) Memelihara kebersihan dan kesehatan pribadi dengan baik. Ajarkan anak hidup
sehat dimulai dari “diri sendiri”. Dapat dikatakan bahwa kesehatan yang kita miliki
adalah karena “upaya” kita sendiri.
b) Makan makanan sehat. Makan merupakan kebutuhan penting, tidak saja bagi
penyediaan energi untuk tubuh,tetapi juga merupakan kebutuhan penting untuk
kesehatan dan kelangsungan hidup.
c) Memelihara Kesehatan Lingkungan. Hidup sehat memerlukan situasi, kondisi, dan
lingkungan yang sehat. karena itu, kondisi lingkungan perlu benar-benar
diperhatikan agar tidak merusak kesehatan. Kesehatan lingkungan harus dipelihara
agar mendukung kesehatan keluarga dan setiap orang yang hidup di sekitarnya.
Memelihara berarti menjaga kebersihannya. Lingkungan kotor dapat menjadi
sumber penyakit.

3. Problem Ekonomi

Upaya mengatasi problem ekonomi pada keluarga yaitu :

a) Terbuka. Hal pertama yang harus dilakukan untuk menghindari keuangan adalah
bersikap terbuka. Baik pasangan sama-sama mencari uang atau hanya salah satu
saja yang menghasilkan uang, seharusnya tak ada yang disembunyikan masalah
pengeluaran. Selalu diskusikan semua keputusan yang menyangkut keuangan,
seperti pengeluaran, pemasukan, tabungan, dan lainnya.
b) Tentukan tujuan jangka panjang. Dalam hal keuangan, Anda juga harus cermat dan
bijak dalam melihat masa depan. Tentukan beberapa hal di masa depan yang
membutuhkan banyak uang. Misalkan biaya pendidikan anak, liburan, dan lainnya.
Ini akan membantu Anda menyimpan uang dan tak kewalahan ketika saatnya tiba.
c) MenabungAnda tak harus menabung banyak di bank, namun sediakan tabungan
kecil di rumah yang bisa Anda isi setiap minggu. Mungkin terdengar remeh,
namun uang yang terkumpul bisa jadi sangat berguna saat dibutuhkan.
d) Sisihkan ‘uang senang-senang’. Sisakan sedikit uang untuk hiburan atau
bersenang. Jangan banyak-banyak agar tidak terlalu boros. Anda bisa
menggunakan uang tersebut untuk makan malam bersama, nonton film, atau
membeli sesuatu untuk keluarga. Anggap saja uang ini adalah sebuah reward atas
kerja keras Anda dan pasangan.
e) Bekerjasama untuk mengatur keuangan.Pastikan Anda dan pasangan saling
bekerjasama untuk mengatur keuangan. Jangan terlalu mendominasi atau malah
pasif jika berkaitan dengan pengeluaran atau pengaturan keuangan. Mungkin
awalnya akan canggung, namun jika dibiasakan Anda akan mendapatkan manfaat
mengatur keuangan sebagai tim bersama pasangan.
f) Memiliki usaha sampingan. Mungkin dengan isteri bekerja membuka toko
sembako ,maka sedikit demi sedikit keluarga tersebut tidak kekurangan kebutuhan
ekonomi karena saling membantu antara suami dan isteri

4. Problem Pendidikan

Upaya mengatasi problem pendidikan pada keluarga yaitu :

a) mengikuti wajib belajar 12 th.


b) memprogram dan merencanakan pendidikan dengan baik untuk keluarga.
c) memberikan kebebasan memilih pendidikan yang akan ditempuh anggota keluarga
d) menyiapkan dana atau tabungan pendidikan sedini mungkin untuk merealisasikan
pendidikan yang akan ditempuh.
e) menyiapkan solusi jika mungkin pilihan pendidikan yang kita inginkan tidak
tercapai.

5. Problem Pekerjaan

Upaya mengatasi problem pekerjaan pada keluarga yaitu :

a) Adanya komunikasi dan interaksi hubungan yang baik antar keluarga masalah
pekerjaan agar salah satu di antara suami atau isteri dapat mengerti dan memahami
beban pekerjaan masing-masing yang sedang di jalankan sehingga tidak ada
kesalah pahaman.
b) Sebelum kita memutuskan untuk menikahi pasangan kita,pasti kita sudah melihat
dari segi pekerjaan, jadi saat kita sudah memutuskan untuk menikah pun berarti
kita sudah menerima pekerjaan pasangan dan berjalan bersama memelihara dan
mencintai pekerjaan pasangan kita.

6. Hubungan Inter dan Antar Keluarga

Upaya mengatasi hubungan inter dan antar keluarga yaitu :


a) Hindarilah membuat keputusan sendiri dan melaksanakan hal-hal yang belum
disepakati bersama.
b) Memberi kesempatan lebih banyak untuk anggota keluarga saling berkomunikasi

7. Problem Agama

Upaya mengatasi problem agama pada keluarga yaitu :

a) Luangkan waktu untuk selalu berintropeksi diri


b) Lebih memahami agama masing-masing pasangan sehingga tidak muncul
permasalahan diantara pasangan
c) Berusaha selalu mendekatkan diri kepada sang pencipta.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Problem adalah masalah yang membutuhkan pemikiran untuk menemukan
pemecahannya. Problem yang berhasil bermukim pada seorang individu dengan tanpa
mendapatkan jalan keluar pemecahannya, akan sangat mengganggu kehidupan individu
tersebut. Problem yang diderita oleh seorang individu adalah berupa kesulitan atau
masalah yang mengganggu ketentraman kehidupan individu tadi dan problem itu
disebut problem individu. Sedang problem keluarga adalah problem atau kesulitan atau
masalah yang diderita oleh seseorang atau beberapa orang atau semua orang dalam
keluarga dan akibat dari problem itu menjadi penyebab kegoncangan hidup keluarga itu
dan mengakibatkan keluarga itu tidak mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya.
Problem individu menurut Ross L.Mooney terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu :
Health and Physical Development, Finance, Living conditions and Employment, Social
and Recreational Activities, Social Psychological Relationns, Personal Psychological
Relations, Courtship, sex and marriage, Home and Family, Morals and Religion,
Adjustment to College Work, The Future Vocational and Educational, Curriculum and
Teaching Procedures. Pujosuwarno (2008:72) mengklasifikasikan problem keluarga
menjadi tujuh yaitu (1) problem seks, (2) problem kesehatan, (3) problem ekonomi
(termasuk sandang, pangan, papan), (4) problem pendidikan, (5) problem pekerjaan, (6)
problem hubungan inter dan antar keluarga, (7) problem agama.
Daftar Pustaka

Pujosuwarno, Sayekti. 2008. Bimbingan dan Konseling Keluarga. Yogyakarta : Menara


Mas Offset

Mursidadi, dkk. 2014. Problem di Dalam Keluarga. (Online).


(http://zientanurjaman.wordpress.com/konseling/konseling-keluarga/) diakses pada
tanggal 11 Mei 2016 pukul 7.39 AM

Anda mungkin juga menyukai