Anda di halaman 1dari 48

ASUHAAWATAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PASIEN ANEMIA IBU

HAMIL DENGAN FOKUS STUDI KETIDAK SEIMBANGAN NUTRISI KURANG


DARI KEBUTUHAN TUBUH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LETUARU

KUNTARI AMINA ASRI

P07120317045

KEMENTRIAN KESEHATAN RI BADAN PENGEMBANGAN

DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU PROGRAM STUDI

KEPERAWATAN MASOHI

(2019)
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prevalensi ibu hamil di dunia yang mengalami anemia sebesar 41,8

%.Asia bagian Selatan bagian dari Negara di seluruh dunia memiliki

prevelensi ibu hamil dengan anemia sebanyak 64%. Gabungan Asia

Selatan dan Tenggara turut menyumbang hingga 58% total penduduk

yang mengalami Anemia di negara berkembang dan Indonesia termasuk

negara berkembang yang masuk dalam Asia Tenggara (WHO,2008).

Prevelensi anemia pada ibu hamil di Indonesia tahun 2013 mencapai

37,1 % sedangkan pada 2018 naik menjadi 48,9 % dengan variasi umur

di antaranya 48,6 % pada kelompok usia 15-24 tahun , 33,7 % untuk

kelompok usia 25-34 tahun, 33,6 % untuk kelompok usia 35-44 tahun dan

24 % untuk kelompok usia 45- 54 tahun oleh dari itu dapat di

interpretasikan bahwa di atas kelompok usia yang beresiko tinggi terjadi

anemia adalah usia 15-24 tahun dengan presentasi tertinggi (48,6 %) dan

yang mendapat presentasi terendah adalah kelompok usia 45-54 tahun (

Rikesdas,2018 )
Prevelensi anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas

Letuaru sebanyak 65,4 % ( 112 dari 324 ibu hamil yang berkunjung )

pada tahun 2018 dan terhitung sampai bulan oktober sebanyak 48,4 %

( 119 dari 246 ibu hamil yang berkunjung ) pada tahun 2019 walaupun

presentasinya menurun namun dapat dilihat bahwa masi ada angka

kejadian anemia pada ibu hamil dan itu merupakan masalah kesehatan

pada ibu hamil yan harus di perhatikan. ( Buku register 2018 – oktober

2019 )

Anemia adalah penurunan kadar Hemoglobin ( Hb ), hematokrit atau

hitung eritrosit ( red cell count ) berakibat pada penurunan kapasitas

pengankutan oksigen oleh darah ( Sudoyo et al.2009 ) . selama

kehamilan terjadi perubahan dalam darah dan sumsum tulang serta

kebutuhan zat-zat makanan pun bertambah, oleh karena itu anemia

sering di jumpai dalam kehamilan ( Hudono,2007). Sehingga memerlukan

perhatian khusus terhadap ibu hamil karena merupakan masalah

kesehatan yang cukup serius pada status kesehatan ibu hamil.

Anemia selama kehamilan berpengaruh terhadap janin, ibu hamil dan

persalinan. Anemia selama kehamilan dapat memberikan dampak yang

kurang baik karena berpengaruh pada masa kehamilan yaitu ibu bisa

cepat lelah , sering pusing, mata berkunang-kunang, dan keluhan mual

muntah yang lebih hebat pada pada kehamilan.Anemia terhadap janin


yaitu karena kemampuan metabolisme tubuh janin akan berkurang

sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim akan

terganggu sehingga berdampak pada janin yaitu abortus, kematian

intrauteri, persalinan prematuritas tinggi, berat badan lahir rendah,

kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan bayi mudah

mengalami infeksi sampai kematian perinatal, serta intelegensia rendah.

Sedangkan dampak pada saat persalinan adalah persalinan premature,

abortus, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi

infeksi, resiko dekompensasi kordis , mola hidatidosa, hiperemisis

gravidarum ,pendarahan anyterpartum, serta ketuban pecah dini

( Manuaba,2007) sehingga anemia pada ibu hamil sesegera mungkin

harus dapat diatasi karena dapat memberikan dampak yang kurang baik

pada ibu dan janin. Anemia bukan hanya saja pada saat masa kehamilan

namun bila tidak segera di atasi maka akan berlanjut sampai ke tahap

nifas, untuk mengatasi anemi tidak hanya dengan pemberian Fe namun di

perlukan asupan makanan (Rimawati et al.2018 )

Menurut Rimawati, (2018) Solusi dalam meningkatkan Hemoglobin

dalam darah tidak hanya diatasi dengan pemberian suplemen Fe tetapi

juga diperlukan pemberian suplemen dapat berupa makanan yang

mengandung zat-zat yang dapat meningkatkan penyerapan absorbsi Fe

(enhancer ). jumlah asupan saja belum cukup untuk mencegah anemia


pada ibu hamil, kualitas zat besi juga harus di pertimbangkan dalam

pemilihan makanan yang akan di konsumsi dalam memenuhi kebutuhan

zat besi ( Madhavi & Singh , 2011).

Penelitian yang di lakukan oleh Retnorini,(2017) menunjukan bahwa

kelompok yang diberi tablet Fe saja tidak cukup meningkatkan kadar

Hemoglobin, sebaliknya pada kelompok yang diberikan tambahan sari

kacang hijau terdapat peningkatan kadar Hb ibu hamil (Retnorini

Widatiningsih,2017). Oleh krena itu pemilihan makanan yang tepat dan

pola makan yang baik dan terjadwal sanagatlah berpengaruh dalam

mengatasi anemia.

Ragam makanan yang dapat di konsumsi oleh ibu hamil yang diolah

dari empat jenis pokok makanan, yaitu: beras atau alternatif

penggantinya, buah-buahan, sayur-mayur, dan daging atau alternatif

penggantinya. Makanan yang dikonsumsi setiap Pola makan ibu selama

masa kehamilannya membutuhkan tambahan-tambahan zat besi dan

tambahan multivitamin, kebutuhannya akan zat besi hampir dua kali lipat.

Untuk mendapatkan lebih banyak manfaat zat besi ibu harus banyak

konsumsi sayuran, seperti buncis, artichoke, dan kacang merah, serta

vitamin C seperti buah-buahan sitrusg, brokoli, paprika, maupun stroberi.

Hal ini disebabkan zat besi yang berasal dari tumbuhan tidak diserap

seefektif kandungan zat besi dari daging merah, ikan, dan daging unggas.
Sehingga ibu membutuhkan vitamin C yang berfungsi menyerap mineral

ini (Sulistyoningsih, 2011). Dan di dianjurkan memakan yang

mengandung vitamin C tiap kali makan. Asam organi lain adalah asam

sitrat, asam folat dikenal sebagai tambahan atau suplementasi dalam

susu. Makanan yang mengandung asam folat seperti sayuran hijau, hati,

daging, kacang, biji dan sebagainya. Dan menurut tabel nutrisi makanan

Indonesia, kandungan asam folat yang tinggi terkandung dalam hati

ayam, rumput laut, kacang merah dan kacang kedelai (Arisman, 2010).

Peran Vitamin A memobilisasi cadangan besi di dalam tubuh untuk

dapat mensintesa hemoglobin. Status vitamin A buruk berhubungan

dengan perubahan metabolisme besi pada kasus kekurangan besi.

Vitamin A terdapat di hati sapi, ayam, serta telur, sedangkan bahan

makanan nabati hanya mengandung provitamin A, yang disebut karoten

terdapat di wortel, bayam, kangkung, ubi rambat merah, jagung dan

kacang hijau. Pola makan pada ibu hamil harus terpenuhi yang mencakup

zat gizi makro (karbohidrat, lemak, dan protein) dan zat gizi mikro (vitamin

dan mineral) (Zulaikha ,2015).


Pola makan yang tidak sehat dapat mengakibatkan tidak terpenuhinya

kebutuhan gizi seimbang ibu hamil. Makanan sehari-hari untuk ibu hamil

harus terpenuhi secara kuantitas maupun kualitasnya serta jadwal makan

yang teratur guna memenuhi kebutuhan zat gizi yang digunakan untuk

fungsi normal tubuh, sebaliknya jika makanan yang dikonsumsi tidak

terpenuhi secara kuantitas maupun kualitasnya serta jadwal makan yang

tidak teratur maka tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi tertentu

yang salah satu akibatnya adalah anemia pada ibu hamil. Ibu hamil juga

dianjurkan mengkonsumsi tablet Fe secara teratur untuk mencegah

terjadinya anemia (Rustam, 2006).

Hubungan pola makan dengan anemia pada ibu hamil yang memiliki

pola makan yang tidak sehat hal ini terlihat dari segi pengaturan jumlah

dan jenis makanan yang belum sesuai dengan gizi seimbang ibu hamil,

ibu tidak sarapan pagi, makanan seadanya, makan terlalu sedikit, makan

yang mengandung protein hanya sedikit tidak sesuai kebutuhan gizi

seimbang, terlalu banyak gula dan minyak, tidak pernah makan makanan

cemilan, dan terlalu sering mengkonsumsi makanan yang cepat saji. Pola

makan tidak sehat akan lebih beresiko mengalami anemia daripada orang

yang pola makan sehat. Hal ini karena salah satu penyebab anemia

adalah defisiensi zat besi karena pola makan tidak sehat dan pengaturan

jumlah dan jenis yang tidak sesuai dengan gizi seimbang ibu hamil
( Mariana et al.,2018). Oleh karena itu perlu adanya manajemen nutrisi

sehingga dapat menyediakan dan meningkatkan intake nutrisi yang

seimbang dengan menggunakan intervensi membuat buku harian

makanan dalam bentuk jadwal sehingga pola makan ibu bisa teratur

dengan mengikuti panduan dari jadwal yang suda di berikan

Manajemen Nutrisi adalah menyediakan dan meningkatkan intake

Nutrisi yang seimbang , yang termasuk dalam manajemen Nutrisi yaitu

anjurkan untuk memantau kalori dan intake makanan dengan

menggunakan buku harian makanan dalam bentuk jadwal

( Bulechek,dkk.2013 ),sehingga pola makan ibu dapat teratur sehingga

pemenuhan nutrisi dapat di penuhi dengan baik , namun dari sisi lain

dukungan keluarga juga di perlukan dalam hal ini diharapka keluarga

dapat memenuhi tugas keluarga sebagai pemberi perawatan pada

anggota keluarga yang sakit sehingga peran perawat dalam tersebut

adalah pemberi Asuhan keperawatan sehingga perencanaan dapat

selaras dengan apa yang ingin di capai

peran perawat keluarga salah satunya adalah pengawas dimana

perawat di tuntut untuk dapat mengawasi keluarga apakah yang di

lakukan oleh keluarga itu sudah sesuai dengan maka yang di

rancang.dalam hal ini bisa kita lihat bahawa peran pengawasan perawat

terhadap ibu hamil dengan anemia dapat mempengaruhi hasil maka dari
itu perawat di tuntut untuk selalu mengawasi segala sesuatu yang akan di

lakukan ibu maupun keluarga.

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimanakah menerapkan Manajemen Nutrisi ( membuat buku

harian makanan ) pada ibu hamil dengan masalah anemia ?

C. Tujuan Studi kasus

Menggambarkan penerapkan Manajemen Nutrisi ( membuat buku

harian makanan ) pada ibu hamil dengan masalah anemia

D. Manfaat Studi kasus

1. Masyarakat

Dapat membudidayakan masyarakat dalam pengelola pasien

dengan Manajemen Nutrisi ( membuat buku harian makanan ) pada

ibu hamil dengan masalah anemia

2. Bagi keluasan Ilmu dan Teknologi Keperawatan


Menambah keluasan ilmu dan teknologi pada bidang keperawatan

dengan Manajemen Nutrisi ( membuat buku harian makanan ) pada

ibu hamil dengan masalah anemia.

3. Penulis

Memperoleh pengalaman dalam hasil riset keperawatan,

khususnya studi kasus tentang keperawatan pasien dengan

Manajemen Nutrisi ( membuat buku harian makanan ) pada ibu hamil

dengan masalah anemia

DAFTAR PUSTAKA
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi


Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan

menggunakan pendekatan yang sistematik untuk bekerja bersama

dengan keluarga dan individu-individu sebagai anggota keluarga meliputi

pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan

implementasi dan evaluasi (padila 2012)


1. Pengkajian Keluarga
Pengkajian keperawatan adalah suatu tindakan peninjauan situasi

manusia untuk memperoleh data tentang klien dengan maksud

menegaskan situasi penyakit, diagnosa masalah klien, penetapan

kekuatan, dan kebutuhan promosi kesehatan klien. Pengkajian

keperawatan merupakan proses pengumpulan data. Pengumpulan

data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan

secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta

kebutuhan-kebutuhan keperawatan, dan kesehatan klien.


Friedman, dkk (2003), berpendapat bahwa komponen pengkajian

keluarga terdiri atas kategori pertanyaan, yaitu data pengenalan

keluarga, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, data

lingkungan, struktur keluarga (struktur peran, nilai, komunikasi,

kekuatan), fungsi keluarga (fungsi afektif, sosialisasi, pelayanan

kesehatan, ekonomi, reproduksi), dan koping keluarga.


a. Data pengenalan keluarga
Data yang perlu dikumpulkan adalah nama kepala keluarga,

alamat lengkap, komposisi keluarga, tipe keluarga, latar belakang

budaya, identitas agama, status kelas sosial, dan rekreasi

keluarga.
b. Data perkembangan dan sejarah keluarga
Tahapperkembangan keluarga saat ini, berdasarkan umur anak

pertama dan tahap perkembangan yang belum terpenuhi riwayat

keluarga inti (data yang dimaksud adalah data kesehatan seluruh

anggota keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak),

riwayat keluarga sebelumnya dari kedua orang tua termasuk

riwayat kesehatan.
c. Data lingkungan
Data yang perlu dikaji adalah karakteristik rumah, karakteristik

tetangga dan komunitas. Data Komunitas terdiri atas tipe

penduduk, apakah termasuk penduduk pedesaan atau perkotaan,

tipe hunian rumah, apakah sebagian besar tetangga, sanitasi

jalan, dan pengangkutan sampah. Karakteristik demografi

tetangga dan komunitas meliputi kelas sosial, etnis, pekerjaan,

dan bahasa sehari-hari.


Data selanjutnya pada komponen ini, adalah mobilitas geografis

keluarga. Data yang perlu dikaji adalah berapa lama keluarga

tinggal ditempat tersebut, adakah riwayat pindah rumah, dari mana

pindahnya. Kemudian ditanyakan juga perkumpulan keluarga dan


interaksi dengan masyarakat, penggunaan pelayanan di

komunitas dan keikutsertaan keluarga di komunitas.


Data berikutnya adalah sistem pendukung keluarga. Data yang

perlu dikaji adalah siapa yang memberikan bantuan, dukungan,

dan konseling dikeluarga, apakah teman, tetangga, kelompok

sosial, pegawai, atau majikan, apakah ada hubungan keluarga

dengan pelayanan kesehatan dan agensi?


d. Data struktur keluarga
Data struktur keluarga, antara lain pola komunikasi, meliputi

penggunaan komunikasi antaranggota keluarga, bagaimana

anggota keluarga menjadi pendengar, jelas dalam menyampaikan

pendapat, dan perasaannya selama berkomunikasi dan

berinteraksi. Struktur kekuatan keluarga, yang terdiri atas data

siapa yang membuat keputusan dalam keluarga, seberapa penting

keputusan yang diambil.


Data struktur peran, meliputi data peran formal dan peran informal

dalam keluarga yang meliputi peran dan posisi setiap anggota

keluarga, tidak ada konflik dalam peran, bagaimana perasaan

dalam menjalankan perannya, apakah peran dapat berlaku

fleksibel.
Nilai-nilai keluarga, yaitu nilai kebudayaan yang dianut keluarga,

nilai inti keluarga seperti siapa yang berperan dalam mencari

nafkah, kemajuan dan penguasaan lingkungan, orientasi masa

depan, kegemaran keluarga, keluarga sebagai pelindung dan


kesehatan bagi keluarga, apakah ada kesesuaian antara nilai-nilai

keluarga dan nilai subsistem keluarga, bagaimana pentingnya

nilai-nilai keluarga secara sadar atau tidak, apakah ada konflik nilai

yang menonjol dalam keluarga itu sendiri, bagaimana nilai-nilai

memengaruhi kesehatan keluarga.


e. Data fungsi keluarga
Komponen data kelima yang dikumpulkan adalah fungsi keluarga.
1) Fungsi afektif. Pada fungsi ini dilakukan pengkajian pada pola

kebutuhan keluarga dan responnya. Apakah anggota keluarga

merasakan kebutuhan individu lain dalam keluarga, apakah

anggota keluarga memberikan perhatian satu sama lain,

bagaimana mereka saling mendukung satu sama lainnya.


2) Fungsi sosialisasi. Data yang dikumpulkan adalah bagaimana

keluarga menanamkan disiplin, penghargaan dan hukuman

bagi anggota keluarga, bagaimana keluarga melatih otonomi

dan ketergantungan, memberi dan menerima cinta, serta

latihan perilaku yang sesuai usia.


3) Fungsi perawatan kesehatan. Data yang dikaji terdiri atas

keyakinan dan nilai perilaku keluarga untuk kesehatan,

Bagaimana keluarga menanamkan nilai kesehatan terhadap

anggota keluarga, konsistensi keluarga dalam melaksanakan

nilai kesehatan keluarga.


Pengkajian data pada fungsi perawatan kesehatan difokuskan

pada data tugas keluarga di bidang kesehatan. Tugas


kesehatan keluarga menurut Friedman (1988) ada 5 (Lima),

yaitu:
a) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat.
c) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit.
d) Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang sehat.
e) Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas

pelayanankesehatan.
4) Fungsi ekonomi merupakan fungsi keempat yang perlu dikaji.

Data yang diperlukan meliputi bagaimana keluarga berfungsi

untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi yang

terdiri atas data jenis pekerjaan, jumlah penghasilan keluarga,

jumlah pengeluaran, bagaimana keluarga mampu mencukupi

semua kebutuhan anggota keluarga, bagaimana pengaturan

keuangan dalam keluarga.


5) Fungsi reproduksi, data yang dikumpulkanadalah berapa

jumlah anak, apakah mengikuti programkeluarga berencana

atau tidak, apakah mempunyai masalah pada fungsi

reproduksi.
f. Data Koping Keluarga
Data yang perlu dilakukan pengkajian adalah stresor keluarga,

meliputi data tentang stresor yang dialami keluarga berkaitan

dengan ekonomi dan sosialnya, apakah keluarga dapat

memastikan lama dan kekuatan stresor yang dialami, apakah

keluarga dapat mengatasi stresor dan ketegangan sehari-hari.


Apakah keluarga mampu bertindak berdasarkan penilaian yang

objektif dan realistis terhadap situasi yang menyebabkan stres.

Bagaimana keluarga bereaksi terhadap situasi yang penuh

dengan stres, strategi koping bagaimana yang diambil oleh

keluarga, apakah anggota keluarga mempunyai koping yang

berbeda-beda.

Setelah data terkumpul, kemudian dilanjutkan analisis data.

Analisis data merupakan pengelompokan data berdasarkan

masalah keperawatan yang terjadi.


Penulisan analisis data dalam bentuk tabel terdiri atas tiga kolom,

yaitu :
1) pengelompokan data
Data yang dikelompokkan berdasarkan data subjektif dan

objektif.
2) kemungkinan penyebab (etiologi),
Pada kolom etiologi dituliskan kemungkinan penyebabyang

bersumber dari lima tugas kesehatan keluaga.


3) masalah keperawatan.
Pada kolom masalah, dituliskan masalah keperawatan yang

dapat disimpulkan berdasarkan data yang tertulis pada

pengelompokan data. Masalah keperawatan yang dituliskan

diberikan inisial klien, dikarenakan dalam keluarga terdiri atas

beberapa anggota keluarga, sehingga untuk memperjelas

anggota keluarga mana yang bermasalah maka perlu ditulis

identitas klien.
2. Perumusan diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah interpretasi ilmiah atas data hasil

pengkajian yanginterpretasi ini digunakan perawat untuk membuat

rencana, melakukan implementasi, dan evaluasi. Pengertian lain dari

diagnosis keperawatan adalah keputusan klinik tentang semua

respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan

aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi

keperawatanuntuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai

dengan kewenangan perawat. Semua diagnosis keperawatan harus

didukungoleh data. Data diartikan sebagai definisi karakteristik.

Definisi karakteristik dinamakan ”Tanda dan gejala”, Tanda adalah

sesuatu yang dapat di observasi dan gejala adalah sesuatu yang

dirasakan oleh klien. Diagnosis keperawatan menjadi dasar untuk

pemilihan tindakan keperawatan untuk mencapai hasil bagi perawat

(Nanda, 2011)
Penulisan pernyataan diagnosis keperawatan pada umumnya meliputi

tiga komponen, yaitu komponen P (Problem), E (Etiologi), dan S

(Simptom atau dikenal dengan batasan karakteristik). Pada

penulisan diagnosis keperawatan keluarga menggunakan pernyataan

problem saja tanpa etiologi dan simptom. Dengan demikian,

penulisan diagnosis keperawatan keluarga adalah dengan

menentukan masalah keperawatan yang terjadi.


Kategori diagnosis keperawatan keluarga :
a. Diagnosis keperawatan aktual
Diagnosis keperawatan ini menggambarkan respon manusia

terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan yang benar

nyata pada individu, keluarga, dan komunitas (Nanda, 2011).


b. Diagnosis keperawatan promosi kesehatan
Diagnosis keperawatan keluarga ini diangkat ketika kondisi klien

dan keluarga sudah baik dan mengarah pada kemajuan. Meskipun

masih ditemukan data yang maladaptif, tetapi klien dan keluarga

sudah mempunyai motivasi untuk memperbaiki kondisinya, maka

diagnosis keperawatan promosi kesehatan ini sudah bisa

diangkat. Setiap label diagnosis promosi kesehatan diawali

dengan frase: “Kesiagaan meningkatkan”… (Nanda, 2010).


c. Diagnosis keperawatan risiko
Diagnosis keperawatan risiko, yaitu menggambarkan respon

manusia terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan yang

mungkin berkembang dalam kerentanan individu, keluarga, dan

komunitas (Nanda, 2011).


3. Perencanaan Keperawatan Keluarga
Perencanaan keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan

yang direncanakan oleh perawat untuk membantu keluarga dalam

mengatasi masalah keperawatan dengan melibatkan anggota

keluarga.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun

perencanaan keperawatan keluarga adalah berikut ini.


a. Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisis data secara

menyeluruh tentang masalah atau situasi keluarga.


b. Rencana keperawatan harus realistik.
c. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah

instansi kesehatan.
d. Rencana keperawatan dibuat bersama keluarga.
4. Tindakan Keperawatan Pada Keluarga
Tindakan keperawatan adalah implementasi/pelaksanaan dari

rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap

pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan

pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang

diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan

kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan

memfasilitasi koping.
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal sebagai berikut.
1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai

masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara:


a) memberikan informasi;
b) memberikan kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.
2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang

tepat, dengan cara:


a) mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan;
b) mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga;
c) mengidentifikasi tentang konsekuensi tipe tindakan.
3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota

keluarga yang sakit, dengan cara:


a) mendemonstrasikan cara perawatan;
b) menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah;
c) mengawasi keluarga melakukan perawatan.
4) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi sehat, yaitu dengan cara:


a) menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga;
b) melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan

yang ada dengan cara:


a) mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan

keluarga;
b) membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang

ada.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan untuk melengkap proses keperawatan

yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana

tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai, meskipun

tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan. Evaluasi

merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan.

Evaluasi didasarkan pada bagaimana efektifnya intervensi atau

tindakan yang dilakukan oleh keluarga, perawat dan yang lainnya.

Keefektifan ditentukan dengan melihat respon keluarga dan hasil,

bukan intervensi-intervensi yang diimplementasikan. Meskipun

evaluasi dengan pendekatan terpusat pada klien paling relevan,

sering kali membuat frustrasi karena adanya kesulitan-kesulitandalam

membuat kriteria objektif untuk hasil yang dikehendaki. Rencana

perawatan mengandung kerangka kerja evaluasi. Evaluasi

merupakan proses berkesinambungan yang terjadi setiap kali seorang

perawat memperbarui rencana asuhan keperawatan. Sebelum

perencanaan dikembangkan lebih lanjut, perawat bersama


keluarga perlu melihat tindakan-tindakan perawatan tertentu

apakah tindakan tersebut benar-benar membantu.


Untuk mengukur pencapaian tujuan klien dilakukan proses evaluasi

diantaranya Kognitif(pengetahuan), Afektif(status emosional),

Psikomotor(tindakan yang dilakukan)

B. Konsep Dasar Keluarga


1. Pengertian keluarga
Keluarga merupakan saran keperawatan komunitas komunitas selain

individu, kelompok, dan masyarakat. Pelayanan keperawatan

keluarga merupakan salah satu area pelayanan keperawatan yang

dapat dilaksanakan dimasyarakat. Depkes (2010) mendefinisikan

keluarga sebagai suatu system social yang terdiri dari dua orang atau

lebih yang dihubungkan karena hubungan darah, hubungan

perkawinanan, hubungan adopsi dan tinggal bersama untuk

menciptakan satu budaya tertentu. Menurut bailon & maglaya (1978)

dalam friendman, Bowden, & jones (2010), keluarga adalah 2 atau

lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena pertalian

darah, ikatan perkawinan atau adopsi.


2. Ciri-ciri struktur keluarga
Kelurga merupakan salah satu system interaksi emosional yang diatur

secara kompleks dalam posisi, peran, dan aturan atau nilai yang
menjadi dasar struktur atau organisasi kelurga. Namun struktur

keluarga tersebut memiliki ciri-ciri antara lain :


a. Terorganisasi
Keluarga merupakan cerminan organisasi dimana setiap anggota

keluarga memiliki peran dan fungsinya masing-masing untuk

mencapai tujuan keluarga. Dalam menjalankan peran dan

fungsinya, anggota keluarga saling berhubungan dan saling

bergantung antara satu dan lainnya.


b. Keterbatasan
Setiap anggota keluarga memiliki kebebasan, namun juga memiliki

keterbatasan dalam menjalankan peran dan fungsinya


c. Perbedaan dan kekhususan
Setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsinya masing-

masing. Peran dan fungsi tersebut cenderung berbeda dan khas,

yang menunjukan adanya ciri perbedaan dan kekhususan.


3. Tipe keluarga
Keluarga memiliki berbagai macam tipe yang dibedakan menjadi

keluarga tradisional dan non tradisional, yaitu :


a. Keluarga tradisional
1) The nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri

dari suami, istri dan anak.


2) The dyad family, yaitu keluarga yang terdiri dari suami dan istri

yang hidup dalam satu rumah tetapi tanpa anak.


3) Keluarga usila, yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri yang

sudah tua dengan anak sudah misahkan diri.


4) The childless family, yaitu keluarga tanpa anak karena terlambat

menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya.


5) The extended family (keluarga besar), yaitu keluarga yang

terdiri dari tiga generasi yang hidup Bersama dalam satu rumah
seperti nuclear family disertai paman, bibi, orang tua (kakek dan

nenek), dan lain sebagainya.


6) The single parent family (keluarga duda atau keluarga janda),

yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua.


b. Keluarga non tradisional
1) The unmarried teenage mother, yaitu keluarga yang terdiri dari

orang tua terutama ibu dengan anak dari hubungan tanpa

nikah.
2) The stepparent family, yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune family, yaitu keluarga dengan beberapa pasangan

keluarga dengan anaknya yang tidak memiliki hubungan

saudara hidup Bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas

Bersama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak melalui

aktivitas kelompok atau membesarkan anak Bersama.


4) The nonmarital heterosexual cohabiting family, yaitu keluarga

yang hidup Bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui

pernikahan.
5) Gay and lesbian families, yaitu keluarga dengan seseorang

mempunyai persamaan jenis kelamin yang hidup Bersama

sebagaimana pasangan suami-istri.


4. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga secara umum di definisikan sebagai hasil akhir atau

akibat dari struktur keluarga. Adapun sebuah keluarga mempunyai

fungsi antara lain :


a. Fungsi afektif
Keluarga harus memenuhi kebutuhan kasih sayang anggota

keluarga karena respon kasih sayang satu anggota keluarga ke


anggota keluarga lainya memberikan dasar penghargaan kepada

kehidupan keluarga.
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi
Fungsi sosialisasi dapat ditunjukan dengan membina sosialisasi

pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan

tingkat perkembangan anak, serta meneruskan nilai-nilai budaya

keluarga.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan

menambahkan sumber daya manusia dengan memelihara dan

membesarkan anaknya.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi keluarga dengan mencari sumber-sumber

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan semua anggota keluarga

seperti kebutuhan makanan, tempat tinggal, pakaian dan lain

sebagainya.
e. Fungsi perawatan kesehatan.
Fungsi keluarga dalam perawatan kesehatan dengan

melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu keluarga

mempunyai tugas untuk memlihara kesehatan anggota

keluarganya agar tetap memiliki produktifitas dalam menjalankan

perannya. Fungsi perawatan kesehatan ini dikembangkan menjadi

tugas keluarga di bidang kesehatan. Adapun tugas kesehatan

keluarga menurut friedman (2010), yaitu :


1) Mengenal masalah atau gangguan kesehatan keluarga
2) Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat bagi

keluarga.
3) Merawat anggota keluarga yang sakit.
4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan

keluarga
5) Menggunakan fasilitas kesehatan
5. Peran dan fungsi perawatan
a. Pendidikan kesehatan
Mengajarkan secara formal maupun informal kepada keluarga

tentang kesehatan dan penyakit


b. Pemberian pelayanan atau pengawasan
Memberikan pelayanan langsung dan melakukan

pengawasan/pembinaan terhadap pelayanan yang diberikan


c. Adokat keluarga
Mendukung keluarga berkaitan dengan isu-isu keamanan dan akes

untuk mendapatkan pelayanan.


d. Penemu kasus atau epidemiologi gist
Mendeteksi penyakit dan menjalankan peran utama dalam

pengamatan dan pengawasan penyakit.


e. Peneliti
Mengidentifikasi masalah praktis dan mencari penyelesaian melalui

investigasi ilmiah secara mandiri maupun kolaborasi.


f. Manajer dan coordinator
Mengelolah dan bekerja sama dengan anggota keluarga,pelayanan

kesehatan dan social,serta sector lain untuk mendapatkan akses

pelayanan kesehatan.
g. Fasilitator
Menjalankan peran terapeutik untuk membantu mentasi masalah

dan mengidentifikasi sumber.


h. Konselor
Konsultan bagi keluarga untuk mengidentifikasi dan menfasilitasi

keterjangkauan keluarga/masyarakat terhadap sumber yang

diperlukan.
i. Pengubah atau modifikasi lingkungan
Modifikasi lingkungan agar dapat meningkatkan mobilitas dan

menerapkan asuahan mandiri.


C. Konsep Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik

sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.

Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung,

tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit syaraf, ginjal, dan

pembuluh darah dan makanan tinggi tekanan darah, dan makin tinggi

tekanan darah , makin besar resikonya. (sylvia A. price)


2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan.
a. Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui

penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu : genetik,

lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatik dan sistem renin.

Angiostensin dab peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor

yang meningkatkan resiko :” obesitas, merokok, alkohol dan

polisitemia.
b. Hipertensi sekunder
Penyebab yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom

cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :


a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140

mmHg dan /atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90

mmHg
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari

160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya

perubahan-perubahan pada :

a. Elastisitas dinding aorta menurun


b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah

menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya


d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi kurangnya

efektifitas pembuluh darah untuk oksigenasi


e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokan yaitu :

No Kategori Sistolik (mmHg) Diatolik (mmHg)


1 Optimal <120 <80
2 Normal 120 - 129 80 – 84
3 High normal 130 - 139 85 – 89
4 Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
Grade 2 (sedang) 160 - 179 100 – 109
Grade 3 (berat) 180 – 209 100 – 119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120

3. Patofisiologi
4. Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah


ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia

simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui

system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron

preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut

saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksipembuluh

darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap

norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal

tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamadimana system saraf simpatis

merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi,

kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas

vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang

menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan

steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor

pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan

aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang

pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi

angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya

merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini


menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus

ginjal,menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.


Semuafaktorinicenderungmencetuskankeadaanhipertensiuntukpertimb

angan gerontology.Perubahan structural danfungsionalpada system

pembuluhperiferbertanggungjawabpadaperubahantekanandarah yang

terjadipadausialanjut. Perubahantersebutmeliputiaterosklerosis,

hilangnyaelastisitasjaringanikatdanpenurunandalamrelaksasiototpolos

pembuluhdarah, yang

padagilirannyamenurunkankemampuandistensidandayaregangpembul

uhdarah. Konsekuensinya, aorta

danarteribesarberkurangkemampuannyadalammengakomodasi

volume darah yang dipompaolehjantung( volumesekuncup ),

mengakibatkanpenurunancurangjantungdanpeningkatantahananperife

r ( Brunner &Suddarth, 2002 ).


5. Manifestasi klinis
Tanda dan gejalah pada hipertensi dibedakan menjadi
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejalah yang spesdifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh

dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan

pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.


b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi

meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini


merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien

yang mencari pertolongan medis.


Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epitaksis
h. Kesadaran menurun
6. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume

cairan (viskositas) dan dapat menghasilkan factor seperti

hipokoagulasi, anemia.
b. BUN / lreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi

ginjal
c. Glucosa : hiperglikemia (DM adalah pencetus hipertensi) dapat

diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.


d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi

ginjal danada DM.


2. CT Scan : mengkaji adanya rumor cerebral, encelopati
3. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian

gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit hipertensi


4. IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,

perbaikan ginjal
5. Photo dada : menunjukan destruksi klasifikasi area katup.

Pembesaran jantung

D. Konsep pendidikan kesehatan


1. Definisi pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah upaya yang dilakukan untuk

memberikan pengetahuan sebagai dasar perubahan perilaku yang

dapat meningkatkan status kesehatan individu, keluarga, kelompok,

maupun masyarakat melalui aktivitas belajar.


2. Tujuan pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan diberikan untuk membantu individu, keluarga,

dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

Pendidikan kesehatan bertujuan untuk mengubah perilaku iindividu,

keluarga, serta masyarakat dari perilaku tidak ssehat menjadi sehat.

Perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesehatan menjadi

perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan atau dari perilaku

negative ke perilaku positif.


3. Metode pendidikan kesehatan
Menurut notoatmodjo (2007), metode pendidikan kesehatan yang

dapat diterpkan antara lain


a. Metode pendidikan individual
Dalam komunitas, metode ini digunakan untuk membina perilaku

baru, atau membina individu yang mulai tertarik kepada suatu

perubahan atau inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual

karna setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang

berbeda-beda sehubungan dengan penerimaaan atau perubahan

perilaku baru tersebut.


b. Metode pendidikan kelompok
Pemilihan metode kelompok harus memperhatikan besarnya

kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal sasaran.

Kelompok dalam metode ini dibagi menjadi dua yaitu :


1) Kelompok besar
Kelompok besar yang dimaksudkan apabila peserta lebih dari

15 orang. Metode yang sesuai untuk kelompok besar antara

lain :
a) Ceramah
Metode ceramah merupakan penyampaian pesan atau

informasi secara verbal atau lisan yang meliputi tanya

jawab, memberikan gambar dan contoh-contoh.


b) Seminar
Metode seminar hanya sesuai untuk sasaran kelompok

besar dengan pendidikan menengah keatas. Seminar

merupakan suatau penyajian ( presentasi ) dari suatu ahli

atau beberapa ahli tentang suatu topik dan dianggap

penting di masyarakat.
2) Kelompok kecil
Kelompok kecil yang dimaksudkan apabila peserta kurang dari

15 orang. Metode yang sesuai untuk kelompok kecil antara lain

:
a) Diskusi kelompok
Metode ini membutuhkan peran aktif dari peserta untuk

mengeluarkan pendapat berkaitan dengan informasi yang

dibahas.
b) Curah pendapat ( Brain Storming )
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok.

Pada metode ini pemimpin diskusi memberikan pertanyaan

dan setiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan

( curah pendapat ). Tanggapan tersebut kemudian


ditampung dan dicatat dalam papan tulis atau flipchart.

Setelah semua peserta menyampaikan tanggapannya,

maka tiap peserta dapat mengomentari tanggapan-

tanggapan sebelumnya dan akhirnya terjadilah diskusi.


c) Role play
Metode ini melibatkan peran aktif peserta dengan

memainkan sebuah peran tertentu sesuai dengan topik

yang telah ditentukan dalam pendidikan kesehatan. Pesan-

pesan kesehatan dalam metode ini disampaikan melalui

peran-peran nyata yang diperagakan oleh peserta.


4. Proses pendidikan kesehatan
Prinsip pokok dalam pendidikan kesehatan adalah proses belajar

yang terdiri dari komponen input, proses, dan output.


a. Input
Menyangkut pada sasaran belajar yaitu individu, kelompok, serta

masyarakat dengan berbagai latar belakangnya.


b. Proses
Mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan

(perilaku) pada diri subjek belajar tersebut. Dalam proses terjadi

pengaruh timbal balik antara berbagai faktor antara lain subjek

belajar, pengajar (pendidik dan fasilitator), metode, teknik belajar,

alat bantu serta materi atau bahan yang dipelajari.


c. Output
Merupakan hasil belajar itu sendiri yaitu berupa kemampuan atau

perubahan perilaku dari subjek belajar.


E. Konsep Perancangan Promosi Kesehatan Dalam Pendidikan

Kesehatan
1. Pengertian PERENCANAAN dalam Program Pendidikan kesehatan
Pengertiannya Adalah: Memperkirakan atau memproyeksikan apa

yang akan dilakukan dalam melaksanakan pendidikan.


Hakekatnya: mengatur dan menetapkan unsur pelaksanaan

pengajaran/pendidikan yaitu: Topik Pelajaran, Tujuan, bahan/isi,

metode dan alat serta evaluasi/penilaian.


a. Salah satu bentuk perencanaan pengajaran yang paling

sederhana adalah pembuatan SATPEL (Satuan Pelajaran)/SAP

(Satuan Acara Pengajaran/Penyuluhan)


b. SAP adalah: Program belajar mengajar dalam satuan terkecil.
c. Unsur yang terdapat di dalam perencanaan pengajaran/satpel

secara garis besar harus memenuhi unsur berikut:


1) Tujuan instruksional
2) Bahan materi pengajaran
3) Topik
4) Metoda & alat bantu mengajar
5) Evaluasi/penilaian
2. Tahapan Membuat PERENCANAAN/Merancang SAP
a. Tentukan dan Identifikasi Sasaran/Klien
Pertama-tama anda harus tahu terlebih dahulu siapa yang

menjadi sasaran promosi kesehatan, pelajari sifat/karakteristiknya

untuk memudahkan menyusun/merancang perencanaan.


(Jika diasumsikan bahwa sasaran sudah

ada/ditetapkan/ditemukan). Maka yang selanjutnya harus anda

lakukan adalah... :
1) Menentukan segmentasi sasaran, yaitu memilih sasaran yang

tepat dan dianggap sangat menentukan keberhasilan promosi

kesehatan.
2) Segmentasi sasaran memungkinkan pengelola program

menghitung kelompok sasaran untuk menentukan ketersediaan,


jumlah dan jangkauan produk di pasaran. Selain itu,

pengelola program dapat menghitung jenis media dan

menempatkan media yang mudah diakses sasaran.


3) Kumpulkan data sasaran, yang menyangkut data perilaku,

epidemiologi, demografi geografi dan data psikografi atau gaya

hidup.
b. Menyusun Jadwal Rencana Pelaksanaan Merupakan penjabaran

dari rencana waktu dan tempat akan pelaksanaan promosi

kesehatan... yang biasanya disajikan dalam bentuk gan

chart/tabel di akhir SAP, atau dituliskan diawal pembuatan SAP

setelah judul.
c. Menentukan prioritas pengajaran/topik/pokok bahasan
1) Perawat bersama klien sebaiknya melakukan secara bersama-

sama. Perhatikan motivasi klien untuk berkonsentrasi pada

kebutuhan belajar yang telah diidentifikasi.


2) Beberapa yang dapat dipergunakan sebagai kerangka pikir

dalam menetapkan prioritas: Hierarki kebutuhan menurut teori

Maslow; bila klien sebuah kelompok atau komunitas

pertimbangkan faktor predisposisi, pemungkin dan penguat.

Khusus untuk keluarga, dapat dipergunakan skala prioritas

yang dikembangkan oleh Bailon & Maglaya (1988).


Kriteria prioritas pengajaran di komunitas, yaitu: kesadaran

komunitas terhadap masalah, motivasi memecahkan masalah,

kemampuan perawat mempengaruhi pemecahan masalah,

konsekuensi serta beratnya jika masalah tidak terpecahkan.


3) Kemampuan perawat dalam menentukan prioritas masalah

promosi kesehatan, akan menjadi bahan pemikiran membuat

topik/pokok bahasan yang akan diberikan pada sasaran sesuai

kebutuhan belajarnya.
Maka untuk membiasakan perawat bekerja secara profesional

dan sesuai kompetensinya melakukan asuhan keperawatan

berdasarkan proses keperawatan, cantumkanlah Diagnosa

Keperawatan yang menjadi masalah/ dasar alasan /pemikiran

anda MENGAPA klien / sasaran tersebut diberikan pengajaran

promosi kesehatan tersebut. Kaitkanlah dengan hasil

pengkajian yang anda dapat (sesuai karakteristik / kebutuhan

belajar sasaran agar rasional dan dapat dipertanggung

jawabkan secara ilmiah. Dengan demikian anda akan dapat

membua diagnosa keperawatan terkait promosi kesehatan yang

akan dilakukan.
d. Menetapkan tujuan pembelajaran
Menentukan tujuan promosi, adalah suatu pernyataan tentang

suatu keadaan di masa datang yang akandicapai melalui

pelaksanaan promosi. Misalnya 90% rumah tangga

mengkonsumsi garam beryodium pada tahun 2010.


Tujuan harus SMART, yaitu specific (langsung ditujukan untuk

perubahan yang diharapkan pada sasaran), measureable

(dapat diukur), achievable/accurate (dapat dicapai/akurat),


realistic (disesuaikan dengan keadaan) dan timebound (memiliki

batasan waktu).
Tujuan berfungsi untuk menentukan arah kegiatan pengajaran.
1) Pada dasarnya tujuan utama promosi kesehatan adalah untuk

mencapai 3 hal, yaitu:


a) Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat
b) Peningkatan perilaku masyarakat
c) Peningkatan status kesehatan masyarakat
2) Menurut Green (1990) tujuan promosi kesehatan yang

harus menjadi pertimbangan dalam perencanaan promosi

kesehatan terdiri dari 3 tingkatan, yaitu:


a) Tujuan Program
Merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai

dalam periode waktu tertentu yang berhubungan dengan

status kesehatan.
b) Tujuan Pendidikan
Merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai dapat

mengatasi masalah kesehatan yang ada


c) Tujuan Perilaku
Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus

tercapai (perilaku yang diinginkan). Oleh sebab itu,

tujuan perilaku berhubungan dengan pengetahuan dan

sikap yang ditunjukkan


3) Tujuan Instruksional
Dalam Membuat Tujuan Instruksional, perhatikan ranah

taksonomi menurut Bloom dibawah ini


a) Tujuan Kognitif (Pengetahuan)
(1) Pengetahuan/ingatan
(2) Pemahaman
(3) Penerapan/aplikasi
(4) Analisa
(5) Sintesis
b) Tujuan Afektif (Sikap) :
(1) Penerimaan
(2) Pemberian respon
(3) Penghargaan
(4) Pengorganisasian
(5) Karakterisasi
c) Tujuan Psikomotor (ketrampilan)
(1) Persepsi
(2) Kesiapan
(3) Respon terbimbing
(4) Mekanisme
(5) Respon yg kompleks
(6) Adaptasi
(7) Originasi
Ada dua (2) jenis tujuan instruksional yang harus anda

buat dalam rancangan SAP:


a) Tujuan Instruksional Umum (TIU)/tujuan pembelajaran

umum
(1) Tingkat pencapaiannya memerlukan beberapa kali

proses.
(2) TIU akan dapat dicapai bila TIK sudah dikuasai
(3) Kata Kerja perilaku yang diharapkan, ditulis

menggunakan kata kerja abstrak.


Contoh Kata kerja Abstrak
(a) Mengetahui
(b) Memahami
(c) Menghargai
(d) Menguasai, dll.
b) Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Adalah Tujuan pengajaran yang dibuat untuk keperluan

1x proses belajar mengajar, yang diharapkan langsung

bisa dicapai sasaran dalam 1x pertemuan.


Perhatikan :
(1) Luas & dalamnya bahan
(2) Waktu yang tersedia
(3) Sarana belajar, alat bantu dll
(4) Tk. kesulitan bahan & tk pemahaman klien
Kata Kerja perilaku yang diharapkan, ditulis menggunakan

kata kerja Konkret. Contoh Kata kerja kongkret:

(1) Menyebutkan
(2) Menjelaskan
(3) Memilih
(4) Menguraikan
(5) Membedakan
(6) Menentukan
(7) Menghitung
(8) Membandingkan
(9) Menyusun

Isi TIK:

(1) Kognitif
(2) Afektif
(3) Psikomotor

Syarat TIK:

(1) Berpusat pada perubahan Tingkah Laku klien


(2) Tingkah laku yang diharapkan memiliki ciri-ciri:

operasional, spesifik dan dapat diukur


(3) Berisi makna pokok bahasan

Sifat TIK:

(1) Bertingkat/hierarkhi
(2) Setara
(3) Berurutan
(4) Kombinasi
Ciri TIK:

(1) Spesifik
(2) Operasional
(3) Dapat diukur

Cara menguji operasional / tidak-nya tujuan (yang anda

dibuat) :Dengan cara menguji atau mengukur aspek Tingkah

Laku yang ditulis dalam rumusan tujuan tsb.

Unsur-unsur TIK :

A :Audience (siapakah sasarannya?)

B : Behavior (Apa perubahan perilaku yang diharapkan?)

C : Condition (Bagaimana kondisi dari perilaku yang

diharapkan?)

D : Degree (Kualitas/tingkatan dari perilaku yang

diharapkan?)

e. Menentukan substansi/isi materi promosi kesehatan


Isi promosi kesehatan harus dibuat sesederhana mungkin

sehingga mudah dipahami oleh sasaran. Bila perlu buat

menggunakan gambar dan bahasa setempat sehingga sasaran

mau melaksanakan isi pesan tersebut.


f. Memilih strategi/metode belajar, sesuaikan dengan tujuan

perubahan yang diharapkan.


1) Untuk perubahan tingkat Pengetahuan: penyuluhan langsung,

pemasangan poster, spanduk, penyebaran leaflet, dll


2) Untuk merubah Sikap : memberikan contoh konkrit yang dapat

menggugah emosi, perasaan dan sikap sasaran, misalnya

dengan memperlihatkan foto, slide atau melalui pemutaran

film/video
3) Untuk perubahan kemampuan/Keterampilan: sasaran harus

diberi kesempatan untuk mencoba keterampilan tersebut.


4) Pertimbangkan sumber dana & sumber daya
g. Memilih alat bantu mengajar / media promosi kesehatan
1) Teori pendidikan : belajar yang paling mudah adalah dengan

menggunakan media.
2) Memilih media promosi, yaitu saluran yang akan digunakan

untuk menyampaikan pesan pada sasaran, yang didasarkan

pada selera sasaran bukan selera pengelola program.


3) Media yang dipilih harus bergantung pada jenis sasaran,

tingkat pendidikan, aspek yang ingin dicapai, metode yang

digunakan dan sumber daya yang ada. Selain itu Media yang

dipilih pun harus memberi dampak yang luas, oleh karena

itu perlu ditentukan tujuan media yang akan menjadi dasar

perencanaan media : Jangkauan, frekuensi bobot,

kontinuitas dan biaya.


4) Mengembangkan pesan-pesan dalam media yang akan

digunakan yang disesuaikan dengan tujuan promosi.


h. Merancang rencana kegiatan pelaksanaan
Buatlah uraian rencana yang menggambarkan aktivitas anda

dan sasaran saat program pendidikan / promosi kesehatan


akan dilakukan, dimulai dari 1) pembukaan, 2) pelaksanaan

kegiatan inti penyuluhan dan 3) penutupan.


i. Menyusun rencana evaluasi
Harus dijabarkan tentang kapan evaluasi akan dilaksanakan,

dimana akan dilaksanakan, kelompok sasaran yang mana akan

dievaluasi dan siapa yang akan melaksanakan evaluasi tersebut.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Studi Kasus


Desain penulisan karya tulis ilmiah ini adalah deskriktif dengan metode

studi kasus untuk memberikan gambaran tentang manajemen nutrisi

dengan penerapan pemberian Asupan nutrisi (zat besi ) sebagai

intervensi utama asuhan keperawatan pada keluarga dengan Masalah

anemia pada ibu hamil di Wilayah kerja Puskesmas letuaru.


.
B. Subjek Studi Kasus
Mengunakan 2 klien yang diamati secara mendalam dengan kriteria

inklusi dan eksklusi.


1. Kriteria Inklusi.
a. Ibu hamil dengan anemia
b. Ibu hamil trimester I-III
c. Bersedia sebagai responden penelitian
2. Kriteria Eksklusi.
a. Ibu hamil dengan anemia yang sedang terlibat dalam penelitian

orang lain.
b. Ibu hamil dengan anemia yang tidak bersedia sebagai responden

penelitian

C. Fokus Studi Kasus


manajemen nutrisi dengan penerapan pemberian Asupan nutrisi (zat

besi ) sebagai intervensi utama asuhan keperawatan pada keluarga

dengan Masalah anemia pada ibu hamil di Wilayah kerja Puskesmas

letuaru.

D. Defenisi Oprasional
1. manajemen adalah pengelolaan makanan dan cairan pendukung

proses metabolisme pada pasien yang mengalami malnutrisi atau

tingginya resiko mendapatkan malnutrisi


2. asupan makanan adalah segala jenis makanan dan minuman yang

di konsumsi tubuh setiap hari


3. zat besi adalah suatu zat dalam tubuh manusia yang erat dengan

ketersediaan jumlah darah yang di perlukan


4. anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah

yang sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik
5. ibu hamil adalah keadaan katika seorang wanita membawa embrio

dan fetus di dalam tubuhnya

E. Tempat dan Waktu


6. Tempat
Penelitian akan dilaksanakan Di Wilayah Kerja Puskesmas letuaru.
7. Waktu
Waktu pelaksanaan penelitian Responden 1-28 januari 2020
F. Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dan instrumen pengumpulan data yang

digunakan dalam studi kasus adalah :


1. Biofisiologi
2. Observasi mengunakan model instrument, antara lain
a. Catatan berskala
b. Wawancara
c. Skala penilaian

G. Penyajian Data

Penyajian data dengan desain studi kasus deskriptif disajikan secara

tekstular / narasi dan dapat disertai dengan cuplikan ungkapan verbal

dari subjek studi kasus yang merupakan data pendukungnya.

H. Etika Studi Kasus

Pertimbangan etik dalam penelitian ini dilaksanakan dengan

memenuhi prinsip-prinsip the Five right of human subject in research

(Macnee, 2004).

Lima hak tersebut meliputi hak untuk self determination, hak terhadap

privacy dan dignity, hak terhadap anonymity dan confidentiality, hak

untuk mendapatkan penanganan yang adil dan hak terhadap

perlindungan dari ketidaknyamanan atau kerugian.


1. Hak untuk self determination, klien memiliki otonomi dan hak untuk

membuat keputusan secara sadar dan dipahami dengan baik, bebas

dari paksaan untuk berpartisipasiatau tidak dalam enelitian ini atau

untuk mengundurkan diri dari penelitian ini.


2. Hak untuk privacy dan dignity berarti bahwa klien memiliki hak untuk

dihargai tentang apa yang mereka lakukan dan apa yang dilakukan

terhadap mereka serta untuk mengontrol kapan dan bagaimana

informasi tentang mereka dibagi dengan orang lain.


Proses pengumpulan data juga beresiko mengungkap

pengalaman klien yang bersifat sangat rahasia bagi pribadinya,

peneliti menginformasikan bahwa klien juga berhak untuk tidak

menjawab pertanyaan wawancara yang mungkin menimbulkan rasa

malu atau tidak ingin diketahui oleh orang lain. Jika klien merasa

tidak nyaman untuk berpartisipasi lebih lanjut, klien diperkirakan akan

mengundurkan diri dari proses penelitian kapanpun ia inginkan,

semua ini dilakukan peneliti untuk menghormati prinsip privacy dan

dignity
3. Hak anonymity dan confidentiality, maka semua informasi yang

didapat dari klien harus dijaga dengan sedemikian rupa sehingga

informasi individual tertentu tidak bisa langsung dikaitkan dengan

klien, dan klien juga harus dijaga kerahasiaan (confidentiality), maka

peneliti menyimpan seluruh dokumen hasil pengumpulan data berupa

lembar persetujuan mengikuti penelitian, biodata, kaset rekaman dan


transkip wawancara dalam tempat khusus yang hanya bisa diakses

oleh peneliti. Dalam penyusunan laporan penelitian, peneliti

menguraikan data tanpa mengungkap identitas klien (anonymous)


4. Hak terhadap penanganan yang adil memberikan individu hak yang

sama untuk dipilih atau terlibat dalam penelitian tanpa diskriminasi

dan diberikan penanganan yang sama dengan menghormati seluruh

persetujuan yang disepakati, dan untuk memberikan penanganan

terhadap masalah yang muncul selama partisipasi dalam penelitian.

Semua klien mempunyai kesempatan yang sama untuk berpartisipasi

dalam penelitian ini dan mendapatkan erlakuan yang sama dari

peneliti.
5. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari ketidaknyamanan dan

kerugian mengharuskan agar klien dilindungi dari eksploitasi dan

peneliti harus menjamin bahwa semua usaha dilakukan untuk

meminimalkan bahaya atau kerugian dari suatu penelitian, serta

memaksimalkan manfaat dari penelitian (Macnee, 2004).

Pada penelitian ini, untuk memenuhi hak-hak tersebut peneliti

memberikan informed consent yang memungkinkan peneliti untuk

mengevaluasi kesediaan klien berpartisipasi dalam penelitian pada

berbagai tahap dalam proses penelitian (Streubert dan Carpenter,

2010).
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2018) Riskesdas 2018.


Kementrian Kesehatan RI
Buku Register tahun 2018- Oktober 2019 Puskesmas Letuaru
Sudoyo et al., (2015) Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis
Medis dan Nanda Nic-Noc. Jilid 1. Jogjakarta, Medication
Hudono ST. Penyakit Darah. Dalam: Soraya (2013) Hubungan tingkat
pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil dengan kepatuhan dalam
mengonsumsi tablet besi ( Fe) di Puskesma keliling ii Kabupaten Jepara
tahun 2013.
Manuaba (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Dalam Soraya (2013) Hubungan
tingkat pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil dengan kepatuhan
dalam mengonsumsi tablet besi ( Fe) di Puskesma keliling ii Kabupaten
Jepara tahun 2013.
World Health Organization. ( 2008) Worldwide Prevalence Of Anaemia. 978
92 4 159665 7 Geniva, World Health Organization
Rinawati, E., Kusmawati, E., Gamelia, E., Sumara & Nugraheni, A.S. (2018)
Intervensi suplemen makanan untuk meningkatkan kadar Hemoglobin
pada ibu hamil. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 9 (3) 166.
Madhavi, L.H. & Singh, H.K.G. ( 2011) Nutritional status of rural pregnant
women. People’s j sci Res. 4.20-23
Kholif, S.N. & Widagdo, W (2016) Keperawatan Keluarga Dan Komonitas.
Jakarta
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (2018) NANDA-I Keperawatan defenisi dan
kualifikasi 2018-2020. Jakarta, Buku Kedokteran

( maaf ibu belum semuanya soalx masi cari penilitan yang aslinya bu… )

Anda mungkin juga menyukai