KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................................3
BAB III........................................................................................................................................14
PENUTUP...................................................................................................................................14
3.1 Simpulan.........................................................................................................................14
Daftar Pustaka..............................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
2. Apa saja jenis problem keluarga yang biasa terjadi di dalam keluarga ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui arti dari problem dan problem keluarga.
PEMBAHASAN
Hampir setiap manusia di dunia ini memiliki problem baik problem itu besar
maupun kecil,serius ataupun sederhana, banyak maupun sedikit, dan berat maupun
ringan. Ada kalanya seseorang akan sangat peka menghadapi/menanggapi problem,
walaupun problem itu sangat ringan sekalipun, tetapi sebaliknya ada seseorang yang
masih tetap tabah walaupun sedang mengalami problem yang berat dan serius.
A matter which needs thinking about in order to find the solution or something to
which an answer must be found. (Hornby, dalam Pujosuwarno 2008:69)
Problem yang berhasil bermukim pada seorang individu dengan tanpa mendapatkan
jalan keluar pemecahannya, akan sangat mengganggu kehidupan individu tersebut.
Seorang individu yang merasa memiliki problem akan tertekan jiwanya dan bila
problem yang satu belum terpecahkan tetapi telah ditambah dengan kedatangan
problem-problem yang lain lagi maka individu itu akan menjadi semakin tertekan.
Tekanan jiwa yang terus menerus tak mendapatkan penyelesaian akan mengakibatkan
individu itu mengalami gangguan jiwa. Padahal bila jiwa yang terganggu itu dibiarkan
saja terus menerus tanpa mendapatkan bantuan pelayanan maka makin lama
seseorang itu akan mengalami sakit jiwa. Bagi seseorang yang telah sampai pada taraf
sakit jiwa bukan lagi menjadi sasaran bimbingan dan konseling.
Objek bimbingan dan konseling adalah seseorang yang normal tetapi memiliki
problem/kesulitan. Bimbingan dan konseling bertugas membantu seseorang dalam
mencegah datangnya problem (usaha preventive), mempertahankan agar seseorang
tetap pada keadaan yang telah sedemikian baik (usaa preservative) dan membantu
seseorang dalam menemukan dan memecahkan problemnya (usaha curative).
Maka perlu diusahakan oleh manusia yang hidup di dunia ini jangan sampai dikuasai
oleh problem, melainkan harus sebaliknya problem dikuasai oleh manusia. Problem
yang diderita oleh seorang individu adalah berupa kesulitan atau masalah yang
mengganggu ketentraman kehidupan individu tadi dan problem itu disebut problem
individu. Sedang problem keluarga adalah problem atau kesulitan atau masalah yang
diderita oleh seseorang atau beberapa orang atau semua orang dalam keluarga dan
akibat dari problem itu menjadi penyebab kegoncangan hidup keluarga itu dan
mengakibatkan keluarga itu tidak mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya.
Kesebelas jenis problem Ross L.Mooney tersebut terutama merupakan problem yang
sering dialami oleh perorangan khususnya bagi siswa-siswa dan mahasiswa. Walaupun
pada kenyataannya siswa dan mahasiswa itu pasti hidup dalam keluarga tetapi belum
tentu problem siswa atau mahasiswa tersebut pasti merupakan problem dari keluargnya,
karena belum tentu problem siswa/mahasiswa tersebut menggoncangkan keluarga
siswa/mahasiswa itu. Jadi mungkin problem siswa/mahasiswa yang menyangkut
tentang pelajaran, tentang pergaulan, dan lain sebagainya yang mengganggu si
siswa/mahasiswa tersebut secara perseorangan, tetapi keluarga tidak terganggu,
keluarga tidak goncang karena problem siswa/mahasiswa tersebut.
Dengan demikian kita dapat membedakan problem keluarga adalah suatu problem yang
cukup dapat menggoncangkan ketentraman kehidupan suatu keluarga, keluarga akan
terganggu ketenangannya, keluarga tidak akan hidup bahagia, , demikianlah baru
disebut problem keluarga.
1. Problem Seks
Problem seks bagi keluarga merupakan problem yang sangat gawat bagi suami istri,
poblem ini sangat erat hubungannya dengan fungsi keluarga sebagai penyalur seks dan
reproduksi,juga berkaitan dengan tipe keluarga besar dan tipe keluarga kecil. Keluarga
sebagai penyalur seks yang syah, antara suami dan istri hendaknya ada aturan
permainan seks yang sedemikian ruoa sehingga dapat menatangkan kepuasan agi kedua
belah pihak. Hubungan seks antara suami isteri adalah sesuatu yang sangat suci, sangat
pribadi, luhur dan rahasia. Sehingga sering terjadi kekecewaan dalam pelayanaan sek
dari pihak suami atau isteri hanya disimpan saja di hati sanubari pasangan suami isteri
tersebut.
Tentu saja untuk zaman berkembang ini keluarga yang berpendirian demikian kurang
dibenarkan, para dokter dan konselor telah membuka pint untuk membantu kesulitan
keluarga dari berbagsi problem termasuk problem seks. Kekurangan pelayanan seks
dari pihak suami atau isteri bukan berarti itu telah menjadi bakatnya yang tidak lagi
dapat dirubah, kadang-kadang kelemahan seks tersebt disebabkan oleh adanya penyakit
tertentu yang dapat diobati atau adanya hal-hal tekanan-tekanan batin yang tersimpan
yang sebetulnya dapat diusahakan pemecahannya. Demikian sebaliknya kekuatan seks
yang berlebihan pun dapat diusahakan penyalurannya.
Hubungan seks antara suami isteri yang tidak dapat dikendalikan sering
mengakibatkan akibat sampingan yang cukup menuntut beban bagi keluarga, jauh
dengan tambahnya anggota keluarga yang tidak sesuai lagi dengan kemampuan orang
tua dalam mempercai/ memelihara dan mendidiknya.
2. Problem Kesehatan
Faktor ini tidak kalah pentingnya dari faktor seks tadi, seringnya anggota keluarga
yang sakit banyaknya pengeluaran untuk dokter, obat-obatan, rumah sakit, dan
sebagainya diderita penyakit menular dari salah seorang anggota keluarga dan
sebagainya tentu akan mengurangi dan menghambat tercapainya kesejahteraan
keluarga. Problem ini kesehatan di sini tidak hanya problem kesehatan badan dari
anggota-anggota keluarganya, tetapu kesehatan rumah dan lingkungan pegang peranan
penting juga. Keluarga dapat menderita problem karena harus tinggal di lingkunagn
yang kurang sehat, karena tinggal di rumah yang kurang mendpatkan sinar matahari
ataupun terlalu lembap.Kesehatan badan sangat erat dengan kesehatan jiwa, maka
sering ada pepatah hanya dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat.
Keadaan ekonomi yang lemah, sering sangat mencemaskan bagi kehidupan keluarga.
Maka besarnya keluarga. Maka besarnya keluarga perlu disesuaikan dengan keadaan
ekonomi dari keluarga tersebut. Dengan adanya keluarga yang terbatas, dengan
sendirinya memberikan kemungkinana yang lebih beesar untuk segenap anggota-
anggota keluarga yang sedikit itu, sehingga masing-masing mendapat jatah yang lebih
banyak, jatah uang saku, jatah makanan sehat, jatah pakaian dan jatah tempat tinggal
dan peralatan yang khusus bagi setiap anggota keluarga.
Problem mengenai kurang layaknya pakaian bagi setiap anggota keluarga akan
mengganggu pergaulan dari keluarga tersebut, dan masalah ini dapat mengakibatkan
keluarga merasa rendah diri, enggan bergaul dengan masyarakat, dan sebagainya.
Problem ekonomi kadang-kadang tidak hanya disebabkan karena hasilnya pendapatan
dari keluarga tersebut, melaikan kadang-kadang karena tidak adanya perimbangan
antara pengeluaran dan pemasukan.
Ada kalanya keluarga yang sudah tidak lengkap lagi (misal ayah meninggal), padahal
pencari nfkah satu-satunya adalah ayah. Dalam hal ini si ibu akan berusaha dalam
menggantikan kedudukan ayah sebagai pencari nafkah. Maka bagi keluarga yang
menghendaki jangan sampai mendapat problem ekonomi, seperti mungkin keluarga
tersebut harus telah pandai mengatur diri, agar selalu ada pos/ simpanan-simpanan
uang, untuk dipergunakan bila keadaan memaksa, terutama bagi kelanjutan studi
putera-puteranya.
4. Problem Pendidikan
Pendidikan yang tidak sesuai/ seimbang antara suami dan isteri kadang-kadang dapat
menimbulkan problem dalam keluarga, terutama dalam mendidik anak sedemikian itu
apabila antara suami dan isteri tidak ada kesepakatan dalam mengambil keputusan-
keputusan. Maka penting sekali keputusan-keputusan yang dibuat dalam keluarga
ditetapkan bersama-sama, misalnya apakah anak-anak boleh pergi bermalam minggu,
berapa uang saku anak-anak setiap harinya dan lain sebagainya. Adakalanya isteri
mempunyai problem tidak pernah dibawa ke pergaulan teman-teman suami karena
pendidikan isteri jauh dari suami, sehingga suami merasa malu.
Demikian sebaliknya suami selalu cemburu dan khawatir terhadap isterinya yang
lebih tinggi pendidikannya daripada dirinya. Bukan berarti tidak dibenarkan
perkawinan antara suami isteri yang tidak seimbang keadaan pendidikannya yang
penting harus adanya kesepakatan pandangan hidup antara suami isteri. Maka sering
pemuda pemudi yang sedang dimabuk asmara mengabaikan hal ini.
Mereka berpendapat bahwa cinta akan mengatasi segala-galanya, karena itu mereka
berani mengambil rediko untuk tidak memperdulikan perbedaan-perbedaan yang ada,
misalnya perbedaan tingkat pendidikan yang menyolok. Kita harus yakin bahwa
perkawinan diantara suami isteri yang terdapat perbedaan yang semakin banyak akan
dituntut pula perbedaan yang semakin besar pula diantara kedua belah
pihak.Tergantung sekarang apakah kedua pihak dalam pasangan itu sama-sama mau
berkorban.
Problem pendidikan kadang-kadang tumbuh dari pihak anak, di mana anak mogok
dalam melanjutkan pendidikannya, atau yang lebih ringan bagi anak telah bersikeras
memilih jurusan sekolah yang kurang disetujui oleh ayah ibunya. Kesemua problem itu
tadi nsebetulnya dapat diatasi asal antar anggota keluarga tersebut ada sling pengertian
dan saling pengorbanan.
5. Problem Pekerjaan
Bagi tipe keluarga yang besar, kadang-kadang ayah terpaksa bekerja mati-matian
demi mencapai nafkah untuk mencukupi kebutuhan hidup, sehingga hampir tidak ada
hubungan kasih sayang antara ayah dengan ibu dan anak-anaknya. Isteri mereka tidak
pernah mendapatkan kesempatan bersama suami, padahal bagaimanapun juga isteri
butuh nafkah jasmani maupun rohani. Kadang-kadang tidak hanya suami yang harus
bergulat dengan hidup, isteri pun terpaksa setiap hari meninggalkan rumah untuk
membantu suami mencari tambahan nafkah, anak-anak tidak terurus, rumah pun
demikian pula. Inilah merupakan problem tipe keluarga yang sibuk.
Akibat dari kesibukan ayah dan ibu ini maka anak-anak seiring merasa kesepian,
kurang kasih sayang dari kedua orang tuanya, merasa kurang mendapat perhatian dari
orang tua. Perlu kita ketahui bahwa anak-anak tidak cukup hanya mendapatkan jaminan
materil saja, dengan diberi cukup sandang dan pangan, melainkan mereka butuh
jaminan moril dari orang tuanya, suatu ketika mereka butuh makan bersama berkebun
bersama, rekreasi bersama, mengatur rumah tangga bersama orang tua dan saudara-
saudaranya. Problem keluarga yang menyangkut pekerjaan ini dapat kadang-kadang
karena ayah ibu sibuk, anak-anak pun membantu pekerjaan orang tua dalam mencari
nafkah.
Masalah hubungan inter keluarga tadi telah banyak kami singgung, yaitu hubungan
akrab, kerja sama, harmonis, antara anggota-anggota keluarga. Adakalanya terdapat
problem di mana anak merasa terlalu takut pada ayahnya, ibu seing cekcok dengan
ayah, ibu bersikap kurang adil terhadap anak-anaknya, kakak beradik kurang cocok dan
lain-lain, sehingga menyebabkan suasana rumah panas, tegang dan tidak kompak.
Maka orang tua sebagi pemimpin dalam keluarga hendaknya dapat dapat membuat
suasana rumah sedemikian rupa dan mengkoordinir anggota keluarga, sehingga ada
suasana mesra anggota keluarga
7. Problem Agama
a) Komunikasi, Hilangkan rasa sungkan dan malu. Bicarakan semua masalah seks
yang Anda rasakan bersama pasangan, biar pasangan tahu problem seks yang
sedang Anda alami.
b) Menahan emosi seks. Salah satu penyebab ejakulasi dini adalah tidak bisa
menahan emosi seks ketika bersetubuh. Kebanyakan pria selalu ingin cepat
ejakulasi.
c) Menghalangi semua permasalahan terbawa ke tempat tidur. Hindari berhubungan
seks bila amarah dan kejengkelan masih bersemayam di hati.
d) Luangkan waktu untuk berduaan dengan istri. Kesibukan seringkali menghalangi
suami-istri untuk bersama, hingga tidak bisa menikmati kehidupan secara pribadi.
e) Peliharalah kesehatan dengan mengatur pola makan dan tetap berolahraga. Selain
itu hindarilah minuman beralkohol secara berlebihan
2. Problem Kesehatan
a) Memelihara kebersihan dan kesehatan pribadi dengan baik. Ajarkan anak hidup
sehat dimulai dari “diri sendiri”. Dapat dikatakan bahwa kesehatan yang kita miliki
adalah karena “upaya” kita sendiri.
b) Makan makanan sehat. Makan merupakan kebutuhan penting, tidak saja bagi
penyediaan energi untuk tubuh,tetapi juga merupakan kebutuhan penting untuk
kesehatan dan kelangsungan hidup.
c) Memelihara Kesehatan Lingkungan. Hidup sehat memerlukan situasi, kondisi, dan
lingkungan yang sehat. karena itu, kondisi lingkungan perlu benar-benar
diperhatikan agar tidak merusak kesehatan. Kesehatan lingkungan harus dipelihara
agar mendukung kesehatan keluarga dan setiap orang yang hidup di sekitarnya.
Memelihara berarti menjaga kebersihannya. Lingkungan kotor dapat menjadi
sumber penyakit.
3. Problem Ekonomi
a) Terbuka. Hal pertama yang harus dilakukan untuk menghindari keuangan adalah
bersikap terbuka. Baik pasangan sama-sama mencari uang atau hanya salah satu
saja yang menghasilkan uang, seharusnya tak ada yang disembunyikan masalah
pengeluaran. Selalu diskusikan semua keputusan yang menyangkut keuangan,
seperti pengeluaran, pemasukan, tabungan, dan lainnya.
b) Tentukan tujuan jangka panjang. Dalam hal keuangan, Anda juga harus cermat dan
bijak dalam melihat masa depan. Tentukan beberapa hal di masa depan yang
membutuhkan banyak uang. Misalkan biaya pendidikan anak, liburan, dan lainnya.
Ini akan membantu Anda menyimpan uang dan tak kewalahan ketika saatnya tiba.
c) MenabungAnda tak harus menabung banyak di bank, namun sediakan tabungan
kecil di rumah yang bisa Anda isi setiap minggu. Mungkin terdengar remeh,
namun uang yang terkumpul bisa jadi sangat berguna saat dibutuhkan.
d) Sisihkan ‘uang senang-senang’. Sisakan sedikit uang untuk hiburan atau
bersenang. Jangan banyak-banyak agar tidak terlalu boros. Anda bisa
menggunakan uang tersebut untuk makan malam bersama, nonton film, atau
membeli sesuatu untuk keluarga. Anggap saja uang ini adalah sebuah reward atas
kerja keras Anda dan pasangan.
e) Bekerjasama untuk mengatur keuangan.Pastikan Anda dan pasangan saling
bekerjasama untuk mengatur keuangan. Jangan terlalu mendominasi atau malah
pasif jika berkaitan dengan pengeluaran atau pengaturan keuangan. Mungkin
awalnya akan canggung, namun jika dibiasakan Anda akan mendapatkan manfaat
mengatur keuangan sebagai tim bersama pasangan.
f) Memiliki usaha sampingan. Mungkin dengan isteri bekerja membuka toko
sembako ,maka sedikit demi sedikit keluarga tersebut tidak kekurangan kebutuhan
ekonomi karena saling membantu antara suami dan isteri
4. Problem Pendidikan
5. Problem Pekerjaan
a) Adanya komunikasi dan interaksi hubungan yang baik antar keluarga masalah
pekerjaan agar salah satu di antara suami atau isteri dapat mengerti dan memahami
beban pekerjaan masing-masing yang sedang di jalankan sehingga tidak ada
kesalah pahaman.
b) Sebelum kita memutuskan untuk menikahi pasangan kita,pasti kita sudah melihat
dari segi pekerjaan, jadi saat kita sudah memutuskan untuk menikah pun berarti
kita sudah menerima pekerjaan pasangan dan berjalan bersama memelihara dan
mencintai pekerjaan pasangan kita.
7. Problem Agama
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Problem adalah masalah yang membutuhkan pemikiran untuk menemukan
pemecahannya. Problem yang berhasil bermukim pada seorang individu dengan tanpa
mendapatkan jalan keluar pemecahannya, akan sangat mengganggu kehidupan individu
tersebut. Problem yang diderita oleh seorang individu adalah berupa kesulitan atau
masalah yang mengganggu ketentraman kehidupan individu tadi dan problem itu
disebut problem individu. Sedang problem keluarga adalah problem atau kesulitan atau
masalah yang diderita oleh seseorang atau beberapa orang atau semua orang dalam
keluarga dan akibat dari problem itu menjadi penyebab kegoncangan hidup keluarga itu
dan mengakibatkan keluarga itu tidak mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya.
Problem individu menurut Ross L.Mooney terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu :
Health and Physical Development, Finance, Living conditions and Employment, Social
and Recreational Activities, Social Psychological Relationns, Personal Psychological
Relations, Courtship, sex and marriage, Home and Family, Morals and Religion,
Adjustment to College Work, The Future Vocational and Educational, Curriculum and
Teaching Procedures. Pujosuwarno (2008:72) mengklasifikasikan problem keluarga
menjadi tujuh yaitu (1) problem seks, (2) problem kesehatan, (3) problem ekonomi
(termasuk sandang, pangan, papan), (4) problem pendidikan, (5) problem pekerjaan, (6)
problem hubungan inter dan antar keluarga, (7) problem agama.
Daftar Pustaka