Anda di halaman 1dari 17

PROBLEM KELUARGA

Makalah

disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Konseling Keluarga


Dosen Pengampu : Dra. Sinta Saraswati, MPd., Kons dan Muslikah, S.Pd., M.Pd.

oleh
1.
2.
3.
4.
5.

Tegar Aji Pamungkas


Maria Ulfa
Krisnowati
Mailin Nadya
Enggar Aji Nugroho

(1301413048)
(1301413066)
(1301413071)
(1301413089)
(1301413099)

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketegangan maupun konflik dengan pasangan atau antara suami dan istri
merupakan hal yang wajar dalam sebuah keluarga atau rumah tangga. Tidak ada
rumah tangga yang berjalan tanpa konflik namun konflik dalam rumah tangga
bukanlah sesuatu yang menakutkan. Apabila konflik dapat diselesaikan secara sehat
maka masing-masing pasangan (suami-istri) akan mendapatkan pelajaran yang
berharga, menyadari dan mengerti perasaan, kepribadian, gaya hidup dan
pengendalian emosi pasangannya sehingga dapat mewujudkan kebahagiaan keluarga.
Penyelesaian konflik secara sehat terjadi bila masing-masing pihak baik suami atau
istri tidak mengedepankan

kepentingan pribadi, mencari akar permasalahan dan

membuat solusi yang sama-sama menguntungkan melalui komunikasi dan


kebersamaan. Disisi lain, apabila konflik diselesaikan secara tidak sehat maka konflik
akan semakin sering terjadi dan semakin membahayakan bagi keluarga khususnya
suami dan istri yang terlibat konflik. Penyelesaian konflik seperti ini terjadi bila
setiap pihak tidak mampu bekerjasama untuk menciptakan suatu hubungan yang
selaras. Mereka hanya mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan
bersama
Tiap keluarga akan senantiasa menghadapi berbagai masalah, tetapi
kemampuan untuk mengatasinya tidak terlalu memadai. Karena itu harus ada usahausaha untuk memperkuat kemampuan keluarga atau anggota keluarga dalam
menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam keluarga itu sendiri maupun dari
luar. Usaha itu harus dimulai oleh keluarga itu sendiri atau oleh seorang ahli yang
dapat membantu mengatasi persoalan keluarga bila masalah keluarga itu memerlukan
orang lain untuk membantu penyelesaian konflik dalam keluarga. Kita menyadari

bahwa bahtera perkawinan tidak selamanya dapat mengarungi samudera dengan


tenang dan lancar. Setelah keluarga terbentuk, berbagaimasalah dapat timbul dalam
keluarga yang pada gilirannya akan menjadi benih yang mengancam kehidupan
perkawinan dan berakibat keretakan atau perceraian. Sebelum hal ini terjadi di
keluarga atau angota keluarga hendaklah berusaha untuk mencegahnya dengan
memperbaiki hubungan dalam keluarga dan kadang-kadang memerlukan campur
tangan orang luar dalam usaha membantu keluarga itu untuk mengatasi masalah
tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang disebut dengan problem dan problem keluarga ?
2. Apa saja jenis problem keluarga yang biasa terjadi di dalam keluarga ?
3. Bagaimana upaya mengatasi problem keluarga ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui arti dari problem dan problem keluarga.
2. Untuk mengetahui jenis problem keluarga yang ada di dalam keluarga.
3. Untuk mengetahui upaya mengatasi problem keluarga.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Problem Keluarga


Istilah problem merupakan objek utama dari bimbingan dan konseling.
Adanya organ dan kegiatan bimbingan dan konseling karena adanya individu yang
mempunyai problem, boleh juga dikatakan oleh karena adanya individu yang
memiliki suatu problem maka diperlukan adanya organ bimbingan dan konsleing,
untuk mengusahakan pencegahannya atau memberikan bantuan dalam pemecahan
problem tersebut.
Hampir setiap manusia di dunia ini memiliki problem baik problem itu besar
maupun kecil,serius ataupun sederhana, banyak maupun sedikit, dan berat maupun
ringan. Ada kalanya seseorang akan sangat peka menghadapi/menanggapi problem,
walaupun problem itu sangat ringan sekalipun, tetapi sebaliknya ada seseorang yang
masih tetap tabah walaupun sedang mengalami problem yang berat dan serius.
Maka seberapa berat penderitaan individu dalam mengalami problem
tergantung sekali kepada individu itu sendiri dalam menanggapi problem yang
diderita/dialami, sehingga problem sifatnya sangat relatif, tidak sama bagi individu
yang satu dengan yang lain. Tetapi pada umumnya problem memang mengganggu
kehidupan manusia karena yang dimaksud problem adalah:
A matter which needs thinking about in order to find the solution or
something to which an answer must be found. (Hornby, dalam Pujosuwarno
2008:69)
Jadi problem adalah masalah yang membutuhkan pemikiran untuk
menemukan pemecahannya.
Problem yang berhasil bermukim pada seorang individu dengan tanpa
mendapatkan jalan keluar pemecahannya, akan sangat mengganggu kehidupan
individu tersebut. Seorang individu yang merasa memiliki problem akan tertekan
jiwanya dan bila problem yang satu belum terpecahkan tetapi telah ditambah dengan

kedatangan problem-problem yang lain lagi maka individu itu akan menjadi semakin
tertekan. Tekanan jiwa yang terus menerus tak mendapatkan penyelesaian akan
mengakibatkan individu itu mengalami gangguan jiwa. Padahal bila jiwa yang
terganggu itu dibiarkan saja terus menerus tanpa mendapatkan bantuan pelayanan
maka makin lama seseorang itu akan mengalami sakit jiwa. Bagi seseorang yang
telah sampai pada taraf sakit jiwa bukan lagi menjadi sasaran bimbingan dan
konseling.
Objek bimbingan dan konseling adalah seseorang yang normal tetapi memiliki
problem/kesulitan. Bimbingan dan konseling bertugas membantu seseorang dalam
mencegah datangnya problem (usaha preventive), mempertahankan agar seseorang
tetap pada keadaan yang telah sedemikian baik (usaa preservative) dan membantu
seseorang dalam menemukan dan memecahkan problemnya (usaha curative).
Maka perlu diusahakan oleh manusia yang hidup di dunia ini jangan sampai
dikuasai oleh problem, melainkan harus sebaliknya problem dikuasai oleh manusia.
Problem yang diderita oleh seorang individu adalah berupa kesulitan atau masalah
yang mengganggu ketentraman kehidupan individu tadi dan problem itu disebut
problem individu. Sedang problem keluarga adalah problem atau kesulitan atau
masalah yang diderita oleh seseorang atau beberapa orang atau semua orang dalam
keluarga dan akibat dari problem itu menjadi penyebab kegoncangan hidup keluarga
itu dan mengakibatkan keluarga itu tidak mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya.

2.2 Jenis Problem Keluarga


Mengenai problem individu Ross L.Mooney dalam Pujosuwarno (2008: 70)
mengemukakan adanya sebelas klasifikasi factor problem yaitu:
1) Health and Physical Development yang artinya kesehatan dan perkembangan
jasmani.
2) Finance, Living conditions and Employment berarti keuangan, kondisi hidup, dan
pekerjaan.
3) Social and Recreational Activities yaitu sosial dan kegiatan rekreasi.
4) Social Psychological Relationns artinya hubungan personal psikologis.

5) Personal Psychological Relations artinya hubungan personal psikologis


6) Courtship, sex and marriage yang dimaksud pergaulan, seks, dan perkawinan
7) Home and Family, rumah dan keluarga
8) Morals and Religion, moral dan agama
9) Adjustment to College Work yaitu penyesuaian terhadap pekerjaan sekolah
10) The Future Vocational and Educational berarti hari depan pekerjaan dan
pendidikan.
11) Curriculum and Teaching Procedures yaitu kurikulum dan prosedur pengajaran.
Kesebelas jenis problem Ross L.Mooney tersebut terutama merupakan
problem yang sering dialami oleh perorangan khususnya bagi siswa-siswa dan
mahasiswa. Walaupun pada kenyataannya siswa dan mahasiswa itu pasti hidup dalam
keluarga tetapi belum tentu problem siswa atau mahasiswa tersebut pasti merupakan
problem dari keluargnya, karena belum tentu problem siswa/mahasiswa tersebut
menggoncangkan

keluarga

siswa/mahasiswa

itu.

Jadi

mungkin

problem

siswa/mahasiswa yang menyangkut tentang pelajaran, tentang pergaulan, dan lain


sebagainya yang mengganggu si siswa/mahasiswa tersebut secara perseorangan,
tetapi keluarga tidak terganggu, keluarga tidak goncang karena problem
siswa/mahasiswa tersebut.
Dengan demikian kita dapat membedakan problem keluarga adalah suatu
problem yang cukup dapat menggoncangkan ketentraman kehidupan suatu keluarga,
keluarga akan terganggu ketenangannya, keluarga tidak akan hidup bahagia, ,
demikianlah baru disebut problem keluarga.
Pujosuwarno (2008:72) mengklasifikasikan problem keluarga menjadi tujuh
yaitu (1) problem seks, (2) problem kesehatan, (3) problem ekonomi (termasuk
sandang, pangan, papan), (4) problem pendidikan, (5) problem pekerjaan, (6) problem
hubungan inter dan antar keluarga, (7) problem agama. Adapun uraian stiap problem
keluarga tersebut adalah sebagai berikut:
1. Problem Seks
Problem sks bagi kluarga merupakan problem yang sangat gawat abgi
suani istri, poblem ini sngat erat hubungannya dengan fungsi keluarga sebagai
penyalur seks dan reproduksi,juga berkaitan dengan tipe keluarga besar dan tipe

keluarga kecil. Keluarga sebagai penyalur seks yang syah, antara suami dan istri
hendaknya ada aturan permainan seks yang sedemikian ruoa sehingga dapat
menatangkan kepuasan agi kedua belah pihak. Hubungan seks antara suami isteri
adalah sesuatu yang sangat suci, sangat pribadi, luhur dan rahasia. Sehingga
sering terjadi kekecewaan dalam pelayanaan sek dari pihak suami atau isteri
hanya disimpan saja di hati sanubari pasangan suami isteri tersebut.
Tentu saja untuk zaman berkembang ini keluarga yang berpendirian
demikian kurang dibenarkan, para dokter dan konselor telah membuka pint untuk
membantu kesulitan keluarga dari berbagsi problem termasuk problem seks.
Kekurangan pelayanan seks dari pihak suami atau isteri bukan berarti itu telah
menjadi bakatnya yang tidak lagi dapat dirubah, kadang-kadang kelemahan seks
tersebt disebabkan oleh adanya penyakit tertentu yang dapat diobati atau adanya
hal-hal tekanan-tekanan batin yang tersimpan yang sebetulnya dapat diusahakan
pemecahannya. Demikian sebaliknya kekuatan seks yang berlebihan pun dapat
diusahakan penyalurannya.
Persoalan sks kadang-kadang tidak hanya terbatas mengganggu pasangan
suami isteri saja, tetapi anak-anak ada kalanya mengalami gangguan seks ini
juga, misalnya dilakuakannya onani/masturbasi bagi anak-anak. Dilakukannya
onani/masturbasi tersebut sebetulnya bukan merupakan problem melainkan
perbuatan yang wajar saja, tetapi seringkali bersamaan dilakukannya perbuatan
onani/ masturbasi itu diiringi pula dengan perasaan takut, berdosa, bersalah,
sehingga anak sering menjadi murung , kecewa, putus asa, dan sebagainya.
Hubungan seks antara suami isteri yang tidak dapat dikendalikan sering
mengakibatkan akibat sampingan yang cukup menuntut beban bagi keluarga,
jauh dengan tambahnya anggota keluarga yang tidak se4suai lagi dengan
kemampuan orang tua dalam mempercai/ memelihara dan mendidiknya.
2. Problem Kesehatan
Faktor ini tidak kalah pentingnya dari faktor seks tadi, seringnya anggota
keluarga yang sakit banyaknya pengeluaran untuk dokter, obat-obatan, rumah
sakit, dan sebagainya diderita penyakit menular dari salah seorang anggota

keluarga dan sebagainya tentu akan mengurangi dan menghambat tercapainya


kesejahteraan keluarga. Problem ini kesehatan di sini tidak hanya problem
kesehatan badan dari anggota-anggota keluarganya, tetapu kesehatan rumah dan
lingkungan pegang peranan penting juga. Keluarga dapat menderita problem
karena harus tinggal di lingkunagn yang kurang sehat, karena tinggal di rumah
yang kurang mendpatkan sinar matahari ataupun terlalu lembap.Kesehatan badan
sangat erat dengan kesehatan jiwa, maka sering ada pepatah hanya dalam badan
yang sehat terdapat jiwa yang sehat.
Walaupun suatu keluarga mempunyai nafkah cukup baik, perumahan
dengan peralatan yang mewah, kendaraan dan barang-barang yang lain, tetapi
kalau ada dari anggota keluarga tersebut sakit-sakitan maka keluarga tersebut
pasti menderita. Maka bagi setiap keluarga tersebut perlu melaksanakan usaha
pencegahan agar keluarga tersebut selalu dalam keadaan sehat walafiat jasmani
dan rohani. Makanan bergizi dan pemeriksaan ke dokter sebelum menderita sakit
perlu sekali sebagi usaha pencegahan.
3. Problem Ekonomi (Sandang, Pangan, Papan)
Keadaan ekonomi yang lemah, sering sangat mencemaskan bagi
kehidupan keluarga. Maka besarnya keluarga. Maka besarnya keluarga perlu
disesuaikan dengan keadaan ekonomi dari keluarga tersebut. Dengan adanya
keluarga yang terbatas, dengan sendirinya memberikan kemungkinana yang
lebih beesar untuk segenap anggota-anggota keluarga yang sedikit itu, sehingga
masing-masing mendapat jatah yang lebih banyak, jatah uang saku, jatah
makanan sehat, jatah pakaian dan jatah tempat tinggal dan peralatan yang khusus
bagi setiap anggota keluarga.
Problem mengenai kurang layaknya pakaian bagi setiap anggota keluarga
akan mengganggu pergaulan dari keluarga tersebut, dan masalah ini dapat
mengakibatkan keluarga merasa rendah diri, enggan bergaul dengan masyarakat,
dan sebagainya. Problem ekonomi kadang-kadang tidak hanya disebabkan
karena hasilnya pendapatan dari keluarga tersebut, melaikan kadang-kadang
karena tidak adanya perimbangan antara pengeluaran dan pemasukan.

Tidak semua keluarga beruntung dapat memperoleh penghasilan yang


mencukupi tetapi tidak jarang pula keluarga-keluarga yang penghasilannya
cukup besarpun mengeluh kekurangan uang, bahkan sampai berhutang ke sana
ke mari. Masalahnya tidak lain adalah kurang mampunyai keluarga tersebut
merencanakan hidupnya sehingga pengeluaran menjadi tidak berencana.
Ada kalanya keluarga yang sudah tidak lengkap lagi (misal ayah
meninggal), padahal pencari nfkah satu-satunya adalah ayah. Dalam hal ini si ib
akan beranakan dalam berusaha menggantikan kedudukan ayah sebagai pencari
nafkah. Maka bagi keluarga yang menghendaki jangan sampai mendapat
problem ekonomi, seperti mungkin keluarga tersebut harus telah pandai
mengatur diri, agar selalu ada pos/ simpanan-simpanan uang, untuk
dipergunakan bila keadaan memaksa, terutama bagi kelanjutan studi puteraputeranya.
4. Problem Pendidikan
Pendidikan yang tidak sesuai/ seimbang antara suami dan isteri kadangkadang dapat menimbulkan problem dalam keluarga, terutama dalam mendidik
anak sedemikian itu apabila antara suami dan isteri tidak ada kesepakatan dalam
mengambil keputusan-keputusan. Maka penting sekali keputusan-keputusan
yang dibuat dalam keluarga ditetapkan bersama-sama, misalnya apakah anakanak boleh pergi bermalam minggu, berapa uang saku anak-anak setiap harinya
dan lain sebagainya. Adakalanya isteri mempunyai problem tidak pernah dibawa
ke pergaulan teman-teman suami karena pendidikan isteri jauh dari suami,
sehingga suami merasa malu.
Demikian sebaliknya suami selalu cemburu dan khawatir terhadap
isterinya yang lebih tinggi pendidikannya daripada dirinya. Bukan berarti tidak
dibenarkan perkawinan antara suami isteri yang tidak seimbang keadaan
pendidikannya yang penting harus adanya kesepakatan pandangan hidup antara
suami isteri. Maka sering pemuda pemudi yang sedang dimabuk asmara
mengabaikan hal ini.

Mereka berpendapat bahwa cinta akan mengatasi segala-galanya, karena


itu mereka berani mengambil rediko untuk tidak memperdulikan perbedaanperbedaan yang ada, misalnya perbedaan tingkat pendidikan yang menyolok.
Kita harus yakin bahwa perkawinan diantara suami isteri yang terdapat
perbedaan yang semakin banyak akan dituntut pula perbedaan yang semakin
besar pula diantara kedua belah pihak.Tergantung sekarang apakah kedua pihak
dalam pasangan itu sama-sama mau berkorban.
Problem pendidikan kadang-kadang tumbuh dari pihak anak, di mana
anak mogok dalam melanjutkan pendidikannya, atau yang lebih ringan bagi anak
telah bersikeras memilih jurusan sekolah yang kurang disetujui oleh ayah ibunya.
Kesemua problem itu tadi nsebetulnya dapat diatasi asal antar anggota keluarga
tersebut ada sling pengertian dan saling pengorbanan.
5. Problem Pekerjaan
Bagi tipe keluarga yang besar, kadang-kadang ayah terpaksa bekerja matimatian demi mencapai nafkah untuk mencukupi kebutuhan hidup, sehingga
hampir tidak ada hubungan kasih sayang antara ayah dengan ibu dan anakanaknya. Isteri mereka tidak pernah mendapatkan kesempatan bersama suami,
padahal bagaimanapun juga isteri butuh nafkah jasmani maupun rohani. Kadangkadang tidak hanya suami yang harus bergulat dengan hidup, isteri pun terpaksa
setiap hari meninggalkan rumah untuk membantu suami mencari tambahan
nafkah, anak-anak tidak terurus, rumah pun demikian pula. Inilah merupakan
problem tipe keluarga yang sibuk.
Akibat dari kesibukan ayah dan ibu ini maka anak-anak seiring merasa
kesepian, kurang kasih sayang dari kedua orang tuanya, merasa kurang mendapat
perhatian dari orang tua. Perlu kita ketahui bahwa anak-anak tidak cukup hanya
mendapatkan jaminan materil saja, dengan diberi cukup sandang dan pangan,
melainkan mereka butuh jaminan moril dari orang tuanya, suatu ketika mereka
butuh makan bersama berkebun bersama, rekreasi bersama, mengatur rumah

tangga bersama orang tua dan saudara-saudaranya.

Problem keluarga yang

menyangkut pekerjaan ini dapat kadang-kadang karena ayah ibu sibuk, anak-anak
pun membantu pekerjaan orang tua dalam mencari nafkah.
6. Hubungan inter dan Antar Keluarga
Masalah hubungan inter keluarga tadi telah banyak kami singgung, yaitu
hubungan akrab, kerja sama, harmonis, antara anggota-anggota keluarga.
Adakalanya terdapat problem di mana anak merasa terlalu takut pada ayahnya,
ibu seing cekcok dengan ayah, ibu bersikap kurang adil terhadap anak-anaknya,
kakak beradik kurang cocok dan lain-lain, sehingga menyebabkan suasana rumah
panas, tegang dan tidak kompak. Maka orang tua sebagi pemimpin dalam
keluarga hendaknya dapat dapat membuat suasana rumah sedemikian rupa dan
mengkoordinir anggota keluarga, sehingga ada suasana mesra anggota keluarga
Hal-hal yang menyangkut kepentingan seluruh keluarga, hendaklah
diputuskan bersama, misalnya kemana acara hari libur yang akan datang? Kita
piknik ke Tawangmangu, atau menengok nenek ke Semarang, Adakalanya
perundingan cukup dilakukan oleh ayah ibu saja, tetapi seringkali pula anak-anak
perlu diajak serta dalam perundingan. Hindarilah membuat keputusan sendiri dan
melaksanakan hal-hal yang belum disepakati bersama. Perundingan dan
keputusan yang dibuat bersama tidak saja menyebabkan semua anggota keluarga
lebih terikat kepada keputusan-keputusan yang sudah dibuat itu, tetapi juga
memberi kesempatan lebih banyak untuk anggota keluarga saling berkomunikasi.
Makin banyaknya komunikasi berarti semakin besarnya kemungkinan
antara anggota keluarga untuk saling mengerti persoalan masing-masing. Kadang
keluarga mempunyai hubungan yang telah cukup baik ke dalam, tetapi ada
persoalan dengan tetangga mungkin masalah anak-anak, masalh sampah, masalah
radio yang terlalu keras di putar, atau masalah tetek bengek yang sepele, cukup
memperuncing persoalan, walaupun pada prinsipnya yang terpenting adalah

hubungan antara anggota keluarga dalam rumah, tetapi kalau hubungannya


dengan masyarakat umumnya dan tetangga kiri kanan rumah keluarganya kurang
baik, banyak sedikit akan mengganggu. Kerana menurut orang-orang tua, kita
harus berbuat baik dengan tetangga, karena tetangga adalah saudara yang paling
dekat, karena tetangga paling mudah dan paling dekat untuk memberi pertolongan
dari pada saudara-saudara kita yang tinggalnya berjauhan.Untuk sekerdar
mencegah timbulnya problem hubungan antara keluarga, sebaiknya kita batasi
pergaulan kita dengan tetangga, kita cukup baik dengan keluarga, tetapi tidak
perlu erat, kita begaul dimana perlu saja.
7. Problem Agama
Perbedaan agama anatara suami isteri kadang-kadang menyebabkan
kesuliatan dalam kehidupan keluarga, lebih-lebih bila keluarga itu telah
mempunyai anak, terutama apabila keluarga itu belum dirundingkan/direncanakan
secara masak sebelumnya, karena anak akan sulit dalam menentukan pilihan
agama yang harus dipilih. Apakah akan mengikuti agama ayah dan ibunya.tetapi
apabila semuanya itu telah ditentukan kesepakatan bersama, tentu saja problem
yang timbul akan dapat ditekan seminimal mungkin. Demi menjaga keselarasan
hubungan dengan pasangannya, maka perbedaan agama dapat ditutupi dengan
dengan persamaan cita-cita, persamaan pendidikan dan lain-lain. Dengan adanya
toleransi pengorbanan serta saling menghargai dalam keluarga. Bila suami
beragama Islam dan Isteri beragama Katholik, dapat saja pada hari Minggu suami
mengantar dan menjemput Isteri ke Gereja, sedang isteri membuat menu istimewa
pada hari Jumat. Suami ikut bersama-sama isteri merayakan pesta hari Natal, dan
isteri melayani suami makansahur pada bulan Puasa, begitu selanjutnya dalam
kegiatan-kegiatan yang lain.
Kadang-kadang keluarga mempunyai problem kurang dapat membimbing
putera-puteranya dalam menganut agama tertentu, misalnya untuk agama islam,

karena ada kalanya suatu keluarga walaupun pemeluk agama Islam tetapi kurang
mendalami ajaran-ajarannya, dalam hal ini kami kira orang tua dapat meminta
bantuan kepada orang yang ahli/mendatangkan orang yang ahli untuk
memberikan pelajaran membaca Al-Quran di rumahnya dan lain sebagainya.
Yang paling kita harus menyadari setiap ada perbedaan antara suami isteri harus
ada pengorbanan antara suami isteri itu, dan semakin banyak adanya perbedaan
semakin tinggi pula pengorbanan yang harus dilakukan.
3.3 Upaya Mengatasi Problem Keluarga
1. Problem Seks
Upaya mengatasi problem seks pada keluarga yaitu :
a. Komunikasi, Hilangkan rasa sungkan dan malu. Bicarakan semua masalah
seks yang Anda rasakan bersama pasangan, biar pasangan tahu problem
seks yang sedang Anda alami.
b. Menahan emosi seks. Salah satu penyebab ejakulasi dini adalah tidak bisa
menahan emosi seks ketika bersetubuh. Kebanyakan pria selalu ingin
cepat ejakulasi.
c. Menghalangi semua permasalahan terbawa ke tempat tidur. Hindari
berhubungan seks bila amarah dan kejengkelan masih bersemayam di hati.
d. Luangkan waktu untuk berduaan dengan istri. Kesibukan seringkali
menghalangi suami-istri untuk bersama, hingga tidak bisa menikmati
kehidupan secara pribadi.
e. Peliharalah kesehatan dengan mengatur pola makan dan tetap berolahraga.
Selain itu hindarilah minuman beralkohol secara berlebihan
2. Problem Kesehatan
Upaya mengatasi problem kesehatan pada keluarga yaitu :
a. Memelihara kebersihan dan kesehatan pribadi dengan baik. Ajarkan anak
hidup sehat dimulai dari diri sendiri. Dapat dikatakan bahwa kesehatan
yang kita miliki adalah karena upaya kita sendiri.
b. Makan makanan sehat. Makan merupakan kebutuhan penting, tidak saja
bagi penyediaan energi untuk tubuh,tetapi juga merupakan kebutuhan
penting untuk kesehatan dan kelangsungan hidup.

c. Memelihara Kesehatan Lingkungan. Hidup sehat memerlukan situasi,


kondisi, dan lingkungan yang sehat. karena itu, kondisi lingkungan perlu
benar-benar diperhatikan agar tidak merusak kesehatan. Kesehatan
lingkungan harus dipelihara agar mendukung kesehatan keluarga dan
setiap orang yang hidup di sekitarnya. Memelihara berarti menjaga
kebersihannya. Lingkungan kotor dapat menjadi sumber penyakit.
3. Problem Ekonomi
Upaya mengatasi problem ekonomi pada keluarga yaitu :
a. Terbuka. Hal pertama yang harus dilakukan untuk menghindari keuangan
adalah bersikap terbuka. Baik pasangan sama-sama mencari uang atau
hanya salah satu saja yang menghasilkan uang, seharusnya tak ada yang
disembunyikan masalah pengeluaran. Selalu diskusikan semua keputusan
yang menyangkut keuangan, seperti pengeluaran, pemasukan, tabungan,
dan lainnya.
b. Tentukan tujuan jangka panjang. Dalam hal keuangan, Anda juga harus
cermat dan bijak dalam melihat masa depan. Tentukan beberapa hal di
masa depan yang membutuhkan banyak uang. Misalkan biaya pendidikan
anak, liburan, dan lainnya. Ini akan membantu Anda menyimpan uang dan
tak kewalahan ketika saatnya tiba.
c. MenabungAnda tak harus menabung banyak di bank, namun sediakan
tabungan kecil di rumah yang bisa Anda isi setiap minggu. Mungkin
terdengar remeh, namun uang yang terkumpul bisa jadi sangat berguna
saat dibutuhkan.
d. Sisihkan uang senang-senang. Sisakan sedikit uang untuk hiburan atau
bersenang. Jangan banyak-banyak agar tidak terlalu boros. Anda bisa
menggunakan uang tersebut untuk makan malam bersama, nonton film,
atau membeli sesuatu untuk keluarga. Anggap saja uang ini adalah sebuah
reward atas kerja keras Anda dan pasangan.
e. Bekerjasama untuk mengatur keuangan.Pastikan Anda dan pasangan
saling

bekerjasama

untuk

mengatur

keuangan.

Jangan

terlalu

mendominasi atau malah pasif jika berkaitan dengan pengeluaran atau

pengaturan keuangan. Mungkin awalnya akan canggung, namun jika


dibiasakan Anda akan mendapatkan manfaat mengatur keuangan sebagai
tim bersama pasangan.
f. Memiliki usaha sampingan. Mungkin dengan isteri bekerja membuka toko
sembako ,maka sedikit demi sedikit keluarga tersebut tidak kekurangan
kebutuhan ekonomi karena saling membantu antara suami dan isteri
4. Problem Pendidikan
Upaya mengatasi problem pendidikan pada keluarga yaitu :
a. mengikuti wajib belajar 12 th.
b. memprogram dan merencanakan pendidikan dengan baik untuk keluarga.
c. memberikan kebebasan memilih pendidikan yang akan ditempuh anggota
keluarga
d. menyiapkan dana atau tabungan pendidikan sedini mungkin untuk
merealisasikan pendidikan yang akan ditempuh.
e. menyiapkan solusi jika mungkin pilihan pendidikan yang kita inginkan
tidak tercapai.
5. Problem Pekerjaan
Upaya mengatasi problem pekerjaan pada keluarga yaitu :
a. Adanya komunikasi dan interaksi hubungan yang baik antar keluarga
masalah pekerjaan agar salah satu di antara suami atau isteri dapat
mengerti dan memahami beban pekerjaan masing-masing yang sedang di
jalankan sehingga tidak ada kesalah pahaman.
b. Sebelum kita memutuskan untuk menikahi pasangan kita,pasti kita sudah
melihat dari segi pekerjaan, jadi saat kita sudah memutuskan untuk
menikah pun berarti kita sudah menerima pekerjaan pasangan dan berjalan
bersama memelihara dan mencintai pekerjaan pasangan kita.
6. Hubungan Inter dan Antar Keluarga
Upaya mengatasi hubungan inter dan antar keluarga yaitu :
a. Hindarilah membuat keputusan sendiri dan melaksanakan hal-hal yang
belum disepakati bersama.
b. Memberi kesempatan lebih banyak untuk anggota keluarga saling
berkomunikasi
7. Problem Agama
Upaya mengatasi problem agama pada keluarga yaitu :
a. Luangkan waktu untuk selalu berintropeksi diri

b. Lebih memahami agama masing-masing pasangan sehingga tidak muncul


permasalahan diantara pasangan
c. Berusaha selalu mendekatkan diri kepada sang pencipta.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Problem adalah masalah yang membutuhkan pemikiran untuk menemukan
pemecahannya. Problem yang berhasil bermukim pada seorang individu dengan tanpa
mendapatkan jalan keluar pemecahannya, akan sangat mengganggu kehidupan
individu tersebut. Problem yang diderita oleh seorang individu adalah berupa
kesulitan atau masalah yang mengganggu ketentraman kehidupan individu tadi dan
problem itu disebut problem individu. Sedang problem keluarga adalah problem atau
kesulitan atau masalah yang diderita oleh seseorang atau beberapa orang atau semua
orang dalam keluarga dan akibat dari problem itu menjadi penyebab kegoncangan
hidup keluarga itu dan mengakibatkan keluarga itu tidak mendapatkan kebahagiaan
dalam hidupnya. Problem individu menurut Ross L.Mooney terbagi menjadi
beberapa jenis, yaitu : Health and Physical Development, Finance, Living conditions
and Employment, Social and Recreational Activities, Social Psychological
Relationns, Personal Psychological Relations, Courtship, sex and marriage, Home
and Family, Morals and Religion, Adjustment to College Work, The Future
Vocational and Educational, Curriculum and Teaching Procedures. Pujosuwarno
(2008:72) mengklasifikasikan problem keluarga menjadi tujuh yaitu (1) problem
seks, (2) problem kesehatan, (3) problem ekonomi (termasuk sandang, pangan,

papan), (4) problem pendidikan, (5) problem pekerjaan, (6) problem hubungan inter
dan antar keluarga, (7) problem agama.

Daftar Pustaka

Pujosuwarno, Sayekti. 2008. Bimbingan dan Konseling Keluarga. Yogyakarta :


Menara Mas Offset
Mursidadi,

dkk.

2014.

Problem

di

Dalam

Keluarga.

(Online).

(http://zientanurjaman.wordpress.com/konseling/konseling-keluarga/) diakses
pada tanggal 11 Mei 2016 pukul 7.39 AM

Anda mungkin juga menyukai