Anda di halaman 1dari 21

RESUME MAKALAH ANEMIA PADA IBU HAMIL

OLEH KELOMPOK 4

DOSEN : CUCUN SETYA FARADINA, SST,M,Keb

1.Elvina Dian Permatasari 20.007

2.Endang winarni 20.12.2.002.1

3.Umi Nur khabibah 200.00

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GANESHA HUSADA KEDIRI

POLIMERCIA INDONESIA

2022
BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah
merah (eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung
hemoglobin yang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh (Proverawati,
2013). Anemia secara praktis didefinisikan sebagai kadar Ht, konsentrasi Hb, atau hitung
eritrosit dibawah batas “normal”. Dalam praktik rutin, konsentrasi Hb < 11 g/dl pada akhir
trimester pertama, dan 10 g/dl pada trimester kedua dan ketiga diusulkan menjadi batas
bawah untuk mencari penyebab anemia dalam kehamilan. Nilai-nilai ini kurang lebih sama
dengan nilai Hb terendah pada ibu-ibu hamil yang mendapat suplementasi besi, yaitu 11,0
g/dl pada trimester pertama dan 10,5 g/dl pada trimester kedua dan ketiga (Prawirohardjo,
2010).
Penyebab anemia yaitu karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, seperti zat besi,
asam folat dan vitamin B12. Tetapi yang sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat
besi (Rukiyah,2010).
Sekitar 75% anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi yang
memperlihatkan gambaran eritrosit mikrositik hipokrom pada apusan darah
tepi. Penyebab tersering kedua adalah anemia megaloblastik yang dapat
disebabkan oleh defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12. Penyebab
anemia lainnya yang jarang ditemui antara lain adalah hemoglobinopati,
proses inflamasi, toksisitas zat kimia, dan keganasan (Prawirohardjo, 2010).
Anemia pada kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi penting
untuk melakukan pemeriksaan pada kunjungan pertama kehamilan karena
jika pada saat kunjungan pertama hasil pemeriksaan tidak mengalami anemia
masih mungkin terjadi anemia pada kehamilan lanjutannya
(Proverawati,2011). Pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan khususnya
anemia akan berpengaruh terhadap perilaku ibu hamil pada pelaksanaan
program pencegahan anemia. ibu hamil cenderung tidak memperdulikan
penting tablet Fe yang diberikan oleh bidan atau tenaga kesehatan karena
mereka menganggap tablet Fe hanya membuat merasa mual jika diminum dan
anggapan tersebut telah menjadi budaya di masyarakat. Faktor-faktor lain
yang berhubungan dengan tingginya kejadian anemia pada ibu hamil adalah
umur, jarak kelahiran, paritas, pendidikan , pengetahuan dan pendapatan
keluarga (BKKBN, 2009).
Secara global prevalensi anemia pada ibu hamil diseluruh dunia adalah
sebesar 41,8%. Prevalensi anemia pada ibu hamil diperkirakan di Asia
sebesar 48,2%, Afrika 57,1% , Amerika 24,1% dan Eropa 25,1% (WHO,
2008). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar 37,1%. ibu hamil
anemia, yaitu ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 11,0 gram/dl, dengan
proporsi yang hampir sama antara di kawasan perkotaan (36,4%) dan
perdesaan (37,8%). Prevalensi kasus anemia pada ibu hamil di Provinsi Jawa
barat pada tahun 2011 sebesar 18,64 % dan pada tahun 2012 terjadi
peningkatan menjadi 24,63%.
Sementara itu prevalensi anemia defisiensi besi pada ibu hamil di
Indonesia masih sangat tinggi. Sekitar 35-75% ibu hamil menderita anemia
defisiensi besi serta semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia
kehamialan (Rukiyah,2010).Anemia dalam kehamilan dapat berakibat fatal
mulai dari kelahiran prematur sampai kematian ibu dan bayi. Menurut WHO
40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia pada
kehamilan dan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut
(Rukiyah,2010).

Menurut laporan WHO tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia
yaitu 289.000 jiwa. Amerika Serikat yaitu 9300 jiwa, Afrika Utara 179.000
jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu di negara-negara
Asia Tenggara yaitu Indonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 170
per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup,
Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000 kelahiran
hidup, dan Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012
menyebutkan, angka kematian ibu (AKI) melonjak drastis 359 per 100.000
kelahiran hidup. Sebelumnya, AKI dapat ditekan dari 390 per 100.000
kelahiran hidup (1991) menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI
2007). Selain AKI, angka kematian bayi (AKB) juga masih tinggi, 32 per
1.000 kelahiran hidup. Angka itu hanya turun sedikit dari AKB SDKI 2007 yang 34 per 1.000
kelahiran hidup. Masalah kesehatan ibu dan anak masih menempatkan posisi penting
karena menyangkut kualitas sumber daya manusia yang paling hulu yaitu
periode kehamilan, persalinan, nifas dan tumbuh kembang anak (DepkesRI,
2010). Target pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) dalam
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia yaitu
Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup
(KH) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000 KH pada tahun
2015 (DepkesRI, 2010). Penyebab langsung kematian ibu yang terbanyak
adalah perdarahan, hipertensi pada kehamilan, partus macet, infeksi dan
komplikasi aborsi.Persalinan di rumah dan ditolong oleh dukun, merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi masih tingginya AKI di Indonesia
(DepkesRI, 2010).

Pada masa kehamilan seorang wanita memerlukan tambahan zat besi


untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah
janin dan plasenta. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan
melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin
anemis (Manuaba,2010). Pemberian tablet Fe di Indonesia pada tahun 2012
sebesar 85%. Presentase ini mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun
2011 yang sebesar 83,3%. Meskipun pemerintah sudah melakukan program
penanggulangan anemia pada ibu hamil yaitu dengan memberikan 90 tablet
Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilan dengan tujuan menurunkan
angka anemia ibu hamil, tetapi kejadian anemia masih tinggi (Kementerian
Kesehatan RI,2013).
Salah satu peranan bidan dalam program perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi (P4K) dalam masa kehamilan yaitu melakukan
pemeriksaan laboratorium yang diperlukan seperti pemeriksaan
Hemoglobulin pada saat kunjungan pertama ibu di tenaga kesehatan dan
pemberian tablet Fe pada ibu hamil. Selain itu program KIA adalah Antenatal
care (ANC). Terdapat 14 T dalam pemeriksaan ANC di Puskesmas, yang
salah satunya adalah pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama
kehamilan, yang merupakan upaya penting dalam pencegahan dan
penanggulangan anemia. Akan tetapi dalam kenyataannya, tidak semua ibu
hamil yang mendapatkan tablet Fe meminumnya secara rutin, hal ini bisa
disebabkan oleh faktor ketidaktahuan tentang pentingnya tablet Fe selama
kehamilan. (Depkes RI,2007).

Dari data yang didapatkan di Pukesmas Pondok Gede tahun 2015


sebanyak 173 orang ibu hamil yang terkena anemia. Dapat disimpulkan
bahwa anemia dalam kehamilan masih menjadi masalah kesehatan yang harus
ditanggulangi, karena merupakan faktor resiko penting terjadinya kondisi ibu
hamil dan neonatus yang buruk. Berdasarkan latar belakang diatas penulis
tertarik untuk mengetahui “Bagaimana penatalaksanakan asuhan kebidanan
pada Ny. M G2P1A0 hamil 28 minggu dengan anemia ringan di Puskesmas
Pondok Gede Bekasi”.B.

Rumusan Masalah Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan komplikasi pada saat
hamil, bersalin dan nifas. Sementara itu angka anemia pada ibu hamil di
Provinsi Jawa Barat masih tinggi. Dampak anemia dalam kehamilan dapat
berakibat fatal mulai dari kelahiran prematur sampai kematian ibu dan bayi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Kehamilan
1. Definisi Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional dalam buku
Prawirohardjo (2012),kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau
penyatuan spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,
kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10
bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional.
Proses kehamilan merupakan matarantai yang berkesinambung dan
terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan
pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta,
dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010).
Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu
berlangsungdalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13
hingga ke-27). Dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40 minggu)
(Prawirohardjo, 2012).

2. Program Antenatal Care Asuhan antenatal adalah suatu upaya preventif program pelayanan
kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian
kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. (Prawirohardjo, 2012).
a. Tujuan Antenatal Care
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
bayi.
2) Meningkatkan dan mempertahnkan kesehatan fisik,mental, dan social ibu dan bayi
3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkinterjadi
selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya
dengan trauma seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
6) Mempersiapkan peran ibudan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal (Prawirohardjo, 2009).
b. Menurut Prawirohardjo (2009) kunjungan antenatal sebaiknya paling sedikit 4 kali setelah
kehamilan :
1) Satu kali pada triwulan pertama
2) Satu kali pada triwulan kedua
3) Dua kali pada triwulan ketiga
c. Standar Antenatal Care Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan
harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari:
1) Timbang berat badan Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan
antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan
berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram
setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.
2) Ukur lingkar lengan atas (LiLA). Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama
untuk skrining ibu hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energy kronis disini
maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa
bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan
dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
3) Ukur tekanan darah Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan
antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah e” 140/90 mmHg)
pada kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah;
dan atau proteinuria)
4) Ukur tinggi fundus uteri Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan
antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai
atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai
dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar
pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu.
5) Hitung denyut jantung janin (DJJ)Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari
120/menit atau DJJ cepat lebih dari 160/menit menunjukkan adanya gawat janin.
6) Tentukan presentasi janin Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester
II dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan
kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit
atau ada masalah lain.
7) Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu
hamil harus mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil
diskrining status imunisasi TT-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan
status imunisasi ibu saat ini.
8) Beri tablet tambah darah (tablet besi)Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil
harus mendapat tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak
pertama.
9) Periksa laboratorium (rutin dan khusus) Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat
antenatal meliputi:
a) Pemeriksaan golongan darah Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya
untuk mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon
pendonor darah yang sewaktuwaktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
b) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu
hamil dilakukan minimal sekali pada trimester pertama dan sekali
pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut
menderita anemia atau tidak

selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat

mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam

kandungan.
c) Pemeriksaan
protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil
dilakukan pada
trimester kedua dan
ketiga atas indikasi.
adany
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui
a

proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu


indikator terjadinya pre-eklampsia pada ibu hamil.
d) Pemeriksaan kadar gula darah. Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus
harus dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada trimester
pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga (terutama pada akhir
trimester ketiga).
e) Pemeriksaan darah Malaria Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan
pemeriksaan darah Malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah
non endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria apabila ada indikasi.
f) Pemeriksaan tes Sifilis Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko
tinggi dan ibu hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis sebaiknya dilakukan sedini
mungkin pada kehamilan.

g) Pemeriksaan HIV Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko


tinggi kasus HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah menjalani
konseling kemudian diberi kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk
menjalani tes HIV.

h) Pemeriksaan BTA Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang


dicurigai menderita Tuberkulosis sebagai pencegahan agar
infeksi Tuberkulosis tidak mempengaruhi kesehatan janin. Selain pemeriksaaan tersebut
diatas, apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas
rujukan.

10) Tatalaksana/penanganan Kasus Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil
pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada
ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan
tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk
sesuai dengan sistem rujukan.
11) KIE Efektif KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang
meliputi:
a) Kesehatan ibu Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan
kehamilannya secara rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat
yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak bekerja
berat.
b) Perilaku hidup bersih dan sehat Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan
badan selama kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi 2 kali sehari
dengan menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta
melakukan olahraga ringan.
c) Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan
Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama suami dalam
kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu menyiapkan biaya persalinan,
kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan calon donor darah. Hal ini
penting apabila terjadi komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke
fasilitas kesehatan.

d) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi
Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-tanda bahaya baik selama kehamilan,
persalinan, dan nifas misalnya perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan
berbau pada jalan lahir saat nifas, dsb. Mengenal tanda-tanda bahaya ini penting agar ibu
hamil segera mencari pertolongan ke tenaga kesehtan kesehatan.

e) Asupan gizi seimbang Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan
makanan yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karena
hal ini penting untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat
kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil disarankan minum tablet tambah darah secara rutin untuk
mencegah anemia pada kehamilannya.

f) Gejala penyakit menular dan tidak menular. Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-
gejala penyakit menular (misalnya penyakit IMS,Tuberkulosis) dan penyakit tidak menular
(misalnya hipertensi) karena dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan janinnya.
g) Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di daerah tertentu (risiko tinggi).
Konseling HIV menjadi salah satu komponen standar dari pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Ibu hamil diberikan penjelasan tentang risiko penularan HIV dari ibu ke janinnya,
dan kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV atau tidak.
Apabila ibu hamil tersebut HIV positif maka dicegah agar tidak terjadi penularan HIV dari
ibu ke janin, namun sebaliknya apabila ibu hamil tersebut HIV negative maka diberikan
bimbingan untuk tetap HIV negatif selama kehamilannya, menyusui dan seterusnya.
h) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif Setiap ibu hamil dianjurkan
untuk memberikan ASI kepada bayinya segera setelah bayi lahir karena ASI
mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untukkesehatan bayi. Pemberian ASI
dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.
i) KB paska persalinan Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut
KB setetelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya waktu merawat
kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga.

j) Imunisasi Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) untuk
mencegah bayi mengalami tetanus neonatorum.

k) Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster) Untuk dapat


meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu hamil dianjurkan untuk
memberikan stimulus auditori dan pemenuhan nutrisi pengungkit otak (brain booster)
secara bersamaan pada periode kehamilan (Depkes, 2010).

d. Asuhan kehamilan (Refocusing ANC) Pada setiap kali kunjungan antenatal, perlu
didapatkan informasi yang sangat penting.Table dibawah ini merupakan garis-garis
besarnya.
Table 2.1

Kunjungan Waktu Informasi Penting


Membangun hubungan
saling percaya antara
petuga kesehatan dan ibu
hamil.
Mendeteksi masalah dan
menanganinya.
Melakukan tindakan
pencegahan seperti
tetanus neonatorum, anemia
Sebelum kekurangan zat
Trimester
minggu besi, penggunaan praktis
pertama
ke 14 tradisional yang
merugikan.
Memulai persiapan
kelahiran bayi dan
kesiapan untuk menghadapi
komplikasi.
Mendorong perilaku yang
sehat (gizi, latihan
dan kebersihan, istirahat,
dan sebagainya)
Sama seperti diatas,
Trimester Sebelum ditambahkan
kedua minggu kewaspadaan khusus
mengenai peeklasmsia

14
(Tanya ibu tentang gejala-
gejala preeklamsia,
pantau tekanan darah,
ke 28
evaluasi edema,
periksa untuk mengetahui
proteinurea).
Sama seperti diatas,
Antara ditambah palpasi
Trimester
minggu abdominal untuk
ketiga
28-36 mengetahui apakah ada
kehamilan ganda.
Sama seperti diatas,
ditambah deteksi letak
Setelah
Trimester bayi yang tidak normal, atau
minggu
ketiga kondisi lain
ke 36
yang memerlukan kelahiran
dirumah sakit.
Sumber : Saifuddin, 2010

B. Anemia dalam kehamilan

1. Definisi
Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel
darah merah (eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung
hemoglobin yang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh (Proverawati,
2013).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr%
pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II ( Depkes RI,
2009 ).
Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah atau
penurunan konsentrasi hemoglobin didalam sirkulasi darah. Kadar hemoglobin kurang dari
12 gram/dl untuk wanita tidak hamil dan kurang dari 11 gram/dl untuk wanita hamil (Varney,
2006).
Hemoglobin ( Hb ) yaitu komponen sel darah merah yang berfungsi
menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh, jika Hb berkurang, jaringan tubuh
kekurangan oksigen. Oksigen diperlukan tubuh untuk bahan bakar proses
metabolisme. Zat besi merupakan bahan baku pembuat sel darah merah.
Ibu hamil mempunyai tingkat metabolisme yang tinggi misalnya untuk
membuat jaringan tubuh janin, membentuknya menjadi organ dan juga
untuk memproduksi energy agar ibu hamil bisa tetap beraktifitas normal
sehari – hari ( Sin sin, 2010 ).

2. Etiologi Penyebab anemia umumnya adalah :


a. Kurang gizi (malnutrisi)
b. Kurang zat besi dalam diet
c. Malabsorbsi
d. Kehilangan darah yang banyak : persalinan yang lalu, haid, dan lainlain.
e. Penyakit-penyakit kronik : TBC, paru, cacing usus, malaria, dan lainlain (Mochtar, 2012).

3. Patofisiologi Kehamilan menyebabkan banyak perubahan pada tubuh ibu,


perubahan-perubahan itu untuk menyesuaikan tubuh ibu pada keadaan
kehamilannya. Pada masa kehamilan akan terjadi perubahan fisik yang
mempengaruhi penggunaan zat-zat makanan oleh tubuh berkurang
sehingga kebutuhan tubuh akan sumber zat gizi juga akan berkurang pada
beberapa bulan pertama kehamilan.. Pola makan dan gaya hidup sehat
dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim ibu
Pada masa kehamilan trisemester pertama (Manuaba, 2007).
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh
karena perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan
pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada
trimester II kehamilan dan maksimum terjadi pada bulan ke-9 dan
meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang atern serta kembali
normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume
plasma seperti laktogen plasma, yang menyebabkan peningkatan sekresi
aldesteron (Rukiah, 2010).

4. Faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil


a. Umur Ibu Menurut Amiruddin (2007), bahwa ibu hamil yang berumur
kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu 74,1% menderita
anemia dan ibu hamil yang berumur 20 – 35 tahun yaitu 50,5%
menderita anemia. Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau
lebihdari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil, karena
akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun
janinnya, beresiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu
mengalami anemia.
b. Paritas Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang
ibu baik lahir hidup maupun lahir mati. Seorang ibu yang sering
melahirkan mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan
berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi. Karena
selama hamil zat-zat gizi akan terbagi untuk ibu dan untuk janin yang
dikandungnya. Menurut Arisman (2007) bahwa jumlah paritas lebih
dari 3 merupakan factor terjadinya anemia yang berhubungan dengan
jarak kehamilan yang terlalu dekat yaitu < 2 tahun yang disebabkan
karena terlalu sering hamil dapat menguras cadangan zat gizi tubuh
ibu.
c. Kurang Energi Kronis (KEK) 41% (2.0 juta) ibu hamil menderita kekurangan gizi.
Timbulnya masalah gizi pada ibu hamil, seperti kejadian KEK, tidak
terlepas dari keadaan sosial, ekonomi, dan bio sosial dari ibu hamil
dan keluarganya seperti tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, konsumsi pangan, umur,
paritas, dan sebagainya. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara
untuk mengetahui resiko Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita UsiaSubur (WUS).
Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan tatus gizi dalam jangka
pendek. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan penapisan
status gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu hamil yang mempunyai
ukuran LILA<23.5 cm. Deteksi KEK dengan ukuran LILA yang rendah mencerminkan
kekurangan energi dan protein dalam intake makanan sehari hari yang biasanya diiringi juga
dengan kekurangan zat gizi lain, diantaranya besi. Dapat diasumsikan bahwa ibu hamil yang
menderita KEK berpeluang untuk menderita anemia (Darlina, 2003).
d. Infeksi dan Penyakit Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan daya
tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut penelitian,
orang dengan kadar Hb <10 g/dl memiliki kadar sel darah putih (untuk
melawan bakteri) yang rendah pula. Seseorang dapat terkena anemia
karena meningkatnya kebutuhan tubuh akibat kondidi fisiologis
(hamil, kehilangan darah karena kecelakaan, pascabedah atau menstruasi), adanya penyakit
kronis atau infeksi (infeksi cacing tambang, malaria, TBC) (Anonim, 2004). Ibu yang sedang
hamil sangat peka terhadap infeksi dan penyakit menular. Beberapa di antaranya meskipun
tidak mengancam nyawa ibu, tetapi dapat menimbulkan dampak berbahaya bagi janin.
Diantaranya, dapat mengakibatkan abortus, pertumbuhan janin terhambat, bayi mati
dalam kandungan, serta cacat bawaan. Penyakit infeksi yang di derita ibu hamil biasanya
tidak diketahui saat kehamilan. Hal itu baru diketahui setelah bayi lahir dengan kecacatan.
Pada kondisi terinfeksi penyakit, ibu hamil akan kekurangan banyak cairan tubuh serta zat
gizi lainnya (Bahar, 2006).
Penyakit yang diderita ibu hamil sangat menentukan kualitas janin dan bayi yang akan
dilahirkan. Penyakit ibu yang berupa penyakit menular dapat mempengaruhi kesehatan janin
apabila plasenta rusak oleh bakteri atau virus penyebab penyakit. Sekalipun
janin tidak langsung menderita penyakit, namun Demam yang menyertai penyakit infeksi
sudah cukup untuk menyebabkan keguguran. Penyakit menular yang disebabkan virus dapat
menimbulkan cacat pada janin sedangkan penyakit tidak menular dapat menimbulkan
komplikasi kehamilan dan meningkatkan kematian janin 30% (Bahar, 2006).

e. Jarak kehamilan Menurut Ammirudin (2007) proporsi kematian terbanyak terjadi


pada ibu dengan prioritas 1 – 3 anak dan jika dilihat menurut jarak
kehamilan ternyata jarak kurang dari 2 tahun menunjukan proporsi
kematian maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu
mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi
sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak yang terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam
kehamilan. Karena cadangan zat besi ibu hamil pulih. Akhirnya berkurang untuk keperluan
janin yang dikandungnya.
f. Pendidikan Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang di
derita masyarakat adalah karena kekurangan gizi banyak di jumpai di daerah pedesaan
dengan malnutrisi atau kekurangan gizi. Kehamilan dan persalinan dengan jarak yang
berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat social ekonomi rendah (Manuaba,
2010).
Menurut penelitian Amirrudin dkk (2007), faktor yang mempengaruhi status anemia adalah
tingkat pendidikan rendah.
5. Macam-macam anemia dalam kehamilan Secara umum anemia dalam kehamilan
diklasifikasikan menjadi:
a. Anemia defisiensi besi Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat
kekurangan zat besi dalam darah. Anemia defisiensi besi merupakan
tahap defisiensi besi yang paling parah yang ditandai oleh penurunan
cadangan besi, konsentarsi besi serum, dan saturasi transferin yang
rendah, dan konsentrasi hemoglobin atau nilai hematokrit yang
menurun. Pada kehamilan, kehilangan zat besi terjadi akibat pengalihan
besi maternal ke janin untuk eritropoiesis, kehilangan darah ada saat
persalinan, dan laktasi yang jumlah keseluruhannya dapat mencapai 900
mg atau setara dengan 2 liter darah. Oleh karena itu sebagian besar
perempuan mengawali kehamilan dengan cadangan besi yang rendah,
maka kebutuhan tambahan ini berakibat pada anemia defisiensi besi.
Pencegahan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan
suplementasi besi dan asam folat. WHO menganjurkan untuk
memberikan 60 mg besi selama 6 bulan untuk memenuhi kebutuhan
fisiologik selama kehamilan. Namun, banyak literatur menganjurkan
dosis 100 mg besi setiap hari selama 16 minggu atau lebih pada kehamilan. (Prawirohardjo,
2012).
Pengobatan pada anemia defisiensi besi dapat diberikan per oral atau parenteral.
1) Per oral : sulfas ferosus atau glukonas ferosus dengan dosis 3 – 5 x 0,20 mg.
2) Parenteral : diberikan bila ibu hamil tidak tahan pemberian per oral
atau absorbsi di saluran pencernaan kurang baik, kemasan
diberikan secara intramuskuler atau intravena. Kemasan ini antara
lain: imferon dam ferrigen. Hasilnya lebih cepat dibandingkan per
oral(Mochtar, 2012).
b. Anemia Megaloblastik Anemia Megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh
karena kekurangan asam folat, jarang sekali karena kekurangan vitamin
B12. Pengobatannya anemia megaloblastik yaitu:
1) Asam folat 15 – 30 mg per hari
2) Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
3) Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
4) Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan
transfusi darah (Mochtar, 2012).

c. Anemia Hipoplastik dan Aplastik Anemia hipoplastik dalah anemia yang disebabkan oleh
hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostic
diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi
lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosit
(Mochtar, 2012).
d. Anemia Hemolitik Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan penghancuran
atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya.
Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil; apabila ia hamil,
maka anemianya biasanya menjadi lebih berat. Gejala utama adalah
anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan,
kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organorgan vital.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik dan
penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya yang
diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun ada
beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberikan hasil. Maka
transfuse darah yang berulang dapat membantu penderita ini (Mochtar,
2012).
6. Tanda dan Gejala Anemia
a. Letih, sering mengantuk, malaise
b. Pusing, lemah
c. Luka pada lidah
d. Kulit pucat
e. Membrane mukosa pucat (missal, konjungtiva)
f. Bantalan kuku pucat
g. Tidak ada nafsu makan, mual dan muntah (Varney, 2006)
7. Klasifikasi Anemia
Pembagian anemia pada ibu hamil yaitu:
a. Tidak anemia Hb 11 gr%
b. Ringan Hb 9-10 gr%
c. Sedang Hb 7-8 gr%
d. Berat Hb < 7 gr%(Manuaba, 2010)
8. Bahaya anemia pada kehamilan dan janin
a. Bahaya anemia terhadap kehamilan, persalinan dan nifas:
Bahaya selama kehamilan dapat terjadi abortus, persalinan
prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman
dekompensasi kordis (Hb <6gr%), mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan
antepartum, ketuban pecah dini (KPD). Bahaya saat persalinaan yaitu gangguan his (kekuatan
mengejan),
kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar, kala
dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering
memerlukan tindakan operasi kebidanan, kala uri dapat diikuti retensio
plasenta, dan perdarahan post partum karena atonia uteri, kala empat dapat terjadi perdarahan
post partum sekunder dan atonia uteri. Pada kala nifas yaitu terjadi subinvolusi uteri
menimbulkan perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran
ASI berkurang, terjadi dekompesasi kordis mendadak setelah
persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi mamae.
b. Bahaya anemia terhadap janin Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai
kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi kemampuan
metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan yaitu abortus,
kematian intra uterine, persalinan prematuritas tinggi, berat badan lahir rendah, kelahiran
dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian
perinatal, dan inteligensia rendah (Manuaba, 2010).
9. Pencegahan anemia Pencegahan anemia pada ibu hamil antara lain :
a. Mengkonsumsi pangan lebih banyak dan beragam, contoh sayuran warna hijau, kacang –
kacangan, protein hewani, terutama hati.
b. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C seperti jeruk, tomat, mangga dan lain–
lain yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi.
Suplemen zat besi memang diperlukan untuk kondisi tertentu, wanita
hamil dan anemia berat misalnya. Manfaat zat besi selama kehamilan
bukan untuk meningkatkan atau menjaga konsentrasi hemoglobin ibu, atau
untuk mencegah kekurangan zat besi pada ibu. Ibu yang mengalami kekurangan zat besi pada
awal kehamilan dan tidak mendapatkan suplemen memerlukan sekitar 2 tahun untuk mengisi
kembali simpanan zat besi dari sumber-sumber makanan sehingga suplemen zat besi
direkomendasikan sebagai dasar yang rutin (Depkes, 2008).
Penderita anemia ringan sebaliknya tidak menggunakan suplemen zat besi. Lebih cepat bila
mengupayakan perbaikan menu makanan. Misalnya dengan konsumsi makanan yang banyak
mengandung zat besi seperti telur, susu, hati, ikan, daging, kacang-kacangan (tahu, oncom,
kedelai, kacang hijau, sayuran berwarna hijau, sayuran berwarna hijau tua
(kangkung, bayam) dan buah-buahan (jeruk, jambu biji dan pisang). Selain
itu tambahkan substansi yang memudahkan penyerapan zat besi seperti
vitamin C, air jeruk, daging ayam dan ikan. Sebaliknya substansi
penghambat penyerapan zat besi seperti teh dan kopi patut dihindari
(Anonim, 2004).
10. Peran bidan pada ibu hamil dengan anemia Di dalam pedoman pelayanan antenatal
terpadu menurut kemenkes tahun 2010 yaitu tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan
yang berkualitas sesuai standar terdiri dari 10 T . Standar pelayanan antenatal
care yang kedua yaitu pengukuran lingkar lengan atas (LiLA) yang
bertujuan untuk skrining ibu hamil yang beresiko kurang energi kronis
(KEK). Dimana ibu hamil yang menderita KEK berpeluang untuk
menderita anemia. Maka dari itu bidan diharapkan melakukan pengukuran
lingkar lengan atas. yaitu pada saat pelayanan antenatal care.
Pemberian tablet Fe pada ibu hamil, setiap ibu hamil harus mendapat
tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak
pertama kunjungan kehamilan. Selain itu juga adanya pemeriksaan
laboratorium yaitu pemeriksaan kadar hemoglobulin. Pemeriksaan
laboratorium dilakukan satu kali pada trimester pertama dan satu kali pada
trimester ke tiga tetapi jika ibu hamil memiliki kadar hemoglobulin < 11
gr% maka akan dilakukan pemeriksaan hemoglobulin rutin untuk
memantau kadar hemoglobulin ibu. Melakukan komunikasi informasi dan edukasi kepada ibu
hamil juga sangat penting. Memberitahu cara mengkonsumsi tablet Fe dengan benar,
memberikan pendidikan kesehatan mengenai gizi yang baik untuk ibu
hamil, memberitahu ibu mengenai P4K yaitu persiapan tempat persalinan,
penolong persalinan, biaya persalinan, pendamping persalinan, kendaraan
dan calon pendonor darah untuk persiapan jika terjadi kegawatdaruratan.

C. Anemia ringan
1
Pengertian
.
Menurut Manuaba (2010), anemia ringan adalah dimana kadar

hemoglobin antara 9 - 10 gr%. Sedangkan me


anemia ringan dimana kadar Hb antara 9 -10,9 gr%.
2.
Gejala Anemia Ringan
Menurut Manuaba (2010), pada anemia akan didapatkan keluhan
sebagai berikut:
a. Cepat lelah
b. Sering pusing
c. Mata berkunang-kunang
d. Badan lemas.
3. Komplikasi Anemia Ringan
Komplikasi anemia ringan pada ibu hamil dapat terjadi, hal ini dikarenakan ibu sudah
menderita anemia sejak masa sebelum hamil. Pada kasus anemia ringan pada ibu hamil bila
tidak segera diatasi, dapat menyebabkan rahim tidak mampu berkontraksi (atonia) atau
kontraksi sangat lemah (hipotonia) (Dimas, 2012).
4. Patofisiologi Anemia Ringan
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah karena perubahan sirkulasi yang
semakin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat
45 – 65% pada awal kehamilan dan maksimum terjadi pada bulan menurun sedikit menjelang
aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus (Rukiyah, 2010).
5. Penatalaksanaan Anemia Ringan
Menurut Manuaba (2010), penatalaksanaan anemia ringan antara lain :
a. Meningkatkan gizi penderita
Faktor utama penyebab anemia adalah faktor resiko gizi, terutama protein dan zat besi,
sehingga pemberian asupan zat besi sangat diperlukan oleh ibu hamil yang mengalami
anemia ringan.
Tabel 2.2
No Bahan makanan Zat besi (mg/100 gr%)
1 Hati 6,6
2 Daging 2,8
3 Telur 3,0
4 Kedelai 1,0
5 Tempe 12,4
6 Tahu 3,4
7 Bayam 0
8 Kangkung 4,4
9 Pepaya 1,7
10 Jeruk 0,4
Sumber : Proverawati,2011
b. Memberi suplemen zat besi
1) Peroral
Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi
sebanyak 600-1000 mg seperti sulfas ferrosus atau glukonas
ferrosus. Hemoglobin dapat dinaikkan sampai 0,1 gr/100 ml
atau lebih.
2) Parental
Diberikan apabila penderita tidak tahan akan obat besi
peroral, ada gangguan absorbsi, penyakit saluran
pencernaan. Besi parental diberikan dalam bentuk ferri
secara intramuscular/intravena. Diberikan ferum dekstran
100 dosis total 1000 - 2000 mg intravena.
KERANGKA TEORI
Bagan 2.1 Sumber : Mochtar (2012), Manuaba (2010)
Asuhan Kebidanan
Faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia
Anemia dalam
kehamilan
Bahaya anemia
terhadap
kehamilan
Bahaya anemia
terhadap
persalinan
Bahaya anemia
terhadap masa
nifas
Bahaya anemia
terhadap janin

Daftar pustaka

HARMATUTI. (2015). Sinopsis Rencana Proposal Tesis. Ws.Ub.Ac.Id. Retrieved


fromhttp://ws.ub.ac.id/selma2010/public/images/UserTemp/2015/04/16/2015
0416021145_9123.pdf.Diakses 27 maret 2022.
Kemenkes RI, 2014. mothers day.Pdf. Situasi Kesehatan Ibu, (angka kematian ibu),
p.8. Available at:http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/
pusdatin/infodatin/infodatin-ibu.pdf.diakses 27 maret 2022
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB.
Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri:Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi Jilid
1. Jakarta:Buku Kedokteran EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saifuddin. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin.2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Varney, Helen.2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC.
Yaze, I. U. (2013). Hubungan Antara Jarak Kehamilan Dan Status Gizi Dengan
Anemia Pada Ibu Hamil Di Bidan Praktek Swasta Nyonya Dessy Jalan Slamet
Riyadi IV Pahoman Bandar Lampung Tahun 2013, 1.
http://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004 diakses 27 maret 2022

Anda mungkin juga menyukai