Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ANTROPOLOGI HUKUM

PRILAKU DALAM BEBERAPA MASYARAKAT DI


SUMATERA

DOSEN : Windy Sri Wahyuni SH.MH

Disusun Oleh Kelompok 7 :


Dinda Permata (188400109)
Shella Silvia (188400051)
Fakhrozy yahya (188400227)
Wahid Mualim Silalahi (188400231)
Fernando Imanuel Silalahi (188400213)
Fadhil Muhammad Siregar (188400111)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MEDAN AREA

TA. 2018/2019
Kata Pengantar
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya kelompok antropologi kami telah menyelesaikan
pembuatan makalah ini dengan lancar dan sebagai mana mestinya.

Makalah ini merupakan salah satu tugas di bidang Pendidikan Antropologi


Hukum yang bertujuan untuk memperoleh pendeskripsian mengenai
Perilaku Dalam Beberapa Masyarakat di Sumatera.

Kami menyadari bahwa makalah dan presentasi kelompok kami jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini.

Dengan terlaksananya makalah ini, maka kami berharap telah memenuhi


tugas Antropologi Hukum dan mendapatkan nilai yang baik. Serta
bermanfaat bagi teman-teman sekalian.
Daftar Isi

Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Maksud dan Tujuan
Bab II Pembahasan
II.1. Prilaku orang Aceh
II.2. Prilaku Orang Batak
II.3. Esensi dan eksistensi Toleransi Orang Jawa
Bab III Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I PENDAHULUAN

1 Latar Belakang

Manusia dan kehidupannya selalu menarik untuk kita kaji. Hal itu
disebabkan objek kajiannya adalah diri kita sendiri maupun orang-orang
disekitar kita. Ilmu yang mengkaji masalah kehidupan manusia salah
satunya antropologi/sosiologi.
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari
tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau
muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-
ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di
Eropa. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan
masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang
tinggal daerah yang sama.
Sosiologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang
hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat, memfokuskan
kajiannya pada peran dan kedudukan individu dalam masyarakat serta
hubungan diantara keduanya.
Antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik
beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun Rumusan Masalah dari Latar Belakang diatas adalah untuk


mengetahui manfaat-manfaat apa saja yang terkandung di dalam
antropologi hukum.

1.3 Maksud dan Tujuan

Penulisan makalah ini mempunyai tujuan sebagai berikut :


1. Memenuhi tugas mata kuliah Antropologi Hukum
2. Memberikan gambaran teori mengenai Peran, Status, Nilai, Norma,
dan juga Budaya/kebudayaan dalam kaitannya dengan masyarakat
sebagai sasaran ilmu Sosiologi.
3. Sebagai arahan agar mahasiswa dapat mengkorelasikan prilaku dalam
beberapa masyarakat serta hubungan antara teori Peran, Status, Nilai,
Norma dan Budaya/kebudayaan dengan kehidupan masyarakat di
kehidupan yang nyata.
Bab II Pembahasan
2 PRILAKU DALAM BEBERAPA MASYARAKAT DI SUMATERA

Lapangan penelitian antropologi hukum ditujukan pada garis


prilaku manusia yang terus-menerus terjadi, pola ulang prilaku manusia
yang selalu sama dan sering berlaku, itulah yang merupakan norma, dan
apabila norma itu mempunyai akibat hukum, yang menimbulkan hak
dan kewajiban, yang mempunyai sanksi, maka norma itu merupakan
norma hukum. Oleh karena hukum itu dapat terjadi karena danya
hubungan kepentingan seseorang, sebagaimanadianut perundangan
bahwa semua persetujuan yang dibuat sah berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya (pasal 1338 KUH Perdata).
Berbagai prilaku manusia dalam beberapa lingkungan masyarakat adat
di sumatera :

1. Nanggroe Aceh Darussalam

Semua orang yang berasal dari daerah istimewa aceh adalah orang
aceh. Kecuali orang-orang Gayo dan Alas yang sistem ke
masyarakatannya berdasarkan kekerabatan, maka seluruh masyarakat
aceh merupakan masyarakat teritorial keagamaan. Walaupun masih
nampak adanya pengaruh keturunan bangsawan dengan gelat teuku bagi
keturunan pria dangelar cut bagi keturunan wanita yang demikian
banyaknya, orang-orang aceh tidak mengenal sistem klen. Kehidupan
yang bersifat parental atau bilateral mendiami tempat kediaman yang
disebut “mukim”, “gampong” atau “meunasah”, yang dipakai oleh
kepala mukim, keucik (kepala kampung) dan teuku kepala meunasah
(pusat pengajian kampung), disamping orang-orang tua selaku pemuka
masyarakat setempat, merekalah yang berprilaku sebagai kepala adat
dan berperan menjadi penengah atau juru damai dalam menyelesaikan
perselisihan adat setempat. Orang aceh tidak biasa dalam pertemuan
warga masyarakat menanyakan hubungan kekerabatan, mengusut-usut
pertalian daerah atau pertalian perkawinan seperti orang batak meminta
cerai dikarenakan dimadu, suami mempunyai istri lain.
Lembut dan penuh kasih sayang adalah sifat masyarakat Aceh
sesungguhnya. Kalau pun terdapat stigma yang beredar di daerah luar,
orang Aceh punya sifat dasar keras kepala dan suka memberontak. Ini
bukanlah kemutlakan sifat ureueng Aceh secara keseluruhan. Disebut
bukan sifat mutlak orang Aceh karena biasanya sifat ini timbul
kemudian hari karena suatu sebab. Semisal dikhianati, dicerca, dimaki,
ditipu, dan sebagainya. Hal ini dengan jelas terungkap dalam rangkuman
hadih maja. “Surôt lhèe langkah meureundah diri, mangat jituri nyang
bijaksana”. (Mundur tiga langkah merendah diri, agar mereka bisa
mengenali arti bijaksana).
Dua karakter yang paling menonjol dari masyarakat Aceh yaitu sikap
militansi dan loyal. Hal ini bisa dibaca melalui syair do da idi.
Senandung menidurkan bayi yang mengajarkan dan mengajak sang bayi
agar setelah besar nanti tidak takut ke medan perang untuk berjuang
membela bangsa.
Selain sikap militansi, loyalitas bagi orang Aceh adalah sebuah nilai
dengan harga mahal. Hal iniagar membuat orang Aceh menjadi loyal.
Seseorang haruslah mampu menunjukkan diri jujur dan dapat dipercaya.
Tidak berkhianat ketika diberikan kepercayaan padanya.
Untuk ini sebuah hadih maja mengungkapkan, “Ureueng Aceh nyoe hate
hana teupeh, boh kreh jeuet ta raba. Meunyoe hate ka teupeh, bu leubeh
han dipeutaba”. (Orang Aceh kalau hatinya tidak tersingung,
kehormatannya pun bisa disentuh. Kalau hatinya sempat tersingung nasi
berlebihan pun tidak akan ditawarkan).

2. Sumatera Utara

A. Melayu

Orang-orang melayu terdiri beberapa kesatuan masyarakat yang


disebut rumpun melayu, Sifat-sifat orang yang dikategorikan dalam
Melayu sering dibicarakan dalam berbagai kesempatan, yaitu mereka
yang tingkah lakunya lemah lembut, ramah-tamah, mengutamakan
sopansantun, menghormati tamu-tamu. Ini semua tidak mengherankan
jika dikaitkan dengan adanya pengaruh-pengaruh dari luar dan sejumlah
pendatang yang mengunjungi daerah pesisir yang dihuni mereka.
Kepentingan dagang menghendaski orang Melayu menciptakan suasana
penegakan orde dan hukum. Mereka pemberani, perajin, dan
mementingkan keharmonisan dalam melaksanakan mata pencaharian
mereka. Kesemuanya malah tidak bertentangan dengan agama Islam
yang mereka anut. Dalam kebudayaan Melayu sistem kekerabatan
berdasar baik dari pihak ayah maupun ibu, dan masing-masing anak
wanita atau pria mendapat hak hukum adat yang sama. Sistem
kekerabatan etnik Melayu di Sumatera Utara, berdasar kepada hirarki
vertikal adalah dimulai dari sebutan yang tertua sampai yang muda: (1)
nini, (2) datu, (3) oyang (moyang), (4) atok (datuk), (5) ayah (bapak,
entu), (6) anak, (7) cucu, (8) cicit, (9) piut, dan (10) entah-entah. Hirarki
horizontal adalah: (1) saudara satu emak dan ayah, lelaki dan wanita; (2)
saudara sekandung, yaitu saudara seibu, laki-laki atau wanita, lain ayah
(ayah tiri); (3) saudara seayah, yaitu saudara laki-laki atau wanita dari
satu ayah lain ibu (emak tiri); (4) saudara sewali, yaitu ayahnya saling
bersaudara; (5) saudara berimpal, yaitu anak dari makcik, saudara
perempuan ayah; (6) saudara dua kali wali, maksudnya atoknya saling
bersaudara; (7) saudara dua kali impal, maksudnya atok lelaki dengan
atok perempuan bersaudara, (8) saudara tiga kali wali, maksudnya
moyang laki-lakinya bersaudara; (9) saudara tiga kali impal, maksudnya
moyang laki-laki sama moyang perempuan bersaudara. Demikian
seterusnya empat kali wali, lima kali wali, empat kali impal, dan lima
kali impal. Sampai tiga kali impal atau tiga wali dihitung alur kerabat
yang belum jauh hubungannya

B. Batak

Orang-orang batak terdiri beberapa kesatuan masyarakat yang


disebut Batak Toba,Batak Karo, Batak Simalungun, Pardembanan
(Asahan), Batak Pak-Pak (Dairi), Batak Angkola, Batak Mandaling.
Daerah kediaman asal mereka ialah di daerah pegunungan sampai pantai
barat dalam Provinsi Sumatra Utara. Budaya hukum orang Batak
dipengaruhi ajaran kepercayaan asli “perbegu”, pemujaan roh kerabat
yang telah meninggal (Masri Singarimbun -Koentjaraningrat, 1964-42),
atau kepercayaan terhadap Tuhan Yang Tinggi yang disebut Ompu Tuan
Mula Djadi na Bolon atau singkatnya Debata, selanjutnya ia mempunyai
namalain sebagaimana dikemukakan PH.O.L.Tobing. “As the god of the
upperworld he is not only called Mula Djadi na Bolon, but alsoTuan
Budi na Bolon; as the God of the middleworld he has the same names,
but alsothe name of Ompu Silaon na Bolon (=Radja Pinangkabo); as the
God of theunderworld, of the sea and the lightning he is not only called
Mula Djadi na Bolon, but also Tuan Pane na Bolon” (PH.O.L.Tobing,
1963 : 35)
Jadi menurut kepercayaan asli Batak (Toba) ada Dewata penguasa dunia
atas, Dewata penguasa dunia tengah dan Dewata penguasa dunia bawah,
selain itu orang batak juga di pengaruhi ajaran Hindu Jawa (Budha
Tantrik) dalam abad ke-13. Namun kemudian orang Batak dipengaruhi
ajaran Islam, terutama didaerah Angkola dan Mandailing dan ajaran
Kristen di daerah Toba dan lainnya. Hal mana tidak berarti tidak ada
orang batak Toba, Karoyang beragama Islam atau sebaliknya beragama
Kristen. Bahkan ada kalanya dalam satu keluarga Batak suami beragama
Islam istri beragama Kristen atau orang tua beragama Islamanak
beragama Kristen. Apalagi orang-orang Batak sudah banyak yang
merantau dan terjadi perkawinan antar suku dan atau perkawinan dengan
orang asing.Hubungan kekerabatan orang Batak didasarkan pada adanya
pertalian darah yangditarik menurut garis keturunan ayah (genea-logis
patrilineal) dan pertalian perkawinan antarapihak pemberi dara (Toba:
Hula-Hula, Karo: Kalimbubu) dengan pihak penerima dara (Toba: Boru,
Karo: Anak Beru). Jadi setiap anak pria atau wanita Batak akan menarik
garis keturunannya melalui garis ayah, dengan memakai nama marga
ayah.

3. Sumatera Barat

Masyarakat Minang menganut sistem keturunan matrilineal, yaitu sistem


keluarga melalui jalur perempuan. Secara etnis, masyarakat Minang
memiliki rumpun yang sama dengan Melayu. Bahasa Minangkabau
memiliki kemiripan dengan bahasa Melayu, bahkan ada banyak kosakata
dan ungkapan yang serupa. Masyarakat Minangkabau dikenal memiliki
minat besar terhadap seni dan sastra. Di Minangkabau terdapat karya
sastra sejarah yang disebut Tambo. Bentuknya berupa prosa yang
menceritakan berbagai legenda dan tradisi masyarakat Minangkabau.
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Minang rata-rata memiliki
kepandaian berpantun, berkata-kata dengan menggunakan sindiran,
kiasan, ibarat, metafora, dan aforisme. Seni berkata-kata ini bahkan
merupakan salah satu hal utama yang dianggap penting dalam kehidupan
masyarakat Minang.

Masyarakat Minang memiliki tradisi unik, yaitu merantau. Seorang pria


yang telah dewasa harus pergi ke wilayah lain untuk menjalani
kehidupan atau mencari pengalaman. Tradisi ini dianggap akan
menempa anak untuk dapat mengatasi segala kesulitan hidup yang akan
dialaminya di masa mendatang. Tradisi ini juga yang menjadikan
masyarakat Minang lebih gigih dalam bekerja serta memperjuangkan
peningkatan perekonomian. Tradisi merantau ini juga yang berperan
menjadikan figur asal Minang menjadi ternama dalam perjalanan
Republik Indonesia, seperti misalnya Mohammad Hatta, Tan Malaka,
dan Sjahrir. Sastrawan ternama Indonesia seperti Buya Hamka dan
Chairil Anwar juga berasal dari Minang.

4. Sumatera Selatan
Keseharian Masyarakat Melayu Palembang

Dalam kesehariannya, suku Palembang berkomunikasi dalam bahasa


Palembang. Bahasa ini dikategorikan sebagai bahasa Melayu atau
lebih dikenal dengan sebutan bahasa Melayu Palembang. Bahasa ini
terdiri atas dua dialek, yaitu baso Palembang alus dan baso
Palembang sari-sari. Bahasa ini hampir mirip dengan bahasa-bahasa
Melayu lainnya seperti bahasa Melayu Riau dan bahasa Melayu
Malaysia. Hal yang membedakan bahasa ini dengan bahasa Melayu
lainnya adalah penggunaan dialek “o”. Sebenarnya, Baso Palembang
Alus hampir sama dengan bahasa Jawa sehingga sebagian masyarakat
beranggapan bahwa bahasa Palembang itu berasal dari bahasa Jawa.

Di Sumatra Selatan, seperti halnya dengan daerah lain di Indonesia,


terdapat karya seni arsitektur yaitu Rumah Limas dan masih bisa kita
temukan sebagai rumah hunian di daerah Palembang. Rumah Limas
Palembang telah diakui sebagai Rumah Adat Tradisional Sumatera
Selatan. Bahasa Palembang berasal dari bahasa Melayu Tua yang
berbaur dengan bahasa Jawa dan diucapkan menurut logat/dialek wong
Palembang. Seterusnya bahasa yang sudah menjadi milik wong
Palembang ini diperkaya pula dengan bahasa-bahasa Arab, Urdhu,
Persia, Cina, Portugis, Iggris dan Belanda. Sedangkan Aksara bahasa
Melayu Palembang, menggunakan aksara Arab (Arab-Melayu) atau
tulusan Arab berbahasa Melayu (Arab Gundul/Pegon). Suku Palembang
dibagi dalam dua kelompok : Wong Jeroo merupakan keturunan
bangsawan/hartawan dan sedikit lebih rendah dari orang-orang istana
dari kerajaan tempo dulu yang berpusat di Palembang, dan Wong Jabo
adalah rakyat biasa. Seorang yang ahli tentang asal usul orang
Palembang yang juga keturunan raja, mengakui bahwa suku Palembang
merupakan hasil dari peleburan bangsa Arab, Cina, suku Jawa dan
kelompok-kelompok suku lainnya di Indonesia.

Riau
Sifat Orang Riau memiliki toleransi yang suka menghargai bangsa atau
pun agama orang lain, rama tamah dan adab yang tinggi dalam
menghargai orang lain. Adat istiadat suku Melayu Riau sejauh mata
memandang memang terlihat rumit, akan tetapi jika dipahami Adat
istiadat suku Melayu Riau sangat menyentuh hati. Makanya setiap orang
yang memiliki adat istiadat bisa berbangga hati, karena dianggap
memiliki kebaikan, bertutur yang ramah dan bertata krama.

Pekanbaru
Sifat orang Pekanbaru memiliki sifat yang sangat khas dan kental. Sifat
orang Pekanbaru adalah baik, ramah, tidak kasar, suka menolong,
menerima orang baru.Ciri khas orang Pekanbaru yang mau membantu
sesama manusia, menjadi daya pikat bagi semua orang untuk menerima
kehadiran orang Pekanbaru dijadikan sebagai saudara di tengah-tengah
masyarakat dan negara. Prinsip orang Pekanbaru adalah hidup mandiri
dan saling membantu orang lain. Orang Pekanbaru boleh menikah
dengan orang lain, asal kedua pasangan saling mencintai satu sama lain.
Sejarah orang Pekanbaru lahir atas sekumpulan orang pada masa lalu
yang menghuni suatu daerah dan membentuk kota hingga sampai
dengan saat ini.

Bengkulu
Ciri khas orang Bengkulu yang mau membantu sesama manusia,
menjadi daya pikat bagi semua orang untuk menerima kehadiran orang
Bengkulu dijadikan sebagai saudara di tengah-tengah masyarakat dan
negara. Kesan negatif orang Bengkulu adalah hal yang paling ingin
diketahui bagi mereka yang saat ini sedang bersama atau baru berteman
dengan orang Bengkulu. Padahal kesan negatif itu muncul karena ada
anggapan negatif yang berlebihan. Pada dasarnya, kesan positiflah yang
selalu ada pada orang Bengkulu. Prinsip orang Bengkulu adalah hidup
mandiri dan saling membantu orang lain. Sejarah orang Bengkulu lahir
atas sekumpulan orang pada masa lalu yang menghuni suatu daerah dan
membentuk kota hingga sampai dengan saat ini.

Lampung

Masyarakat Lampung mempunyai falsafah Sang Bumi Ruwa Jurai, yang


artinya sebuah rumah tangga dari dua garis keturunan, masing-masing
melahirkan masyarakat beradat pepadun dan masyarakat beradat
sebatin. orang Lampung memiliki sifat-sifat sebagai berikut: (1) piil-
pusanggiri (malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta
memiliki harga diri), (2)juluk-adok (mempunyai kepribadian sesuai
dengan gelar adat yang disandangnya), (3) nemui-nyimah (saling
mengunjungi untuk bersilaturahmi serta ramah menerima tamu),
(4) nengah-nyampur (aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan tidak
individualistis), dan (5) sakai-sambaian (gotong-royong dan saling
membantu dengan anggota masyarakat lainnya). Ciri khas orang
Lampung yang mau membantu sesama manusia, menjadi daya pikat
bagi semua orang untuk menerima kehadiran orang Lampung dijadikan
sebagai saudara di tengah-tengah masyarakat dan negara. Kesan negatif
orang Lampung adalah hal yang paling ingin diketahui bagi mereka
yang saat ini sedang bersama atau baru berteman dengan suku Lampung.
Padahal kesan negatif itu muncul karena ada anggapan negatif yang
berlebihan. Pada dasarnya, kesan positiflah yang selalu ada di suku
Lampung. Prinsip orang Lampung adalah hidup mandiri dan saling
membantu orang lain. Orang Lampung boleh menikah dengan suku lain,
asal kedua pasangan saling mencintai satu sama lain. Sejarah suku
Lampung lahir atas sekumpulan orang pada masa lalu yang menghuni
suatu daerah dan membentuk keturunan hingga sampai dengan saat ini.

Bab IV Penutup

3. 1 Kesimpulan
Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
Tsunami adalah gelombang laut yang disebabkan oleh gempa bumi,
tanah longsor, meteor atau letusan gunung berapi yang terjadi di laut.
Terjadinya Tsunami diakibatkan oleh adanya gangguan yang
menyebabkan perpindahan sejumlah besar air meluap ke daratan, seperti
letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke
bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut.
Dampak Tsunami sebagian besar mengakibatkan kerusakan parah dan
banyak menelan korban jiwa dan harta benda sehingga perlu adanya
upaya untuk menghadapi tsunami baik dalam keadaan
waspada,persiapan,saat terjadi tsunami dan setelah terjadi tsunami.
Ada pula berbagai macam cara untuk menanggulangi bencana tsunami.

3. 2 Saran
Untuk mengantisipasi datangnya tsunami yang sampai saat ini
belum bisa diprediksikan dengan tepat kapan dan dimana akan terjadi
maka dapat dilakukan beberapa langkah sebagai berikut :
Selalu waspada dan memantau dengan aktif informasi tentang bahaya
tsunami dari pihak yang berwenang terhadap adanya potensi tsunami
terutama penduduk yang bermukim didekat pantai.Menentukan tempat-
tempat berlindung yang tinggi dan aman jika terjadi tsunami.
Menyediakan persediaan makanan dan air minum untuk keperluan
darurat dan pengungsian. Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat
diisi) barang-barang yang sangat dibutuhkan di tempat pengungsian
seperti perlengkapan P3K atau obat-obatan.
3. 3 Penutup
Demikianlah makalah ini kami buat dengan yang sebenar-benarnya.
Ucapan terima kasih tertuju kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan kemudahan kepada kami sehingga terlaksananya
pembuatan makalah dan presentasi ini. Serta kepada teman-teman yang
ikut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami selaku anggota kelompok memohon maaf sebesar-besarnya
apabila terdapat kessalahan serta kekurangan dalam makalah ini. Selain
untuk memenuhi tugas Pendidikan Lingkungan Hidup, Semoga makalah
ini dapat menjadi acuan, pertimbangan, serta motivasi dan koreksi bagi
kegiatan selanjutnya.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai